Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN CRITICAL REVIEW


KEBIJAKAN K3 / SMKK

SMK3L

Naufal Karim Adnanra

1906301993

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM SARJANA

DEPOK

2022
i

KATA PENGANTAR

Saya ucapkan rasa puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena kasih
sayang dan rahmatnya saya dikaruniakan kemampuan untuk dapat menyelesaikan laporan
yang berjudul “Laporan Critical Review Kebijakan K3 / SMKK”. Sebagai tugas dari
matakuliah SMK3L, laporan ini saya buat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan.
Dalam penulisan laporan ini penulis mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada seluruh pihak yang terkait sehingga laporan ini dapat dibuat dengan baik dan
lancar
Laporan ini tentu saja masih memiliki kekurangan oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Laporan ini.
Mudah-mudahan karya tulis ini memberi manfaat kepada saya sendiri dan pembaca serta
dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan teknik sipil.

Depok, 25 September 2022

Naufal Karim Adnanta

Universitas Indonesia
ii

ABSTRAK

Nama : Naufal Karim Adnanta


Program Studi : Teknik Sipil
Judul : Laporan Critical Review Kebijakan K3 / SMKK.

Kebijakan dalam K3 / SMKK merupakan suatu hal penting untuk di taati sebagai
regulasi yang mengatur keamanan dalam konstruksi. Dalam penerapannya terdapat hal
yang menyebabkan kebijakan terkait K3 / SMKK ini tidak dipatuhi. Kebijakan terkait K3
/ SMKK berasal dari berbagai macam jenis regulasi yakni Undang – undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Menteri, Instruksi Menteri, Standar Nasional
Indonesia, dan sebagainya. Kebijakan yang menjadi sorotan adalah UU No.1 tahun 1970
yang menyatakan bahwa sanksi bagi pelanggar keselamatan konstruksi yang hanya
dikenakan denda sebesar Rp 100.000 atau penjara selama tiga bulan. Keringanan sanksi
tersebut yang menjadikan tingkat pelanggaran keselamatan konstruksi yang tinggi di
Indonesia. Laporan ini bertujuan mengungkap faktor apa saja yang menyebabkan suatu
Lembaga atau perusahaan tidak menerapkan sistem keselamatan K3 / SMKK.

Kata Kunci : K3, SMKK, Keselamatan Konstruksi, Kebijakan, Regulasi, Sanksi

Universitas Indonesia
3

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan kontruksi dari tahun ke tahun semakin pesat dari segi desain maupun
dari segi metode. Dalam perencanaan dan jalannya suatu proyek konstruksi, salah satu aspek
yang penting adalah regulasi / peraturan. Regulasi yang diatur antara lainnya mengatur
mengenai keselamatan konstruksi. Terdapat regulasi mengenai keselamatan kerja yakni UU No.
1 tahun 1970. Dimana dibahas terkait pengertian dari istilah istilah pada bab 1. Ruang lingkup
dari K3 konstruksi mulai di bahas pada bab 2. Serta dibahas juga mengenai kewajiban dari para
pengurus. Terdapat banyak regulasi lain terkait K3 seperti UU no. 28 tahun 2002 tentang
bangunan Gedung, UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, UU No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan, UU No. 24 tahun 2011 tentang badan penyelenggara jaminan social, UU
No. 2 tahun 2017 tentang jasa konstruksi, dan UU No. 11 tahun 2020 tentang cipta kerja.
Dari keseluruhan Undang – undang, sudah menjadi kewajiban untuk patuh terhadap
peratuan yang ada. Selain UU, masih ada lagi regulasi yang perlu di perhatikan mengenai
keselamatan kerja antara lain yakni Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres),
Peraturan Menteri (Permen), Peraturan Lembaga, Keputusan Menteri, Surat Edaran Menteri,
Instruksi Menteri, dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Dengan adanya regulasi yang mengatur terkait regulasi dari K3, diharapkan kepada
seluruh pihak yang berhubungan dengan dunia kontruksi dapat mengetahui dan memahami
mengenai standar minimal seperti apa yang wajib ada dan larangan apa yang tidak boleh
dilanggar oleh penyelenggara konstruksi.
Dari laporan ini, objek yang akan dibahas adalah critical review regulasi terkait dari
keselamatan kerja. Diharapkan dengan laporan ini dapat mempermudah pembaca dalam
memahami serta meningkatkan kepeduliannya terhadapt segala regulasi dan resiko pada segala
penyelenggaraan proyek konstruksi.

Universitas Indonesia
4

Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini rumusan masalah yang ada tertulis sebagai berikut.
1) Bagaimana critical review dari regulasi terkait K3
2) Bagaimana critical review dari regulasi terkait SMKK

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Sebagai pedoman dalam pelaksaan proyek yang membutuhkan penjelasan mengenai
regulasi terkait K3 dan SMKK.
2) Membahas lebih lanjut secara lebih kritis mengenai regulasi K3 dan SMKK.
3) Mengetahui dan menganalisis terkait kenijakan K3 dan SMKK.
4) Menyimpulkan mengenai hasil dari analisis kritis terkait seluruh regulasi dari K3 dan
SMKK.

Manfaat Penelitian
Penulisan ini diharapkan memiliki manfaat baik bagi penulis maupun pembaca. Bagi
penulis, laporan ini dapat menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai isi dari
regulasi K3 dan SMKK. Khususnya terkait kebijakan dari masing masing regulasi. Penulis juga
dapat memahami terkait penerapan dan batasan dari kebijakan K3 dan SMKK. Bagi pembaca,
laporan ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk melakukan penelitian dan analisis
lebih lanjut terkait kebijakan dari K3 dan SMKK.

Batasan Penelitian
Terdapat Batasan dalam penelitian yang tertulis sebagai berikut.
1) Penulis tidak membahas terkait hal diluar dari K3.
2) Penulis tidak membahas terkait hal diluar dari SMKK.
3) Penulis tidak membahas terkait hal diluar dari Kebijakan K3 dan SMKK.

Universitas Indonesia
5

Metode Penelitian
Metode atau tahapan dalam pengerjaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Studi Literatur
Hal yang dilakukan penulis adalah membaca dan memahami lebih dalam dari
literatur dan penelitian yang sudah ada mengenai regulasi K3 dan SMKK.
2) Analisis
Tahap dari analisis adalah menanggapi secara kritis literatur yang telah dibaca
mengenai kebijakan K3 dan SMKK.

3) Kesimpulan
Hal yang dilakukan penulis pada tahap ini adalah menarik benang merah dari
keseluruhan analisis sehingga dapat disimpulkan menjadi beberapa poin sebagai hasil
akhir dari critical review.

Hipotesa Awal
Dari hasil tinjauan Pustaka yang dilakukan dengan membaca materi dari kelas, terdapat
pembahasan yang dapat di analisis lebih dalam pada laporan ini. Keselamatan kontruksi menjadi
hal penting yang sangat wajib diperhatikan. Kebijakan K3 dan SMKK diperlukan untuk
mengatur alur dari sistem keamanan pada kelangsungan proyek. Selain itu, keselamatan
konstruksi perlu ditanamkan sebagai pedoman sehingga akan mereduksi tingkat kecelakaan dan
antisipasi dari segala kemungkinan dari kecelekaan kerja pada suatu proyek. Hal tersebut
dikarenakan regulasi dan kebijakan mengenai keselamatan konstruksi yang bersifat mengatur
sehingga sebagai suatu dasar pengadaan proyek hal ini menjadi sangat penting. Laporan ini
diharapkan akan memberikan pengetahuan lebih dalam terkait keberagaman regulasi dari
keselamatan kosntruksi.

Sistematika Penulisan
Penulisan pada laporan ini mencakup 3 bab pokok bahasan sebagai berikut.
1) Bab 1 Pendahuluan

Universitas Indonesia
6

Pada bagian ini berisi pembahasan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
2) Bab 2 Dasar Teori
Pada bagian ini berisi pemaparan terkait dasar-dasar teori yang digunakan dalam
penelitian. Teori yang digunakan dapat bersumber dari buku, penelitian terdahulu,
jurnal, standar dan peraturan, serta sumber lainnya yang relevan dan kredibel.
3) Bab 3 Kesimpulan dan Saran
Pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan yang didpatkan dari penelitian yang
dilakukan serta saran-saran yang diberikan untuk penelitian lebih lanjut.

Universitas Indonesia
7

BAB 2
CRITICAL REVIEW
Di Indonesia keselamatan konstruksi masih menjadi hal yang harus diperhatikan
lebih dalam. Kebijakan yang ada masih belum di taati dan di penuhi. Beberapa hal yang
mempengaruhi ketidakpatuhan pihak konstruksi terhadap regulasi yang ada antara lain
UU No. 1 tahun 1970 yang masih saja meringangkan nyawa pekerja dengan memberikan
sanksi yang ringan bagi pelanggarnya yakni hanya berupa dengan Rp 100.000 atau
kurungan tiga bulan penjara. Walaupun terdapat penyesuaian terhadap waktu, tidak
dilakukannya revisi terhadap peraturan tersebut merupakan bentuk ketidakpedulian
pemerintah terhadap kecelakaan kerja. Sehingga jumlah perusahaan yang melanggar
sangatlah banyak. Menurut sucofindo, terdapat 7468 perusahaan yang mendapatkan nota
pemeriksaan tahap I, sedangkan jumlah perusahaan yang telah di nyatakan melakukan
pelanggaran atura ketenagakerjaan dan norma K3 mencapai 3848 perusahaan. Namu
jumlah perusahaan yang telah disidik dan di nota untuk diajukan ke pengadilan hanya
berjumlah 78 perusahaan. Dengan sedikitnya perhatian pemerintah terkait para pelanggar
ini, menunjukan bahwa terdapat kelonggaran dari pemerintah kepada para perusahaan
yang melakukan pelanggaran. Berdasarkan pelanggaran yang marak dilakukan, maka
penyebab pelanggaran dari keselematan konstruksi adalah sebagai berikut.

2.1 Penyebab Pelanggaran dari kebijakan K3 dan SMKK

1. Tidak Tahu
Berawal dari ketidaktahuan setiap individu terhadap peraturan apa saja yang ada
mengenai kebijakan terkait keselamatan konstruksi. Sebagai informasi berikut merupakan
kebijakan terkait K3 dan SMKK :
- UU No.1 / 1970 tentang keselamatan kerja
- UU No.28 / 2002 tentang bangunan Gedung
- UU No.13 / 2003 tentang ketenagakerjaan
- UU No.36 / 2009 tentang Kesehatan
- UU No.24 / 2011 tentang badan penyelenggara jaminan social
- UU No.2 / 2017 tentang jasa kontruksi
- UU No.11 / 2020 tentang cipta kerja

Universitas Indonesia
8

- PP No.44 / 2015 tentang penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan jaminan


kematian
- PP No.88 / 2019 tentang Kesehatan kerja
- PP No.14 /2021 tentang perubahan PP No.22 / 2020 tentang peraturan pelaksanaan UU
No.2 / 2017 tentang jasa konstruksi
- Perpres No.12 / 2021 tentang perubahan atas Perpres No.16 / 2018 tentang pengadaan
barang / jasa pemerintah
- Permen PUPR No.8 / 2021 tentang penilai ahli, kegagalan bangunan dan penilaian
kegagalan bangunan
- Permen PUPR No.9 / 2021 tentang pedoman penyelenggaraan konstruksi bekerlanjutan
- Permen PUPR No.10 / 2021 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan
kosntruksi
- Peraturan LKPP No.12 / 2021 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang / jasa
pemerintah melalui penyedia
- Instruksi Menteri PUPR No.2/IN/M/2020 tentang protocol pencegahan penyebaran
corona virus disease 2019 dalam penyelenggaraan jasa konstruksi
- DLL.
2. Tidak Mau Tahu

Jika dilihat dari kesadaran tiap individu, sikap tidak mau tahu menjadi salah satu
aspek yang berpengaruh dalam penerapan aturan itu sendiri. Jika sikap seseirang masih
acuh maka hal tersebut membuka peluang besar terjadinya pelanggaran terhadap kebijakan
kecelakaan kerja pada dunia konstruksi.

3. Sudah terbiasa

Hal lain yang berpengaruh ialah sudah terbiasanya meremehkan penerapan terkait
kebijakan yang ada. Hal ini dapat terjadi dikarenakan di kenyataannya penerapan sanksi di
lapangan tidak berjalan dengan baik sehingga para perusahaan sudah terbiasa
mengacuhkan kebijakan yang ada.

4. Karena ada kesempatan

Di lapangan, dengan melihat kurang ketatnya penerapan kebijakan, maka


perusahaan melihat terdapat kesempatan untuk dapat melanggar kebijakan dan lebih

Universitas Indonesia
9

memilih untuk tidak mentaati aturan dikarenakan tidak ketatnya penerapan dari aturan itu
sendiri.

5. Memilih ketentuan hukum yang menguntungkan

Dengan melihat UU No.1 tahun 1970 bahwa pelanggar keselamatan kerja hanya
dikenakan denda yang kecil, maka ketentuan tersebut menguntungkan para perusahaan
untuk tidak mentaati aturan. Dengan pertimbangan bahwa jika perusahaan melakukan
antisipasi keamanan maka perusahaan harus mengeluarkan budget lebih untuk hal tersebut
sedangkan jika tidak melakukan pengadaan keamanan dan terjadi kecelakaan maka budget
yang dikeluarkan hanyalah Rp 100.000. sehingga dengan pertimbangan keuntungan
perusahaan maka perusahaan yang tidak mementingkan pekerjanya akan lebih
mementingkan keuntungan bagi perusahaannya. Sehingga terjadilah banyak pelanggaran
terkait keselamatan kerja kontruksi.

Universitas Indonesia
10

BAB 3
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dirangkum dari laporan ini adalah sebagai berikut :


1. Kebijakan terkait K3 dan SMKK di Indonesia sudah lengkap namun
dalam penerapannya masih kurang tegas.
2. Pasal yang digunakan masih kurang memberikan efek jera terhadap
pelakunya.
3. Sosialisasi terhadap pentingnya keselamatan konstruksi sudah berjalan
namun harus lebih merata ke segala pihak tanpa memandang dan
mengkhususkan beberapa pihak.
4. Ketaatan masyarakat sangatlah kurang dikarenakan beberapa factor
seperti :
a. Kurangnya sosialisasi
b. Ke acuhan masyarakat
c. Keterbiasaan buruk oknum pelanggar
d. Kesempatan / adanya ruang bagi perusahaan untuk melanggar
e. Adanya pasal yang kurang memberikan efek jera
5. Peningkatan keterlibatan pemerintah dalam pengawasan di lapangan.
6. Peningkatan keterlibatan pemerintah sebagai pembuat regulasi untuk
mempertajam pasal yang dianggap karet.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai