Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN CRITICAL REVIEW


SMS / SMKK / SMK3L

SMK3L

Naufal Karim Adnanra

1906301993

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM SARJANA

DEPOK

2022
i

KATA PENGANTAR

Saya ucapkan rasa puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena kasih
sayang dan rahmatnya saya dikaruniakan kemampuan untuk dapat menyelesaikan laporan
yang berjudul “Laporan Critical Review Kebijakan K3 / SMKK”. Sebagai tugas dari
matakuliah SMK3L, laporan ini saya buat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan.
Dalam penulisan laporan ini penulis mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada seluruh pihak yang terkait sehingga laporan ini dapat dibuat dengan baik dan
lancar
Laporan ini tentu saja masih memiliki kekurangan oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Laporan ini.
Mudah-mudahan karya tulis ini memberi manfaat kepada saya sendiri dan pembaca serta
dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan teknik sipil.

Depok, 25 September 2022

Naufal Karim Adnanta

Universitas Indonesia
ii

ABSTRAK

Nama : Naufal Karim Adnanta


Program Studi : Teknik Sipil
Judul : Laporan Critical Review SMS / SMKK / SMK3L.

Pada laporan ini dibahas mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja
(SMK3) dengan standar regulasi yang digunakan adalah PP 50 tahun 2012. Selain itu,
dibahas juga mengenai Safety Management System (SMS) dengan standar regulasi yang
digunakan adalah ISO 45001:2018. Dan pembahasan terakhir mengenai Sistem
manajemen keselamatan konstruksi (SMKK) yang berpedoman pada PP 14 tahun 2021
dan Permen PUPR 10 tahun 2021. Pada laporan ini juga dibahas mengenai ketiga
komponen tersebut secara lebih mendalam sehingga diharapkan bagi penulis untuk dapat
memperluas pengetahuan mengenai SMK3, SMS, dan SMKK. Selain itu, untuk pembaca
juga diharapkan dapat menggali pengetahuan lebih dalam terkait critical review dari
SMK3, SMS, dan SMKK.

Kata Kunci : SMK3, SMS, SMKK, Keselamatan Konstruksi, Regulasi, Pedoman

Universitas Indonesia
3

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan kontruksi dari tahun ke tahun semakin pesat dari segi desain maupun
dari segi metode. Dalam perencanaan dan jalannya suatu proyek konstruksi, salah satu aspek
yang penting adalah regulasi / peraturan. Regulasi yang diatur antara lainnya mengatur
mengenai system manajemen keselamatan pada pekerjaan konstruksi. Komponen yang diatur
terdapat dalam PP 50 tahun 2012 mengenai SMK3, ISO 45001 mengenai Safety Management
System, dan PP 14 tahun 2021 & Permen PUPR No 10 tahun 2021 mengenai SMKK.
SMK3 merupakan bagian dari system manajemen perushaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif (PP No. 50, 2012). Dalam penerapannya terdapat beberapa
prinsip dalam SMK3 yakni penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, Pelaksanaan rencana K3,
pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan peninjauan ulang dan peningkatan kinerja SMK3.
Pedoman tersebut di kendalikan dengan dilakukannya perbaikan yang berkelanjutan.
Safety Management System (SMS) dijelaskan dari ISO 45001. SMS merupakan
regulasi yang berlaku secara internasional. Seringkali suatu perusahaan berada pada pilihan
mana yang harus diterapkan terlebih dahulu antara SMK3 atau SMS. Ciri dari SMS ialah
penerapannya yang bersifat opsional, berlaku secara internasional, dan tidak ada ketentuan
sanksi jika tidak menerapkan standarnya.
SMKK memiliki standar yang sering disebut dengan K4 yang merupakan standar
keamanan, keselamatan, Kesehatan, dan keberlanjutan. Dalam standar K4 haruslah menjamin
keselamatan dari keteknikan konstruksi, keselamatan dan Kesehatan kerja, keselamatan publik,
serta keselamatan lingkungan. Dari SMKK ini juga diarahkan mengenai tools dalam
pencegahan risiko seperti identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan peluang (IBPRP). Hal yang
perlu diperhatikan dari segi aspek SMKK adalah metode kerja, rencana pelaksanaan pekerjaan,
dan analisis keselamatan kosntruksi.
Di dunia konstruksi, sudah menjadi kewajiban untuk berpedoman dengan SMK3,
SMS, dan SMKK sebagai salah satu pegangan dalam jalannya suatu proyek. Dengan ketiga

Universitas Indonesia
4

pedoman tersebut, suatu proyek dapat meminimalisir terjadinya hal hal yang tidak diinginkan
seperti kecelakaan kerja, kerusakan alat, dan ketidakjelasan alur safety.
Dari laporan ini, objek yang akan di bahas adalah critical review SMK3, SMS, dan
SMKK. Sehingga, diharapkan hasil dari critical review ini dapat mempermudah pihak pihak
yang memerlukan breakdown mengenai SMK3, SMS, dan SMKK.

Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini rumusan masalah yang ada tertulis sebagai berikut.
1) Bagaimana critical review dari SMK3 ?
2) Bagaimana critical review dari SMS ?
3) Bagaimana critical review dari SMKK ?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Sebagai pedoman dalam pelaksaan proyek yang membutuhkan penjelasan mengenai
SMK3, SMS, dan SMKK.
2) Membahas lebih lanjut secara lebih kritis mengenai SMK3, SMS, dan SMKK.
3) Mengetahui dan menganalisis terkait SMK3, SMS, dan SMKK.
4) Menyimpulkan mengenai hasil dari analisis kritis terkait SMK3, SMS, dan SMKK.

Manfaat Penelitian
Penulisan ini diharapkan memiliki manfaat baik bagi penulis maupun pembaca. Bagi
penulis, laporan ini dapat menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai SMK3, SMS,
dan SMKK. Khususnya terkait sistem manajemen dari masing masing regulasi. Penulis juga
dapat memahami terkait penerapan dan batasan dari SMK3, SMS, dan SMKK. Bagi pembaca,
laporan ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk melakukan penelitian dan analisis
lebih lanjut terkait SMK3, SMS, dan SMKK.

Universitas Indonesia
5

Batasan Penelitian
Terdapat Batasan dalam penelitian yang tertulis sebagai berikut.
1) Penulis tidak membahas terkait hal diluar dari SMK3.
2) Penulis tidak membahas terkait hal diluar dari SMS.
3) Penulis tidak membahas terkait hal diluar dari SMKK.

Metode Penelitian
Metode atau tahapan dalam pengerjaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Studi Literatur
Hal yang dilakukan penulis adalah membaca dan memahami lebih dalam dari
literatur dan penelitian yang sudah ada mengenai SMK3, SMS, dan SMKK.
2) Analisis
Tahap dari analisis adalah menanggapi secara kritis literatur yang telah dibaca
mengenai SMK3, SMS, dan SMKK.

3) Kesimpulan
Hal yang dilakukan penulis pada tahap ini adalah menarik benang merah dari
keseluruhan analisis sehingga dapat disimpulkan menjadi beberapa poin sebagai hasil
akhir dari critical review.

Hipotesa Awal
Dari hasil tinjauan Pustaka yang dilakukan dengan membaca materi dari kelas, terdapat
pembahasan yang dapat di analisis lebih dalam pada laporan ini. SMK3, SMS, dan SMKK
sebagai sistem manajemen yang diperlukan untuk mengatur alur dari sistem keamanan pada
kelangsungan proyek. Selain itu, SMK3, SMS, dan SMKK sebagai pedoman akan mereduksi
tingkat kecelakaan dan antisipasi dari segala kemungkinan dari kecelekaan kerja pada suatu
proyek. Hal tersebut dikarenakan SMK3, SMS, dan SMKK yang bersifat mengatur sehingga
sebagai suatu dasar pengadaan proyek hal ini menjadi sangat penting. Laporan ini diharapkan
akan memberikan pengetahuan lebih dalam terkait SMK3, SMS, dan SMKK.

Universitas Indonesia
6

Sistematika Penulisan
Penulisan pada laporan ini mencakup 3 bab pokok bahasan sebagai berikut.

1) Bab 1 Pendahuluan

Pada bagian ini berisi pembahasan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
2) Bab 2 Dasar Teori

Pada bagian ini berisi pemaparan terkait dasar-dasar teori yang digunakan dalam
penelitian. Teori yang digunakan dapat bersumber dari buku, penelitian terdahulu,
jurnal, standar dan peraturan, serta sumber lainnya yang relevan dan kredibel.
3) Bab 3 Kesimpulan dan Saran

Pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan yang didpatkan dari penelitian yang
dilakukan serta saran-saran yang diberikan untuk penelitian lebih lanjut.

Universitas Indonesia
7

BAB 2
CRITICAL REVIEW
2.1 SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Dalam
penerapannya terdapat beberapa prinsip yang digunakan dalam SMK3 yakni

• Penetapan kebijakan K3
• Perencanaan K3
• Pelaksanaan rencana K3
• Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
• Peninjauan ulang dan peningkatan kinerja SMK3
• Perbaikan yang berkelanjutan

Kebijakan yang mengatur terkait SMK3 adalah PP No.50/2012. Pada peraturan tersebut,
terdapat tujuan dari SMK3 antara lain :

• Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan Kesehatan kerja yang terencana,


terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
• Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, pekerja, dan atau serikat pekerja.
• Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktvitas.

Dilapangan, penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3.


Pengusaha dalam Menyusun kebijakan K3 setidaknya harus melakukan tahapan sebagai berikut :

a. Melakukan peninjauan awal terkait kondisi K3 meliputi


i Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.
ii Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sector lain yang lebih
baik.
iii Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan
dengan keselamatan
iv Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan

Universitas Indonesia
8

b. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus – menerus


c. Memperhatikan masukan dari pekerja

Setelah keseluruhan tahapan telah dipersiapkan maka dapat dilanjutkan dengan Menyusun
rencana K3 yang dimulai dengan penelaahan awal, identifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko. Dilanjutkan dengan pelaksanaan rencana dari K3 yang mana sumber daya
manusianya harus memiliki :

a. Kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat


b. Kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja

Untuk kelengkapan sarana dan prasarana dalam suatu perusahaan atau Lembaga minimal
harus terdiri dari :

a. Organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3


b. Anggaran yang memadai
c. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian
d. Instruksi kerja

Setelah dilakukan pelaksanaan maka perlu dilakukan penilaian terhadap hasil rencana K3
dengan berpedoman pada Permennaker RI No.26 tahun 2014 yang membagi menjadi 3 kategori
yakni kritikal, mayor dan minor. Setelah penilaian terkait rencana K3 maka dilakukan audit dimana
kriteria dari audit terdapat pada PP No.50 tahun 2017 yang berisi tentang penilaian yang terbagi
menjadi 3 tingkat yakni awal, transisi dan lanjutan. Tingkat dari pencapaian penerapan K3 di nilai
berdasarkan regulasi Permenaker RI No.26 tahun 2014 yang membaginya menjadi 3 pencapaian
yakni kurang, baik, memuaskan. Fungsi dari audit SMK3 ini terbagi berdasarkan 2 tool yang
berbeda. Berdasarkan alat manajemen fungsi audit sebagai tools dalam pemantauan dan
memverifikasi efektifitas penerapan kebijakan. Sedangkan, fungsi lain dari audit SMK3 yakni
sebagai alat untuk menilai kesesuaian seperti sertifikasi eksternal dan evaluasi rantai pasokan.
Berdasarkan fungsi yang telah disebutkan, tujuan dari audit SMK3 antara lain sebagai berikut :

1. Prioritas manajemen
2. Tujuan komersial
3. Persyaratan sistem manajemen
4. Persyaratan kontrak

Universitas Indonesia
9

5. Kebutuhan untuk evaluasi pemasok


6. Persyaratan pelanggan
7. Kebutuhan pihak lain yang berkepentingan
8. Risiko terhadap organisasi

Dari keseluruhan tujuan yang telah disebutkan diatas, audit dari SMK3 juga memiliki
manfaat sebagai berikut :

1. Mengetahui kelemahan unsur sistem operasi sebelum timbul gangguan


2. Memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas mengenai status pelaksanaan K3
3. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran terhadap K3
4. Meningkatkan citra pengurus perusahaan

2.2 SMS (Safety Management System)


Safety management system merupakan dasar pembangunan dan pemeliharaan pekerjaan
yang diakui secara internasional tentang sistem manajemen keselamatan dan Kesehatan kerja.
Pedoman / standar yang digunakan secara internasional adalah ISO 45001:2018 yang merupakan
versi baru dari SMK3 yang terbit pada 13 maret 2018. Metode yang digunakan oleh peraturan baru
ini adalah model yang melewati beberapa tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, pengecekan, dan
ditutup dengan Gerakan. Konten dari peraturan baru ini juga memiliki struktur tingkat tinggi yang
berkonteks pada organisasi. Dari masalah yang muncul, penyelesaian masalah dilakukan melalui
pendekatan berdasarkan pada risiko. Output dengan dibuatnya dari ISO 45001:2018 ini adalah
meningkatkan pemahaman yang lebih baik terhadap standard yang ada serta dapat menerapkan
sistem manajemen yang lebih terpadu dan efisien. Struktur tingkat tinggi yang dibahas pada
peraturan ini antara lain sebagai berikut :

1. Ruang lingkup
2. Acuan normative
3. Istilah dan definisi
4. Konteks organisasi
5. Kepemimpinan dan partisipasi pekerja
6. Perencanaan
7. Dukungan

Universitas Indonesia
10

8. Operasional
9. Evaluasi kinerja
10. Peningkatan

Pola penyelesaian yang dapat dilakukan dengan melihat isi dari ISO 45001:2018 di atur
dengan sedemikian rupa seperti gambar berikut.

Sehingga kita telah menemukan 2 regulasi yang berbeda yakni ISO 45001:2018 dan PP 50
tahun 2012. Kedua regulasi ini memiliki perbedaan yang tertulis sebagai berikut.

1. ISO 45001:2018 adalah manajemen K3 yang berlaku secara internasional, sedangkan


SMK3 PP No.50 tahun 2012 berlaku secara nasional dan merupakan perundangan yang
dibuat pemerintah Republik Indonesia melalui Kemnaker RI.
2. Pada penerapannya di lapangan terdapat berbagai macam pendapat terkait
penggunaannya, mana yang harus digunakan antara SMK3 versi ISO 45001 atau
SMK3 versi PP No.50 tahun 2012. Sehingga perbedaan dalam keduanya terangkum
sebagai berikut.
a. ISO 45001 penerapannya bersifat opsional sedangkan PP 50 penerapannya
bersifat wajib jika berada di Indonesia

Universitas Indonesia
11

b. Jika tidak menerapkan ISO 45001 tidak ada ketentuan sanksi yang akan
diberikan sedangkan jika tidak menerapkan PP 50 maka ada sanksi yang akan
diberikan.
c. Dokumen acuan dari ISO 45001 adalah British Standard Institute (BSI)
sedangkan dokumen acuan dari PP 50 adalah dokumen sistem manajemen yang
diterbitkan oleh pemerintah RI.

2.3 SMKK (Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi)

Sistem manajemen keselamatan konstruksi memiliki regulasi yang berdasar pada PP


No.14/2021 dan Permen PUPR No.21/2019. Dari kebijakan tersebut diatur mengenai jaminan dari
standar keamanan, keselamatan, Kesehatan, dan keberlanjutan. Hal yang dijamin ialah
keselamatan keteknikan kosntruksi, keselamatan dan Kesehatan kerja, keselamatan public, dan
keselamatan lingkungan. Setelah menjamin hal tersebut maka objek yang perlu diselamatkan
biasanya berupa bangunan, peralatan material, pengguna jasa, tenaga kerja, pemasok jasa,
masyaratak sekitar, masyarakat terpapar, lingkungan kerja, lingkungan terdampak proyek,
lingkungan alam dan lingkungan terbangun. Dari standar yang ditentukan, maka pencegahan yang
cegah adalah kecelakaan teknis konstruksi, kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kecelakaan
masyarakat, dan pencemaran lingkungan. Tools yang digunakan sebagai pencegahan adalah
identifikasi bahaya, penilaian resiko, peluang, perencanaan metode kerja, rencana pelaksanaan
pekerjaan, dan analisis keselamatan kosntruksi. Terdapat 5 elemen dalam PP No.14 tahun 2021
tentang SMKK yakni :

1. Kepemimpinan dan partisipasi pekerja dalam keselamatan konstruksi


a. Kepedulian pimpinan terhadap isu eksternal dan internal
b. Organisasi pengelola SMKK
c. Komitmen keselamatan konstruksi
d. Supervise, training, akuntabilitas, sumber daya, dan dukungan
2. Perencanaan keselamatan konstruksi
a. Mengidentifikasi bahaya, penilaian resiko, penentuan pengendalian resiko dan
peluang
b. Rencana Tindakan keteknikan, manaheme, dan tenaga kerja yang tertuang dalam
sasaran dan program

Universitas Indonesia
12

c. Pemenuhan standar dan peraturan perundangan keselamatan konstruksi


3. Dukungan keselamatan konstruksi
a. Sumber daya berupa teknologi, peralatan, materian, dan biaya
b. Kompetensi tenaga kerja
c. Kepedulian organisasi
d. Manajemen komunikasi
e. Informasi terdokumentasi
4. Operasi keselamatan konstruksi
a. Perencanaan implementasi RKK
b. Pengendalian operasi keselamatan konstruksi
c. Kesiapan dan tanggapan terhadap kondisi darurat
d. Investigasi kecelakaan konstruksi
5. Evaluasi kinerja penerapan SMKK
a. Pemantauan atau inspeksi
b. Audit
c. Evaluasi
d. Tinjauan manajemen
e. Peningkatan kinerja keselamatan konstruksi

Dalam penerapannya di lapangan, SMKK dapat diterapkan dengan tahapan dimulai dari
pengkajian dan perencanaan yang dilanjutkan dengan perancangan dan setelah kedua tahap
tersebut selesai maka dapa dimulai pembangunan. Pada tahap pengkajian terdapat dokumen yang
diperlukan antara lain rancangan konseptual SMKK. Pada tahap perancangan diperlukan dokumen
berupa rancangan konseptual, KAK, HPS, risk analysis, dan biaya SMKK. Pada tahap
pembangunan dokumen yang diperlukan antara lain dokumen penawaran teknis, RKK, RMPK,
RKK pelaksanaan, serta RKPPL dan RMLLP jika risiko yang dihadapi sedang atau besar.
Sehingga dapat diketahui bahwa dokumen SMKK antara lain :

1. Rancangan konseptual SMKK


2. Rencana keselamatan konstruksi (RKK)
3. Rencana mutu pekerjaan konstruksi (RMPK) dan program mutu
4. Rencana kerja pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RKPPL) dan rencana manajemen
lalu lintas pekerjaan (RMLLP)

Universitas Indonesia
13

5. Ketentuan lain dalam dokumen SMKK

Dalam melakukan perancangan konseptual pengakajian di mulai dengan beberapa aspek


informasi seperti berikut :

1. Lokasi

Dimulai dengan melihat kondisi lokasi, ketersediaan material, bahan dan alat. Sehingga
rekomendasi teknis dapat dimulai dengan merencanakan perlaukan metode yang sesuai
dengan kondisi yang dibutuhkan.

2. Lingkungan Fisik
Dilanjutkan dengan melihat pengaruh kosntruksi pada vegetasi, polusi, dan bangunan
sekitar proyek. Sehingga dapat direncanakan terkait rekomendasi teknis berupa kebutuhan
perlindungan lingkungan fisik dan keselamatan public di sekitar proyek.
3. Sosio – ekonomi
Dilanjutkan dengan melihat pengaruh hubungan social, budaya, ekonomi, Kesehatan
masyarakat, dan kearifan local masyarakat sekitar proyek. Sehingga dapat direncanakan
terkait rekomendasi teknis berupa kebutuhan pengkajian dampak konstruksi terhadap sosio
– ekonomi masyarakat sekitar proyek.
4. Dampak lingkungan
Dilanjutkan dengan melihat dan menelaah aspek dari lingkungan yang akan menjadi
pertimbangan dalam memberikan rekomendasi teknis terkait kebutuhan penyusunan
dokumen lingkungan seperti AMDAL, UKL-UPL, dan SPPL.

Pada rencana keselamatan konstruksi penyusunan dilakukan oleh beberapa pihak seperti
penyedia jasa konsultasi konstruksi berupa manajemen penyelenggara konstruksi, penyedia jasa
konstruksi dari segi pengawasan, penyedia jasa pekerjaan konstruksi, dan penyedia jasa pekerjaan
konstruksi terintegrasi. Dimana untuk pekerjaan pengawasan Degnan pengadaan langsung jasa
konsultasi, tenaga ahli yang dilibatkan merangkap sebagai ahli keselamatan dan Kesehatan kerja
konstruksi dan/atau ahli keselamatan konstruksi. Dalam hal pelaksanaan pekerjaan kosntruksi
dengan risiko keselamaran konstruksi kecil melalui pengadaan langsung disusun SKK sederhana
minimal memuat

1. Kebijakan keselamatan produksi

Universitas Indonesia
14

2. Pengadaan alat pelindung diri dan alat pelindung kerja


3. IBPRP sederhana
4. Rambu keselamatan sesuai identifikasi bahaya
5. Jadwal inspeksi

Dalam penerapan SMKK terdapat komponen kegiatan yang digunakan dalam penerapan di
lapangan antara lain :

1. Kriteria risiko keselamatan konstruksi


a. Risiko keselamatan konstruksi besar
i. Bersifat berbahaya tinggi
ii. Nilai HPS diatas 100 Milyar rupiah
iii. Tenaga kerja lebih dari 100 orang
iv. Menggunakan metode peledakan
v. Menggunakan teknologi tinggi
b. Risiko keselamatan konstruksi sedang
i. Bersifat berbahaya sedang
ii. Nilai HPS antara 10 Milyar hingga 100 Milyar rupiah
iii. Tenaga kerja antara 25 hingga 100 orang
iv. Menggunakan teknologi madya
c. Risiko keselamatan konstruksi kecil
i. Bersifat berbahaya rendah
ii. Nilai HPS dibawah 10 Milyar Rupiah
iii. Tenaga kerja kurang dari 25 orang
iv. Menggunakan teknologi sederhana

Universitas Indonesia
15

2. Unit keselamatan konstruksi

3. Biaya penerapan SMKK


Dalam pengaturan biaya, biaya penerapan SMKK terbagi menjadi 2 yakni :
1. Pelaksana konstruksi
a. Biaya penerapan SMKK dalam pekerjaan konstruksi mencakup rincian sebagai
berikut :
i. Persiapan RKK, RKPPL, dan RMLLP
ii. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan
iii. Alat pelindung kerja dan pelindung diri
iv. Asuransi dan perizinan
v. Personel keselamatan kosntruksi
vi. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat Kesehatan
vii. Rambu dah perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen
lalu lintas
viii. Konsultasi dengan ahli
ix. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian risiko
2. Konsultansi konstruksi
a. Biaya penerapan SMKK dalam pekerjaan konstruksi paling sedikit mencakup
hal berikut :
i. Penyiapan RKK dan.atau rancangan konseptual SMKK
ii. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat Kesehatan

Universitas Indonesia
16

iii. Kegiatan dan peralatan terkait pengendalian risiko keselamatan


konstruksi
b. Biaya penerapan SMKK dalam pekerjaan konsultasi kosntruksi terkait biaya
asuransi Kesehatan, asuransi profesi, biaya Pendidikan, pelatihan, asuransi, dan
biaya keselamatan, pelatihan, asuransi, dan biaya keselamatan dan Kesehatan
kerja dalam pekerjaan konsultasni konstruksi sudah termasuk dalam komponen
remunerasi tenaga ahli sesiai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Universitas Indonesia
17

BAB 3

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dirangkum dari laporan ini adalah sebagai berikut :


a. SMK3 atau sistem manajemen keselamatan dan Kesehatan kerja
merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif dengan PP 50 tahun 2012 sebagai pedoman.
b. Prinsip penerapan SMK3 adalah
i. Penetapan kebijakan K3
ii. Perencanaan K3
iii. Pelaksanaan Rencana K3
iv. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
v. Peninjauan ulang dan peningkatan kinerja SMK3
vi. Perbaikan yang berkelanjutan
c. Safety Management System merupakan sistem manajemen K3
yang berlaku secara internasional dan ISO 45001 merupakan
regulasi yang digunakan sebagai pedoman.
d. SMKK atau Sistem manajemen keselamatan konstruksi yang
menjadi pedoman dalam memenuhi standar keamanan,
keselamatan, Kesehatan, dan keberlanjutan dengan regulasi yang
digunakan sebagai pedoman adalah PP 14 tahun 2021 dan
Permen PUPR 10 tahun 2021.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai