Kel. 5 Gagal Ginjal (Pak Angga)
Kel. 5 Gagal Ginjal (Pak Angga)
TINGKAT 2 KELAS A
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
KATA PENGATAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
limpahan taufik dan hidayah Nya, sehingga kami anggota kelompok 5 dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP PENYAKIT GAGAL GINJAL
dan KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL” dengan tepat waktu.
Sehingga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
3.1......................... Kesimpulan.........................................................................................
30
3.2.................................. Saran .........................................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
iv
1.2............................................. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep anatomi fisiologi ginjal ?
2. Bagaimana konsep penyakit gagal ginjal yang mencakup, pengertian,
etiologi, patofisiologi, mainifestasi klinik dan penatalaksanaannya ?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan gagal ginjal yang mencakup,
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
v
BAB II
PEMBAHASAN
Struktur Ginjal
1. Bagian dalam (internal) medulla. Subtansi medularis terdiri dari pyramid
renalis jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang
ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke sinus renalis.
vi
2. Bagian luar (eksternal) korteks. Substansi berwarna cokelat merah,
konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat di bawah tunika
fibrosa, melengkung sepanjang basis pyramid yang berdekatan dengan
sinus renalis, bagian dalam diantara piramid dinamakan kolumna renalis.
Pembungkus Ginjal
Ginjal dibungkus oleh suatu massa jaringan lemak yang disebut kapsula
adiposa. Bagian yang paling tebal terdapat pada tepi ginjal yang memanjang
melalui hilus renalis. Ginjal dan kapsula adiposa tertutup oleh suatu lamina
khusus dari fasia subserosa yang disebut fasia renalis yang terdapat diantara
lapisan dalam fasia profunda dan stratum fasia subserosa internus. Fasia subserosa
terpecah menjadi dua bagian yaitu lamella anterior (fasia prerenalis) dan lamella
posterior (fasia retrorenalis) (Syaifuddin, 2012).
vii
Kalium juga difiltrasi secara bebas. Diperkirakan 10-20% kalium plasma
terikat oleh protein dan tidak bebas diflitrasi sehingga kalium dalam
keadaan normal.
2. Tubulus proksimal konvulta, tubulus ginjal yang langsung berhubungan
dengan kapsula Bowman dengan panjang 15 mm dan diameter 55 mm.
bentuknya berkelok-kelok menjalar dari korteks ke bagian medula dan
Kembali ke korteks. Sekitar 2/3 dari natrium yang difiltrasi diabsorprsi
secara isotonik bersama klorida dan melibatkan transportasi aktif natrium.
Peningkatan reabsorpsi nastrium akan mengurangi pengeluaran air dan
natrium. Hal ini dapat mengganggu pengenceran dan pemekatan urine
yang normal. Kalium diresorpsi lebih dari 70%, kemungkinan dengan
mekanisme transportasi aktif akan terpisah dari resorpsi natrium.
3. Ansa Henle, bentuknya lurus dan tebal, diteruskan ke segmen tipis
selanjutkan ke segmen tebal, panjangnya 12 mm, total panjang Ansa Henle
2-14 mm. Klorida secara aktif diserap kembali pada cabang asedens ansa
henle dan natrium bergerak secara pasif untuk mempertahankan kenetralan
listrik. Sekitar 25% natrium yang difiltrasi diserap kembali karena nefron
bersifat tidak bermeabel terhadap air. Resorpsi klorida karna nutrium di
pars asendens penting untuk pemekatan urine karena membantu
mempertahankan integritas gradiens konsentrasi medula. Kalium terflirasi
sekitar 20-25% diabsorpsi pada pars asendens lengkung henle proses pasti
terjadi karena gradien elektokimia yang timbul sebagai akibat dari
reabsorpsi aktif klorida pada segmen nefron ini.
4. Tubulus distal konvulta, bagian ubulus ginjal yang berkelok-kelok dan
jauh letaknya dari kapsula Bowman, panjangnya 5mm. Tubulus distal dari
masing-masing nefron bermuara ke duktus koligens yang panjangnya
20mm. Masing-masing duktus koligens berjalan melalui korteks dan
medula ginjal, bersatu membentuk suatu duktus yang berjalan lurus dan
bermuara ke dalam duktus belini seterusnya menuju kaliks minor ke kaliks
mayor. Akhirnya mengosongkan isinya ke dalam pelvis renalis pada aspek
masing-masing piramid medula ginjal.
viii
Panjang nefron keseluruhan ditambah dengan duktus koligens 45-65mm.
Nefron yang berasal dari glomerulus korteks (korteks nefron), mempunyai
ansa Henle yang memanjang ke dalam piramid medula. Dalam keadaan
normal sekitar 5-10% natrium terfiltrasi mencapai daerah reabsorpsi di
bagian distal. Mekanisme pasti reabsorpsi natrium pada daerah ini ditukar
dengan ion hidrogen atau kalium di bawah pengruh aldosteron.
Sekresi kalium terjadi secara murni. Suatu proses pasif yang terjadi karena
gradien elektrokimia yang ditimbulkan oleh perbedaan besar potensial
pada segmen nefron ini. Gradien dipertahankan oleh pertukaran aktif
natrium dan kalium pada membran basolateral sel tubulus. Mekanisme ini
dikendalikan oleh aldosterone yang mengendalikan tubulus distal terhadap
sekresi kalium.
5. Duktus koligen medula, bukan merupakan saluran metabolik tidak aktif,
tetapi pengaturan secara halus ekskrsi natrium urine terjadi di sini dengan
aldosteron yang paling berperan terhadap reabsorpsi natrium. Peningkatan
aldesteron dihubungkan dengan peningkatan reabsorpsi natrium. Duktus
ini memiliki kemampuan mereabsorpsi dan menyekresi kalium. Ekskresi
aktif kalium diperlihatkan pada duktus koligen kortikal dan dikendalikan
oleh aldosterone. Reabsorpsi aktif kalium murni terjadi dalam duktus
koligen medula.
Arteriol eferen dan ujung akhir ansa hanle asendens tebal, nefron yang sama
bersentuhan untuk jarak yang pendek. Pada titik persentuhan sel tubulus (ansa
Henle) asendens menjadi tinggi dinamakan macula densa, dinding arteriola
yang bersentuhan dengan ansa Henle menjadi tebal karena sel-selnya
mengandung butir-butir sekresi renin yang besar yang disebut sel juksta
glomerulus. Makula densa dan sel juksta glomerulus erat sekali kaitannya
dengan pengaturan volume cairan ekstrasel dan tekanan darah (Syaifuddin,
2012).
Elektromikroskopis glomerulus
ix
Glomerulus berdiameter 200µm, dibentuk oleh invaginasi suatu anyaman
kapiler yang menempati kapula Bowman, mempunyai dua lapisan seluler yang
memisahkan darah dari dalam kapiler glomerulus dan filtrat dalam kapsula
Bowman yaitu lapisan endotel kapiler dan lapisan epitel khusus yang terletak
di atas kapiler glomerulus.
Kedua lapisan ini dibatasi oleh lamina basalis, disamping itu terdapat
sel-sel stelata yang disebut sel mangasial. Sel ini mirip dengan sel-sel parasite
yang terdapat pada dinding kapiler seluruh tubuh. Zat-zat ini bermuatan netral,
diameter 4 nm, dapat melalui membran glomerulus dan zat yang lebih dari 8
nm hamper semuanya terhambat. Di samping diameter bermuatan molekul,
juga memengaruhi daya tembus glomerulus sehingga tidak dapat melewati
glomerulus (Syaifuddin, 2012).
Ginjal mendapat darah dari arteri renalis merupakan cabang dari aorta
abdominalis, sebelum masuk ke dalam massa ginjal. Arteri renalis mempunyai
cabang yang besar yaitu arteri renalis anterior dan yang kecil arteri renalis
posterior. Cabang arterior memberikan darah untuk ginjal arterior dan ventral.
Cabang posterior memberikan darah untuk ginjal posterior dan bagian dorsal.
Di antara kedua ini terdapat suatu garis (Brudels line) yang terdapat di
sepanjang margo lateral dari ginjal. Pada garis ini tidak terdapat pembuluh
darah sehingga, kedua cabang ini akan menyebar sampai ke bagian anterior
dan posterior dari kolisis sampai ke medula ginjal, terletak diantara piramid
dan disebut arteri interlobularis (Syaifuddin, 2012).
Setelah sampai di daerah medula membelok 90° melalui basis piramid yang
disebut arteri Arquarta. Pembuluh ini akan bercabang menjadi arteri
interlobularis ynang berjalan tegak ke dalam korteks berakhir sebagai:
x
2. Pleksus kapiler sepanjang tubulus melingkra dalam korteks tanpa
berhubungan dengan glomelaris.
3. Pembuluh darah menembus kapsua Bowman.
xi
Dari pembuluh rambut ini darah kemudian berkumpul dalam pembluh kapiler
vena, bentuknya seperti bintang disebut vena stellata berjalan ke vena
interlumbalis.
Persarafan Ginjal
Saraf ginjal lebih kurang 15 ganglion. Ganglion ini membentuk pleksus renalis
yang berasal dari cabang yang terbawah dan diluar ganglion pleksus seliaka,
pleksus aukustikus, dan bagian bawah splenikus. Plekus renalis bergabung
dengan plekus spermatikus dengan cara memberikan beberapa serabut yang
dapat menimbulkan nyeri pada testis pada kelainan ginjal.
Fungsi Ginjal
Fungsi Ginjal:
xii
1. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh
akan diseskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam
jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine
yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat, sehingga
sususnan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan rekatif normal.
2. Mengatur keseimbanga osmotic dan mempertahankan keseimbangan ion
yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Jika terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam
yang berlebihan/penyakit pendarahan (diare dan muntah) ginjal akan
meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting (mis., Na, K, CI, Ca dan
fosfat).
3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh, bergantung pada apa
yang dimakan. Campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak
asam, pH kurang dari 6, ini disebabkan hasil akhir metabolisme protein.
Apabila banyak makn sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine
bervariasi anatar 4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan
perubahan pH darah.
4. Ekskresi sisa-sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat
toksik, obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing
(pestisida).
5. Fungsi hormonal dan metabolise. Ginjal menyekresi hormon renin yang
mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (system renin
angiotensin aldosterone); membentuk eritropoiesis; mempunyai peranan
penting memroses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis). Di
samping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksikolekalsiferol
(vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorpsi ion kalsium di usus.
xiii
2.2............................................. Konsep Penyakit Gagal Ginjal
a. Pengertian
Gagal ginjal merupakan penyakit ginjal tahap akhir, Progresif
dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi
uremia (Kartika Sari W, 2013).
b. Etiologi
1) Diabetes mellitus
2) Glumeluronefritis kronis
xiv
3) Pielonefritis
4) Hipertensi tak terkontrol
5) Obstruksi saluran kemih
6) Penyakit ginjal polikistik
7) Gangguan vaskuler
8) Lesi herediter
9) Agen toksik (timah, cadmium, dan merkuri).
c. Patofisiologi
1) Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam
untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR,
maka klirens kreatinin akan menurun, kreatinin akan meningkat,
dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat.
2) Gangguan kliren renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan
oleh ginjal).
3) Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan
natrium, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi.
4) Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritopoetin yang
tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi
nutrisi, dan kecendrungan untuk terjadi pendarahan akibat status
uremic pasien, terutama dari saluran GI.
xv
5) Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang
saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan
turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar
fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan
kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam
kondisi gagal ginjal, tubuh tidak merespon terhadap peningkatan
sekresi parathormon, akibatnya di tulang menurun menyebabkan
perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
d. Manifestasi Klinik
1) Kardiovaskuler
Hipertensi
xvi
Pitting edema
Edema periorbital
Pembesaran vena leher
Friction rub pericardial.
2) Pulmoner
Krekel
Nafas dangkal
Kusmaul
Sputum kental dan liat.
3) Gastrointestinal
Anoreksia, mual danmuntah
Perdarahan saluran GI
Ulserasi dan perdarahan pada mulut
Konstipasi/diare
Nafas berbau ammonia
4) Musculoskeletal
Kram otot
Kehilangan kekuatan otot
Fraktur tulang
Foot drop.
5) Integument
Warna kulit abu-abu mengkilat
Kulit kering, bersisik
Pruritus
Okimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut titips dan kasar.
6) Reproduksi
xvii
Amoneore
Atrofi testis.
xviii
Angiotensin Receptor Blocker (ARB) atau Angiotensin
Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) direkomendasikan
digunakan untuk pasien penyakit ginjal kronis dengan
diabetes dan ekskresi albumin urin 30 – 300 mg/24 jam
(atau ekuivalen)
ARB atau ACEI direkomendasikan pada pasien penyakit
ginjal kronis dengan atau tanpa diabetes dengan ekskresi
albumin urin > 300 mg/24 jam (atau ekuivalen)
Pada pasien anak-anak dengan penyakit ginjal kronis,
obat antihipertensi diberikan bila tekanan darah secara
konsisten berada di atas persentil 90 sesuai usia, jenis
kelamin dan tinggi badan dan disarankan untuk
menggunakan ARB dan ACEI untuk mencapai persentil
50, kecuali timbul tanda dan gejala hipotensi
Perlu diperhatikan hipotensi postural pada pasien penyakit
ginjal kronis dengan obat antihipertensi
xix
dengan diabetes, metformin lebih disarankan dibandingkan
sulfonilurea.
Selain itu, dokter juga harus menangani manifestasi yang
disebabkan oleh penyakit ginjal kronis, yaitu anemia, gangguan
mineral tulang, edema/asites, asidosis metabolik, manifestasi
uremia, komplikasi kardiovaskular, serta pada anak-anak dapat
terjadi gangguan pertumbuhan.
xx
pengganti ginjal. Prinsip pengobatan dari gagal ginjal akut dapat
dilakukan menurut rekomendasi dari Kidney disease: improving global
outcomes (KDIGO) berdasarkan stadium penyakitnya. terdapat gradasi
peningkatan prioritas seiring peningkatan stadium gagal ginjal akut.
Dalam pengobatan gagal ginjal akut, penyebab harus dicari dan
dilakukan tata laksana terhadap penyebab tersebut. Pengobatan bersifat
suportif dan sampai sejauh ini belum ditemukan pengobatan terapeutik.
Beberapa modalitas pengobatan gagal ginjal akut tanpa terapi pengganti
ginjal adalah hidrasi, perbaikan tekanan darah, perbaikan kadar elektrolit,
diet dan kontrol gula darah.
xxi
Hiperkalemia berat (≥ 6.5 mmol/L) atau dengan perubahan
EKG (contoh: gelombang T tinggi) dapat diberikan 5-10 unit
insulin dengan dextrose agar terjadi pergerakan kalium ke
intrasel. Kalsium glukonas (10 mL pada konsentrasi 10%)
diberikan dalam 5 menit secara intravena, digunakan untuk
stabilisasi membran sel dan menurunkan risiko aritmia.
Hiperkalemia juga dapat diatasi dengan penggunaan sodium
polystyrene sulfonate atau furosemide.
Gagal ginjal akut juga dapat menyebabkan asidosis yang perlu
dikoreksi dengan menggunakan bikarbonat.
5) Hemodialisis
Terapi pengganti ginjal seperti cuci darah pada gagal
ginjal akut dilakukan secara segera (cito) apabila terdapat kondisi
xxii
gagal ginjal akut yang mengancam nyawa, seperti:
Kelebihan cairan yang tidak dapat ditangani dengan obat-
obatan
Asidosis yang tidak dapat ditangani dengan obat-obatan
Perikarditis atau pleuritis uremikum
Keracunan dan intoksikasi, seperti keracunan lithium dan
intoksikasi alkohol
xxiii
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal
a. Pengkajian
1) Data subyektif
2) Data objektif
Hipertensi, disritmia,nadi lemah, edema peri orbita, pucat
Frekuensi eliminasi urine meningkat, poliuri (banyak
kencing) yang merupakan tanda awal atau penurunan
frekuensi tanda lanjut
Perubahan warna urine (kuning tua, kemerahan, keruh)
Perubahan turgor kulit
BB meningkat (edema)
BB menurun (dehidrasi)
Perhatian kurang, konsentrasi kurang,memori kurang
Tingkat kesadaran menurun (azotemia, keseimbangan cairan
terganggu )
Napas pendek dan mungkin bau amonial
Banyak batuk (sputum berwarna pink)
b. Diagnosa keperawatan
xxiv
Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada pasien GGA adalah:
xxv
3. Awasi berat jenis urine Mengukur kemampuan ginjal
mengkonsentrasikan urine
4. Rencanakan penggantian vairan dalam Membantu menghindari periode tanpa
pembatasan multiple. Berikan minuman cairan; menurunkan rasa kekurangan atau
yang disukai haus
5. Timbang badan tiap hari dengan alat Cara pengawasan terbaik status cairan.
dan pakaian yang sama Kenaikan>0,5/hr ada retensi cairan
6. Auskultasi bunyi paru dan jantung Kelebihan cairan menimbulkan edem
paru dan gagal jantung
7. Kaji tingkat kesadaran dan perubahan Dapat menunjukan perpindahan cairan,
mental asidosis, ketidakseimbangan elektrolit
dan hipoksia
8. Pantau hasil pemeriksaan laboraturium Mengkaji adanya disfungsi ginjal,
seperti BUN, kreatinin, elektrolit, Hb/Ht hipo/hipermatremia dan adanya enemia
9. Kolaborasi pemberian obat diuretik Untuk melebarkan lumen tubular dari
(furosenid/lasix) debris, menurunkan hiperkalemia dan
meningkatkan pengeluaran urine
10. Kolaborasi pemberian obat anti Diberikan untuk mengatasi hipertensi
hipertensi (catapres, metildopa, akibat dari kelebihan cairan
prazosin)
Kriteria hasil : tensi darah, denyut jantung dan irama dalam batas normal pasien, nadi
perifer kuat, sama dengan waktu pengisian kapiler.
xxvi
menimnulkan gagal jantung
2. Observasi EKG dan perubahan irama Perubahan elektromekanis merupakan
jantung bukti berkelanjutannya gagal ginjal dan
ketidakseimbangan elektrolit
3. Auskultasi bunyi jantung Terbentuknya S3/S4 menunjukan
kegagalan
4. Kaji warna kulit, membran mukosa, Pucat dan menunjukkan vasoknstriksi
dasar kuku dan waktu pengisian kapiler atau anemia, cyanosis berhubungan
dengan kogesti paru dan gagal jantung
5. Perhatikan terjadinya nadi Penggunaan magnesium (obat antasida)
lambat,hipotensi, kemerahan, mengakibatkan hipermagnesemia
mual/muntah dan penurunan tingkat sehingga beresiko henti nafas/jantung
kesadaran
6. Pertahankan tirah baring atau dorong Menurunkan konsumsi/kerja jantung
istirahat secara adekuat
7. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium Mengkaji adanya efek negatif terhadap
seperti kalium,kalsium dan magnesium jantung dan susunan saraf pusat
Kriteria hasil : berat badan meningkat sesuai situasi individu, bebas edema
xxvii
1. Kaji/catat pemasukan diet Membantu dalam mengidentifikasi
desiensi dan kebutuhan diet
2. Berikan makanan sedikit dan sering Meminimalkan anoreksia dan mual
sehubungan dengan status
uremik/menurunnnya peristaltik
3. Informasi makanan yang diizinkan dan Mengontrol dalam pembatasan diet.
libatkan klien/keluarga dalam pemilihan Makanan rumah dapat meningkatkan
menu nafsu makan
4. Tawarkan perawatan mulu berkala Menyegarkan rasa mulut uang sering
dengan cairan asam asetat (25%) dan tidak nyaman pada uremia dan
berikan permen penyegar mulut diantara membatasi pemasukan oral. Pencucian
makanan dengan asam asetat membantu
menetralkan amonia
5. Timbang berat badan tiap hari Perubahan 0,5 kg BB dapat menunjukkan
perpindahan keseimbangan cairan
xxviii
Diagnosa 4 : kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik/pembatasan diet, anemia
xxix
Diangnosa 5 : resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan depresi
pertahanan imunologi sekunder uremia, prosedur invasive dan kurangnya nutrisi seluler
Kriteria hasil : tanda vital dalam batas normal, nilai leukosit dalam batas normal
xxx
contoh sel darah (SDP) dengan infeksi umum
diferensial
8. Ambil spesimen untuk kultur dan Memastikan infeksi identifikasi
sentivitas dan berikan antibiotik tepat organisme khusus, membantu pemilihan
sesuai indikasi pengobatan infeksi paling efektif
Kriteria evaluasi : mengidentifikasi tanda dan gejala proses penyakit dan faktor
penyebab dan berpartisipasi dalam pengobatan.
d. Evaluasi keperawatan
1) Haluaran urine tepat dengan berat jenis (hasil pemeriksaan
laboratorium) mendekati normal,berat stabil,tanda vital dalam bats
normal, tidak ada edema
2) Curah jantung normal ditunjukkan dengan irama jantung
normal,nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
xxxi
serta toleran terhadap aktivitas
3) Kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi yang ditunjukkan dengan berat
badan meningkat atau stabil dan tidak ada edema
4) Tidak terjadi kelelahan yang ditunjukkan dengan berpartisipasi pada
aktivitas yang diinginkan
5) Infeksi tidak terjadi ditunjukkan dengan tanda vital normal dan
jumlah sel darah putih dalam batas normal
6) Pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
memadai ditunjukkan dengan pemahaman tentang proses penyakit
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ginjal merupakan organ terpenting dalam mepertahankan hemeostasis
cairan tubuh secara baik. Bebagai fungsi ginjal untuk mempetahankan
hemeostatik dengan mengatur volume cairan, keseimbangan osmotik, asam
basa, ekskresi sisa metabolisme, system pengaturan hormonal dan metabolisme.
Ginjal terletak dalam rongga abdomen, retropenitonial primer kiri dan kanan
kolumna vetebralis, dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat di belakang
peritoneum (Syaifuddin, 2012).
Gagal ginjal merupakan penyakit ginjal tahap akhir, Progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia
(Kartika Sari W, 2013).
Etiologi gagal ginjal meliputi diabetes mellitus, glumeluronefritis
kronis, pielonefritis, hipertensi tak terkontrol, obstruksi saluran kemih, penyakit
xxxii
ginjal polikistik, gangguan vaskuler, lesi herediter, agen toksik (timah,
cadmium, dan merkuri). Patofisiologi gagal ginjal meliputi penurunan GFR,
gangguan kliren renal, retensi cairan dan natrium, anemia, ketidakseimbangan
kalsium fosfat, dan penyakit tulang uremic (osteodistrofi) (Kartika Sari W,
2013).
3.2............................................. Saran
Bila pembaca menemukan kesalahan dalam makalah ini, harap
memberikan saran dan kritik kepada kami agar kami bisa menyempurnakan
pembuatan makalah yang lainnya. Semoga informasi yang ada di makalah ini
bisa bermanfaat dan menambah wawasan pembaca. TERIMA KASIH.
DAFTAR PUSTAKA
Kartika Sari Wijayaningsih, S.Kep., Ners , 2013. Standar Asuhan Keperawatan. CV.
: Jakarta.
xxxiii
Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Toto Suharyanto & Abdul Madjid, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
gangguan system perkemihan. CV. Trans Info Media : Jakarta.
xxxiv