Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : APRILIYANI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 857056433

Kode/Nama Mata Kuliah : PEBI4223 / PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Kode/Nama UPBJJ : 21 / UPBJJ UT JAKARTA

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
LEMBAR JAWABAN TUGAS MATA KULIAH (TMK)
PEBI4223 / PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

1. A) Komposisi Tanah
Tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu mineral, bahan organik, air dan udara.
Jumlahnya berbeda-beda untuk setiap jenis dan lapisan tanah. Pada tanah lapisan atas
umumnya mengandung 45% (volume) bahan mineral, 3-5% bahan organik, 20-30% udara,
dan 20-30% air (kandungan udara dan air dapat berubah). Bahan organik seperti humus
mempengaruhi sifat-sifat tanah seperti N, P, dan S (sebagai sumber unsur hara). Sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur dan keberadaan bahan organik. Kandungan
bahan organik yang tinggi pada lapisan atas akan membuat struktur tanah, peredaran udara
dan pergerakan air menjadi lebih baik dibandingkan lapisan bawah serta memperbaiki
peresapan air dan mengurangi run-off. Pada tekstur tanag yang kasar, kemampuan infiltrasi
akan lebih besar dibandingkan pada tekstur tanah yang halus.
Struktur tanah yang mantap tahan terhadap pemecahan agregat, karena akan selalu
bersifat porus dan memiliki kemampuan infiltrasi yang tinggi. Kondisi strujtur tanah
seperti ini, distribusi ukuran partikel dan bahan organik, akan memperlambat limpasan
permukaan. Daya tahan tanah juga dapat dijaga dengan menggunakan perekat agregat
tanah dalam proses agregasi.
Tekstur tanah jenis podsolik merah kuning mudah sekali tererosi. Tanah yang memiliki
agregat yang rendah ini terdapat di sebagian besar wilayah Indonesia. Kemantapan agregat
tanah dimungkinkan dengan adanya bahan perekat seperti liat, CaCO 3, Fe-hidroksida,
bahan organik, zat lendir sehingga butir-butir tanah tersebut kuat satu sama lain. Kepekaan
tanah akan erosi bergantung pada mudah atau tidaknya agregat tanah didispersikan oleh
air dan mudah tidaknya agregat terangkut air.

B) Peran Tanah
Tanah berperan penting bagi kehidupan manusia, hal ini disebabkan karena tanah :
a. Digunakan untuk tempat tinggal dan tempat melakukan semua kegiatan
manusia;
b. Sebagai tempat berkembangnya hewan yang sangat berguna bagi manusia;
c. Sebagai tempat vegetasi yang sangat berguna bagi kepentingan hidup manusia;
d. Mengandung barang tambang, mineral dan bahan galian yang berguna bagi
manusia;
e. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara);
f. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon,
vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim-enzim
yang dapat meningkatkan kesediaan hara);
g. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat
langsung atau tidak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder
tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama dan
penyakit tanaman.
Tanah mempunyaibanyak manfaat dalam kehidupan. Manfaat paling umum
dari tanah adalah sebagai media tumbuh tanaman. Sebagai media tumbuh, tentu saja
tanah memiliki syarat dan ketentuan berlaku yang harus dipenuhi.
Dari peranan penting tanah yang disebutkan di atas, kita harus memahami arti
penting tentang tanah. Tanah adalah sebagai tempat tumbuhnya dan penyedia
kebutuhan tanaman, tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan
hama, penyakit, dampak pestisida dan limbah industri yang berbahaya. Kesadaran
akan peduli dengan pelestarian tanah perlu di tingkatkan dari hal-hal kecil seperti
membuang sampah dengan benar pada tempatnya, akibat dari pencemaran tanah
sangatlah merugikan dan menggangu kelangsungan makhluk hidup di muka bumi
ini, jika bukan dari diri kita sendiri.

2. A). PRINSIP EKOEFISIENSI DALAM PEMANFAATAN AIR


Berikut ini, cara-cara usaha pelestarian air.
1) Mempertahankan keberadaan hutan agar mata air tidak kering, terutama hutan di
daerah hulu sungai.
2) Menjaga air sungai agar tidak tercemar. Pembuangan limbah industri ke sungai
harus dinetralkan terlebih dahulu.
3) Mengusahakan air sumur agar tetap bersih. Misalnya, menjaga jarak antara sumur
dan tempat pembuangan kotoran minimal 10 meter.
4) Mencegah pembuangan limbah nuklir atau limbah cair industri secara langsung ke
laut. Menghindari kebocoran pada kapal tanker pengangkut minyak. Menghindari
kecerobohan laut, seperti tabrakan antar kapal tanker dan tidak membuang limbah
dan sampah kelaut.
B). PRINSIP EKOEFISIENSI DALAM PEMANFAATAN INDUSTRI.
Bahan dan energi yang tidak termanfaatkan dalam suatu sistem proses produksi akan
terbuang menjadi limbah dan menyebabkan meningkatnya social cost untuk proses
lanjutannya. Oleh karena itu, perlu penerapan prinsip ekoefisiensi dalam industri
sebagai berikut :
1) Meminimalkan penggunaan bahan baku energi;
2) Meminimalkan pelepasan limbah beracun ke lingkungan;
3) Menghasilkan produk yang dapat didaur ulang ;
4) Pemanfaatan SDA yang dapat diperbaharui (renewable resources);
5) Mampu menghasilkan produk yang tahan lama.

3. TEORI ETIKA LINGKUNGAN


1) TEORI ETIKA LINGKUNGAN MENURUT PAHAM
ANTROPOSENTRISME.
Antroposentrisme adalah teori lingkungan yang memandang manusia sebagai
pusat dari alam semesta. Mengaggap bahwa manusia manusia dan kepentingannya
sebagai nilai tertinggi, sehingga mengatakan bahwa nilai dan prinsip moral hanya
berlaku bagi manusia sehingga etika hanya berlaku bagi manusia. Kewajiban dan
tanggung jawab manusia terhadap alam merupakan perwujudan kewajiban dan
tanggung jawab moral terhadap sesama manusia, bukan terhadap alam itu sendiri.
Etika ini bersifat intrumentalistik artinya pola hubungan manusia dengan alam
yaitu alam sebagai alat kepentingan manusia. Manusia peduli terhadap alam, demi
menjamin kebutuhan hidup manusia sehingga jika alam itu tidak berguna bagi
kepentingan hidup manusia maka akan diabaikan saja.
Disebut sebagai etika teologis karena mendasarkan pertimbangan moral pada
akibat dari tindakan tersebut bagi kepentingan manusia. Suatu kebijakan dan
tindakan yang baik dalam kaitan dengan lingkungan hidup akan dinilai baik kalau
mempunyai dampak yang menguntungkan bagi kepentingan manusia. Etika ini
juga bersifat egoistis karena hanya mengutamakan kepentingan manusia, karena
kepentingan mahkluk hidup lain mendapat pertimbangan moral tetap saja demi
kepentingan manusia, maka dianggap sebagai etika lingkunan yang dangkal dan
sempit (shallow environmental ethics).
Krisis lingkungan dianggap terjadi karena perilaku manusia yang dipengaruhi cara
pandang antroposentris. Cara pandang ini menyebabkan pola perilaku manusia
yang eksploitatif, dekstruktif dan tidak perduli terhadap alam. Apa saja boleh
dilakukan manusia terhadap alam sejauh tidak erugikan kepentingan manusia.
Kepentingan manusia dalam hal bersifat jangka pendek.

2) TEORI ETIKA LINGKUNGAN MENURUT PAHAM BIOSENTRISME


Teori Biosentrisme mengagungkan nilai kehidupan yang ada pada ciptaan,
sehingga komunitas moral tidak lagi dapat dibatasi hanya pada ruang lingkup
manusia. Mencakup alam sebagai ciptaan sebagai satu kesatuan komunitas hidup
(biotic community). Inti pemikiran biosentrisme adalah bahwa setiap ciptaan
mempunyai nilai intrinsik dan keberadaannya memiliki relevansi moral. Setiap
ciptaan (makhluk hidup) pantas mendapatkan keprihatinan dan tanggung jawab
moral karena kehidupan merupakan inti pokok dari konsern moral. Prinsip moral
yang berlaku adalah “mempertahankan serta memlihara kehidupan adalah baik
secara moral, sedangkan merusak dan menghancurkan kehidupan adalah jahat
secara moral” (Light, 2003: 109). Biosentrisme memiliki tiga varian, yakni, the life
centered theory (hidup sebagai pusat), yang dikemukakan oleh Albert Schweizer
dan Paul Taylor, land ethic (etika bumi), dikemukakan oleh Aldo Leopold, dan
equal treatment (perlakuan setara), dikemukakan oleh Peter Singer dan James
Rachel.

3) TEORI ETIKA LINGKUNGAN MENURUT PAHAM EKOSENTRISME


Ekosentrisme Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan
biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada
kehidupan seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh
komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak. Karena secara ekologis,
makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh
karenanya, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada
makhluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku
terhadap semua realitas ekologis.
4) TEORI ETIKA LINGKUNGAN MENURUT PAHAM TEOSENTRISME
Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan
lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan
lingkungan. Pada teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism)
dalam mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk di daerah Bali,
konsep seperti ini sudah ditekankan dalam suatu kearifan lokal yang dikenal
dengan Tri Hita Karana (THK), dimana dibahas hubungan manusia dengan Tuhan
(Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan hubungan
manusia dengan lingkungan (Palemahan).

5) TEORI ETIKA LINGKUNGAN MENURUT PAHAM EKOFEMINISME


Merupakan bagian yang tidak lepas dari perkembangan ideologi feminisme. Teori
ini muncul pertama kali pada tahun1974 dalam buku karya penulis Prancis yang
bernama Francoise d’eaubonne. Ia mengajak kaum perempuan untuk memimpin
revolusi ekologi untuk menyelamatkan planet bumi. Para penganut ekofeminisme
percaya bahwa diperlukan ekosentrisme untuk menyelamatkan bumi. Mereka pun
beranggapan bahwa penyebab kerusakan bumi saat ini bukan hanya akibat
pandangan antriposentrisme, melainkan secara husus akibat dominasi laki-laki
(androsentrisme). Pandangan ini menjelaskan tentang adanya hubungan langsung
antara eksploitasi alam dengan penindasan terhadap kaum perempuan. Dengan
demikian, penganut teori ini berpandangan bahwa krisis lingkungan lingkungan
global akhir-akhir ini adalah hasil dari kebudayaan laki-laki.

4. A). Strategi pembelajaran etika lingkungan di sekolah.


Salah satu cara yang dapat digunakan untuk pembelajaran etika di sekolah yaitu dengan
menyajikan video tentang pencemaran industri dan akibatnya, perambahan hutan hujan
tropis, pemanasan global, penipisan lapisan ozon beserta dampaknya bagi kehidupan di
muka bumi dan video lainnya yang dapat menyentuh nurani peserta didik terhadap
krisis lingkungan saat ini. Selain dengan video diharapkan juga dapat membawa peserta
didik ke tempat-tempat yang bersih dari polusi dan kerusakan akibat manusia
(konservasi), kemudian ke tempat-tempat yang tercemar, seperti sungai yang tercemar
limbah domestik atau industri dan tempat-tempat kotir lainnya.
Untuk menanamkan sikap dan perilaku siswa yang selalu menjaga dan melestarikan
lingkungan bisa dengan melakukan pembelajaran yang dimulai dari mengevaluasi
lingkungan sekolah.
B). Cara mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan
Sekolah merupakan institusi pendidikan formal, tempat terselenggaranya kegiatan
belajar mengajar, tempat siswa dilatih, dididik, dibimbing dan diajarkan oleh bapak/
ibu guru dengan sabar, ikhlas dan penuh rasa tanggung jawab. Disamping sekolah
sebagai tempat belajar perlu memiliki lingkungan yang asri, bersih dan sehat sehingga
akan tercipta suasana yang menyenangkan, nyaman dan aman.
Berbagai program sekolah di cetuskan demi meningkatkan standar mutu pada satuan
pendidikan.
Dalam rangka mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan perlu kiranya membangun
sinergitas dan komitmen bersama dari seluruh stakeholder sekolah untuk :
menyamakan persepsi disamping visi dan misi
Sekolah berbudaya lingkungan, guna mewujudkan sekolah yang berwawasan
lingkungan.
Melibatkan warga sekolah dalam berbagai aktivitas
pembelajaran lingkungan hidup.
Tercukupinya sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan tersebut.
Peran serta masyarakat merupakan hal yang sangat didambakan warga sekolah agar
dapat bersinergi dalam mewujudkan sekolah yang bermutu.
Kerjasama dengan instansi yang terkait dan lembaga lainnya adalah bagian sentral
dalam strategi pembangunan khususnya bidang pendidikan.
C). Tujuan program adiwinata di sekolah.
Tujuan Program Adiwiyata adalah : menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk
menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian
hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan
lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Program Adiwiyata harus
berdasarkan norma – norma Kebersamaan, Keterbukaan, Kejujuran, Keadilan, dan
Kelestarian Fungsi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam.

Anda mungkin juga menyukai