Nama: Ariska Septi Ardianti

Npm: B1A019249

Kelas: B

Matkul Pembaharuan Hukum Pidana

PERTEMUAN KEDUA

1. Pembangunan dalam bidang hukum pidana, khususnya dalam hal ini pembangunan
atau pembaharuan hukum pidana, tidak hanya membangun lembaga-lembaga hukum
yang bergerak dalam suatu mekanisme, tetapi harus mencakup pembangunan
substansial berupa produk yang merupakan hasil suatu sistem hukum dalam bentuk
peraturan-peraturan hukum pidana dan yang bersifat kultural, yakni sikap dan nilai
yang mempengaruhi berlakunya sistem hukum.
2. Mekanisme dan prosedur dalam beracara tidak hanya ada dalam KUHAP dan UU,
namun proses peradilan pidana juga ada dalam kebiasaan masyarakat yang dapat
dilakukan dalam hukum pidana adat.
3. Pemidanaan terdahulu mengandung pengertian suatu tindakan untuk melakukan
pembalasan atas tindak pidana yang terjadi, yang dianggap pantas dari suatu proses
pemidanaan. Namun, dalam pembaharuan pidana dibanding untuk melakukan
pembalasan, tujuan hukum pidana berubah menjadi pengendalian pada masa yang
akan datang melalui social control untuk melakukan pengendalian sosial dan
melakukan rekayasa sosial.
4. Dalam restorative justice berupaya untuk memberikan prioritas kepentingan-
kepentingan kepada para pihak, dilakukan pengembalian konflik kepada para pihak
yang dalam hal ini adalah pelaku dan korban.
5. Rancangan pembaharuan hukum pidana mengatur suatu solusi lain di samping
penjatuhan pidana penjara. Pembaharuan hukum pidana meliputi suatu pidana
 pengawasan, dan pidana kerja sosial yang merupakan suatu jenis alternatif pilihan atas
pidana selain penjara.
6. Jika suatu perkara sudah diselesaikan secara hukum adat, maka tidak boleh dituntut
kembali di peradilan negara, karena Indonesia menganut asas “Nebis in Idem”.
7. Dalam sistem peradilan Indonesia menggunakan sistem absorbsi, dimana seseorang
yang melakukan beberapa perbuatan pidana dengan delik yang berbeda, maka hanya
dijatuhkan satu pidana saja, yaitu pidana yang terberat walaupun orang tersebut
melakukan beberapa delik.