D2401211140 - Abdurrahman Shiddiq - Pengukuran Aktivitas Enzim Amilase Asal Kecambah Kacang Hijau
D2401211140 - Abdurrahman Shiddiq - Pengukuran Aktivitas Enzim Amilase Asal Kecambah Kacang Hijau
Abdurrahman Shiddiq
D2401211140
Kelompok 1/P1
2.1 Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengukur aktivitas enzim amilase asal kecambah
kacang hijau dengan sumber pati dari ekstrak kentang dan ekstrak singkong.
II TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Metode
Langkah pertama yaitu membuat 7 larutan standar dengan konsentrasi yang
berbeda. Mula-mula 7 tabung reaksi disiapkan, larutan glukosa dipipet dan
dimasukkan ke tabung masing-masing 0, 0,5, 1, 2, 3, 4, 5 ml yang kemudian
dilarutkan dengan aquadest sampai 10 ml. Tabung di didihkan selama 15 menit lalu
tabung tersebut dimasukkan ke dalam air yang berisi es batu, diamkan selama 20
menit. Selanjutnya tabung baru disiapkan, dari hasil pelarutan tadi diambil 1 ml
larutan 0 ppm, ditambah 1 ml aquadest dan 3 ml larutan DNS. Langkah tersebut
dilakukan untuk setiap tabungnya. Setelah itu, diukur absorbansinya pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm.
Langkah selanjutnya yaitu preparasi sampel, Kecambah dihaluskan dengan
mortar dan ditimbang dalam sebanyak 15 gram, lalu 30 ml buffer asetat 0,2 M pH
5 ditambahkan. Kemudian campuran tersebut disaring dan filtrat yang di hasilkan
di tampung. Tabung reaksi yang baru disiapkan lalu ditambahkan 5 ml larutan
enzim kemudian di inkubasi selama 5 menit di suhu ruang. Selanjutnya tabung
reaksi lainnya disiapkan untuk ditambahkan 2 ml ekstrak singkong, larutan tersebut
diinkubasi selama 2 menit pada suhu 38°C pada waterbath. Tabung rekasi yang
berisi ekstrak singkong ditambahkan 2 ml enzim dan dihomogenkan kemudian
diinkubasi kembali selama 10 menit. Dari tabung reaksi yang telah diinkubasi
selama 10 menit kemudian diambil 1 ml dan ditransfer ke tabung reaksi baru serta
ditambahkan 9 ml larutan aquadest. Tabung reaksi baru disiapkan, dari larutan
sampel tadi diambil 1 ml sampel kemudian ditambahkan 1 ml aquadest dan 3 ml
larutan DNS lalu dihomogenkan. Selanjutnya tabung reaksi tersebut dididihkan
selama 15 menit. Setelah dididihkan, dimasukkan kedalam air es dan didiamkan
selama 20 menit. Sampel tersebut diukur absorbansinya pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang 540 nm dan aktivitas enzimnya dihitung.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Nilai absorbansi larutan standar glukosa dengan beberapa konsentrasi
terdapat pada tabel 1. Konsentrasi yang diuji pada larutan standar adalah 0 ppm, 50
ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, dan 500 ppm. Hasil ini didapatkan
setelah larutan standar diencerkan dan dibaca serapannya menggunakan
spektrofotometer.
Tabel 1 Nilai absorbansi larutan standar glukosa
Konsentrasi Serapan
0 ppm 0,000 A
100 ppm 0,112 A
200 ppm 0,547 A
300 ppm 0,766 A
400 ppm 1,178 A
500 ppm 1,800 A
2 y = 0,0035x - 0,1531
1,75 R² = 0,9597
1,5
1,25
Nilai Serapan (A)
1
0,75
0,5
0,25
0
0 100 200 300 400 500
-0,25
-0,5
Konsentrasi Glukosa (ppm)
Nilai absobansi larutan enzim pati singkong terdapat pada tabel 2. Hasil ini
didapatkan setelah larutan enzim pati singkong dimasukkan ke dalam
spektrofotmeter. Nilai aktivitas enzim pada pati singkong didapatkan dari
perhitungan yang terdapat pada lampiran.
Tabel 2 Hasil penentuan kadar larutan sampel
Larutan Sampel Serapan Aktivitas Enzim
Pati Singkong 0,869 A 1,082 U/ml
4.2 Pembahasan
α-amilase merupakan kelompok enzim endoamilase. Enzim ini bekerja pada
bagian dalam dari amilosa maupun amilopektin dengan memutuskan ikatan α 1,4
glikosidik (Daud 2019). Enzim amilase adalah enzim yang dibutuhkan untuk
merombak atau menghidrolisis zat tepung (amilum) menjadi gula. Enzim ini
dihasilkan oleh organ-organ pencernaan untuk membantu mengkatalisis
pemecahan senyawa makanan secara kimiawi (Setiarto 2015). Mekanisme kerja
enzim αamilase terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama degadasi amilosa
menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degadasi ini terjadi
sangat cepat dan diikuti dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua
terjadi pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir dan tidak acak.
Keduanya merupakan kerja enzim α-amilase pada molekul amilosa. Pada molekul
amilopektin kerja α-amilase akan menghasilkan glukosa, maltosa dan satu seri α-
limit dekstrin, serta oligosakarida yang terdiri dari empat atau lebih glukosa yang
mengandung ikatan α-1,6-glikosidik (Ariandi 2016). Enzim amilase dibagi menjadi
tiga jenis yaitu Alpha-amilase, Beta-amilase, dan glukoamilase. Ada dua yang
utama yaitu alpha dan beta. Alpha-amilase ditemukan dalam air liur manusia, di
mana ia memulai proses kimia dalam pencernaan dengan hidrolisis pati. Alpha-
amilase juga ditemukan dalam pankreas. Beta-amilase ditemukan dalam biji
beberapa tanaman, serta bakteri, ragi, dan jamur. Amilase juga ditemukan pada
hewan lain yang menggunakannya untuk membantu proses pencernaan (Depamede
et al. 2014). Sumber enzim amilase diantaranya adalah mikroorganisme, tumbuhan
dan manusia. Enzim amilase dalam industry makanan, minuman, tekstil, detergen,
kertas, farmasi dan lainnya digunakan untuk mendegradasi pati yang digunakan (
Sriwahyuni et al. 2014).
Aktivitas enzim amilase dibagi menjadi beberapa bagian yaitu alpha-beta
dan mekanisme kerja alpha-beta amilase berbeda. Mekanisme kerja enzim α-
amilase terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama degradasi amilosa menjadi
maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi sangat cepat
dan diikuti dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua terjadi
pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir dan tidak acak. Keduanya
merupakan kerja enzim α-amilase pada molekul amilosa. Pada molekul amilopektin
kerja α-amilase akan menghasilkan glukosa, maltosa dan satu seri αlimit dekstrin,
serta oligosakarida yang terdiri dari empat atau lebih glukosa yang mengandung
ikatan α-1,6-glikosidik (Ariandi 2016). Sementara pada beta-amilase, beta-amilase
akan memotong ikatan glikosidik pada gugus amilosa, amilopektin, dan glikogen.
Amilosa merupakan struktur rantai lurus dari pati, sedangkan amilopektin
merupakan struktur percabangan dari pati. Hasil pemotongan oleh enzim ini akan
didominasi oleh molekul maltosa dan beta-limit dekstrin (Poliana dan MacCabe
2007). Aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsentrasi
enzim, konsentrasi substrat, perubahan suhu, pH, dan efek penghambatan. Faktor-
faktor inin memiliki pengaruh yang besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi
enzim juga dipengaruhi oleh inhibitor, pengaruh aktivator, koenzim, dan
konsentrasi elektrolit. Enzim bekerja pada substrat tertentu dan membutuhkan suhu
serta keasaman (pH) tertentu pula. Sifat inilah yang menyebabkan suatu enzim tidak
dapat bekerja pada substrat lain. Enzim dapat bekerja pada pH tertentu, suhu yang
terlalu rendah atau tinggi dapat menyebabkan molekul enzim rusak. Enzim juga
hanya dapat bekerja pada keadaan yang asam, maka enzim tersebut tidak dapat
bekerja pada suasana yang basa, begitu pula sebaliknya (Damira et al. 2021).
Berdasarkan hasil praktikum yang disajikan pada tabel 1 di atas diketahui
konsentrasi larutan glukosa dan nilai serapannya. Pada konsentrasi 0, 100, 200, 300,
400, 500 ppm menghasilkan serapan secara berurutan sebesar 0A; 0,112A; 0,547A;
0,766A; 1,178A; 1,800A. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara nilas
absorbansi dengan konsentrasi lautan yaitu berbanding lurus. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dinyatakan oleh Gusnedi (2013) yaitu nilai absosbansi akan
berbanding lurus dan signifikan dengan peningkatan konsentrasinya. Pada grafik
dapat terlihat juga garis yang dihasilkan naik ke atas kanan, dan pada persamaan
regresi yang dapat dilihat pada grafik, persamaan matematisnya yaitu x = (y +
0,1531)/0,0035 dimana x adalah konsentrasi glukosa dan y merupakan nilai
absorbansi dari glukosa pada panjang gelombang 540 nm. Dari hal tersebut
diketahui bahwa terdapat korelasi yang linier antara data absorbansi dengan
konsentrasi yang sesuai dengan pernyataan gusnaedi (2013) diatas.
Hasil percobaan terhadap sampel pati singkong menghasilkan nilai
absorbansi sebesar 0,896 A dengan panjang gelombang 540 nm dan nilai aktivitas
yang dihasilkan sebesar 1,082 U/ml yang didapatkan dari nilai absorbansi larutan
sampel pati singkong dimasukan dalam persamaan regresi linier pada gambar 1
yaitu y = 0,0035x - 0,1531. Kemudian dihasilkan kadar larutan sampel yang
dikalikan dengan faktor pengencer dan berat molekul glukosa untuk mendapatkan
nilai aktivitas enzim. Nilai aktivitas enzim yang dihasilkan memiliki perbedaan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Prihatiningsih dan Djatmiko (2016)
yang menunjukkan bahwa nilai aktivitas enzim yang dihasilkan yaitu 2,884 U/ml
dengan nilai absorbansi yang dihasilkan sebesar 0,719 A dan persamaan regresi
sebesar y = -0,1015 + 0,2845x serta panjang gelombang yang digunakan yaitu 660
nm. Perbedaan nilai aktivitas yang dihasilkan sangat bergantung terhadap panjang
gelombang dan persamaan regresi yang dihasilkan. Aktivitas enzim dipengaruhi
pula oleh pH dan berkaitan dengan keberadaan ion hidrogen. Konsentrasi ion
hidrogen sangat mempengaruhi aktivitas enzim, hal ini dikarenakan enzim aktif
berada dalam keadaan ionisasi yang tepat. Hasil yang didapatkan juga berbeda
dengan penelitian Devi et al. (2022) yang mana data aktivitas enzim amilase yang
didapatkan yaitu sebesar 0,0092 U/ml untuk pati singkong. Perbedaaan ini
disebabkan konsentrasi substrat yang digunakan harus memiliki kadar pati yang
tinggi. Aktivitas enzim dapat ditentukan dengan menggunakan substrat yang
spesifik, kemudian aktivitas enzim amilase dapat diukur dengan memantau jumlah
glukosa pereduksi yang dihasilkan (Istia’nah et al. 2020). Faktor lainnya yang
menyebabkan perbedaan nilai aktivitas enzim tersebut diduga karena perbedaan
sumber pati; sumber kecambah kacang hijau; waktu inkubasi; dan suhu inkubasi
yang digunakan. Peningkatan aktivitas enzim α-amilase berhubungan dengan
jumlah karbohidrat yang terdapat pada kecambah Kandungan senyawa karbohidrat
pada kecambah lebih tinggi dibandingkan pada biji (Gumelar dan Fariyanto 2020).
V SIMPULAN
Aktivitas enzim amilase pada kecambah kacang hijau dapat diukur dengan
metode DNS dan sumber pati dari singkong. Aktivitas enzim yang didapatkan
sebesar 1,082 U/ml. Nilai tersebut berbeda dengan literatur yang ada. Perbedaan
nilai aktivitas enzim diduga dikarenakan perbedaan sumber pati, perbedaan sumber
kecambah kacang hijau, perbedaan waktu inkubasi, perbedaan suhu inkubasi,
perbedaan panjang gelombang, dan perbedaan konsentrasi dari substrat yang
dipakai.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar AK, Febriani AK. 2019. Uji kompresibilitas granul pati singkong dengan
metode granulasi basah. Jurnal Ilmiah JOPHUS: Journal Of Pharmacy
UMUS. 1(1): 7-11. Doi: https://doi.org/10.46772/jophus.v1i01.46.
Anova IT, Hermianti W, Silfia. 2014. Substitusi tepung terigu dengan tepung
kentang (Solanum Sp) pada pembuatan cookies kentang. Jurnal Litbang
Industri. 4(2): 123-131. Doi:http://dx.doi.org/10.24960/jli.v4i2.645.123-131.
Ardiansyah A, Nurlansi N, Musta R. 2018. Waktu optimum hidrolisis pati limbah
hasil olahan ubi kayu (Manihot esculenta crantz var. lahumbu) menjadi gula
cair menggunakan enzim α-amilase dan glukoamilase. Indonesian Journal of
Chemical Research. 5(2): 86-95. Doi: https://doi.org/10.30598//ijcr.2018.5-
ard.
Ariandi. 2016. Pengenalan enzim amilase (Alpha-amilase) dan reaksi enzimatisnya
menghidrolisis amilosa pati menjadi glukosa. Jurnala Dinamika. 7(1): 74-82.
Arini NM, Marzuki A, Mohtar Y.2013. Desain sensor serat optik sederhana untuk
mengukur konsentrasi larutan gula dan garam berbasis pemantulan dengan
menggunakan konfigurasi jarak cermin fiber optic tetap. Indonesian Journal
Of Applied Physics. 3(2): 163-168
Auliya P, Oenzil F, Rofinda ZD. 2016. Gambaran kadar gula darah pada mahasiswa
kedokteran Universitas Andalas yang memiliki berat badan berlebih dan
obesitas. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(3): 528-532. Doi:
https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.571.
Bunga SM, Jacoeb AM, Nurhayati T. 2017. Karakteristik pati dari buah lundur dan
aplikasinya sebagai ediblefilm. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia. 20(3): 446-455.
Carolinna A, Fida M. 2015. Isolasi, pemurnian dan karakterisasi beta amilase dari
ubi jalar. Jurnal Agroindustri. 12(3).
Damira, Firdha N, Farma SA, Atifah Y, Batungale S. 2021. Aktivitas enzim amilase
pada saliva dan enzim protease pada sekret pankreas Rana esculenta.
SEMNAS BIO. 1(1): 111-121.
Daniel RM, Danson MJ. 2010. A new understanding of how temperature affects the
catalytic activity of encymes. Biochemical Sciences. 35(10): 584-591. Doi:
https://doi.org/10.1016/j.tibs.2010.05.001.
Daud MAK, Juliani J, Sugito S, Abrar M. 2019. α-amylase and α-glucyosidase
inhibitors from plant extracts. Jurnal Medika Veterinaria. 13(2): 151-158.
DOI: https://doi.org/10.21157/j.med.vet..v13i2.13819.
Depamade SN, Rosyidi A, Sriasih M. 2014. Potensi air liur sebagai perantara dalam
pemeriksaan noninvasive pada hewan peliaraan. Jurnal Veteriner. 15 (4):
564-569.
Devi S, Saryono S, Itnawita I, Mukhlis M. 2022. A potential analysis of 10 types of
carbon sources for amylase production from Aspergillus sp LBKURCC304.
Photon: Jurnal Sain dan Kesehatan. 12(2): 50-58. Doi:
https://doi.org/10.37859/jp.v12i2.3370.
Doi: https://doi.org/10.24036/prosemnasbio/vol1/19.
Gumelar G, Fariyanto DE. 2020. Pengaruh waktu perkecambahan biji kacang hijau
(Phaseolus Radiatus L.) terhadap produksi enzim α-amilase. Cermin J
Penelit. 4(1): 68. Doi: https://doi.org/10.36841/cermin_unars.v4i1.519.
Gusnedi R. 2013. Analisis nilai absorbansi dalam penentuan kadar flavonoid untuk
berbagai jenis daun tanaman obat. Pillar of Physics. 2(1): 76–83.
Harisman FR, Sugiarso D. 2014. Pengaruh waktu penggilingan terhadap kadar zat
besi dalam ampas sari kedelai menggunakan spektrofotometer uv-vis. Jurnal
Sains dan Seni Pomits. 3(2): 2337-3520. Doi:
https://doi.org/10.12962/j23373520.v3i2.6737.
Kolo SMD, Eduradus E. 2018. Hidrolisis ampas biji sorgum dengan microwave
untuk produksi gula pereduksi sebagai bahan baku bioethanol. Jurnal Saintek
Lahan Kering. 1(2): 22-23. Doi: https://doi.org/10.32938/slk.v1i2.596.
Nangin D, Sutrisno A. 2015. Enzim amilase pemecah pati mentah dari mikroba.
Jurnal Pangan Dan Agroindustri. 3(3): 1032-1039
Oktavia AD, Idiawati N, Destiarti L.2013. Studi awal pemisahan amilosa dan
amilopektin pati ubi jalar dengan variasi konsentrasi n-butanol. Jurnal Kimia
Khatulistiwa. 2(3): 153-156.
Phieter AC, Chrisnasari R, Pantjajani T. 2020. Karakterisasi enzim pemecah pati
dari malt serelia. KELUWIH: Jurnal Sains dan Teknologi, 1(1): 38-48. DOI:
https://doi.org/10.24123/saintek.v1i1.2773.
Poliana J, MacCabe AP. 2007. Industrial enzymes. Structure, function, and
applications. Berlin (DE): Springer Science + Business Media
Prihatiningsih N, Djatmiko HA. Enzim amilase sebagai komponen antagonis
Bacillus subtilis B315 terhadap Ralstonia solanacearum kentang. Jurnal HPT
Tropika. 16(1): 10-16. Doi: https://doi.org/10.23960/j.hptt.11610-16.
Purnomo BH, Suhayri A, Kuswardhani N. 2015. Model sistem dinamik
ketersediaan singkong bagi industri tape di Kabupaten Jember. Jurnal
Agroteknologi. 9(2): 162-173.
Rosmawati R. 2013. Isolasi kapang pendegradasi amilum pada ampas sagu
(Metroxylon sagoo) secara in vitro. Biosel Biol Sci Educ. 2(1): 20. Doi:
https://doi.org/10.33477/bs.v2i1.142.
Saputro AW, Rianto H, Suprapto A. 2019. Hasil tanaman kentang (Solanum
tuberosum L) var. granola l (Gi) pada berbagai konsentrasi Trichoderma sp.
dan media tanah. Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika. 4(1): 1-4.
Doi: http://dx.doi.org/10.31002/vigor.v4i1.1305.
Setiarto RHB, Jenie BSL, Faridah DN, Saskiawan I. 2015. Seleksi bakteri asam
laktat penghsail amilase dan pululunase dan aplikasinya pada fermentasi
talas. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 26 (1): 80-89. Doi:
https://doi.org/10.6066/jtip.2015.26.1.80.
Sriwahyuni L, Rosahdi TD, Supriadi A. 2014. Isolasi dan karakteristik amilasi dari
biji durian (Durio sp). Al kimiya. 2(1): 18-25.
Supriyatna A, Amalia D, Jauhari AA, Holydaziah D. 2015. Aktivitas enzim
amilase, lipase, dan protease dari larva Hermetia illucens yang diberi pakan
jerami padi. Jurnal UINSGD. 9(2): 18-32.
Syahrir M, Kantun W, Cahyono I. 2020. Kinerja enzim pencernaan ikan nila salin
(Oreochromis niloticus) berdasarkan lingkungan budaya. Gorontalo
Fisheries Journal. 3(1):42-55.
Syarif S, Kosman R, Inayah N. 2015. Uji aktivitas antioksidan terong belanda
(Solanum betaceum Cav.) dengan metode frap. As-syifaa. 7(1): 26-33. Doi:
https://doi.org/10.33096/jifa.v7i1.18.
LAMPIRAN
0,0035 180 x 2 x 15
x = 292,03 ppm = 1,082 U/ml