Pra Rancang Pabrik Bioetanol Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit - Kelompok C
Pra Rancang Pabrik Bioetanol Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit - Kelompok C
Disusun Oleh:
1
DAFTAR ISI
2
3.5.2 Risiko Keselamatan ................................................................................................ 27
3.5.3 Risiko Lingkungan .................................................................................................. 29
3.6 Diagram Alir Kualitatif ................................................................................................... 29
3.7 Uraian Proses ...................................................................................................................... 29
LAMPIRAN.................................................................................................................................. 31
MSDS............................................................................................................................................ 31
1.MSDS glukosa ........................................................................................................................... 31
2. MSDS Gas CO2.........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 33
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.3 Lima kota produksi kelapa sawit terbesar di Kalimantan Tengah tahun 2020...........13
DAFTAR TABEL
4
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi terkini di Indonesia pada tahun 2022, menunjukan adanya kelangkaan BBM di
sejumlah daerah. Jenis BBM yang mulai hilang di pasaran meliputi Solar dan juga Pertalite.
(CNBC,2021). Menurut Pengamat Energi Sofyano Zakaria, terdapat beberapa hal yang
menyebabkan kelangkaan. Pertama, berkurangnya kuota BBM jenis solar subsidi pada 2022
dibanding kuota BBM pada sebelumnya. Diketahui, kuota solar subsidi pada 2022 hanya 14,9 juta
kiloliter, turun dari kuota sebelumnya yang mencapai 15,4 juta kiloliter. Hal ini terjadi karena.
Perekonomian yang mulai pulih pasca Covid-19 di Indonesia, menyebabkan tren konsumsi dan
kebutuhan BBM meningkat sehingga kebutuhan melebihi dari kuota suplai BBM.
Oleh karena itu diperlukan bahan bakar alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan energi. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan
Energi Nasional Bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan
pasokan energi dalam negeri, mengurangi ketergantungan penggunaan energi yang berasal dari
minyak bumi salah satunya dengan mengalihkan atau konversi ke energi lainnya, agar terwujudnya
energy primer mix yang optimal pada Tahun 2025, yaitu peranan minyak bumi menjadi kurang
dari 20% dan peranan gas bumi menjadi lebih dari 30% terhadap konsumsi energi nasional.
Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan
bersifat terbarukan. Bioetanol adalah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan dan
memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO hingga 18%. Hal ini lebih menguntungkan
2
apabila dibandingkan dengan minyak tanah. Etanol yang diproduksi saat ini umumnya berasal dari
etanol generasi pertama, yaitu etanol yang dibuat dari bahan pangan seperti gula (tebu, molasses)
atau pati (jagung,singkong). Konversi bahan pangan menjadi etanol dapat menyebabkan harga
bahan pangan meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian etanol generasi kedua, yaitu
etanol dari biomassa lignoselulosa. Biomassa yang berpotensi menghasilkan bioetanol antara lain
adalah hasil limbah pertanian seperti jerami, gandum, tongkol jagung, dan tandan kosong kelapa
sawit (Panca Nugrahini, Hermanto Sitompul, Donny Riza Putra, 2016).
5
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki ketersediaan yang sangat melimpah dan selalu
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan potensi pembuatan bioethanol
dari limbah kelapa sawit sangat tinggi.
Limbah padat tersebut mempunyai ciri khas pada komposisinya. Dimana komponen terbesarnya
adalah selulosa, disamping komponen lain meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa dan
lignin (Fauzi, 2003). TKKS merupakan limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh industri
kelapa sawit yaitu sekitar 22-23% dari total tandan buah segar (TBS) yang diolah (Wardani, 2012).
Pengolahan TKKS menjadi bioetanol pada prinsipnya sama dengan proses yang berbahan baku
singkong yaitu melalui tahapan hidrolisis, fermentasi dan destilasi. Tetapi pada TKKS perlu
adanya perlakuan tambahan berupa pretreatment untuk dapat menghilangkan lignin yang dapat
mengganggu proses hidrolisis selulosa. Bioetanol biasanya digunakan sebagai bahan bakar pada
kendaraan bermotor. Penggunaanya dapat dicampur dengan bensin tetapi bisa juga 100% bioetanol
apabila mesin kendaraan bermotor tersebut didesain khusus untuk bahan bakar bioetanol (Hidayat,
R. 2005). Dipasaran harga tkks Rp.350,- per kilogram dan harga bioetanol Rp.27.000,- per liter
6
sehingga perubahan nilai ekonomi dari tandan kosong kelapa sawit ke bioetanol yaitu sebesar Rp.
26.700,- per liter.
Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit pada saat pretreatment masih menggunakan cara
konvensional yang dirasa masih kurang optimal dalam memberikan hasil. Penambahan iradiasi
pada proses perlakuan awal (Pretreatment) dapat menghasilkan kadar etanol yang tinggi dibanding
dengan pada proses biasa pada hasil akhir.(Harum dkk, 2019) Diharapkan dengan adanya
penambahan radiasi yang ada dapat mengurangi jumlah impor bioethanol di Indonesia.
Dalam pembuatannya Bioetanol sendiri terdapat beberapa proses yang bisa dijadikan
pertimbangan untuk prarancangan pabrik, diantaranya proses hidrasi langsung etilen berkatalis,
konversi gas sisntesis II, homologasi metanol, karbonilasi metanol dan metil asetat serta
fermentasi. Dari sekian banyak proses, proses fermentasi paling banyak digunakan karena aspek
teknis dari proses ini memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan proses lainnnya. Untuk skala
industri, aspek ini dipilih dengan penimbangan bahwa secara teknik ditinjau dari kondisi
operasinya, reaksi berlangsung pada tekanan dan suhu yang relatif rendah, sehingga dapat
memperkecil kebutuhan energi, selain itu proses ini lebih ekonomis dengan bahan baku yang
mudah didapat dan lebih murah (Atherton dan Saghafi, 2010). Reaksi yang terjadi pada pembuatan
bioetanol dengan proses fermentasi adalah seperti di bawah ini:
C H O (aq) => 2 C H OH(l) + 2 CO (g) ΔH = -96,67 (Kosaric, 2001)
6 12 6 2 5 2
Untuk menentukan kapasitas produksi pabrik biethanol dari TKKS ini maka diperlukan
data pendukung seperti data produksi bioethanol 10 tahun terakhir, konsumsi bioethanol 10 tahun
terakhir, impor bioethanol 10 tahun terakhir, ekspor biothanol 10 tahun terakhir.
7
Produksi Konsumsi Ekspor (kg) Impor
(kg) (kg) (kg)
8
9 2019 195.000.00 139.000.00 64.000.000 5.657.000
0 0
dimana :
P = persen pertumbuhan rata-rata pertahun
i = pertumbuhan rata-rata pertahun
9
n = selisih antara data tahun terakhir dan tahun pembangunan = 7
m = jumlah produk pada tahun yang diperhitungkan
i
-0,0129 0,0041 0,1212 0,8681
m
176.264.423 205.790.152 351.923.334 81.616.107
m3 = (351.923.334+205.790.152)-(81.616.107+176.264.423)
m3 = 299.832.957 kg
10
Maka untuk memenuhi 61% kebutuhan nasional berbarengan dengan pabrik bioethanol
yang sudah ada maka direncanakan untuk pembangunan pabrik bioethanol dari TKKS dengan
kapasitas 182.898.104 kg/tahun jika dibulatkan menjadi 183.000.000 kg/tahun
Pertimbangan ekonomi proses pembuatan bioethanol dengan proses fermentasi pada reaktor
1 TKKS (C H O )
6 12 6 180,156
350
11
2 Bioetanol (C H OH)
2 5 46,07 27.000
Jadi berdasarkan perhitungan kasar pertmbangan ekonomi, pabrik bioethanol ini layak karena ada
surplus atau keuntungan sebesar Rp.2.421.000 jika ditinjau dari reaksi pembuatan bioethanol
secara garis besar
1.2. Tujuan
Pra rancangan pabrik Bioetanol dengan kapasitas 183.000 Ton/tahun, bertujuan untuk
memperoleh hasil pra rancangan dari limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) menjadi
Bioetanol dengan bantuan pretreatment iradiasi gamma.
1.3. Lokasi
Setelah melakukan riset dan analisis lapangan untuk melihat potensi daerah untuk
pembangunan pabrik bioetanol dari tandan kosong kelapa sawit, penulis memutuskan untuk
memilih Provinsi Kalimantan Tengah sebagai lokasi pabrik. Keputusan ini berdasarkan beberapa
faktor yang menjadi pertimbangan, diantaranya:
12
lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau, namun berdasarkan data Statistik Perkebunan
Unggulan Nasional 2020-2022 dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian
Republik Indonesia, produksi perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2021
sebesar 8.690.795 ton, dan tahun 2022 diperkirakan produksinya mencapai 8.931.585 ton. Angka
ini menunjukkan produktivitas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Tengah tertinggi
di Indonesia dengan nilai 5.493 kg/Ha. Diperkirakan setiap ton Tandan Buah Segar (TBS) kelapa
sawit mampu menghasilkan 0,215 ton TKKS (S.H Pradita, 2018). Berdasarkan perkiraan tersebut
maka produksi TKKS di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2022 sebesar 1.920.290 ton.
potensi air tanah bebas sebesar 32.393 (juta m /tahun) meliputi beberapa Kabupaten yang ada di
3
Kalimantan Tengah antara lain : Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten
Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Palangka Raya, sebagian wilayah
Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Selatan
dan Kabupaten Barito Timur. Kebutuhan listrik didukung dengan pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Minyak dan Gas Bangkanai 2 oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (Dinas
Energi dan Sumber daya Mineral Provinsi Kalimantan Tengah, 2018).
13
c. Kondisi Tanah
Secara geografis Kabupaten Kotawaringin Timur terletak di daerah khatulistiwa, yaitu
antara 111 22’ Bujur Timur hingga 113 46” Bujur Timur dan 0 23’ Lintang Selatan hingga 3 32’
o o o o
Lintang Selatan. Jenis tanah yang mendominasi wilayah ini adalah tanah jenis podsolik merah
kuning, walaupun mempunyai beberapa bidang juga ditemui jenis tanah lainnya seperti aluvial,
organosol, litosol dan lain-lain. Disamping itu, di Kalimantan Tengah sendiri juga masih banyak
lahan kosong yang belum ditempati/ditanami serta belum terlalu padat penduduk. Sehingga akan
sangat mudah bagi sebuah pabrik untuk bisa didirikan. Rencana pembangunan pabrik dimulai
dengan tahap survey topografi atau pengujian daya dukung tanah di lokasi yang akan digunakan
untuk pembangunan pabrik tersebut. Pembangunan pabrik kelapa sawit berpotensi besar menjadi
sumber pemasukan baru untuk mendongkrak pendapatan hasil daerah (PAS) Kotawaringin timur.
a. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan pelaku dari proses produksi. Ketersediaan tenaga kerja yang
terampil dan terdidik akan memperlancar jalannya proses produksi. Kebutuhan tenaga kerja di
kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah masih cukup tinggi khususnya untuk tenaga
lapangan di sektor perkebunan kelapa sawit. Utilitas yang memadai serta didukung dengan sumber
bahan baku yang melimpah serta etos kerja yang tinggi dapat menjadi potensi yang sangat kuat
14
dalam pendirian pabrik di daerah Kalimantan Tengah untuk bisa membuka lapangan kerja yang
memadai bagi masyarakat.
15
dengan itu dari masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan negara yang berdasarkan atas
persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan lain yang
lebih tinggi.
c. Perluasan pabrik
Perluasan pabrik di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah perlu diawasi
agar tidak sampai melanggar aturan dan merusak lingkungan yang bisa menimbulkan dampak
buruk bagi masyarakat. Pemerintah daerah selaku pemilik wilayah sudah seharusnya mengawasi
pembukaan atau perluasan lahan. Pengawasan secara khusus perlu dilakukan terhadap perluasan
area oleh perusahaan dengan skala besar. Pengawasan ini juga bertujuan untuk mencegah konflik
seperti sengketa lahan. Masyarakat juga perlu diedukasi gar bisa bersama-sama mengawasi dan
melaporkan jika mengetahui ada aktivitas perambahan hutan secara illegal.
16
Mentaya pada umumnya adalah permukiman tradisional yang dihuni oleh masyarakat Melayu
Banjar dan merupakan salah satu permukiman tertua di Kabupaten Kotawaringin Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
17
Tabel 2.2 Spesifikasi Kandungan Fisik Tandan Kosong Kelapa Sawit (Darnoko dkk, 1993)
(Erwiansyah dkk, 2012)
Parameter Bagian Pangkal Bagian Ujung
Panjang Serat
Minimum (mm) 0,63 0,46
Maksimum (mm) 0,81 0,27
Rata-rata (mm) 0,20 0,76
Diameter Serat (µm) 15,01 14,34
Tebal dinding (µm) 3,49 3,68
Kelangsingan (L/D) 79,95 53,00
Kelemasan 0,54 0,49
Kadar Serat 72,67 67,42
Kadar Bukan Serat 27,33 37,53
Rapat massa tumpukan serpih campuran (kg/m ) 177,98
3
Volume tandan kosong yang dihasilkan pada pabrik kelapa sawit sangatlah besar, yaitu antara
22–24% dari total volume TBS yang diolah. Diperkirakan potensi produksi tandan kosong secara
nasional lebih dari 20 juta ton per tahun. Tandan kosong dihasilkan selama proses penebahan atau
pembantingan pada unit thresher. Tandan kosong dapat digunakan sebagai mulsa ataupun pupuk
kompos yang dapat diaplikasikan pada kebun sekitar pabrik. Selain itu, tandan kosong kelapa sawit
juga dapat digunakan sebagai bahan bioethanol. Tandan kosong kelapa sawit mengandung
beberapa komponen, seperti:
a. Lignin
Lignin adalah salah satu zat komponen penyusun tumbuhan, komposisi bahan penyusun ini
berbeda-beda tergantung jenisnya. Lignin terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon
dan semak, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya, sehingga suatu
pohon bisa berdiri tegak. Lignin adalah gabungan beberapa senyawa yang hubungannya erat satu
sama lain, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, namun proporsi karbonnya lebih tinggi
dibanding senyawa karbohidrat (Tillman dkk, 1989).
18
Lignin sering digolongkan sebagai karbohidrat karena hubungannya dengan selulosa dan
hemiselulosa dalam menyusun dinding sel, namun lignin bukan karbohidrat. Hal ini ditunjukkan
oleh proporsi karbon yang lebih tinggi pada lignin (Suparjo, 2008).
Lignin bersifat hidrofobik dan melindungi selulosa sehingga strukturnya bersifat kaku. Sifat lignin
antara lain:
1. Tidak larut dalam air
2. Tahan reaksi kimia
3. Polimer termoplastik
4. Bila didegradasi membentuk turunan benzene
Dengan adanya lignin pada TKKS menyebabkan bahan sulit untuk di hidrolisis. Oleh
sebab itu diperlukan proses pretreatment untuk memperkecil ukuran dan meningkatkan luasa
bidang kontak serta pretreatment kimia untuk mendapatkan selulosa dan hemiselulosa yang
setinggi-tingginya. Pada suhu tinggi, lignin dapat mengalami perubahan menjadi asam format,
methanol, asam asetat, aseton, dan vanillin (Judoamidjojo, et al, 1989).
1. Selulosa
Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman. Kandungan selulosa
pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50% dari berat kering tanaman (Lynd et al,
2002). Selulosa adalah zat penyusun tanaman yang terdapat pada struktur sel. Kadar selulosa dan
hemiselulosa pada tanaman pakan yang muda mencapai 40% dari bahan kering. Bila hijauan
makin tua proporsi selulosa dan hemiselulosa makin bertambah (Tillman dkk, 1989).
19
Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida
(NaOH) 17,5%, selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu:
1. Selulosa a (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam
larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi) 600 –
1500. Selulosa a dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemumian selulosa.
2. Selulosa β (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan
NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP 15 – 90, dapat mengendap bila dinetralkan.
3. Selulosa µ (Gamma cellulose) adalah sama dengan selulosa β, tetapi DP nya kurang
dari 15.
2. Hemiselulosa
2. Hasil Samping
a. Bioetanol
Bioetanol adalah bentuk etanol, dimana etanol adalah senyawa organic yang berasal dari
rutinitas kimia atau biologi, sedangkan bioethanol adalah bentuk etanol yang terbentuk dari
rutinitas biologis produksi etanol. Etanol memiliki banyak manfaat yaitu dapat dikonsumsi
manusia sebagai bahan minuman beralkohol, dan sebagai bahan baku farmasi dan kosmetika.
Etanol juga dimanfaatkan sebagai bahan cita rasa, obat-obatan dan komponen anti beku. Namun
20
beberapa tahun ini, perhatian mengarah pada produksi etanol sebagai bahan bakar dan pelarut
kimia (Crueger dan Crueger,1990).
Etanol atau ethyl alcohol sudah dikenal sejak tahun 3000 SM melalui fermentasi.
Teknologi proses pembuatan etanol kemudian berkembang. Proses sintesis etanol diantaranya
adalah Hidrasi langsung etilen berkatalis, Konversi Gas Sintetis, Homologasi Metanol,
Karbonilasi methanol dan metil asetat, Fermentasi (Kosaric, 2001).
2. Etanol > 99,5%, digunakan untuk bahan bakar. Jika dimurnikan lebih lanjut dapat digunakan
untuk keperluan farmasi dan pelarut di laboratorium analisis. Etanol ini disebut dengan dengan
Fuel Grade Ethanol (FGE) atau anhydrous ethanol (etanol anhidrat) atau etanol kering, yakni
etanol yang bebas 5 air atau hanya mengandung air minimal (Prihandana, 2007).
Bioetanol merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih
ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari
proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Etanol
atau Etil Alcohol (lebih dikenal dengan alkohol, dengan rumus kimia C2H5OH) adalah cairan
tidak berwarna dengan karakteristik antara lain mudah menguap, mudah terbakar, 6 larut dalam
air, tidak karsinogenik, dan jika terjadi pencemaran tidak memberikan dampak lingkungan yang
signifikan. Etanol yang diproduksi saat ini umumnya berasal dari etanol generasi pertama, yaitu
etanol yang dibuat dari gula (tebu, molasses) atau pati (jagung, singkong). Bahan-bahan tersebut
berasal dari bahan pangan dan pakan. Konversi bahan pangan menjadi etanol merupakan salah
satu penyebab harga-harga pangan meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian etanol
generasi kedua, yaitu etanol dari biomassa lignoselulosa. Biomassa yang berpotensi mengasilkan
21
bioetanol antara lain adalah hasil limbah pertanian seperti jerami, gandum, tongkol jagung, dan
tandan kosong kelapa sawit (Panca Nugrahini, Hermanto Sitompul, Donny Riza Putra, 2016).
pH 6,5-,90
22
BAB III
Terdapat beberapa cara dalam pembuatan bioetanol dalam berbagai metode seperti
yang dijelaskan dalam Tabel 3.1
Kondisi Operasi
23
disebut delignifikasi. Dalam proses delignifikasi digunakan NaOH (w/v). Proses
pretreatment dengan NaOH dapat menghilangkan kandungan - kandungan yang mengikat
selulosa. Tetapi dalam perancangan kali ini, ditemukannya potensi iradiasi gamma
menggantikan proses delignifikasi pada umumnya. Pemilihan proses mengacu pada Choi
J (2009) dan Sanchez (2012) dimana pretreatment menggunakan iradiasi gamma memiliki
beberapa keuntungan :
1. Efek iradiasi pada hemiselulosa dan selulosa menyebabkan degradasi dengan pemisahan
ikatan glikosidik dengan pembentukan berikutnya seperti gula pereduksi (glukosa).
2. Efek iradiasi mengakibatkan degradasi selulosa dan meningkatkan degradabilitas
konstituen dinding sel.
Adapun proses konvensional maupun dengan iradiasi gamma juga dipertimbangkan pada
Tabel 3.1
Bahan baku yang digunakan merupakan tandan kosong kelapa sawit yang didapat
dari pabrik kelapa sawit PT. Tunas Baru Lampung yang berlokasi di Simpang Beringin,
Bandar Seikijang, Kabupaten Pelalawan, Riau. Dari tempat penyimpanan diangkut
menggunakan bucket elevator yang berfungsi sebagai pencucian sekaligus untuk
mengalirkan bahan baku menuju chopper. Chopper berfungsi untuk memotong TKKS
hingga bentuknya seperti chip. Ukuran akhir partikel dari material yaitu 10 – 30 mm
sesudah chipping (Alvira, 2011).
Dari tempat penyimpanan diangkut menggunakan bucket elevator yang berfungsi sebagai
pencucian sekaligus untuk mengalirkan bahan baku menuju chopper. Chopper berfungsi untuk
memotong TKKS hingga bentuknya seperti chip. Ukuran akhir partikel dari material yaitu 10 – 30
mm sesudah chipping (Alvira, 2011). Selanjutnya dilakukan proses pencucian chips TKKS
24
menggunakan washer. Chips masuk ke irradiator dan diberi pretreatment menggunakan iradiasi
gamma dengan dosis 800 kGy. Tujuan dari pretreatment adalah untuk menetrasi struktur
lignoselulosa dan memproduksi radikal bebas yang berguna dalam modifikasi struktur lignin dan
pemecahan kristal selulosa (Taherzadeh dan Karimi 2008).
Setelah proses pelepasan lignin, bubur holoselulosa masuk ke tahap saccharification dan
fermentation dan dilakukan pengkondisian sebelum inokulasi selama 4 jam pada suhu 50°C untuk
memastikan jumlah konsentrasi glukosa cukup tinggi untuk mengaktivasi fermentasi yeast dan
enzim yang lebih baik sehingga transfer massa lebih efisien. Selanjutnya bubur holoselulosa masuk
ke reaktor SSF.
Proses ini menggunakan enzim selulase 1,5 L dan novozym 188, saccharomyces cerevisiae
dan (NH4) SO untuk mengkonversi selulosa menjadi etanol. Proses saccharification untuk
2 4
mengubah selulosa menjadi glukosa dengan menggunakan enzim selulase dan proses fermentation
untuk mengubah glukosa dan gula lainnya menjadi etanol menggunakan saccharomyces
cerevisiae.
Hidrolisat detoxifikasi yang terdiri dari air, cellulose dan xylose masuk ke dalam tangki
saccharification dengan penambahan enzim selulase sehingga terjadi reaksi hidrolisis. Bubur
Saccharified dialirkan ke reaktor dan pada saat bersamaan dimasukkan nutrisi dan mikroba. pH
diatur 4,8 dengan menambahkan H SO untuk terjadinya fermentasi alhohol maka dibutuhkan
2 4
kondisi anaerob untuk mengubah selulosa menjadi etanol (Danhum, 2015; Goh, 2010).
Reaksi yang terjadi dalam reaktor fermentasi :
Reaksi glukosa menjadi etanol :
2C H O (aq) => 2C H OH(l) + 2CO (g)
6 12 6 2 5 2
3. Tahap Pemurnian
Pada tahap pemurnian dengan distilasi, larutan bioetanol yang diperoleh dari proses
fermentasi ditampung di tangki penampung dengan kadar etanol sebesar 55,1% (Dellweg, 1983).
25
Kemudian dari tangki penampung larutan dialirkan menuju menara distilasi dengan pompa transfer
yang bertujuan untuk menghilangkan CO terlarut dan air.
2
Terdapat 3 jenis produk yang dihasilkan, yaitu distilat, side stream (distilat yang keluar
melalui bagian samping dari tray), dan bottom produk. Produk etanol keluaran dari menara distilasi
akan ditingkatkan kadarnya dengan menggunakan pressure swing adsorption. Pada pressure swing
adsorption terdapat zeolite sintetis yang berfungsi untuk menyerap kandungan air pada etanol
hingga kadar 99,5%.
Produk akhir dari proses pembuatan bioetanol berbentuk liquid. Produk liquid yang telah
didapatkan dikemas dengan berbagai varian volume jerigen. Produk yang telah dikemas disimpan
dalam gudang penyimpanan sebelum didistribusikan kepada konsumen. Produk diletakkan pada
ruangan atau kemasan yang tertutup dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Produk
bioethanol dijual dalam kemasan liter.
26
Pengendalian resiko pada pabrik bioethanol ini bertujuan untuk mengantisipasi resiko-resiko
mengenai keselamatan kerja baik dari mutu produk maupun keselamatan lingkungan kerja itu
sendiri, pengendalian resiko tercantum pada tabel-tabel dibawah ini.
Quality Control Human error dan Perhitungan dan Human error : alat-alat
2.
Device error pengujian ulang gelas, device error :
terkait sample alat-alat instrumentasi
produk
27
1. Chopper Potongan tidak Terpotong Berhati-hati dalam
seragam/tidak sesuai menggunakan alat.
dengan permintaan
28
3.5.3 Risiko Lingkungan
Sisa hasil produksi atau limbah berupa bubur pulp yang akan dimanfaatkan
kembali sebagai pupuk organik. Pada proses pembuatan Bioetanol dari TKKS
(Tandan Kosong Kelapa Sawit) tidak dihasilkan limbah dalam bentuk cairan
maupun gas, namun hanya ada polusi suara akibat proses pabrik.
a. Chopper
b. Washer
29
Washer digunakan untuk mencuci chips TKKS dengan pencucian air yang menyemprot
dari atas bak
c. Irradiator
d. Tangki pengencer
e. Reaktor
f. Centrifuge
Centrifuge digunakan untuk memisahkan sisa padatan yang terdapat pada glukosa
g. Menara distilasi
30
LAMPIRAN
MSDS
1. MSDS glukosa
Pengidentifikasi produk
Nama produk: D(+)-Glukosa anhidrat untuk biokimia Reag.Ph Eur
Nomor Produk: 1.08337
No katalog: 108337
Merek: Millipore
Nomor REACH: Nomor registrasi tidak tersedia untuk bahan ini karena bahan atau
penggunaan dibebaskan dari pendaftaran, tonase tahunantidak memerlukan
pendaftaran atau pendaftaran dipertimbangkan untuk batas waktu pendaftaran akan
datang.
No-CAS : 50-99-7
31
Ketahanan material jika terkena Karbon dioksida tidak menyebabkan karat
sehingga semua jenis metal bisa dipergunakan, asalkan peralatan dirancang untuk
tahan terhadap proses tekanan.
Bahaya
a. Bahaya kebakaran
Karbon Dioksida tidak memperbesar pembakaran. Karbon Dioksida merupakan
media pemadam kebakaran. Pindahkan silinder-silinder yang secara tidak
langsung terpengaruh api. Dinginkan silinder-silinder dengan air yang diambil
dari tempat yang terlindungi.
b. Bahaya kesehatan
Menghirup karbon dioksida yang berkonsentrasi tinggi berbahaya bagi pernafasan.
Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kehilangan kesadaran dan
bahkan kematian. Dapat mempengaruhi kewaspadaan mental (efeknarkotik) dan
pernafasan bila konsentrasi di ruangan di atas 2%. Bila konsentrasinya di atas 7%
kehilangan kesadaran mudah sekali terjadi dengan cepat. Ada resiko akumulasi
pada daerah rendah yang dapat membuat kondisi yang berbahaya.
Penanganan dan Penyimpanan
Tabung harus disimpan secara vertikal di tempat yang sejuk dan berventilasi, jauh
dari sumber – sumber panas atau material yang mudah terbakar. Lindungi tabung,
darikerusakan fisik baik dalam keadaan isi atau kosong. Jangan biarkan bagian
manapundari tabung itu terkena panas diatas 5°C. Periksa apakah tabung – tabung
sudahberlabel. Jaga agar outlet terpasang pada tempatnya untuk tabung yang terisi
penuh.Tutuplah katup jika tabung kosong.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, K. 2008. Optimasi Suhu dan Konsentrasi Sodium Bisulfit (NaHSO3) Pada Proses
Pembuatan Sodium Lignosulfonat Berbasis Tandan Kosong Kelapa Sawit (TTKS). Skripsi
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. 87 hal.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2021. Statisik Perdagangan Luar Negeri Indonesia ; Ekspor.
Direktorat Statistik Distrubusi : Jakarta
Champion Power Equipment. 2017. Owner manual’s and Operating Instruction 2800 Starting
Watts / 2500 Running Watts Portable Generator.
http://www.championgenerators.co.uk/Shop/champion-generators/ukgenerators/frame-type-
diesel-generators/champion-2800-watt-petrol-generator-uk (diakses 24 Oktober 2017).
Ciptasari, Ratih. 2015. Pembuatan Etanol Dari Limbah Kulit Jeruk Bali: Hidrolisis
Menggunakan Selulase Dan Fermentasi Dengan Yeast. Tugas Akhir. Universitas Negeri
Semarang. lib.unnes.ac.id/21367/
Damayati, Fransiska Eka. 2008. Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu dan Molases Di
Kecamatan Cicurug Sukabumi (Kasus : PT. Panca Jaya Raharja). Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. repository.ipb.ac.id/bitstream/123456789/1872/5/A08fed.pdf (diakses Oktober 2022).
Darnoko, D., Poelungan, Z. dan Anas, I., 1993. Pembuatan pupuk organik dari tandan kosong
kelapa sawit. Buletin PPKS 1.
Daud, M. 2010. Produksi Bioetanol dari Pati Sukun (Artocarpus Communis Forst.) Secara
Sakarifikasi dan Fermentasi Simultan (SSF) Terekayasa Menggunakan Ragi Tape. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/79439/2015ifa.pdf?sequen
ce=1&isAllowed=y (diakses Oktober 2022).
Devita, Christianti. 2013. Perbandingan Metode Hidrolisis Menggunakan Enzim Amilase Dan
Asam Dalam Pembuatan Sirup Glukosa Dari Pati Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas, L). Skripsi.
Universitas Negeri Semarang. lib.unnes.ac.id/19673/1/4311409042.pdf (diakses Oktober 2022).
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Pekanbaru. 2015. Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP) Kota Pekanbaru. 2014. Data Hasil Survey Konsultan tahun 2014. Pekanbaru:
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru.
33
Ega, L. dan Bambang Triwiyono. 2006. Kajian Tekno-Ekonomi Produksi Fuel Grade Ethanol
dari Nira Aren dan Kelapa Sebagai Sumber Energi Engine Alternatif. Jakarta.
http://kapetseram.s5.com/bioetanol.pdf (diakses Oktober 2022).
Energy Information Administration (EIA). 2015. Indonesia International energy data and
analysis. http://www.eia.gov/beta/international/analysis.cfm?iso=IDN (diakses 10 Desember,
2016). EPA (United States Environmental Protection Agency). 2017. How to Prevent Wasted
Food Through Source Reduction. https://www.epa.gov/sustainable-managementfood/how-
prevent-wasted-food-through-source-reduction (diakses Juli 2022).
Erwinsyah, Sugesty, S., Hidayat, T., 2012, Aplikasi Enzim Lipase Pada Pulp Tandan Kosong Sawit
Untuk Kertas Cetak, Moulding Dan Media Tanam Kecambah Kelapa Sawit. Prosiding INSINAS
2012.
ESDM. 2013. Kumpulan Regulasi Teknis (SK DIRJEN EBTKE) Bidang Bioenergi Tahun 2013.
ESDM. 2016. Harga Index Pasar (HIP) untuk Biodiesel dan Bioethanol.
http://aplikasi.ebtke.esdm.go.id/lintasebtke/bio-energi/id/masyarakatumum/view/1/26-harga-
index-pasar-hip-untuk-biodiesel-dan-bioethanol (diakses Juli 2022).
http://www.ozziapps.com/ebtke/bioenergi/upload/file/Kepdirjen_EBTKE_Kumpulan_Regulasi_
Teknis_Bioenergi.pd f (diakses Juli 2022).
Sarwono, E. 2008. Pemanfaatan Janjang Kosong Sebagai Substitusi Pupuk Tanaman Kelapa
Sawit. Jurnal APLIKA, 8 (1): 19-23.
Yunindanova, Mercy Bientri, Herdhata Agusta, dan Dwi Asmono. 2013. Pengaruh Tingkat
Kematangan Kompos Tandan Kosong Sawit dan Mulsa Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap
Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) pada Tanah Ultisol. Jurnal Ilmu Tanah
dan Agroklimatologi.
34