EDKA DM Dan FSD
EDKA DM Dan FSD
PEMBIMBING
dr. I Gusti Ngurah Pramesemara, S.Ked, M.Biomed, Sp. And
DISUSUN OLEH
dr. Prisca Angelina Kanggriani 2180711019
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan tugas Endokrinologi yang berjudul “Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. I Gusti Ngurah Pramesemara,
S.Ked, M.Biomed, Sp. And atas bimbingan beliau selama perkuliahan dan juga semua pihak
Penulis berharap agar tulisan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca mengenai kaitan kondisi diabetes dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita yang
seringkali diabaikan.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan tulisan ini. Akhir
kata, semoga tulisan ini dapat berguna untuk penulis dan pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR SINGKATAN
DM : Diabetes melitus
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak terjadi
pada masyarakat di seluruh dunia. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan kadar gula darah
kronis, terutama disebabkan karena resistensi insulin. Diabetes melitus dapat menimbulkan
berbagai komplikasi fisik dan psikologis. Salah satu komplikasi jangka panjang yang dapat
dialami wanita dengan diabetes melitus adalah disfungsi seksual (Kandjani et al., 2018; Bąk
et al., 2021).
Wanita yang mengalami diabetes melitus lebih banyak mengeluhkan masalah terkait
dengan hasrat, kegembiraan, orgasme, kepuasan, kekeringan, dan nyeri vagina dibandingkan
dengan wanita normal. Penderita diabetes mengalami penurunan kualitas hidup seksualnya,
yang juga termasuk dalam salah satu komponen kesejahteraan manusia (Rahmanian et al.,
global 30-78%. Sekitar 25-68% wanita dengan diabetes melitus tipe 2 mengalami disfungsi
seksual. Disfungsi seksual menjadi masalah yang sangat umum terjadi pada wanita dengan
diabetes melitus, namun kondisi ini seringkali tidak terdiagnosis dan tidak tertangani.
Terjadinya disfungsi seksual pada wanita juga berkorelasi positif dengan kejadian depresi. Di
samping itu pada wanita menopause, depresi juga dapat menjadi salah satu indikator disfungsi
seksual wanita (Rochester-Eyeguokan & Meade, 2017; Kandjani et al., 2018; Bąk et al., 2021).
pada wanita diabetes, masalah seksual pada wanita diabetes dan faktor risiko terkait belum
diteliti dengan baik. Disfungsi seksual pada wanita diabetes juga kemungkinan dianggap
1
sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan sehingga seringkali diabaikan dalam perawatan pasien
Dalam review ini, penulis akan membahas kaitan diabetes terhadap kejadian disfungsi
seksual pada wanita serta penanganan yang diperlukan terkait dengan kondisi tersebut.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia
kronis yang dapat menyebabkan kerusakan berbagai macam organ dan penurunan usia harapan
hidup. Diabetes melitus dapat dikategorikan menjadi diabetes melitus tipe 1 atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), diabetes melitus tipe 2 atau Non-Insulin Dependent
Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak terjadi
di dunia. Prevalensinya yang semakin meningkat membuat World Health Organization (WHO)
menggambarkan kejadian diabetes ini sebagai epidemi tersembunyi. Prevalensi global DM tipe
2 pada tahun 2010 adalah 6,4% di antara kelompok usia 20-79 tahun. Angka ini diproyeksikan
akan meningkat menjadi 7,7% (439 juta per tahun) pada tahun 2030 dan lebih dari 600 juta per
tahun pada tahun 2035. Laporan International Diabetic Association (IDA) pada tahun 2015
memperkirakan jumlah penderita diabetes dapat meningkat menjadi 642 juta pada tahun 2040.
Di Amerika Serikat, angka ini diperkirakan mencapai 29,1 juta orang (9,3% dari total populasi).
Data dari International Federation of Diabetes menunjukkan bahwa sekitar 5 juta orang
berusia 20-79 tahun di Iran mengalami diabetes dengan prevalensi 8,5% (Asefa et al., 2019;
Komplikasi makrovaskular yang paling penting adalah hipertensi dan penyakit arteri koroner
sedangkan komplikasi mikrovaskular yang penting adalah nefropati, retinopati, dan neuropati
berat sehingga dapat menyebabkan kebutaan, penyakit ginjal dan kardiovaskular, amputasi,
3
serta disabilitas. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sehingga juga dapat mempengaruhi kualitas hidupnya (Rahmanian et al., 2019).
Salah satu komplikasi jangka panjang dari diabetes adalah disfungsi seksual. Adanya
penurunan produksi nitrit oksida akibat disfungsi vaskular akan menurunkan relaksasi vaskular
vagina dan menyebabkan gangguan neurologis, vaskular, dan psikiatri yang merupakan
penyebab utama berkurangnya hasrat seksual, gairah seksual, orgasme, keputihan dan lubrikasi
pada wanita dengan diabetes. Diabetes juga mempengaruhi sekresi hormon ovarium dan
sekresi kelenjar endokrin pada vagina sehingga dapat menyebabkan kurangnya hasrat seksual,
vagina kering, iritasi vagina, dan dapat mengalami nyeri pada saat berhubungan intim. Selain
itu, penyebab nyeri saat berhubungan intim lainnya adalah infeksi pada pelvis, tuba, vagina,
dan uterus yang lebih sering terjadi pada wanita diabetes dibandingkan dengan wanita normal
sehingga dapat menyebabkan penurunan hasrat seksual, menopause dini, gangguan ovulasi,
Ada beberapa teori tentang bagaimana hubungan diabetes melitus dapat mempengaruhi
fungsi seksual. Di satu sisi, beberapa teori berfokus pada etiologi organik. Teori ini
mengusulkan bahwa perubahan vaskular yang terjadi selama proses berkembangnya diabetes
melitus berkontribusi pada perubahan signifikan dalam sistem saraf, yang secara tidak
langsung mempengaruhi fungsi seksual wanita, seperti hasrat, gairah, lubrikasi, orgasme,
kepuasan, dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual tanpa menimbulkan nyeri. Di
sisi lain, beberapa teori menyatakan adanya faktor lain yang dapat berkontribusi terhadap
disfungsi seksual pada wanita dengan DM tipe 2 seperti depresi dan kecemasan. Teori ini
didasarkan pada etiologi psikologis disfungsi seksual wanita (Alazawi et al., 2020).
didapatkan skor FSFI (Female Sexual Function Index) di semua aspek (hasrat seksual, gairah
seksual, lubrikasi vagina, orgasme, kepuasan seksual, dan nyeri) lebih rendah pada wanita
4
dengan diabetes dibandingkan dengan wanita non-diabetes. Hasil penelitian di Amerika Serikat
melaporkan 43% wanita Amerika berusia 18-59 tahun memiliki keluhan seksual namun
Dennerstein et al. melaporkan bahwa 42-88% wanita menderita disfungsi seksual selama siklus
menstruasi. Studi yang dilakukan Pontiroli et al. melaporkan peluang orang dengan diabetes
tipe 2 untuk mengalami disfungsi seksual adalah 2,4% lebih besar dibandingkan dengan orang
sehat, dimana peluang wanita dengan diabetes adalah 2 kali lebih banyak dibandingkan wanita
Seksualitas bukan hanya dasar dari kelangsungan hidup manusia, melainkan juga dasar
dari reproduksi dan memiliki konotasi spiritual dan budaya yang mendalam. Kesehatan seksual
menurut WHO adalah kondisi kesejahteraan fisik, psikologis, emosional, dan sosial berkenaan
dengan hasrat seksual, bukan hanya sekedar penyakit, disfungsi, atau disabilitas. Kesehatan
seksual merupakan hasil interaksi faktor hormonal, kardiovaskular, dan neurologis serta
dipengaruhi oleh faktor individu, hubungan interpersonal, budaya, agama, dan tradisi yang ada
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi seksual antara lain usia, kadar hormon, status
reproduksi, metode kontrasepsi, perilaku dan pengetahuan seksual, faktor sosial ekonomi, serta
kesehatan fisik dan mental seseorang. Di samping itu, faktor psikologis dan adanya gangguan
endokrin seperti diabetes juga dapat mempengaruhi fungsi seksual (Kandjani et al., 2018).
Disfungsi seksual menurut WHO didefinisikan sebagai gangguan dalam hasrat seksual
dan perubahan psiko-fisiologis yang menjadi ciri siklus respon seksual dan mengakibatkan
penderitaan yang nyata serta kesulitan interpersonal. Disfungsi seksual wanita merupakan
masalah yang sangat umum namun sering diremehkan (Lou et al., 2017).
5
Berdasarkan DSM-5, disfungsi seksual wanita (female sexual dysfunction/FSD)
diklasifikasikan menjadi empat domain, yaitu kombinasi gangguan hasrat seksual hipoaktif
(hypoactive sexual desire disorder/HSDD) dan gangguan gairah seksual wanita (female sexual
Penyebab FSD adalah multifaktorial, baik karena faktor biologis (biogenik), masalah
kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hidup (Anto-
FSD merupakan gangguan yang umum terjadi pada wanita dengan diabetes melitus dan
secara keseluruhan mempengaruhi kualitas hidup mereka. Prevalensi disfungsi seksual wanita
dengan diabetes sekitar 25-68%. Depresi dan status perkawinan merupakan prediktor utama
FSD pada wanita DM (Rochester-Eyeguokan & Meade, 2017; Kandjani et al., 2018; Asefa et
al., 2019).
Menurut studi yang dilakukan di Etiopia Barat Daya, prevalensi disfungsi seksual pada
pasien diabetes sekitar 53,3%. Presentase ini mirip dengan studi yang dilakukan pada pasien
diabetes di Tanzania. Pada studi yang dilakukan di Iran, prevalensi disfungsi seksual
dilaporkan sekitar 88% pada wanita diabetes melitus tipe 2 yang mempengaruhi hasrat,
kepuasan, dan kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam aktivitas seksual. Hal ini dapat
disebabkan karena gangguan neurologis, vaskular, dan psikologis akibat diabetes ataupun efek
samping obat yang dikonsumsi (Asefa et al., 2019; Rahmanian et al., 2019).
Studi meta-analisis pada diabetes dan disfungsi seksual menunjukkan bahwa wanita
dengan diabetes 2,02 kali lebih memungkinkan mengalami disfungsi seksual dibandingkan
6
dengan wanita dalam kelompok kontrol. Di Italia, dari 595 wanita dengan diabetes, sekitar
53,4% mengalami disfungsi seksual yaitu 63% pada wanita menopause dan 41% pada wanita
hubungan seksual yang dibutuhkan untuk menginduksi sensasi orgasme yang memuaskan
diabetes sehingga menyebabkan FSD. Aterosklerosis dapat menurunakan suplai darah arteri ke
pembengkakan vagina dan klitoris, lubrikasi vagina, gairah seksual, dan stimulasi saraf.
vagina serta peningkatan insiden infeksi jamur dan genitourinari (Rochester-Eyeguokan &
Meade, 2017).
lubrikasi vagina, kurangnya orgasme, dan meningkatnya nyeri koitus. Citra tubuh yang buruk
dan ketakutan akan hipoglikemia selama atau setelah melakukan aktivitas seksual juga
meningkatkan kecemasan dan penderitaan pada wanita dengan DM. Selain itu, variabel
psikososial juga mempengaruhi keinginan wanita seperti perasaan bersalah, malu, dan
Penelitian yang dilakukan oleh Kandjani et al. (2018) melaporkan bahwa seperempat
wanita dengan diabetes mengalami gangguan gairah seksual, kegagalan orgasme, dan
gangguan hasrat seksual. Prevalensi gangguan gairah seksual diyakini tiga kali lebih banyak
7
dari populasi normal. Studi yang dilakukan oleh Lauren (2010) yang mengevaluasi disfungsi
seksual pada wanita diabetes dan non-diabetes usia 30-79 tahun menyatakan bahwa ada
hubungan antara usia, status perkawinan, dan gejala depresi dengan disfungsi seksual
orgasme, penurunan hasrat seksual dan penurunan lubrikasi vagina lebih banyak terjadi pada
wanita diabetes tipe 2. Wanita mengalami penurunan fungsi seksual seiring dengan
bertambahnya usia dan adanya komorbid seperti diabetes melitus mempercepat proses tersebut.
Disfungsi seksual pada wanita diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada pasien yang lebih tua
dan dengan durasi diabetes yang lebih lama (Bąk et al., 2017; Kandjani et al., 2018).
terapi yang diberikan juga harus mengikuti model biopsikososial dengan mempertimbangkan
aspek fisik, psikologis, sosial, dan situasional. Terapi seks merupakan terapi standar bagi FSD.
Hanya sedikit obat-obatan yang tersedia untuk FSD. Flibanserin merupakan satu-satunya obat
yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi wanita premenopause
dengan generalized acquired HSDD. Namun tidak ada obat untuk FSD yang disetujui di luar
AS. Flibanserin adalah agonis dan antagonis serotonin multifungsi (MSAA) yang dapat
korteks prefrontal, nucleus accumbens, dan area preoptik medial. Ketiga area di otak ini
merupakan area yang mengatur hasrat seksual pada wanita. Penggunaan obat ini secara statistik
signifikan dalam meningkatkan hasrat dan kepuasan seksual serta mengurangi tekanan terkait
(serotonin 5-HT1A partial agonist) dapat dianggap sebagai obat off-label, non-hormonal, yang
bekerja secara sentral untuk terapi HSDD meskipun keamanan dan efikasinya masih terbatas.
8
Obat lain untuk terapi HSDD adalah bremelanotide injeksi, yang bertindak sebagai agonis
reseptor melanokortin 3 dan 4 yang baru-baru ini berhasil menyelesaikan dua uji coba
Terapi testosteron, esterogen, dan tibolon merupakan terapi hormonal untuk FSIAD.
yang secara khusus disetujui untuk terapi FOD. Terapi seks adalah pengobatan standar untuk
GPPPD. Farmakoterapi hanya dapat digunakan bersama dengan psikoterapi untuk pasien
9
BAB III
KESIMPULAN
Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit kronis yang banyak terjadi di
seluruh dunia. Salah satu komplikasi jangka panjang dari kondisi diabetes melitus tipe 2 adalah
disfungsi seksual. Beberapa teori yang terkait etiologi diabetes dan disfungsi seksual adalah
mempertahankan respon seksual yang memadai untuk menyelesaikan hubungan seksual yang
dibutuhkan untuk menginduksi sensasi orgasme yang memuaskan. Disfungsi seksual pada
wanita diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada pasien yang lebih tua dan dengan durasi diabetes
Berbagai penelitian melaporkan prevalensi disfungsi seksual yang lebih tinggi pada
wanita diabetes namun hal ini masih sering diabaikan. Oleh karena itu, penting bagi penyedia
Tenaga kesehatan dapat dilatih untuk meningkatkan respon empatik mereka terhadap
masalah seksual pasien dengan memulai dan mempertahankan percakapan kesehatan seksual
dengan cara yang nyaman bagi wanita untuk menyampaikan kekhawatirannya. Hal ini penting
untuk membangun kepercayaan yang diperlukan bagi penyedia layanan kesehatan terlatih
untuk menilai, mendiagnosis, merawat, dan memberikan pengobatan serta konseling psikologis
pada wanita dengan disfungsi seksual sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup perkawinan
mereka serta mencegah timbulnya gangguan psikologis terkait dengan kondisi tersebut.
10
DAFTAR PUSTAKA
Alazawi, Z., Alqudah, O., & Al-Bashaireh, A. 2020. Depression, anxiety and sexual
dysfunction among Jordanian women with type 2 diabetes mellitus. Acta Medica Iranica,
58(2), 56–63. https://doi.org/10.18502/acta.v58i2.3710
Anto-Ocrah, M., Ametepe, L. S., Okere, M., & Ibine, B. 2020. “I did not know it was a medical
condition”: Predictors, severity and help seeking behaviors of women with female sexual
dysfunction in the Volta region of Ghana. PLoS ONE, 15(1), 1–26.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0226404
Asefa, A., Nigussie, T., Henok, A., & Mamo, Y. 2019. Prevalence of sexual dysfunction and
related factors among diabetes mellitus patients in Southwest Ethiopia. BMC Endocrine
Disorders, 19(1), 1–9. https://doi.org/10.1186/s12902-019-0473-1
Bąk, E., Marcisz, C., Krzemińska, S., Dobrzyn-Matusiak, D., Foltyn, A., & Drosdzol-Cop, A.
2017. Relationships of sexual dysfunction with depression and acceptance of illness in
women and men with type 2 diabetes mellitus. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 14(9), 1–15. https://doi.org/10.3390/ijerph14091073
Bąk, E., Młynarska, A., Sternal, D., Kadłubowska, M., Marcisz-Dyla, E., & Marcisz, C. 2021.
Sexual function and sexual quality of life in premenopausal women with controlled type
1 and 2 diabetes—preliminary study. International Journal of Environmental Research
and Public Health, 18(5), 1–12. https://doi.org/10.3390/ijerph18052536
Kandjani, A. S., Hosseinpour, M. R., Daneshamooz, H., Shoja, H., & Nikniaz, L. 2018. Sexual
Dysfunction Prevalence in Women with Type 2 Diabetes Mellitus. Advances in
Bioscience and Clinical Medicine, 6(4), 15.
https://doi.org/10.7575/aiac.abcmed.v.6n.4p.15
Lou, W. J., Chen, B., Zhu, L., Han, S. M., Xu, T., Lang, J. H., & Zhang, L. 2017. Prevalence
and factors associated with female sexual dysfunction in Beijing, China. Chinese Medical
Journal, 130(12), 1389–1394. https://doi.org/10.4103/0366-6999.207466
Pretorius, D., Couper, I. D., & Mlambo, M. G. 2021. Neglected sexual dysfunction symptoms
amongst chronic patients during routine consultations in rural clinics in the North West
province. African Journal of Primary Health Care & Family Medicine, 13(1), 1–8.
Rahmanian, E., Salari, N., Mohammadi, M., & Jalali, R. 2019. Evaluation of sexual
dysfunction and female sexual dysfunction indicators in women with type 2 diabetes: A
systematic review and meta-analysis. Diabetology and Metabolic Syndrome, 11(1), 1–18.
https://doi.org/10.1186/s13098-019-0469-z
Rochester-Eyeguokan, C., & Meade, L. 2017. A Practical Approach to Managing Hypoactive
Sexual Desire Disorder in Women with Diabetes. Diabetes Therapy, 8(5), 991–998.
https://doi.org/10.1007/s13300-017-0313-0
Sağlam, N. G. U. 2018. Psychopharmacological treatments in female sexual dysfunctions
Reproduced with permission of copyright owner . Further reproduction prohibited without
permission . Psychopharmacology, 92(1).
11