KAROTENOID
PEMBIMBING
Dr. dr. Gde Indraguna Pinatih, MSc.
Disusun Oleh:
dr. Prisca Angelina Kanggriani 2180711019
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Karotenoid merupakan kelas lebih dari 850 pigmen alami yang disintesis oleh bakteri
fotosintetik, alga, jamur, dan tanaman namun tidak diproduksi oleh hewan. Molekul
tetraterpene ini adalah sumber warna kuning, oranye dan merah dari berbagai tanaman.
Karotenoid adalah pigmen penting dalam organ fotosintesis, bersama dengan klorofil.
Karotenoid juga berperan sebagai fotoproteksi, antioksidan, penarik warna, dan prekursor
hormon tanaman pada organ non-fotosintetik tanaman (Maoka, 2020).
Hewan dan manusia tidak dapat mensintesis karotenoid de novo, sehingga karotenoid
yang ditemukan merupakan akumulasi dari makanan yang dikonsumsi atau sebagian
dimodifikasi dari reaksi metabolisme. Jadi, karotenoid pada hewan dan manusia menunjukkan
keragaman struktural. Karotenoid pada hewan dan manusia berperan sebagai prekursor vitamin
A, fotoproteksi, antioksidan, meningkatkan imunitas, dan berkontribusi dalam reproduksi
(Maoka, 2020).
Buah dan sayuran menyediakan sebagian besar 40-50 karotenoid yang ditemukan dalam
makanan manusia. α-carotene, β-carotene, β-cryptoxanthin, lutein, zeaxanthin, dan lycopene
adalah karotenoid yang paling umum terdapat pada makanan. α-carotene, β-carotene, β-
cryptoxanthin adalah karotenoid provitamin A, yang berarti dapat diubah oleh tubuh menjadi
retinol sedangkan lutein, zeaxanthin, dan lycopene adalah karotenoid nonprovitamin A karena
tidak dapat diubah menjadi retinol (Higdon, 2016).
Karotenoid telah dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi industri seperti produk kosmetik,
suplemen makanan kesehatan, dan zat aditif. Karotenoid dapat berperan sebagai peredam fisik
oksigen singlet dan scavenger spesies oksigen reaktif (ROS) lainnya. Karotenoid juga dapat
bertindak sebagai peredam kimia yang mengalami oksigenasi ireversibel (Eldahshan & Singab,
2013; Fiedor & Burda, 2014).
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas tentang struktur, biosintesis, fungsi, sumber,
metabolisme, dan manfaat karotenoid lebih mendalam.
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
Karotenoid mempunyai sifat-sifat tertentu, diantaranya tidak larut dalam air tetapi larut
dalam lemak, larut sedikit dalam minyak, larut dalam hidrokarbon alifatik dan aromatik seperti
heksana dan benzena serta larut dalam kloroform dan metilen klorida. Karotenoid mudah
diisomerisasi dan dioksidasi, menyerap cahaya, menekan oksigen singlet, memblok reaksi
radikal bebas, dan dapat berikatan dengan permukaan hidrofobik. Karotenoid harus selalu
disimpan dalam ruangan gelap (tidak ada cahaya) dan dalam ruangan vakum, pada suhu -200C.
Karotenoid yang terbaik disimpan dalam bentuk padatan kristal dan di dalamnya terdapat
pelarut hidrokarbon seperti petroleum, heksana atau benzena. Hal ini bertujuan untuk
meminimalkan risiko kontaminasi dengan air (Fiedor & Burda, 2014).
4
Gambar 2. Biosintesis Karotenoid (Maoka, 2020)
5
daya tarik penyerbuk. Pada manusia, sekitar 50 jenis karotenoid terdapat dalam makanan. Dari
jenis karotenoid tersebut, hanya 20 dan beberapa metabolitnya yang telah diidentifikasi dalam
darah dan jaringan. Dari jumlah tersebut, β-carotene, α-carotene, lycopene, β-cryptoxanthin,
lutein, dan zeaxanthin merupakan komponen utama dan membentuk lebih dari 90% total
karotenoid (Eldahshan & Singab, 2013; Maoka, 2020).
Fungsi karotenoid sebagai antioksidan pada tanaman menunjukkan persamaan dengan
potensi perannya sebagai antioksidan dalam makanan dan manusia. Peranan karotenoid
sebagai antioksidan didasarkan pada sifatnya untuk meredam oksigen singlet dan
memerangkap radikal peroksil. Aksi antioksidan terbaik karotenoid yang tercatat adalah
kemampuannya untuk meredam oksigen singlet. Hal ini akan menghasilkan karotenoid
tereksitasi, yang memiliki kemampuan untuk menghilangkan energi baru yang diperoleh
melalui serangkaian interaksi rotasi dan vibrasi dengan pelarut, sehingga meregenerasi
karotenoid asli yang tidak tereksitasi, yang dapat digunakan kembali untuk siklus peredaman
oksigen singlet lebih lanjut. Aktivitas ini bergantung pada jumlah ikatan rangkap terkonjugasi
pada molekul dan dipengaruhi oleh carotenoid end groups (siklik atau alisiklik) pada tingkat
yang lebih rendah atau sifat pengganti karotenoid yang mengandung cyclic end group. Telah
diketahui selama bertahun-tahun bahwa karotenoid akan kehilangan warnanya ketika terpapar
oleh radikal spesies atau pengoksidasi. Proses ini melibatkan pemutusan ikatan rangkap
terkonjugasi, baik dengan pembelahan atau dengan penambahan salah satu ikatan rangkap.
Pembelahan dapat dideteksi dengan ciri produk yang terbentuk sering berupa karbonil atau
epoksida (Eldahshan & Singab, 2013).
Karena perannya sebagai antioksidan, karotenoid disarankan dikonsumsi untuk
melindungi tubuh terhadap penyakit pembuluh darah koroner. Salah satu kontributor
berkembangnya penyakit pembuluh darah koroner adalah oksidasi low-density lipoprotein
(LDL). Ketika LDL teroksidasi, LDL akan lebih mudah diambil oleh sel busa di endotel
pembuluh darah dimana LDL berkontribusi pada perkembangan lesi aterosklerotik. Hipotesis
ini didukung oleh studi epidemiologi observasional yang melaporkan bahwa makanan kaya
karotenoid dan vitamin antioksidan dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Banyak
studi epidemiologi yang menyatakan hubungan asupan karotenoid yang tinggi dengan
penurunan kejadian penyakit kronis, namun mekanisme biologisnya belum diketahui dengan
jelas. Beberapa kemungkinannya karena karotenoid tertentu:
a) Dapat diubah menjadi retinoid (memiliki aktivitas provitamin A)
b) Dapat memodulasi aktivitas enzim lipoksigenase (molekul proinflamasi dan
imunomodulator)
6
c) Memiliki sifat antioksidan
d) Dapat mengaktifkan ekspresi gen yang mengkode sinyal untuk produksi protein,
connexin, yang merupakan komponen integral dari gap junction yang diperlukan untuk
komunikasi antarsel. Aktivasi gen tersebut tidak terkait dengan fungsi antioksidan dan
terlepas dari aktivitas provitamin A.
Manfaat lain dari karotenoid adalah meningkatkan sistem kekebalan tubuh, perlindungan
terhadap sinar matahari, dan menghambat perkembangan beberapa jenis kanker tertentu
(Eldahshan & Singab, 2013).
7
merupakan sumber β-carotene meskipun klorofil dalam daun bayam menyembunyikan pigmen
kuning-oranye (Higdon, 2016).
Tabel 1. Sumber Makanan yang Mengandung α-carotene
8
Tabel 3. Sumber Makanan yang Mengandung β-cryptoxanthin
Lycopene memberi warna merah pada tomat, jeruk limau gedang merah muda, semangka
dan jambu biji. Lycopene bukan merupakan karotenoid provitamin A karena tidak dapat diubah
menjadi retinol.
Tabel 4. Sumber Makanan yang Mengandung Lycopene
9
Tabel 5. Sumber Makanan yang Mengandung Lutein dan Zeaxanthin
10
Suplemen karotenoid (dalam minyak) lebih efisien diserap daripada karotenoid dalam
makanan karena kandungan karotenoid dalam suplemen tidak perlu dilepaskan dari matriks
tanaman. Meskipun karotenoid pada awalnya diduga hanya diserap dalam sel-sel yang melapisi
usus (enterosit) dengan cara difusi pasif, penelitian terbaru yang mengidentifikasi transporter
membran apikal, Scavenger Receptor-class B type I (SR-BI) dan Cluster Determinant 36
(CD36), diduga dapat menyerap karotenoid secara aktif (Higdon, 2016).
Di dalam enterosit, karotenoid provitamin A dipecah oleh β-carotene 15,15’-oxygenase
1 (BCO1) atau β-carotene 9’,10’-oxygenase 2 (BCO2). BCO1 mengkatalisis pemecahan
karotenoid provitamin A menjadi retinal, yang selanjutnya direduksi menjadi retinol (vitamin
A) atau dioksidasi menjadi asam retinoat (bentuk vitamin A yang aktif secara biologis). β-
apocarotenal, derivat dari pembelahan β-carotene oleh BCO2, dapat dipecah lebih lanjut oleh
BCO1 menghasilkan retinal. Meskipun karotenoid provitamin A dapat diubah menjadi
apokaroten oleh BCO2, aktivitas enzim ini lebih tinggi terhadap karotenoid nonprovitamin A.
Sebaliknya, BCO1 menunjukkan afinitas terbatas terhadap karotenoid nonprovitamin (Higdon,
2016).
Di dalam enterosit, karotenoid yang tidak terurai dan retinyl ester (derivat dari retinol)
digabungkan ke dalam lipoprotein kaya trigliserida yang disebut kilomikron, disekresikan ke
dalam pembuluh limfatik dan dilepaskan dalam aliran darah. Trigliserida dari kilomikron yang
bersirkulasi dalam darah akan habis digunakan oleh enzim lipoprotein lipase, menghasilkan
pembentukan kilomikron sisa (chylomicron remnants). Kilomikron sisa akan diambil oleh hati,
dimana karotenoid dapat dipecah oleh BCO1/BCO2 atau dimasukkan ke dalam lipoprotein dan
disekresikan kembali ke sirkulasi untuk dikirim ke jaringan ekstrahepatik. Ketiga lipoprotein
utama yaitu very low-density lipoprotein (VLDL), low-density lipoprotein (LDL), dan high-
density lipoprotein (HDL), terlibat dalam pengangkutan karotenoid. Perlu diketahui bahwa
lebih banyak molekul hidrofilik dalam enterosit, seperti asam retinoat dan apokaroten dapat
diangkut secara langsung ke hati melalui sistem darah portal (Higdon, 2016; Maoka, 2020).
Konversi karotenoid provitamin A menjadi retinol dipengaruhi oleh kondisi vitamin A
individu. Mekanisme regulasi yang melibatkan faktor transkripsi intestine-specific homeobox
(ISX) dapat mencegah penyerapan karotenoid dan produksi vitamin A dengan menghambat
ekspresi SR-BI dan BCO1. ISX dikontrol oleh asam retinoat dan retinoic acid receptor (RAR)-
dependent mechanism sehingga jika simpanan vitamin A tinggi, ISX teraktivasi dan
penyerapan serta konversi karotenoid provitamin A ke retinol akan dihambat. Sebaliknya, jika
kadar vitamin A kurang, ekspresi SR-BI dan BCO1 tidak lagi ditekan oleh ISX sehingga
memungkinkan penyerapan karotenoid provitamin A dan konversi ke retinol (Higdon, 2016).
11
Variasi kadar karotenoid di darah dan jaringan antarindividu telah dikaitkan dengan
perbedaan genetik antarindividu. Secara khusus, sejumlah single nucleotide polymorphisms
(SNPs) telah diidentifikasi dalam pengkodean gen untuk protein yang terlibat dalam
penyerapan usus, transportasi dan metabolisme karotenoid. SNP dalam gen yang mengkode
SR-BI, CD36, dan BCO1 diduga mempengaruhi ekspresi dan/atau aktivitas protein ini serta
kadar karotenoid individu (Higdon, 2016).
12
peredam oksigen singlet. Xantofil seperti β-cryptoxanthin, lutein, dan zeaxanthin ditemukan di
otak. Di mata, lutein (meso)-zeaxanthin dan zeaxanthin merupakan pigmen makula. Lycopene
terakumulasi di prostat (Maoka, 2020).
15
Gambar 6. Produk Reaksi Astaxanthin dengan Hydroxy Radicals, Superoxide Anion
Radicals, dan Singlet Oxygen (Maoka, 2020)
16
BAB III
KESIMPULAN
Karotenoid merupakan salah satu pigmen yang penting bagi tanaman, hewan, maupun
manusia. Pada manusia, sekitar 50 jenis karotenoid terdapat dalam makanan. Dari jenis
karotenoid tersebut, hanya 20 dan beberapa metabolitnya yang telah diidentifikasi dalam darah
dan jaringan. β-carotene, α-carotene, lycopene, β-cryptoxanthin, lutein, dan zeaxanthin
merupakan komponen utama dan membentuk lebih dari 90% total karotenoid.
Aktivitas biologis karotenoid memainkan peran penting dalam pencegahan dan
pengobatan banyak penyakit, seperti kanker, penyakit kardiovaskular, diabetes, obesitas, dan
beberapa penyakit terkait gaya hidup. Karotenoid juga efektif bertindak sebagai
pembersih/peredam dari oksigen singlet dan ROS lainnya melalui reaksi fisik maupun kimiawi.
Selain itu, diet karotenoid juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan menjaga kesehatan
kulit sehingga kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh keberadaan pigmen ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
18