Anda di halaman 1dari 20

CLTS Community Lead Total Sanitation

STBM : SANITASI TOTAL BERBASIS


MASYARAKAT 1
Pembelajaran dari Program Sanitasi di
masa lalu
➢ Adanya “KEGAGALAN” dari proyek-proyek sanitasi
sebelumnya.

➢ Beberapa study evaluasi menemukan bahwa banyak sarana


yang telah dibangun tidak digunakan dan dipelihara, karena:
 tidak ada DEMAND (kebutuhan) yang muncul
ketika program dilaksanakan;
 pendekatan yang digunakan tidak berhasil
memunculkan DEMAND dari masyarakat sasaran.

➢ Jumlah alokasi dana yang diberikan tidak melihat tingkat


kemiskinan masyarakat (disamaratakan). Subsidi lebih banyak
dinikmati oleh keluarga yang mampu.

➢ Fakta menunjukkan bahwa di daerah yang mendapat bantuan


proyek sanitasi dasar, sekalipun target bangunan fisik
tercapai, namun, kebiasaan BAB di sembarang tempat (OPEN
DEFECATION ) tetap berjalan.
2
SEJARAH CLTS
◼ Pendekatan CLTS pertama kali diperkenalkan oleh Kamal
Kar pada tahun 1999 di sebuah komunitas kecil di district
Rajshahi, Bangladesh.

◼ Bermula dari “participatory impact assesment” yang


dilakukan oleh Kamar Kar terhadap proyek air bersih dan
sanitasi yang sudah 10 tahun dilaksanakan oleh sebuah
LSM – VERC (Village Education Resource Center), didanai
oleh Water Aid (sebuah LSM International).

◼ Salah satu rekomendasi utamanya adalah : Perlunya


pengembangan sebuah strategi untuk secara perlahan-
lahan mencabut subsidi untuk pembangunan toilet.
3
Penerapan pendekatan CLTS di beberapa
negara
◼ Pendekatan CLTS dimulai dari negara-negara yang
sangat miskin.

◼ Berawal di beberapa komunitas di Bangladesh → saat ini


sudah diadopsi secara massal di negara tersebut.

◼ India, di satu negara bagiannya yaitu Provinsi


Maharasthra telah mengadopsi pendekatan CLTS ke
dalam program pemerintah secara massal yang disebut
dengan program Total Sanitation Campaign (TSC).

◼ Pendekatan CLTS mulai diterapkan di beberapa negara


lain seperti Cambodia, Afrika, Nepal, Mongolia dan
Indonesia.
4
Pendekatan
Community Led Total Sanitation (CLTS) :
Suatu pendekatan
yang diterapkan untuk memfasilitasi
masyarakat dalam
memahami permasalahan dan
potensi peningkatan sanitasi
di komunitasnya

Tanpa subsidi
Masyarakat terlibat
secara total
Tidak menggurui,
tidak memaksa,
tidak mempromosikan Masyarakat
jamban sebagai pemimpin.

Tolok ukur keberhasilan :


PERUBAHAN PERILAKU (bukan konstruksi yang dibangun)
5
Pendekatan CLTS berfokus
kepada Outcomes (hasil/akibat)
➢Tidak ada lagi promosi sanitasi di tingkat
rumah tangga dengan pemberian subsidi
dalam bentuk materi.

➢Berfokus kepada perubahan perilaku BAB


masyarakat sebagai hasil dari pemicuan
perilaku kolektif pada seluruh lapisan
masyarakat.
6
Keputusan dibuat
Dilakukan secara total oleh dan dilaksanakan
masyarakat → oleh masyarakat
mempengaruh semua secara kolektif
orang di dalam kelompok
masyarakat Inisiatif
datang dari
masyarakat

Inovasi dan
keberagaman
Pemimpin informal
model muncul dari
muncul dari aksi masyarakat
PRAKARSA LOKAL
kolektif masyarakat YANG
DIPIMPIN MASYARAKAT
(Community Led)

Masyarakat tidak
mengikuti model- Keputusan masyarakat
model/cetak biru tidak bergantung pada
pembangunan yang petunjuk / tekanan luar
diperkenalkan
7
Tidak BAB
di sembarang
tempat

Menggunakan Menjaga jamban tetap


jamban Sehat / hygienis berfungsi dan bersih
untuk BAB
“Sanitasi
Total”
akan dicapai
Jika seluruh
masyarakat:
Mengelola air limbah Mencuci tangan dengan
dan sampah domestik sabun
secara higienis. dan air mengalir

Berperilaku higienis
dalam
menyiapkan makanan
dan minuman
8
Berfokus kepada
Tidak lagi pemicuan untuk mengubah
menyediakan bantuan perilaku KOLEKTIF,
dengan basis BUKAN perilaku
rumah tangga PERORANGAN

KONSEP DASAR :
➢MEMICU
TERJADINYA
PERUBAHAN PERILAKU

Mencari faktor-faktor
Berfokus kepada (dalam konteks lokal)
penciptaan demand yang bisa dijadikan
untuk mencapai pemicu perubahan
sanitasi total perilaku BAB masyarakat
9
Mungkinkah CLTS diterapkan di wilayah
kerja anda?
◼ Rendahnya cakupan jamban bukan menjadi hambatan,
karena CLTS telah diterapkan di daerah dengan cakupan
jamban rendah.

◼ Kemiskinan bukan menjadi hambatan, karena CLTS dapat


diterapkan dengan sukses di Bangladesh.

◼ Kekurangan air bukan menjadi hambatan , karena


tersedianya pilihan-pilIhan tehnologi, dan ini sudah terbukti
di beberapa negara/daerah yang mengalami kekeringan.

◼ CLTS sudah diterapkan dengan cukup berhasil di banyak


desa di Indonesia dan saat ini pendekatan CLTS menjadi
prioritas pemerintah Indonesia.
10
PERBEDAAN UTAMA CLTS dengan
PENDEKATAN LAMA
ASPEK PENDEKATAN CLTS
TRADISIONAL
Target Rumah tangga secara Seluruh anggota masyarakat
individual
Focus Membangun jamban (input Tidak ada lagi kebiasaan BAB
material) di sembarang tempat →
perubahan perilaku.
Ide dan solusi Terutama dari pihak luar Ide, solusi dan rencana tindak
yang menawarkan paket muncul dari masyarakat
proyek
Faktor kunci Adanya subsidi (bantuan) Harga diri
yang menjadi
motivasi
Tehnologi Satu macam model yang Inovasi masyarakat untuk
sudah ditetapkan mengembangkan berbagai
model.
11
PERBEDAAN UTAMA CLTS dengan
PENDEKATAN LAMA
ASPEK PENDEKATAN CLTS
TRADISIONAL
Harapan dan Tinggi; masyarakat Rendah; Analisis dilakukan
ketergantungan mengharapkan insentif secara partisipatif oleh
kepada bantuan berupa material, sehingga masyarakat sehingga
dari luar akan mematikan inisiatif mendukung terjadinya
untuk melakukan aksi lokal. tindakan spontan oleh
masyarakat sendiri.
Pemimpin dan Ditentukan dan diciptakan Pemimpin informal lahir
agen lokal oleh proyek. karena adanya aksi lokal.

Keberlanjutan Tidak lama, tergantung dari Jangka panjang, dikelola


dan instutusi pelaksanaan proyek. oleh masyarakat.
lokal

Partisipasi Partisipasi pasif. Mendapat Kepepimpinan aktif dari


insentif berupa material dan masyarakat, tidak tergantung
nasehat dari pihak luar. kepada insentif dari luar
12
PERBEDAAN UTAMA CLTS dengan
PENDEKATAN TRADISIONAL

KRITERIA PENDEKATAN CLTS


TRADISIONAL
Replikasi Replikasi dibatasi oleh Terjadi spontan, penyebaran
ketersediaan dana. melalui anggota masyarakat,
keluarga, kerabat, hubungan
perkawinan dan hubungan
informal lainnya.
Monitoring Berfokus kepada Berfokus kepada pencapaian
jumlah jamban yang “Bebas dari BAB di
dibangun. Sembarang Tempat” (open
defecation free).
Dampak Cakupan yang Pencapaian 100% dan terjadi
(impact) mungkin dicapai hanya perubahan perilaku
sekitar 20-40 %.
13
ELEMEN PEMICUAN

14
Alat pemicuan…………..1
PEMETAAN
Tujuan :
◼ Mengetahui / melihat peta
wilayah BAB masyarakat
◼ Sebagai alat monitoring
(pasca triggering, setelah
ada mobilisasi masyarakat)

15
Alat pemicuan…………..2
TRANSEK
Tujuan
Melihat dan mengetahui tem-
pat yang paling sering dijadi-
kan tempat BAB. Dengan me-
ngajak masyarakat berjalan
ke sana dan berdiskusi di
tempat tersebut, diharapkan
masyarakat akan merasa jijik
dan bagi orang yang biasa
BAB di tempat tersebut diha-
rapkan akan terpicu rasa
malunya.

16
Alat pemicuan…………..3
ALUR KONTAMINASI
(ORAL FECAL)
Tujuan :
Mengajak masyarakat untuk
melihat bagaimana kotoran
manusia dapat dimakan
oleh manusia yang lainnya.

17
Alat pemicuan…………..4
SIMULASI AIR YANG TELAH
TERKONTAMINASI
Simulasi dengan menggunakan
air ini dapat dilakukan pada saat
transek, saat pemetaan atau pa-
da saat diskusi kelompok lainnya.
Tujuan :
Mengetahui sejauh mana
persepsi masyarakat terhadap air
yang biasa mereka gunakan
seharí – hari.

18
Alat pemicuan…………..5
DISKUSI KELOMPOK
TERARAH – FGD ( Focus
Group Discusion ).
Tujuan :
Bersama-sama dengan
masyarakat melihat kondisi
yang ada dan
menganalisanya sehingga
diharapkan dengan
sendirinya masyarakat
dapat merumuskan apa
yang sebaiknya dilakukan
atau tidak dilakukan. 19
Alat pemicuan…………..6

Jenis diskusi kelompok


terarah (FGD) :
◼FGD untuk memicu rasa
“malu” dan hal-hal yang
bersifat “pribadi”
◼FGD untuk memicu rasa
“jijik” dan “takut sakit”
◼FGD untuk memicu hal-
hal yang berkaitan dengan
keagamaan
◼FGD menyangkut
kemiskinan

20

Anda mungkin juga menyukai