Anda di halaman 1dari 33

KEBIJAKAN

NASIONAL AMPL-BM
 Kebijakan nasional AMPL-BM adalah kebijakan
pemerintah tentang perlunya perubahan paradigma
dalam pembangunan sektor air minum dan
penyehatan lingkungan terutama pentingnya
keberlanjutan pelayanan dan efektivitas penggunaan
KEBIJAKAN prasarana dan sarana yang dibangun.
NASIONAL
AMPL-BM
 Kebijakan AMPL-BM berisi mengenai beberapa
strategi pelaksanaan yang diantaranya meliputi
penerapan pendekatan tanggap kebutuhan,
peningkatan sumber daya manusia, kampanye
kesadaran masyarakat, upaya peningkatan
penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan
dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi
pada semua tingkatan proses pelaksanaan.
LATAR
BELAKANG
PROGRAM
AMPL-BM

 Belum 100% masyarakat yang terlayani sumber air baik itu perpipaan
maupun non perpipaan
Salah satu
potret
penggunaan
sumber air di
Indonesia

Sumber : Direktorat Pemukiman dan Perumahan


LATAR  Belum 100% masyarakat yang terlayani pengelolaan lumpur tinja
BELAKANG
PROGRAM
AMPL-BM

 Sistem drainase dan sewerage yang masih belum optimal


Potret sistem
jamban di
Indonesia

Sumber : Direktorat Pemukiman dan Perumahan


LATAR
BELAKANG
PROGRAM
AMPL-BM

 Penanganan sampah yang masih belum optimal


Jumlah Penduduk tanpa Akses Sanitasi yang Layak di kawasan
120.0
Asia Tenggara (WHO/UNICEF, 2012)
110.2

Jumlah Penduduk (juta jiwa)


100.0

80.0

LATAR 60.0

BELAKANG 40.0

PROGRAM 24.4
21.2
AMPL-BM 20.0
11.3 9.8
4.9 3.0 2.3 1.4 1.2
0.0

 Menurut data WHO/UNICEF pada tahun 2012, Indonesia menempati


peringkat pertama jumlah penduduk tanpa akses sanitasi layak di Asia
Tenggara dengan gap yang cukup besar
Pembelajaran dari program-program yang gagal
 Sifatnya Top Down
 Masyarakat tidak dilibatkan atau hanya sekedar
diberitahu
LATAR
 Proyek sepenuhnya dibiayai pemerintah
BELAKANG
 Pengelolaan tidak melibatkan masyarakat
PROGRAM
 Teknologi memimpin, masyarakat mengikuti
AMPL-BM
 Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) hanya sebagai
aksesoris → tidak berhasil merubah perilaku.
 Perencanaan dilakukan oleh tenaga ahli, kemudian
dijelaskan kepada masyarakat / Pemda
Evaluasi dari program-program yang gagal
 Merespon pada keinginan masyarakat
 Masyarakat dilibatkan sejak rencana, pemilihan sistem,
pembangunan, dan pengelolaan (termasuk penentuan tarif)
 Kaum perempuan aktif terlibat
Rencana  Masyarakat berkontribusi pada sebagian / seluruh tahapan
pembangunan.
Program  Masyarakat secara aktif ikut mengelola
 Masyarakat menentukan, teknologi mendukung/
mengamankan pilihan masyarakat.
 PHBS sebagai prasyarat.
 Perencanaan dilakukan oleh Masyarakat dan Pemda,
difasilitasi oleh tenga ahli.
Kebijakan
Pembangunan AMPL
Berbasis Masyarakat
Mengapa pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat?

 Ketidakmampuan pemerintah karena


◦ fokus pada fasilitas daripada pelayanan
Mengapa ◦ masyarakat terbiasa gratis
Berbasis ◦ kurang dukungan politis
Masyarakat?
 Desentralisasi/otonomi
◦ peran pemerintah dari penyedia → fasilitator,
koordinator, dan pendukung
 Berbasis masyarakat → masyarakat sebagai
pengambil keputusan pada semua aspek penting
dalam perencanaan dan pembangunan sistem AMPL
dan tanggungjawab pengelolaan dan pemeliharaan
sistem AMPL.
Pendekatan
Pembangunan  Karakteristik
◦ Masyarakat memutuskan → pilihan teknologi,
AMPL-BM bentuk layanan, organisasi, mekanisme pendanaan
dan bentuk pengaturan.
◦ Masyarakat bertanggungjawab →
pemeliharaan, pengaturan, mengatur
organisasi pengelola, dan mendanai
POSISI PEMERINTAH

Peran → tempat bertanya, bimbingan teknis, keuangan,


penyedia regulasi
Kapasitas → kemampuan berkomunikasi, fleksibel,
Pendekatan mendorong dan memotivasi masyarakat
Pembangunan Kebutuhan → peningkatan kapasitas (pelatihan)
AMPL-BM Paradigma → lebih pada proses dan bukan target, lebih
pada keberlanjutan dan bukan membangun fasilitas,
pendekatan terpadu melibatkan semua pihak
berkepentingan (pemerintah, LSM, swasta, masyarakat).
Prinsip Kebijakan
Nasional AMPL-BM
 Air merupakan benda sosial dan benda ekonomi
 Pilihan yang diinformasikan sebagai dasar dalam pendekatan
tanggap kebutuhan
 Pembangunan berwawasan lingkungan
PRINSIP  Pendidikan perilaku hidup bersih dan sehat
KEBIJAKAN  Keberpihakan pada masyarakat miskin
NASIONAL  Peran perempuan dalam pengambilan keputusan
AMPL-BM  Akuntabilitas proses pembangunan
 Peran pemerintah sebagai fasilitator
 Peran aktif masyarakat
 Pelayanan optimal dan tepat sasaran
 Penerapan prinsip pemulihan biaya
(1) AIR SEBAGAI BENDA SOSIAL DAN
BENDA EKONOMI

Poin 1.
Air sebagai
benda sosial
dan benda
ekonomi

GOAL
(2) PILIHAN YANG DIINFORMASIKAN SEBAGAI
PENDEKATAN TANGGAP KEBUTUHAN

Poin 2.
Pilihan yang Masyarakat
sebagai penentu
diinformasikan keputusan Pembangunan
yang sesuai
sebagai dengan
pendekatan kebutuhan dan
kemampuan
Pemerintah
tanggap sebagai fasilitator
masyarakat

kebutuhan memberikan
berbagai
informasi pilihan
(3) PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

Upaya Peningkatan
PEMBANGUNAN
BERWAWASAN Upaya Pelestarian
Kualitas Hidup
Lingkungan
masyarakat LINGKUNGAN
Poin 3.
Pembangunan
berwawasan
lingkungan
(4) PENDIDIKAN PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN SEHAT

Poin 4.
Pendidikan
perilaku hidup
bersih dan
√ Kesadaran akan
perilaku hidup
sehat bersih dan sehat
yang tinggi
Kesadaran akan
perilaku hidup
bersih dan sehat
yang rendah
(5) KEBERPIHAKAN PADA MASYARAKAT MISKIN

Poin 5.
Keberpihakan
pada
masyarakat
Ketika air dan sanitasi tidak
miskin tersedia maka masyarakat
miskin yang paling menderita

Memenuhi kebutuhan
masyarakat miskin terhadap
air minum dan sanitasi
menjadi pintu masuk
penanggulangan kemiskinan
(6) PERAN PEREMPUAN DALAM PENGAMBIL KEPUTUSAN

Poin 6.
Peran
perempuan
dalam
pengambil
keputusan
(7) AKUNTABILITAS PROSES PEMBANGUNAN

KUNCI DALAM AKUNTABILITAS PROSES


PEMBANGUNAN :
Poin 7. - Masyarakat sasaran sebagai subyek pembangunan,
Akuntabilitas bukan sebagai objek pembangunan
proses - Masyarakat benar-benar memahami proses
pembangunan pembangunan yang akan dilakukan
- Masyarakat benar-benar terlibat dalam proses
pembangunan yang akan dilakukan
- Pelibatan secara aktif seluruh elemen masyarakat
(8) PERAN PEMERINTAH SEBAGAI FASILITATOR

Poin 8.
Peran
pemerintah
sebagai
fasilitator

Memberikan bimbingan teknis dan


non teknis yang terus menerus yang
sifatnya memberikan dorongan dan
memberdayakan masyarakat
(9) PERAN AKTIF MASYARAKAT

Pelibatan masyarakat secara aktif


dalam pembangunan sarana dan
prasarana
Poin 9.
Peran aktif
masyarakat Melalui mekanisme perwakilan yang
demokratis serta mencerminkan
dan merepresentasikan keinginan
dan kebutuhan mayoritas
masyarakat
(10) PELAYANAN OPTIMAL DAN TEPAT SASARAN

LAYANAN OPTIMAL :
- Sesuai kemampuan dan kebutuhan masyarakat
- Nyaman digunakan masyarakat
Poin 10. - Terjangkau seluruh lapisan masyarakat
Pelayanan
optimal dan TEPAT SASARAN :
tepat sasaran - Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
masyarakat
- Sesuai dengan sumber daya yang dimiliki
masyarakat
(11) PENERAPAN PRINSIP PEMULIHAN BIAYA

TUJUAN:
Poin 11. Masyarakat dapat
memperkirakan
Penerapan kemampuan
prinsip pembiayaan dan
pemulihan pemeliharaan sarana
dan prasarana agar
biaya pembangunan dapat
berkelanjutan
Kelompok Kerja (POKJA)
AMPL-BM
• Isu-isu pembangunan AMPL (PHBS, Kerusakan Lingkungan,
Lemahnya Koordinasi Program AMPL, dll)

• Pembangunan AMPL belum menjadi prioritas.


LATAR
BELAKANG • Pencapaian MDGs, melayani separuh penduduk yang
belum mendapat pelayanan AMPL diperkirakan butuh
DIBENTUKNYA pembiayaan 43 triliun hingga tahun 2015, atau 4,3 triliun
POKJA rupiah pertahunnya.

• Pemerintah tidak mampu memenuhi sendiri dana


tersebut. Untuk itu diperlukan partisipasi dari semua
pihak, seperti masyarakat pengguna, swasta, dan bahkan
donor atau lembaga bantuan asing.
1. Motor penggerak koordinasi antar sektor pemangku
kepentingan (Pemda, Swasta, Masy.)
2. Pendorong terjadinya operasionalisasi kebijakan di setiap
PERAN DAN level pemerintahan.
FUNGSI 3. Inisiator untuk memformulasikan kebijakan nasional
menjadi kebijakan di setiap level pemerintahan
POKJA (Regulasi-Perencanaan strategis, RPJM).
4. Katalisator antara pihak pengambil kebijakan.
5. Pusat “pembelajaran” pembangunan AMPL BM
1. Mengkoordinasikan dan menyebarluaskan kebijakan
nasional AMPL.
2. Mengupayakan peningkatan keterpaduan dan sinkronisasi
TUGAS pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(AMPL).
POKOK 3. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan nasional AMPL di
POKJA setiap level pemerintahan
4. Menyusun rencana kerja Pokja AMPL.
5. Memfasilitasi penyusunan rencana strategis AMPL ditingkat
daerah.
1. Dibentuk di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, terdiri
dari Tim Koordinasi, Tim Pelaksana dan Sekretariat,
dimana ketiga tim tersebut mempunyai fungsi yang
berbeda tapi merupakan satu kesatuan dalam organisasi
Pokja.
TIM DAN
2. Anggota Pokja terdiri dari pemangku kepentingan yang
KEANGGOTAAN peduli AMPL (Pemerintah, Swasta, Masyarakat).
POKJA
3. Tim Pokja terdiri dari :
- Tim Koordinasi / Tim Pengarah Kerja
- Tim Pelaksana
- Tim Sekretariat

Anda mungkin juga menyukai