Anda di halaman 1dari 6

Nama: firli oktaviani bahute

Nim: 811420075

Kelas: 5A- Kesling

Mata Kuliah: Toksikologi Industri

Soal

1. Deskripsikan dari masing bahan kimia sianida mulai dari

a) Kewaspadaan lingkungan
b) Jalan pemajanan
c) Standar dan peraturan untuk bahan kimia
d) Tanda dan gejala
e) Tes laboratorium
f) Pengobatan dan manajemen
g) Survailans epidemiologi

Jawab

1. bahan kimia sianida

A. Kewaspadaan lingkungan

Pelepasan Sianida bersama dengan limbah beracun lainnya seperti arsenik,


timbal, kadmium dan merkuri pada kegiatan pertambangan bisa
mengakibatkan kerusakan permanen pada lingkungan, selain mengakibatkan
deferostasi, erosi, tanah longsor dan pencemaran air tanah.

Sianida merupakan senyawa kimia yang mengandung (C=N) dengan atom


karbon terikat-tiga ke atom nitrogen. Kelompok CN ini dapat ditemukan dalam
banyak senyawa dalam bentuk gas, padat atau cair. Senyawa yang dapat melepas
ion sianida CN− ini sangat beracun. Sianida dapat terbentuk secara alami maupun
dengan buatan manusia, seperti HCN (Hidrogen Sianida) dan KCN (Kalium
Sianida). Sianida secara alami dapat ditemukan di udara, tanah, atau dalam
makanan tertentu, seperti biji apel, kacang almond mentah, rebung, talas, kedelai,
dan bayam. Selain itu, sianida juga ada pada rokok dan obat tertentu,
seperti cimetidine dan citalopram. Namun, kadar sianida pada makanan, obat, dan
rokok tergolong sangat kecil dan umumnya tidak membahayakan.

B. Jalan pemajanan

Sianida tersebar luas di perairan dan berada dalam bentuk ion sianida


(CN-), hidrogen sianida (HCN-), dan metalosianida. Keberadaan sianida sangat
dipengaruhi oleh pH, suhu, oksigen terlarut, salinitas dan keberadaan ion lain.
Sianida dalam bentuk ion mudah terserap oleh bahan-bahan yang tersuspensi
maupun oleh sedimen dasar.

Asam sianida (HCN) adalah senyawa berbentuk cairan yang mudah


menguap, biasa digunakan dalam pembuatan asetonitril yang kemudian digunakan
untuk produksi serat akrilik, karet sintetis, dan plastik. Sianida juga digunakan
dalam berbagai proses kimia, seperti fumigasi, pengerasan besi dan baja,
elektroplating, dan pemurnian bijih.digunakan dalam berbagai proses kimia,
seperti fumigasi, pengerasan besi dan baja, elektroplating, dan pemurnian bijih.

Sianida bebas adalah penentu ketoksikan senyawa sianida yang dapat


didefinisikan sebagai bentuk molekul (HCN) dan ion (CN‒) dari sianida yang
dibebaskan melalui proses pelarutan dan isosiasi senyawa sianida. Kedua spesies
ini berada dalam kesetimbangan satu sama lain yang bergantung pada pH
sehingga konsentrasi HCN dan CN‒dipengaruhi oleh pH. Pada pH dibawah 7,
keseluruhan sianida berbentuk HCN sedangkan pada pH diatas 10,5, keseluruhan
sianida berbentuk CN.

1. Sianida sederhana dapat didefinisikan sebagai garam-garam anorganik


sebagai hasil persenyawaan sianida dengan natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium. Sianida sederhana dapat juga didefinisikan sebagai garam dari
HCN yang terlarut dalam larutan menghasilkan kation alkali bebas dan
anion sianida
2. Kompleks sianida termasuk kompleks dengan logam kadmium, tembaga,
nikel, perak, dan seng. Kompleks sianida ketika terlarut menghasilkan
HCN dalam jumlah yang sedikit atau bahkan tidak sama sekali tergantung
pada stabilitas kompleks tersebut. Kestabilan kompleks sianida bervariasi
dan bergantung pada logam pusat. Kompleks lemah seperti kompleks
dengan sianida dengan seng dan kadmium mudah terurai menjadi sianida
bebas. Kompleks sedang lebih sulit terurai dibanding kompleks lemah dan
meliputi kompleks sianida dengan tembaga, nikel, dan perak. Sedangkan
kompleks kuat seperti kompleks sianida dengan emas, besi, dan kobalt
cenderung sukar terurai menghasilkan sianida bebas.
3. Senyawa turunan sianida adalah SCN‒(tiosianat), CNO‒, dan NH3
(amonia) yang biasanya dihasilkan dari sianidasi, degradasi alami dan
pengolahan limbah mengandung sianida.

Risiko keracunan sianida terutama terjadi jika menghirup asap kebakaran.


Sianida juga terbentuk sebagai hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan yang
mengandung nitrogen (plastik, vinil, akrilik, nilon, neoprene, karet, isolasi)
sehingga orang dengan paparan bahan ini memiliki risiko lebih tinggi.

Korban kebakaran yang mengalami keracunan karbon monoksida harus


diasumsikan juga terkena kadar racun sianida juga karena sebagian besar
bangunan modern mengandung bahan-bahan ini.

Sumber lain termasuk paparan di tempat kerja, pemberian natrium


nitroprusside berkepanjangan, insektisida, pengerjaan logam, dan biji beberapa
buah seperti aprikot.

C. Standar dan peraturan untuk bahan kimia sianida

SABANTAR ITU
D. Tanda dan gejala Jika keracunan Sianida

sianida, seperti halnya karbon monoksida adalah penyebab sel kekurangan


oksigen. Sianida mengganggu proses pembentukan sumber energi dan
oksigen dengan mengikat enzim cytochrome c oxidase dan memblokir rantai
transpor elektron mitokondria dan fosforilasi oksidatif.

Proses ini mengganggu produksi oksigen dari proses metabolisme


sehingga sel tubuh kekurangan oksigen dan dan membuat penurunan jumlah
adenosine triphosphate (ATP) sebagai sumber energi untuk fungsi metabolisme
tubuh.

Tanda-tanda awalnya, seperti muncul rasa cemas, sakit kepala, pusing,


mata tidak fokus, dan pupil mata melebar. Saat sel tubuh kekurangan oksigen
tingkat kesadaran semakin turun, kejang, dan koma dapat terjadi.  Kulit mungkin
terlihat tidak normal atau sedikit pucat, nafas menjadi cepat dan dalam, tekanan
darah serta nadi dapat menjadi tidak stabil.

Sementara, seseorang yang terpapar sianida dalam jumlah besar bisa


menunjukkan gejala:

 Denyut jantung melambat


 Tekanan darah menurun
 Kejang
 Paru-paru rusak
 Koma

Selain itu, pada kasus yang parah, keracunan sianida bisa membuat penderitanya
mengalami gagal napas hingga menyebabkan kematian.

E. Tes laboratorium

Keracunan sianida sulit dinilai karena gejalanya tidak spesifik. Setiap


korban kebakaran yang menghirup asap kebakaran harus diasumsikan mengalami
keracunan sianida. Laboratorium seperti hitung darah lengkap, elektrolit,
pemeriksaan urine, skrining tox, pemeriksaan darah arteri, kadar
karboksihemoglobin harus diperiksa.

Rontgen dada dan EKG juga harus menjadi bagian dari pemeriksaan awal.
Pengukuran kadar sianida di darah bisa dilakukan namun mungkin memerlukan
beberapa hari, tergantung pada fasilitas laboratorium.

F. Pengobatan dan manajemen

Pengobatan awal pasien dengan keracunan akut membutuhkan penilaian


cepat dan identifikasi rute paparan yang paling mungkin. Orang dengan paparan
inhalasi yang dicurigai pertama-tama harus dievakuasi dari daerah yang
terkontaminasi dan pakaian yang terkena dihapus.

Jika dicurigai sianida tertelan dan orang yang mengalami keracunan


muntah, harus ditangani oleh tenaga medis terlatih yang memakai masker wajah,
sarung tangan ganda, dan pelindung mata untuk mencegah kontaminasi
selanjutnya.

Arang aktif dapat diberikan jika pasien sadar, waktunya dalam 1 jam dari
menelan yang dicurigai. Meskipun mungkin tidak efektif dalam melawan
keracunan sianida, arang aktif mungkin berguna pada pasien yang mungkin
menelan racun lain selain sianida. Terapi oksigen dan pengobatan lain seperti anti-
kejang, cairan infus dilakukan sebagai pengobatan penunjang.

Pengobatan utama keracunan sianida adalah pemberian anti-dotum, yaitu


hydroxocobalamin. Indikasi untuk pemberian hydroxocobalamin termasuk
kecurigaan keracunan sianida dari asap, terutama pasien dengan perubahan status
mental, tekanan darah dan nadi tidak stabil, atau gagal napas.

Efek samping hydroxocobalamin di antaranya dapat menyebabkan sakit


kepala, gangguan pencernaan, reaksi alergi, dan hipertensi juga  membuat urine
pasien tampak seperti anggur merah gelap.
G. Survailans epidemiologi

Secara epidemiologi, keracunan sianida banyak ditemukan pada paparan


asap kebakaran pada negara industri. Kejadian bunuh diri dan paparan sianida di
industri lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki usia dewasa.

Pada data Toxic Exposure Surveillance System dari tahun 1993-2002,


terdapat 3.165 paparan sianida kepada manusia, dengan 2,5% diantaranya
mematikan. American Association of Poison Control Centers tahun 2018
melaporkan 185 paparan terhadap sianida dengan 17 kasus paparan yang
disengaja. Studi oleh Bebarta et al tahun 2011 menunjukkan bahwa 9% dari kasus
keracunan sianida mengalami henti jantung namun berhasil diselamatkan.
Sebanyak 75% kasus diantaranya tidak mendapatkan antidot sianida. Kasus lebih
banyak terjadi melalui rute ingesti (84,3%) dibandingkan dengan inhalasi (7,8%).

Anda mungkin juga menyukai