Anda di halaman 1dari 9

HEMATOLOGI

“CHRONIC MYELOID LEUKEMIA”

Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Dede Hidayat Ali N. (202115049)
2. Dina Anjani (202115050)
3. Efry Rodhiyani (202115051)
4. Fabian Dwi S. (202115052)
5. Fiqri Haikal A.B. (202115053)
Kelas A Tingkat 2

AKADEMI ANALIS KESEHATAN AN-NASHER CIREBON


2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya,
sehingga makalah ini berhasil diselesaikan dengan judul “Chronic Myeloid
Leukemia”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Hematologi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rochman Choliq, S.ST. selaku dosen mata kuliah Hematologi yang telah
mendidik dan membimbing selama masa perkuliahan.
2. Teman-teman seperjuangan yang selalu mendorong agar selalu bersemangat
dalam menyelesaikan makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini ada
ketidaksempurnaannya, mengingat keterbatasan kemampuan kami, namun kami
berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, maka dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca.
Cirebon, 15 April
2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Leukemia adalah kanker jaringan yang merusak darah dan sumsum tulang di
mana sel-sel darah dibuat. Leukemia terbagi 4 jenis yaitu Acute Myeloid
Leukemia (AML), Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL), Chronic Myeloid
Leukemia (CML), dan Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL). Chronic
Myeloid Leukemia (CML) adalah bentuk leukemia yang ditandai dengan
peningkatan dan pertumbuhan yang tak terkendali dari sel myeloid pada sumsum
tulang klonal, dimana ditemukannya proliferasi dari granulosit matang
(neutrophil, eosinophil, dan basophil) dan prekursornya. Keadaan ini merupakan
jenis penyakit myeloproliferative dengan translokasi kromosom yang disebut
kromosom Philadelphia.
CML adalah salah satu dari beberapa kanker yang disebabkan oleh mutase
tunggal genetic tertentu. Lebih dari 90% kasus dihasilkan dari kelainan
sitogenetika (Kromosom Philadelhia). CML penyakit leukemia yang berasal
dari gangguan pada sel punca myeloid menyebabkan terjadinya proliferasi klon
abnormal pada sel myeloid dengan cepat dan mengambil alih pada fungsi
mensupresi sel-sel punca hematopoeisis yang normal pada sumsum tulang.
Keganasan penyakit ini disebabkan karena adanya translokasi resiprokal yang
terjadi antara kromosom 9 dan 22 yang menghasilkan adanya suatu gen
gabungan BCR-ABL. Manifestasi klinis pada penyakit CML untuk umur dewasa
lebih berat daripada umur anak-anak, hal ini disebabkan karena adanya
perkembangan metaplasia myeloid yang dapat menyebabkan kematian. Chronic
Myeloid Leukemia ini bisa terjadi pada usia dewasa sekitar 30-50 tahun. Pada
penyakit ini laki-laki lebih beresiko.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan CML?
2. Bagaimana epidemiologi CML dan patogenesis CML?
3. Apa saja fase dalam CML dan diagnosis CML?
4. Bagaimana cara mengatasi dan mengobati CML?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai penyakit CML.
2. Untuk mengetahui mengenai epidemiologi CML dan patogenesis CML.
3. Untuk mengetahui mengenai fase dalam CML dan diagnosisnya.
4. Untuk mengetahui mengenai cara mengatasi dan mengobati CML.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Penyakit CML
2.1.1 Perkembangan Penyakit CML
Pasien Chronic Myeloid Leukemia (CML) pertama kali ditemukan di
Perancis, Jerman, dan Skotlandia pada tahun 1840-an. CML juga
dilaporkan secara terpisah oleh John Bennett dan Rudolf Virchow pada
tahun 1845. Masing-masing menemukan seorang pasien yang mengalami
pembesaran limpa dan liver, dan dalam pembuluh darahnya penuh
dengan “bahan tumpukan nanah”. Kedua pasien ini menunjukkan
penyakit yang kelak dikenal sebagai chronic myeloid leukemia (CML).
Bennett menyimpulkan penyebab kematian pasiennya adalah “supurasi
dalam darah”. Virchow mencurigai suatu neoplastic disorder yang
kemudian disebut sebagai penyakit darah putih. Dengan menggunakan
teknik pewarnaan darah dan mikroskopis yang belum memadai, kedua
peneliti mendapatkan sel-sel yang berwarna putih atau “tidak berwarna”
yang memiliki inti bergranular atau inti yang beraneka bentuk. Virchow
menggunakan istilah Weißes Blut dan memberikan nama Leukämie
untuk menggambarkan kondisi ini, sedangkan Bennett memberikan
istilah leucocythemia (Deininger, 2008)
Ernst Neumann pada tahun 1872 mengamati bahwa sel-sel leukemia
berasal dari sumsum tulang. Paul Ehrlich pada tahun 1887 membuat
klasifikasi leukemia myeloid dan limfatik. William Dameshek pada
tahun 1951 membuat konsep penyakit mieloproliferatif terdiri dari
penyakit polisitemia vera, trombositosis esensial, mielofibrosis primer,
dan leukemia myeloid kronik (Sawyer, 1999).
Kromosom Philadelphia atau kromosom Ph pertama kali dilaporkan
oleh Peter Nowell dan David Hungerford dari University of Pennsylvania
di Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1960, setelah meneliti
sampel darah perifer pasien leukemia termasuk dua pasien CML. Pada
tahun 1973, Janet Rowley melaporkan bahwa kromosom Ph dibentuk
oleh suatu translokasi resiprokal antara lengan panjang gen ABL
kromosom 9 dengan lengan panjang gen BCR kromosom 22 yang
umumnya ditulis dengan t(9;22) (q34;q11.2). Basis genetik CML makin
jelas ketika pada tahun 1983, para peneliti menunjukkan bahwa gen yang
terlibat dalam translokasi adalah ABL1, dari kromosom 9 yang
bertranslokasi ke dalam gen BCR, pada kromosom 22 (Goldman &
Melo, 2003)
2.1.2 Pengertian Penyakit CML
Chronic myeloid leukemia (CML) adalah penyakit mieloproliferasi
menahun dengan kelainan klonal akibat perubahan genetic pada
pluripoten sel stem. Kelainan tersebut mengenai lineage myeloid,
monosit, eritroid, megakariosit. Perubahan patologik yang terjadi berupa
gangguan adhesi sel imatur di sumsum tulang, aktivasi mitosis sel stem
dan penghambatan apoptosis yang mengakibatkan terjadinya proliferasi
sel myeloid imatur di sumsum tulang, darah tepi dan terjadi
hematopoiesis ekstramedular. Penyakit ini ditandai oleh proliferasi dari
segi granuloit tanpa gangguan diferensiasi, sehingga pada apusan darah
tepi kita dapat mudah melihat tingkatan diferensiasi seri granulosit, mulai
dari promielosit (bukan mieblos), metamielosit dan meilosit sampai
granulosit.
CML juga dikenal sebagai leukemia myelogenous kronik (LMK).
Dimulai pada sel-sel pembentuk darah di sumsum tlang. Perubahan
genetic terjadi pada sel myeloid yang belum matang yang membuat BC,
platelet, WBC (Kecuali Limfosit). Gen abnormal BCR-ABL mengubah
sel tadi menjadi sel CML

2.2 Epidemiologi dan Patogenesis CML


2.2.1 Epidemiologi CML
Kejadian leukemia mielositik kronis mencapai 20% dari semua
leukemia pada dewasa, kedua terbanyak setelah leukemia limfositik
kronik. Umumnya menyerang usia 40-50 tahun, walaupun dapat
ditemukan pada usia muda dan biasanya lebih progresif. Pada anak-anak
dapat di jumpai dengan bentuk juvenile CML. Angka kejadian pada
pria : wanita adalah 3 : 2, secara umum didapatkan 1 - 1,5/100.000
penduduk di seluruh negara.
CML merupakan bentuk leukemia kronik yang paling sering dijumpai
di Indonesia sedangkan di negara Barat yang lebih sering ditemukan
dalam bentuk CLL. Di Jepang kejadiannya meningkat setelah peristiwa
bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, demikian juga di Rusia setelah
reaktor atom Chemobil meledak. Beberapa melaporan penyebab CML
selain akibat paparan radiasi, bom atom adalah ankylosing spondilitis
pasca penyinaran
2.2.2 Patogenesis CML
Pada CML dijumpai Philadelphia chromosom (Ph1 chr) suatu
reciprocal translocation 9,22 (t9;22). Kromosom Philadelphia merupakan
kromosom 22 abnormal yang disebabkan oleh translokasi sebagian
materi genetik pada bagian lengan panjang (q) kromosom 22
kekromosom 9, dan translokasi resiprokal bagian kromosom 9, termasuk
onkogen ABL, ke region klaster breakpoint (breakpoint cluster region,
BCR) yang merupakan titik pemisahan tempat putusnya kromosom yang
secara spesifik terdapat pada kromosom 22. Sebagai akibatnya sebagian
besar onkogen ABL pada lengan panjang kromosom 9 mengalami
juxtaposisi (bergabung) dengan onkogen BCR pada lengan panjang
kromosom 22. Titik putus pada ABL adalah antara ekson 1 dan 2. Titik
putus BCR adalah salah satu di antara dua titik di region kelompok titik
putus utama (MBCR) pada CML atau pada beberapa kasus ALL Ph+.
Gen fusi (gen yang bersatu) ini akan mentranskripsikan chimeric RNA
sehingga terbentuk chimeric protein (protein 210 kd). Timbulnya protein
baru ini akan memengaruhi transduksi sinyal terutama melalui tyrosine
kinase ke inti sel sehingga terjadi kelebihan dorongan proliferasi pada
sel-sel mieloid dan menurunnya apoptosis. Hal ini menyebabkan
proliferasi pada seri myeloid.
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat
cepat. Normalnya, produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem
diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur
produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai ke
tingkat sel yang membahayakan (proliferasi neoplastik). Proliferasi
neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum tulang akibat radiasi,
virus onkogenik, maupun herediter. Sel polimorfonuklear dan monosit
normalnya dibentuk hanya dalam sumsum tulang. Sedangkan limfosit
dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe,
limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam
sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang
sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi kerusakan
sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia, maka akan
terjadi proliferasi sel-sel darah putih yang berlebihan dan imatur. Pada
kasus AML, dimulai dengan pembentukan kanker pada sel mielogen
muda (bentuk dini neutrofil, monosit, atau lainnya) dalam sumsum tulang
dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel-sel darah putih
dibentuk pada banyak organ ekstra medula.
Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen
darah yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses
metabolisme (terjadi granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel
leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang menyebabkan
nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang. Proliferasi sel leukemia
dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat pembesaran
limpa atau hati, masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat
leukemia meningeal.

Anda mungkin juga menyukai