Anda di halaman 1dari 18

 Notasi ilmiah

Pengertian Notasi Ilmiah


Notasi Ilmiah adalah cara yang singkat untuk menuliskan bilangan yang sangat besar atau
sangat kecil. Notasi Ilmiah ditulis sebagai perkalian dua faktor. Faktor pertama adalah sebuah
bilangan yang lebih dari atau sama dengan 1 dan kurang dari 10. Sedangkan faktor kedua
adalah bilangan berpangkat dengan bilangan pokok 10.
Notasi ilmiah memiliki fungsi atau manfaat yaitu untuk menyederhanakan suatu bilangan
yang terlalu besar atau terlalu kecil agar lebih mudah dituliskan dan disebutkan. Misalkan
kecepatan cahaya besarnya 300.000.000 m/s atau massa neutron sebesar
0,000.000.000.000187 g dengan menggunakan notasi ilmiah, maka bilangan yang terlalu
besar atau terlalu kecil tersebut lebih mudah dituliskan.
Rumus dan Cara Menuliskan Notasi Ilmiah
Sebelum membahas cara mengubah suatu bilangan ke dalam bentuk notasi ilmiah, perhatikan
bilangan berpangkat berikut dengan bilangan pokok 10.
104 = 10.000 → Sebanyak 4 angka nol di sebelah kanan 1
103 = 1000 → Sebanyak 3 angka nol di sebelah kanan 1
102 = 100 → Sebanyak 2 angka nol di sebelah kanan 1
101 = 10 → Sebanyak 1 angka nol di sebelah kanan 1

1
= 0,1 → Sebanyak 1 angka nol di
101

1
−2
10 = = 0,01 → Sebanyak 2 angka nol di sebalah kiri 1
10 2

1
10-3 = = 0,001 → Sebanyak 3 angka nol di sebalah kiri 1
103
1
10−4 = = 0,0001 → Sebanyak 4 angka nol di sebalah kiri 1
104

Contoh:
Dalam bidang ilmu pengetahuan alam, seringkali kita menemukan bilangan-bilangan yang bernilai sangat
besar maupun sangat kecil. Hal ini terkadang membuat kita mengalami kesulitan dalam membaca atau
menulisnya.
Misalnya sebagai berikut.
a. Panjang jari-jari neutron kira-kira:
0,000 000 000 000 00137 m
b. Jumlah molekul dalam 18 gram air adalah:
602.000.000.000.000.000.000.000

Jika dituliskan dalam bentuk notasi ilmiah, maka diperoleh:


■ Pertama kita akan mengubah panjang jari-jari neutron ke dalam notasi ilmiah, yaitu sebagai berikut:
0,00000000000000137
Notasi ilmiah terdiri dari perkalian dua faktor. Faktor pertama bilangan lebih besar dari 1 dan kurang dari 10
sedangkan faktor kedua adalah bilangan berpangkat dengan bilangan pokok 10.
Faktor pertama = 1,37 (lebih dari 1 dan kurang dari 10)
Faktor kedua = 10-15
Darimana angka -15 dalam pangkat 10 tersebut didapat?
Coba kalian perhatikan angka bewarna merah pada bilangan yang menyatakan panjang jari-jari neutron di
atas. Jumlahnya ada 15 angka di sebelah kiri angka 1. Dan karena letaknya di sebelah kiri maka pangkatnya
merupakan bilangan negatif. Dengan demikian, bentuk notasi ilmiah dari jari-jari neutron tersebut adalah
sebagai berikut.
0,00000000000000137 = faktor pertama × faktor kedua
0,00000000000000137 = 1,37 × 10-15

■ Kedua kita akan mengubah jumlah molekul air ke dalam notasi ilmiah, yaitu sebagai berikut:
602.000.000.000.000.000.000.000
Dari bilangan tersebut kita peroleh dua faktor notasi ilmiah yaitu:
Faktor pertama = 6,02 (lebih dari 1 dan kurang dari 10)
Faktor kedua = 1023
Darimana angka 23 dalam pangkat 10 tersebut didapat?
Coba kalian perhatikan angka bewarna hijau pada bilangan yang menyatakan jumlah molekul air di atas.
Jumlahnya ada 23 angka di sebelah kanan angka 6. Dan karena letaknya di sebelah kanan maka pangkatnya
merupakan bilangan positif. Dengan demikian, bentuk notasi ilmiah dari jumlah molekul air tersebut adalah
sebagai berikut.
602.000.000.000.000.000.000.000 = faktor pertama × faktor kedua
602.000.000.000.000.000.000.000 = 6,02 × 1023

Dari dua contoh di atas, secara umum ada dua aturan penulisan notasi ilmiah suatu bilangan, yaitu bilangan
antara 0 sampai dengan 1 dan bilangan yang lebih dari 10 yaitu sebagai berikut.
Bentuk baku bilangan lebih dari 10 dinyatakan dengan a × 10n dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli.
Bentuk baku bilangan antara 0 sampai dengan 1 dinyatakan dengan a × 10–n dengan 1 ≤ a < 10 dan n
bilangan asli.
Contoh Soal 1:

Permukaan Bumi ini kasar dan berbentuk seperti bola. Beratnya sangat besar, yaitu sekitar
5.880.000.000.000.000.000.000.000 kg. Tulislah bilangan tersebut dalam notasi ilmiah.

Jawab:

Untuk mengubah berat Bumi ke dalam bentuk notasi ilmiah atau penulisan baku, perhatikan
cara berikut.

5.880.000.000.000.000.000.000.000

Dari bilangan di atas, kita peroleh dua faktor notasi ilmiah yaitu sebagai berikut.

Faktor pertama:

a = 5,88 (1 ≤ a < 10)

Faktor kedua:

10n dengan n = 24 (hitung jumlah angka bewarna hijau)

Dengan demikian, berat bumi tersebut apabila dinyatakan dalam bentuk notasi ilmiah adalah:

5.880.000.000.000.000.000.000.000 kg = 5,88 × 1024 kg

Contoh Soal 2:

Tulislah 0,000056 dalam notasi ilmiah.

Jawab:

0,000056

Dari bilangan tersebut kita peroleh dua faktor notasi ilmiah, yaitu:

Faktor pertama: a = 5,6 (1 ≤ a < 10)

Faktor kedua: 10n dengan n = -5 (bilangan lebih kecil dari 1)

Dengan demikian, bentuk notasi ilmiahnya adalah sebagai berikut.

0,000056 = 5,6 × 10-5

Contoh Soal 3:

Laba-laba yang umum ada di rumah memiliki berat sekitar 10-4 kg. Nyatakan berat tersebut
sebagai suatu pecahan dan sebagai suatu desimal.
Jawab:

Bilangan 10-4 apabila dinyatakan dalam bentuk pecahan, maka hasilnya adalah sebagai
berikut.

10-4 = 1 = 1

104 10.000

Sedangkan apabila dinyatakan dalam bilangan desimal, maka hasilnya adalah sebagai berikut.

10-4 = 1 = 0,0001

10.000

Contoh Soal 4:

Tulislah bilangan 1,9 × 105 dalam bentuk umum.

Jawab:

Bentuk umum adalah kebalikan dari notasi ilmiah (bentuk baku). Caranya kita tinggal
mengalikan saja antara faktor pertama dan kedua dari notasi ilmiah. Perhatikan cara berikut.

■ Pertama, 10 memiliki pangkat positif 5 oleh karena itu tambahkan beberapa angka nol di
sebelah kanan angka 9 (jumlah bebas tetapi menyesuaikan).

1,9 × 105 = 1,900000000

■ Kedua, geser tanda koma sejauh 5 tempat ke kanan dari posisi semula.

1,9 × 105 = 190000,0000

■ Kedua, sisa angka nol di sebelah kanan koma dibuang. Sehingga hasil akhirnya adalah
sebagai berikut.

1,9 × 105 = 190.000

Contoh Soal 5:

Tulislah bilangan 4,59 × 10-4 dalam bentuk umum.

Jawab:

Cara masih sama seperti langkah-langkah pada soal nomor 4, yaitu sebagai berikut.
■ Pertama, 10 memiliki pangkat negatif 4 oleh karena itu tambahkan beberapa angka nol di
sebelah kiri angka 4.

4,59 × 10-4 = 0000004,59

■ Kedua, geser tanda koma sejauh 4 tempat ke kiri dari posisi semula.

4,59 × 10-4 = 000,000459

■ Kedua, sisakan satu angka nol di sebelah kanan koma. Sehingga hasil akhirnya adalah
sebagai berikut.

4,59 × 10-4 = 0,000459

Contoh Soal 6:

Urutkan planet-planet yang ada pada gambar di samping berdasarkan jaraknya ke matahari.
Mulailah dengan planet yang paling dekat dengan matahari.

Jawab:

Semakin dekat dengan Matahari berarti jaraknya semakin kecil. Dalam notasi ilmiah,
bilangan dinyatakan sebagai berikut.

a × 10n

■ Semakin kecil nilai a, maka nilai bilangan tersebut semakin kecil. Begitupun sebaliknya.

■ Semakin kecil nilai n, maka nilai bilangan tersebut semakin kecil. Begitupun sebaliknya.

Dengan demikian, urutan planet-planet tersebut dari yang paling dekat ke matahari adalah
sebagai berikut.

1. Planet Merkurius dengan jarak 7,783 × 107

2. Planet Venus dengan jarak 1,082 × 108

3. Planet Bumi dengan jarak 1,496 × 108

4. Planet Mars dengan jarak 7,783 × 108

5. Planet Yupiter dengan jarak 7,783 × 108

6. Planet Saturnus dengan jarak 1,427 × 109

7. Planet Uranus dengan jarak 2,869 × 109

8. Planet Neptunus dengan jarak 4,497 × 109

Contoh Soal 7:
Satu liter (L) sama dengan 106 milimeter kubik (mm3). Dalam 1 mm3 darah terdapat 5 × 106
sel darah merah. Gunakan notasi ilmiah untuk menuliskan banyaknya sel darah merah dalam
1 L darah manusia.

Jawab:

1 L = 106 mm3

1 mm3 = 5 × 106 sel darah merah

Maka dalam satu liter darah manusia terdapat sel darah merah sebanyak:

5 × 106 × 106 = 5 × 106 + 6 = 5 × 1012

Jadi, jumlah sel darah merah dalam 1 liter darah adalah 5 × 1012 sel darah merah.

 Angka penting

A. Pengertian Angka Penting

Angka penting atau biasa disingkat AP merupakan semua angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran.

Angka penting terdiri dari angka pasti dan angka taksiran/perkiraan (angka yang diragukan)
sesuai alat ukur yang digunakan. Angka pasti diperoleh dari penghitungan skala alat ukur,
sedangkan angka taksiran diperoleh dari setengah skala terkecil alat ukur yang digunakan.

Contoh: dari hasil pengukuran menggunakan penggaris diketahui bahwa panjang sebuah
ranting adalah 17 cm. Maka 17 cm atau 170 mm merupakan angka pasti. Sementara itu angka
taksirannya adalah 0,5 mm, angka ini diperoleh dari skala terkecil dari penggaris yakni 1 mm
dikali setengah (1/2). Maka angka penting dari hasil pengukuran ranting tersebut adalah
170,05 mm atau 17,005 cm.

B. Aturan Angka Penting

Berikut ini aturan menulis angka penting (AP) dalam fisika:

1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.

Contoh:

13.569 mempunyai 5 AP, yakni angka 1, 3, 5, 6, dan 9.

27,4 mempunyai 3 AP, yakni angka 2, 7, dan 4.

2. Angka nol yang berada di antara angka bukan nol adalah angka penting.

Contoh:

200.768 mempunyai 6 AP, yakni angka 2, 0, 0, 7, 6, dan 8.


30,01 mempunyai 4 AP, yakni angka 3, 0, 0, dan 1.

3. Angka nol yang berada di sebelah kanan (dibelakang) angka bukan nol adalah bukan
angka penting, kecuali diberi tanda khusus misal garis bawah maka akan menjadi angka
penting.

Contoh:

540 memiliki 2 AP, yakni angka 5 dan 4.

6900 memiliki 3 AP, yakni angka 6, 9, dan 0.

4. Angka nol yang berada di sebelah kiri (di depan) angka bukan nol adalah bukan angka
penting.

Contoh:

0, 0719 memiliki 3 AP, yakni angka 7, 1, dan 9.

5. Angka nol yang berada di sebelah kanan (di belakang) angka bukan nol yang terletak
setelah tanda desimal adalah angka penting.

Contoh:

12, 800 memiliki 5 AP, yakni angka 1, 2, 8, 0, dan 0.

6. Angka nol yang berada di sebelah kanan (di belakang) angka bukan nol dan terletak setelah
tanda desimal adalah angka penting.

Contoh:

47, 00 memiliki 4 AP, yakni angka 4, 7, 0, dan 0.

7. Angka nol yang ditulis dalam bentuk notasi ilmiah adalah bukan angka penting.

Contoh:

3 x 104 memiliki 1 AP, yakni angka 3.

7,2 x 103 memiliki 2 AP, yakni angka 7 dan 2.

1,50 x 102 memiliki 3 AP, yakni angka 1, 5, dan 0.

C. Aturan Pembulatan Angka Penting

Di dalam fisika tidak boleh sembarangan dalam membulatkan angka, terutama angka hasil
pengukuran atau angka penting.
1. Apabila suatu angka memiliki nilai lebih dari 5 maka dibulatkan ke atas.

Contoh:

25, 68 dibulatkan menjadi 25, 7 atau dibulatkan menjadi 26.

2. Apabila suatu angka memiliki nilai kurang dari 5 maka dihilangkan.

Contoh:

36, 24 dibulatkan menjadi 36, 2 atau dibulatkan menjadi 36.

3. Apabila suatu angka memiliki nilai sama dengan 5 maka akan dibulatkan ke atas jika
angka sebelumnya merupakan angka ganjil, namun akan dihilangkan jika angka sebelumnya
merupakan angka genap.

Contoh:

83, 35 dibulatkan menjadi 83, 4.

64, 25 dibulatkan menjadi 64, 2.

D. Perhitungan Angka Penting

1. Penjumlahan dan Pengurangan Angka Penting

Aturan operasi penjumlahan dan pengurangan angka penting adalah bahwa hasil penjumlahan
dan hasil pengurangan harus memiliki banyak angka taksiran sesuai dengan bilangan yang
memiliki angka taksiran paling sedikit.

Contoh: 32, 7 + 401, 56 = 434, 26

32, 7 (memiliki 1 angka taksiran)

401, 56 (memiliki 2 angka taksiran)

Hasil penjumlahan dari kedua bilangan di atas adalah 434, 26 (harus memiliki 1 angka
taksiran), sehingga harus dibulatkan menjadi 434, 3.

2. Perkalian dan Pembagian Angka Penting

Aturan operasi perkalian dan pembagian angka penting adalah bahwa jumlah angka penting
pada hasil perkalian dan hasil pembagian harus mengikuti jumlah angka penting paling
sedikit pada bilangan yang dioperasikan.

Contoh: 2, 45 x 0, 008 = 0,0196.

Bilangan 2,45 memiliki 3 AP.

Bilangan 0,008 memiliki 1 AP.


Hasil perkalian yakni 0,0196 (memiliki 3 AP) harus dibulatkan menjadi 0,02 (sehingga
memiliki 1 AP).

E. Latihan Soal Angka Penting

1. Hitunglah berapa angka penting yang dimiliki oleh bilangan-bilangan berikut ini!

a. 2500 memiliki angka penting sebanyak ...

b. 0, 1070 memiliki angka penting sebanyak ...

c. 46, 031 memiliki angka penting sebanyak ...

d. 1890000 memiliki angka penting sebanyak...

2. Ubahlah bilangan-bilangan berikut ini ke dalam bentuk notasi ilmiah agar memiliki 2
angka penting!

a. 2490

b. 0, 00068

c. 33, 487

d. 500

3. Ubahlah bilangan-bilangan berikut ini agar memiliki 3 angka penting (AP)!

a. m = 0, 26070 kg

b. p = 30, 081 cm

c. W = 1578,92 J

d. t = 23640 s

4. Tentukan besar hasil operasi di bawah ini dengan aturan angka penting!

a. 4.015 gr + 237 gr = ...

b. 867,09 cm - 42 cm = ...

c. 6480,82 m : 24,8 s = ...

d. 0, 075 kg x 1,30 m/s = ...

F. Jawaban Latihan Soal Angka Penting


1. a. 2500 = 2 AP, yakni angka 2 dan 5.

b. 0,1070 = 4 AP, yakni angka 1, 0, 7, dan 0.

c. 46,031 = 5 AP, yakni angka 4, 6, 0, 3 dan1.

d. 1890000 = 6 AP, yakni angka 1, 8, 9, 0, 0,dan 0.

2. a. 2490 dibulatkan terlebih dahulu menjadi 2500 agar memiliki 2 AP (yaitu angka 2 dan 5),
setelah itu baru diubah ke bentuk notasi ilmiah yakni 25 x 102.

b. 0,00068 karena sudah memiliki 2 AP (yakni angka 6 dan 8) maka langsung diubah ke
bentuk notasi ilmiah tanpa mengalami pembulatan, yakni 68 x 10-5 .

c. 33, 487 karena bilangan ini memiliki 5 AP (yakni angka 3, 3, 4, 8, dan 7) maka dilakukan
pembulatan terlebih dahulu agar memiliki 2 AP sehingga menjadi 34, setelah itu diubah ke
bentuk notasi ilmiah yakni 3,4 x 101.

d. 500 karena bilangan ini hanya memiliki 1 AP (yakni angka 5), maka bentuk notasi
ilmiahnya agar menjadi memiliki 2 AP adalah 0,50 x 103.

3. a. m = 0,26070 kg, agar memiliki 3 AP maka harus dilakukan pembulatan menjadi 0,261
kg.

b. p = 30,081 cm, agar memiliki 3 AP maka harus dilakukan pembulatan menjadi 30,1cm.

c. W = 1578,92 J, agar memiliki 3 AP maka harus dilakukan pembulatan menjadi 1580 J.

d. t = 23640 s, agar memiliki 3 AP maka harus dilakukan pembulatan menjadi 23600 s.

4. a. 4015 gr + 237 gr = 4252

4015 memiliki 4 AP

237 memiliki 3 AP

Berarti hasil operasi penjumlahan di atas harus memiliki 3 AP, maka hasil operasi
penjumlahannya harus mengalami pembulatan sehingga menjadi 4.250 gr.

b. 867,09 cm - 42 cm = 825,09 cm

867,09 memiliki 5 AP

42 memiliki 2 AP

Berarti hasil operasi pengurangan di atas harus memiliki 2 AP, maka hasil operasi
pengurangannya harus mengalami pembulatan sehingga menjadi 820 cm.

c. 6480,82 m : 24,8 s = 261, 32338 m/s


6480,82 memiliki 6 AP

24,8 memiliki 3 AP

Berarti hasil operasi pembagian di atas harus memiliki 3 AP, maka hasil operasi
pembagiannya harus mengalami pembulatan sehingga menjadi 261 m/s

d. 0,075 kg x 1,30 m/s2 = 0,0975 kg.m/s2

0,075 memiliki 2 AP

1,30 memiliki 3 AP

Berarti hasil operasi perkalian di atas harus memiliki 2 AP, maka hasil operasi perkaliannya
harus mengalami pembulatan sehingga menjadi 0,098 kg.m/s2 .

 Dimensi

Pengertian dimensi

Dimensi suatu besaran menunjukan cara besaran ini tersusun dari besaran-besaran pokok.
Lambang dimensi adalah [ ]

kegunaan dimensi

Mengungkapkan kesetaraan atau kesamaan dua besaran yang sepintas terlihat berbeda
misalnya energi dengan usaha.

Menentukan apakah suatu persamaan yang menyatakan hubungan-hubungan antara berbagai


besaran adalah tepat atau tidak.

Contoh Soal

Jika S = At + Bt2 + Ct3 , dimana S adalah dalam meter, dan t dalam sekon tentukan satuan –
satuan dari A, B, dan C

Penyelesaian

Pengertian dimensi

Dimensi suatu besaran menunjukan cara besaran ini tersusun dari besaran-besaran pokok.
Lambang dimensi adalah [ ]

Kegunaan dimensi

Mengungkapkan kesetaraan atau kesamaan dua besaran yang sepintas terlihat berbeda
misalnya energi dengan usaha.

Menentukan apakah suatu persamaan yang menyatakan hubungan-hubungan antara berbagai


besaran adalah tepat atau tidak.
Analisis Dimensi

Alat Dimensi adalah alat konseptual yang sering diterapkan dalam fisika, kimia dan teknik
untuk memahami keadaan fisis yang melibatkan besaran fisis yang berbeda-beda.

Analisis dimensi rutin digunakan dalam fisika dan teknik untuk memeriksa ketepatan
penurunan persamaan

 Besaran dan satuan

A. Besaran dan Satuan

Besaran adalah seala sesuatu yang dapat diukur/dihitung, dinyatakan dengan angka dan
memiliki satuan.

Syarat Besaran :

➠ Dapat diukur

➠ Dapat dinyatakan dengan angka-angka.

➠ Mempunyai satuan

Satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai pembanding.

Antara besaran dan satuan memiliki hubungan yaitu setiap melakukan pengukuran kita
menggunakan besaran dan satuan sebagai pembandingnya.

Besaran berdasarkan arah dan nilainya

1. Besaran Skalar

Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai dan tidak memiliki arah. Contohnya
massa, panjang, waktu, energi, usaha, suhu, kelajuan, dan jarak.

2. Besaran Vektor

Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Contohnya yaitu gaya, berat,
kuat arus, kecepatan, percepatan dan perpindahan.

Besaran berdasarkan arah dan nilainya

1. Besaran Skalar

Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai dan tidak memiliki arah. Contohnya
massa, panjang, waktu, energi, usaha, suhu, kelajuan, dan jarak.
2. Besaran Vektor

Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Contohnya yaitu gaya, berat,
kuat arus, kecepatan, percepatan dan perpindahan.

Besaran berdasarkan cara memperolehnya

1. Besaran Fisika

Besaran fisika adalah besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena dihasilkan dari
pengukungaran maka harus terdapat alat ukurnya. Contohnya adalah massa. Massa
merupakan besaran fisika karena massa dapat diukur menggunakan neraca.

2. Besaran Non Fisika

Besaran non fisika adalah besaran yang diperoleh dari perhitungan. Karena diperoleh dari
penghitungan maka menggunakan alat hitung seperti kalkulator. Contoh besaran non fisika
adalah jumlah.

Besaran berdasarkan jenis satuannya

1. Besaran Pokok

Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu untuk
menetapkan satuan-satuan besaran lain.

Setiap pengukuran suatu besaran selalu dinyatakan dengan satuan.

Berikut adalah 7 macam besaran pokok menurut Sistem Internasional (SI).

No Besaran Satuan Simbol

1 Panjang meter m

2 Massa kilogram kg

3 Waktu sekon s

4 Suhu kelvin K

5 Arus listrik ampere A

6 Jumlah zat mole mol

7 Intensitas cahaya kandela cd

 
Dalam satuan SI, diguanakan awalan-awalan untuk memudahkan penyebutan maupun
penulisan angka-angka yang terlalu besar maupun terlalu kecil.

Berikut adalah nama awalan (prefiks) satuan SI

2. Besaran Turunan

Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari satuan besaran pokok.
Sedangkan satuan besaran turunan adalah satuan yang diturunkan dari satuan besaran pokok.

Contoh beberapa besaran turunan disajikan pada tabel berikut ini.

No Besaran Turunan Diturunkan dari Besaran Lambang Satuan


Pokok

1 Luas Panjang m2

2 Volume Panjang m3

3 Massa Jenis Massa, panjang kgm-3

4 Kecepatan Panjang, waktu m s-1

5 Percepatan Panjang, waktu m s-2

6 Gaya Massa, panjang, waktu kg m s-2 (newton)

7 Energi Massa, panjang, waktu Kg m2 s-2 (joule)

8 Daya Massa, panjang, waktu Kg m2 s-3 (watt)

9 Tekanan Massa, panjang, waktu Kg m-1 s-2 (pascal)

B. Dimensi

Dimensi suatu besaran adalah besaran tersebut tersusun atas besaran-besaran pokoknya.

Dimensi merupakan sifat fisis suatu besaran dan tidak bergantung pada besar pengukuran.
Berikut adalah dimensi besaran pokok.

No Besaran Satuan Dimensi

1 Panjang meter L

2 Massa kilogram M

3 Suhu kelvin T

4 Waktu sekon ɵ

5 Arus listrik ampere I

6 Jumlah zat mole N

7 Intensitas cahaya kandela J

Manfaat adanya dimensi dalam Fisika :


– Untuk membuktikan kebenaran dari besaran-besaran fisis.
– Untuk membuktikan kebenaran sebuah persamaan.
– Untuk menurunkan persamaan suatu besaran-besaran fisis.

Metode penjabaran dimensi :


– Dimensi ruas kanan : dimensi ruas kiri
– Setiap suku berdimensi sama.

C. Pengukuran

Mengukur artinya membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang sejenis yang
ditetapkan sebagai satuan.

Ada beberapa aspek pengukuran yang perlu diperhatikan, yaitu ketepatan (akurasi), kalibrasi
alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas).

Berikut adalah jenis-jenis alat ukur.


1. Alat Ukur Panjang

a. Mistar

Mistar atau penggaris merupakan alat ukur yang paling banyak digunakan. Alat ukur ini
memiliki skala sampai dengan cm atau mm.

b. Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat ukur panjang yang memiliki batas ukur hingga 10 cm dengan
ketelitian 01, mm atau 0,01 cm.

Bagian-bagian jangka sorong :

1) Rahang Tetap

Rahang tetap merupakan rahang yang memiliki skala utama. Skala utama memiliki skala
dalam cm dan mm dengan skala terkecil 1 mm.

2) Rahang Sorong atau Rahang Geser

Rahang sorong merupakan rahang yang memiliki skala nonius. Skala nonius terdiri dari 10
skala yang panjangnya 9 mm. Jadi, 1 skala nonius = 0,9 mm. Sehingga skala nonius

Kegunaan jangka sorong :

– Mengukur bagian dalam tabung


– Mengukur ketebalan benda
– Mengukur kedalaman lubang

Contoh pengukuran dengan jangka sorong :

Hasil pengukurannya yaitu :


Skala utama  = 3,1 cm
Skala nonius = 0,09 cm
Hasilnya       = 4,3 cm + 0,05 cm = 4,35 cm

c. Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur tebal benda yang
tipis dan untuk mengukur diameter benda bulat yang kecil.

Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur benda dengan ketelitian 0,01 mm.

Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu poros tetap dan poros ulir. Skala panjang
yang terdapat pada poros tetap merupakan skala utama. Sedangkan skala panjang pada poros
ulir merupakan skala nonius.

Skala utama ditunjukkan oleh silinder pad alingkaran dalam dan terbagi menjadi dua skala,
yaitu skala atas dan skala bawah. Skala utama memiliki skala terkecil 0,1 mm, sedangkan
skala nonius ditunjukkan oleh selubung pada lingkaran luar yang memiliki skala terkecil 0,01
mm. Jika selubung lingkaran luar diputar satu kali lingkaran penuh, maka skala utama akan

berubah 0,5 mm. Contoh pengukuran dengan mikrometer sekrup

Hasil pengukurannya yaitu :

Skala utama = 6,5 mm


Skala nonius = 0,44 mm
Hasilnya       = 6,5 mm + 0,44 mm = 6,94 mm

2. Alat Ukur Besaran Massa

Alat untuk mengukur besaran massa yaitu neraca.

Terdapat beberapa jenis neraca untuk mengukur besaran massa, diantaranya :

a. Neraca pasar atau neraca meja (ketelitian 1 gram)

b. Neraca sama lengan (ketelitian 0,1 gram)

c. Neraca Ohauss (ketelitian 0,1 gram)

d. Neraca elektronik (ketelitian 0,001 gram)

3. Alat Ukur Besaran Waktu


Alat yang sering digunakan untuk mengukur waktu biasanya adalah stopwatch dan jam.

Stopwatch memiliki tingkat ketelitian hingga 0,001 sekon, sedangkan jam memiliki tingkat
ketelitian 1 sekon.

Anda mungkin juga menyukai