Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki
berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan.
Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.

Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya
kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka
atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruh terhadap
budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari
kebudayaan daerah, akan sangat berpengaruh pula terhadap kebudayaan daerah /
kebudayaan lokal.

Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri
khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.

Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga,
memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan
kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap
suku bangsa.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan saya membuat makalah ini adalah untuk mengerjakan dan
menyelesaikan tugas dari guru mata pelajaran Bahasa Jawa. Selain itu, saya membuat
makalah ini untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan kebudayaan, khususnya
kebudayaan Jawa Tengah.
BAB II

PEMBAHASAN

Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa.
Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan
Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut
Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 34.548 km², atau sekitar 28,94% dari luas pulau
Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat
dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.

Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya Jawa.
Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang
berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat.
Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang
tersebar di seluruh provinsi ini.

Sejak tahun 2008, provinsi Jawa Tengah memiliki hubungan kembar dengan provinsi
Fujian di China.

1. Sejarah.

Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905,
Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang, Kudus, Kedu, Banyumas,
dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang
berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran,
sebagaimanaYogyakarta. Masing-masing gewest terdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu
itu Kudus Gewest juga meliputi Regentschap Tubandan Bojonegoro.

Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberi otonomi dan
dibentuk Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu
Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang.
Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan
Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan (residentie), yang
meliputi beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan
(district). Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan, Kudus-
Rembang, Semarang, Banyumas, dan Kedu.

Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945 Pemerintah membentuk daerah


swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan karesidenan. Pada tahun 1950
melalui Undang-undang ditetapkan pembentukan kabupaten dan kotamadya di Jawa
Tengah yang meliputi 29 kabupaten dan 6 kotamadya. Penetapan Undang-undang tersebut
hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal 15 Agustus
1950.

2. Pemerintahan.

Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota.
Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan
8.490desa/kelurahan.

Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah,


Jawa Tengah juga terdiri atas 3 kota administratif, yaitu Kota Purwokerto, Kota Cilacap, dan
Kota Klaten. Namun sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 2001 kota-kota
administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten.

Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya


sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota Magelang ke Mungkid), Kabupaten Tegal(dari
Kota Tegal ke Slawi), serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan ke Kajen).

3. Demografi.

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah 32.380.687 jiwa terdiri atas 16.081.140
laki-laki dan 16.299.547 perempuan. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar
adalah Kabupaten Brebes (1,732 juta jiwa), Kabupaten Cilacap (1,644 juta jiwa), dan
Kabupaten Banyumas (1,553 juta jiwa).
Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten ataupun
kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk
Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal), daerah Salatiga Raya
( termasuk wilayah Ambarawa, Bringin, Kopeng, Tengaran dan Suruh), Solo Raya
(termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal-
Brebes-Slawi.

Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan
penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per tahun), sedang yang terendah
adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun).

Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian
paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan(20,91%),
industri (15,71%), dan jasa (10,98%).

4. Suku.

Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat
budaya Jawa, di mana di kota Surakarta danYogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa
yang masih berdiri hingga kini.

Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan
meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang
perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak
di antara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya.

Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas Arab-
Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang
perdagangan dan jasa.

Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda yang sarat akan
budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di pedalaman Blora
(perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang
kasusnya hampir sama dengan orang Kanekes di Banten.
5. Bahasa.

Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan
Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai
Bahasa Jawa Standar.

Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari dua,
yakni kulonan dan timuran. Kulonandituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas
Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda
dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di
antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek
tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut di
antaranya adalah Pekalongan dan Kedu.

Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di kabupaten Brebes bagian selatan, dan


kabupaten Cilacap utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda masih
menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.

Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah :

1. dialek Pekalongan 8. dialek Banyumasan (Ngapak)

2. dialek Kedu 9. dialek Bandek

3. dialek Bagelen 10. dialek Tegal-Brebes

4. dialek Semarangan (Kota Semarang) 11. dialek Njeporonan (Jepara)

5. dialek Kudus 12. dialek Blora

6. dialek Surakarta 13. dialek Yogyakarta

7. dialek Madiun

6. Budaya Jawa Tengah


Jawa Tengah memiliki banyak seni dan budaya. Diantaranya kesenian yang terkenal yaitu
batik dan wayang yang kini sudah banyak di kenal bahkan sampai ke manca Negara.
Berikut beberapa kebudayaan mengenai daerah Jawa Tengah :

a. Rumah Adat Jawa Tengah Rumah adat Jawa Tengah di kenal dengan nama rumah Joglo.
Joglo merupakan rumah adat Jawa Tengah yang terbuat dari kayu. Rumah ini mempunyai
nilai seni yg cukup tinggi dan hanya dimiliki orang dari kalangan mampu. Rumah joglo
berdenah bujur sangkar dan mempunyai empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka
guru, dan digunakan blandar bersusun yang disebut tumpangsari. Blandar tumpangsari ini
bersusun ke atas, makin ke atas makin melebar.

b. Pakaian Adat Jawa Tengah Pakaian tradisional kaum perempuan Suku Jawa khususnya
Jawa Tengah pada umumnya sama yaitu menggunakan kebaya, kemben, dan kain tapih
pinjung dengan stagen. Bagi para kaum laki-laki, khususnya kerabat keraton adalah
memakai baju beskap kembang-kembang atau motif bunga lainnya. Pada kepala memakai
destar (blankon), kain samping jarik, stagen untuk mengikat kain samping, keris dan alas
kaki (cemila). Pakaian ini dinamakan Jawi Jangkep, yaitu pakaian laki-laki Jawa lengkap
dengan keris.

7. KESENIAN JAWA TENGAH

a. Batik

Batik tidak hanya terkenal di daerah Jawa Tengah saja tetapi juga di daerah lain di
Indonesia pun memiliki balik masing-masing. Namun setiap daerah memiliki motif yang
berbeda. Di Jawa Tengah mempunyai motif dasar yang relatif terikat pada pakem tertentu.
Motif-motif ini mempunyai sifat simbolis dan berlatarkan kebudayaan Hindu-Jawa.

b. Wayang Kulit Wayang Kulit adalah Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul
sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu
Jawa. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang
Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.
c. Tari serimpi Tari Serimpi adalah jenis tarian tradisional Daerah Jawa Tengah. Tarian ini
diperagakan oleh empat orang penari yang semuanya adalah wanita. Jumlah ini sesuai
dengan arti kata serimpi yang berarti 4. Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi
empat penari sebagai simbol dari empat penjuru mata angin yakni Toya (air), Grama (api),
Angin (udara) dan Bumi (tanah). Sedangkan nama peranannya adalah Batak, Gulu, Dhada
dan Buncit yang melambangkan tiang Pendopo.

d. Gamelan Jawa Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan
Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam Malakut)”Tombo
Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini tembang tersebut masih
dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat
Pernikahan dan acara ritual budaya Keraton.

e. Ketoprak merupakan suatu teater rakyat yang terkenal di Jawa Tengah.

8. ADAT ISTIADAT JAWA TENGAH


a. Mitoni
Pada saat usia kehamilan 7 bulan, diadakan acara nujuh bulanan atau mitoni.
upacara ‘mitoni’ yang memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan pada hitungan
ke-7. Upacara ini bertujuan agar janin dalam kandungan selalu dianugrahi
keselamatan.
b. Brokohan
Ketika bayinya lahir, diadakan slametan, yang dinamakan brokohan Selamatan ini
diadakan setelah bayi dan ibunya dirawat serta tembuni telah dikuburkan.
c. Tedak-siten
Acara tedak-siten, yaitu acara dimana bayi yang berusia 245 hari untuk pertama
kalinya menginjak tanah. Didalam acara itu si anak di masukkan kedalam kurungan
yang sudah dihiasi pernak pernik.
d. Pingitan
Saat-saat menjelang perkawinan, bagi calon mempelai putri dilakukan 'pingitan'
yaitu calon mempelai putri dilarang keluar rumah dan tidak boleh bertemu dengan
calon mempelai putra. Seluruh tubuh pengantin putri dilulur dengan ramu-ramuan,
dan dianjurkan pula berpuasa.
e. Siraman
Sehari sebelum acara pernikahan, biasanya diadakan acara siraman bagi para
pengantin. Dimana air siraman tersebut sudah di campur dengan bermacam-macam
bunga.
f. Upacara Brobosan Upacara brobosan, yaitu upacara melintas di bawah mayat yang
sudah di tandu dengan cara berjongkok. Upacara Brobosan diselenggarakan di
halaman rumah orang yang meninggal, sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh
anggota keluarga yang paling tua.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Budaya jawa yang berada di daerah Jawa Tengah merupakan budaya yang memiliki
berbagai kebudayaan, mulai dari adat istiadat sehari-hari, kesenian, acara ritual, dan lain-
lain.

Kebudayaan Jawa klasik yang keagungannya diakui oleh dunia internasional dapat dilihat
pada sejumlah warisan sejarah yang berupa candi, stupa, bahasa, sastra, kesenian dan adat
istiadat.

Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali. Kedua-duanya tidak
mungkin dipisahkan. Ada manusia ada kebudayaan, tidak akan ada kebudayaan jika tidak
ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan tetapi manusia itu hidupnya tidak berapa lama, ia
lalu mati. Maka untuk melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu
orang, bahkan harus lebih dari satu turunan. Jadi harus diteruskan kepada anak cucu
keturunan selanjutnya.

2. Saran

Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan nasional, maka segala
sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi budaya nasional.
Atas dasar itulah, kita semua mempunyai kewajiban untuk menjaga, memelihara dan
melestarikan budaya baik budaya lokal atau budaya daerah maupun budaya nasional,
karena budaya merupakan bagian dari kepribadian bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah

http://www.slideshare.net/hepiiciy/macammacam-budaya-jawa-tengah

http://adityorahmat.blogspot.com/2012/05/makalah-tentang-kebudayaan-jawa-
tengah.html

Anda mungkin juga menyukai