Anda di halaman 1dari 65

PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND

IMAGE DAN MEDIA KOMUNIKASI


TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN
PRODUK
(Studi Kasus Pada Nasabah Bank Mandiri Syariah KCP Gubug)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh

KUNTO HADININGRAT

NIM 21313102

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2020
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jalan Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telepon( 0298) 323706 Faksimili (0298) 323433
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan

seperlunya, maka skripsi Saudara:

Nama : Kunto Hadiningrat

NIM : 21313102

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Jurusan : Perbankan Syariah (S1)

Judul : Pengaruh Brand Awareness, Brand Image dan Media Komunikasi

Terhadap Keputusan Menggunakan Produk (Studi Kasus Pada

Nasabah Bank Mandiri Syariah KCP Gubug).

Dapat diajukan dalam sidang munaqosah Skripsi. Demikian surat ini

dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Salatiga, Oktober 2020

Dr. Faqih Nabhan, M.M.


NIP. 19790217 200712 1 001
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jalan Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telepon( 0298) 323706 Faksimili (0298) 323433
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND IMAGE DAN MEDIA


KOMUNIKASI TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN PRODUK
(Studi Kasus Pada Nasabah Bank Mandiri Syariah KCP Gubug).

DISUSUN OLEH

KUNTO HADININGRAT

NIM: 213 13 102

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Istitut Agama islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada

Tanggal Oktober 2020 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna

Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : ________________

Sekretaris Penguji : ________________

Penguji 1 : . ________________

Penguji 2 : ________________

Salatiga, Oktober 2020


Dekan fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Dr. Anton Bawono, M.Si.


NIP. 19740320 200312 1 00
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kunto Hadiningrat

NIM : 213 13 102

Jurusan : S1 Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Judul Skripsi : Pengaruh Brand Awareness, Brand Image dan Media

Komunikasi Terhadap Keputusan Menggunakan Produk

(Studi Kasus Pada Nasabah Bank Mandiri Syariah KCP

Gubug).

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini benar-benar karya saya

sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang

ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan

mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Salatiga, Oktober 2020

Kunto Hadiningrat
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Kunto Hadiningrat

NIM : 213-13-102

Jurusan : S1 Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Menyatakan bahwa naskah Skripsi ini secara keseluruhan bebas plagiasi. Jika

kemudian hari terbukti melakukan plagiasi maka saya siap ditindak lanjut

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Salatiga, Oktober 2020

Kunto Hadingrat
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

A. MOTTO

B. PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirrabil’aalamiin, Segala puji bagi Allah SWT, atas

segalalimpahan rahmat serta hidayah-Nya, tak lupa shalawat serta salam kita

sanjungkan kepada junjungan kita, nabi Muhammad SAW. Atas karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul : PENGARUH

BRAND AWARENESS, BRAND IMAGE DAN MEDIA KOMUNIKASI

TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN PRODUK (Studi Kasus

Nasabah Bank Mandiri Syariah KCP Gubug).. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan studi program Strata Satu (S1) Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari tanpa adanya doa,

bimbingan, dukungan, nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan

skripsi ini tidak akan dapat terwujud. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam.

3. Bapak Ari Setiawan, S.Pd., M.M. selaku Ketua Program Studi S1 Perbankan

Syariah.

4. Dr. Faqih Nabhan, M.M.selaku dosen pembimbing skripsi.

5. Bapak Nur Huri Mustofa, S.Ag., M.S.I. selaku dosen pembimbing akademik.
6. Sahabat saya Bastian,

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan. Akhirnya hanya kepada

Allah SWT pemulis serahkan segalanya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

yang membaca dan mempelajarinya. Aamiin

Salatiga, Oktober 2020

Penyusun

Kunto Hadiningrat
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi sarana utama

bagi masyarakat pada umumnya, untuk membantu kegiatan-kegiatan ekonomi

sehari-hari yang berkaitan dengan keuangan. Mulai dari menabung, pinjaman

dana, deposito, dll.menurut hermansyah bank adalah lembaga keuangan yang

menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan

usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintah menyimpan dana-

dana yang dimilikinya (Hermansyah & Hum, 2009).

Terkait dengan bank tersebut erat kaitannya dengan kegiatan

keuangan. Bank di Indonesia pada umumnya di bagi menjadi dua berdasarkan

pembagian sistem bunga atau bagi hasil, yakni bank konvensional dan bank

syariah. Kedua bank tersebut memiliki fungsi dan peran yang sama, tetapi

yang berbeda adalah bank syariah menggunakan tata cara operasional yang

mengacu pada al-hadist dan al-qur’an.

Bank syariah berdiri dan tumbuh atas dorongan dan keinginan dari

masyarakat muslim yang menginginkan adanya suatu lembaga yang

menyimpan dan menyalurkan dan tanpa ada unsur riba dalam hal ini adalah

bunga. Apalagi setelah keluarnya fatwa MUI tentang bunga pada bank

konvensional yang di fatwakan sama dengan riba, maka di buatlah bank


dengan sistem syariah. Pada tahun 1991, lahirlah bank syariah pertama di

Indonesia yaitu Bank Muamalat yang di bentuk oleh MUI.

Dalam era globalisasi seperti saat ini membuat bank bersaing lebih

ketat untuk mencari berbagai strategi guna mendapatkan nasabah baru serta

mempertahankan nasabah yang sudah ada. Bank syariah sendiri di harapkan

mampu membuat strategi dimana bukan hanya masyarakat islam saja yang

menggunakan produknya, tetapi juga masyarakat non islam. Menurut

(Sjahdeini, 1999) bank syariah dapat melaksanakan semua kegiatan usaha

yang biasa dilakukan oleh bank konvensional berdasarkan prinsip syariah,

yaitu prinsip pembagian keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing

principle).

Salah satu strategi dalam persaingan era globalisasi seperti saat ini dan

agar produknya diterima konsumen adalah menciptakan merek. Merek yang

diciptakan harus memiliki unsur yang mudah, menarik serta menjadi daya

tarik tersendiri bagi konsumen. Tak hanya menarik dan mudah di ingat saja,

perusahaan pun berusaha untuk mengembangkan bagaimana merek tersebut

selalu ada dalam benak konsumen agar sadar terhadap merek tersebut (brand

awareness). Menurut (Koller, 2003) kesadaran merek diciptakan dengan cara

meningkatkan keakraban merekmelalui paparan berulang sehingga konsumen

merasa mengenal merek tersebut Dalam mengambil keputusan pembelian

konsumen juga memperhatikan sisi citra merek (brand image). Brand image

adalah suatu persepsi yang di tangkap oleh konsumen atas kinerja yang telah

dilakukan oleh perusahaan tersebut sehingga berkesan terhadap


konsumennya. Menurut (Keller, 1993) melalui citra merek, konsumen dapat

mengenali produk, mengevaluasi kualitas mengurangi resiko pembelian dan

memperoleh pengalaman tertentu serta mendapatkan kepuasan tertentu dari

suatu produk (Lin & Lin, 2007).

Untuk menjalankan suatu promosi penjualan dibutuhkan suatu media

komunikasi sebagai alat penyalur pesan yang ingin di sampaikan kepada

konsumen. Media komunikasi yang digunakan tentang merek tidak

sepenuhnya dapat di control oleh perusahaan. Ada sumber-sumber lain yang

digunakan oleh konsumen seperti orang terdekat, media masa dan lain-lain

untuk memperkenalkan merek serta agar dapat berada di benak para

konsumen. pengiklanan menggunakan media untuk menyampaikan pesan-

pesan kepada target pasar mereka, dan media tersebut tergantung pada

tingkatan-tingkatan berbeda dalam pengeluaran iklan untuk menutup

pengeluaran operasional tersebut (Suciningtyas, 2012).

Dari beberapa konsepsi tentang merek serta media komunikasi

sebagai media penunjangnya mengenai keputusan penggunaan produk bank

syariah diharapkan pihak menejemen perbankan syariah dapat memahami

perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan menggunakan produk bank

syariah dan bersaing dengan bank konvensional.

Menarik bagi penulis untuk mengetahui bagaimana minat masyarakat

Kec.Gubug untuk mengambil keputusan menggunakan produk bank syariah.

Dimana di kecamatan Gubug sendiri hanya ada 1 bank syariah, yaitu bank
syariah mandiri. Pada dasarnya di kecamatan Gubug sendiri terdapat banyak

sekali bank-bank konvensional,dimana bank konvensional sendiri sudah

berdiri lama di kecamatan Gubug.

Berdasarakan permasalahan pokok yang terkandung dalam latar

belakang diatas, penulis ingin meneliti dan mengetahui untuk dijadikan karya

ilmiah dengan judul “Pengaruh Brand Awareness, Brand Image dan Media

Komunikasi Terhadap Keputusan Menggunakan Produk (Studi Kasus

Pada Nasabah Bank Mandiri Syariah KCP Gubug).

B. Rumusan Maslah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, penulis

merumuskan masalahnya yaitu :

1. Apakah brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan penggunaan produk bank Mandiri syariah.

2. Apakah brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan penggunaan produk bank Mandiri syariah.

3. Apakah media komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan penggunaan produk bank Mandiri syariah.

4. Apakah brand awareness, brand image, dan media komunikasi

berpengaruh terhadap keputusan penggunaan produk bank Mandiri

syariah.
C. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah diatas, maka tujuan penulis dalam penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh brand awareness, brand image dan

media komunikasi terhadap keputusan menggunakan produk pada nasabah

Bank Mandiri Syariah KC Gubug.

D. Manfaat Penelitian

Dengan judulyang telah dipaparkan diatas, maka penelitian ini

diharapkan menjadi inspirasi dan bermanfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis, adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Semoga dengan penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih

pemikiran dan dapat menjadi referensi bagi pihak yang ingin

melakukan penelitian sejenis dengan penelitian ini, sebagai bahan

pertimbangan dan masukan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Bank Syariah

Dengan adanya penelitian ini, insya Allah akan

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi instutusi terkait, yaitu

bank syariah. Diharapkan pihak terkait mampu memberikan

kebijakan.
b. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan kepada

masyarakat terkhusus masyarakat kecamatan gubug sebagai studi

penelitian, agar dapat memberikan keputusan untuk pengambilan

produk bank syariah.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian tentang hasil-hasil penelitian yang

relefan dengan masalah yang ingin diteliti. Kegunaan penelitian terdahulu

adalah sebagai acuan pembeda antara penelitian yang sekarang dilakukan

oleh penulis terhadap penelitian yang sudah ada. Berikut penelitian terdahulu

terkait dengan pengaruh brand awareness, brand image dan

mediacomunication terhadap keputusan penggunaan produk bank syariah.

1. Pengaruh brand awareness terhadap keputusan penggunaan produk

Dari penelitian (Suciningtyas, 2012) dapat disimpulkan bahwa

brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian, sehingga membuktikan H1 diterima brand

awareness berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Dari penelitian (Al Hafidh, 2018) dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara variable X1,yaitu brand

awareness terhadap minat beli produk pada bank syariah mandiri area

Malang.
Pada penelitian (LATIF, 2019) dapat disimpulkan bahwa brand

awareness berpengaruh tidak signifikan terhadap minat beli di BPRS

Meru Sankara.

Pada penelitian tersebut dapat disimpulkan brand awareness

berpengaruh negative terhadap keputusan pembelian. Hasil pengujian

statistik menunjukan bahwa brand awareness berpengaruh negatif

signifikan terhadap keputusan pembelian.

No Peneliti Judul Kesimpulan


1 (Suciningtyas Pengaruh Brand Awareness, brand Brand
, 2012) image, dan media communication Awareness +
terhadap keputusan pembelian
2 (Al Hafidh, Pengaruh brand awareness dan Brand
2018) persepsi syariah terhadap minat beli Awareness +
produk pada bank syariah mandiri
area Malang
3 (LATIF, Pengaruh brand awareness dan Brand
2019) persepsi syariah terhadap minat beli Awareness -
produk pada bank syariah mandiri
area Malang
4
5
6
7
8
9
10

2. Pengaruh brand image terhadap keputusan penggunaan produk


Pada penelitian (Saputra, 2018) dapat disimpulkan bahwa citra

merek (brand image) yang dimiliki Bank Syariah Mandiri memiliki

pengaruh yang cukup besar terhadap keputusan menabung oleh

nasabah Bank Syariah Mandiri di kota Depok.

Pada penelitian (Adiwidjaja, 2017) disimpulkan bahwa brand

image berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian sepatu Converse baik melalui hubungan langsung maupun

tidak langsung.

Pada penelitian (Fatriana et al., 2016) berkesimpulan bahwa

brand image berpengaruh namun tidak signifikan terhadap keputusan

pembelian smartphone android Samsung di kota Palembang.

Dalam penelitian (Ike, 2015) menyimpulkan bahwa variable

brand image tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap minat

beli konsumen sepatu Macbeth di sogo galaxy mall Surabaya.

No Peneliti Judul Kesimpulan


1 (Saputra, Pengaruh Citra Merek (Brand Brand Image
2018) Image) Terhadap Keputusan +
Nasabah Menabung Di Bank Syariah
Mandiri Depok
2 (Adiwidjaja, Pengaruh Brand Image dan Brand Brand Image
2017) Trust Terhadap Keputusan +
Pembelian Sepatu Converse
3 (Fatriana et Pengaruh Brand Image Terhadap Brand Image
al., 2016) Keputusan Pembelian Smartphone -
Android Samsung Di Kota
Palembang
4 (Ike, 2015) Pengaruh Brand Origin, Brand Brand Image
Ambassador dan Brand Image -
terhadap Minat Beli Sepatu
Macbeth di Sogo Glaxy Mall
Surabaya
5
6
7
8
9
10

3. Pengaruh Media Comunication Terhadap Keputusan Pembelian

Pada penelitian (Wardoyo & Andini, 2017) dapat disimpulkan

bahwa variable media komunikasi menjadi faktor penting

Pada penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa periklanan

yang di lakukan PT.Telkomsel Tbk, tidak mempunyai pengaruh yang

berarti terhadap proses keputusan pembelian konsumen nomor perdana

Pada penelitian (Putri, 2016) menyimpulkan bahwa media

social berpengaruh langsung signifikan terhadap minat beli konsumen

Cherie.

Pada penelitian (Fahrudin & Yulianti, 2015) promosi

mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap keputusan

nasabah menabung di bank Mandiri Surabaya.

No Peneliti Judul Kesimpulan


1 (Wardoyo & Faktor-faktor yang berpengaruh Media
Andini, 2017) terhadap keputusan pembelian Communcati
secara online pada mahasiswa on +
universitas Gunadarma
2 (Putri, 2016) Pengaruh media sosial terhadap Media
keputusan pembelian konsumen Communcati
cherie melalui minat beli on +

3 (Fahrudin & Pengaruh promosi, lokasi, dan Media


Yulianti, kualitas layanan terhadap Communcati
2015) keputusan pembelian nasabah Bank on -
Mandiri Surabaya
4
5
6
7
8
9
10

Dari hasil penelitian diatas penulis ingin melakukan penelitian

yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu dari segi waktu, dan

juga tempat penelitian, serta perbedaan pengunaan analisis data.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran penelitian,agar penulisan tersebut dapat tepat, jelas dan mudah

dipahami oleh pembaca. Dari masing-masing bab secara garis besar

diuraikan sebagai berikut.

1. BAB I PENDAHULUAN,
Bab tersebut berisi tentang latar belakangyang menjadi alas an

melakukan peneliatian tersebut. Kemudian berisi tentang rumusan

masalah dalam penelitian ini. Kemudian manfaat penelitian, penelitian

terdahulu,serta sistematika penulisan.

2. BAB II TEORI LANDASAN,

Bab tersebut berisi tentang bacaan bacaan dan kajian peneliti

terhadap karya atau teori, dan disusun sesuai pada pokok

permasalahan. Yang di dalamnya berisi tentang brand awareness serta

definisinya. Kemudian tentang brand image beserta definisinya. Serta

media komunikasi beserta definisinya. Hingga pengaruh dari

keputusan penggunaan produk bank syariah.

3. BAB III METODE PENELITIAN,

Pada bab ketiga ini berisi tentang metode yang digunakan

untuk melakukan penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan

data, hingga teknis pengumpulan data terkait apa saja yang perlu

digunakan dalam penelitian tersebut.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN,

Pada bab ini memaparkan data dan fakta temuan penelitian

berdasarkan pada metode dan pendekatan penelitian yang telah

dilakukan dan akan dijelaskan dengan analisis dan hasil data yang

telah diperoleh dari penelitian tersebut.

5. BAB V PENUTUP
Sebagai bab terakhir dalam penulisan skripsi yang memuat

kesimpulan dan saran. Dimana kesimpulan secara singkat dari hasil

data yang telah peneliti lakukan. Dan saran merupakan anjuran yang

disampaikan kepada pihak terkait agar penelitian tersebut berguna.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Brand
Suatu produk yang diciptakan dalam bidang usaha pasti memiliki

merek atau brand, dengan tujuan agar produk yang dihasilkan dapat

dikenal oleh para konsumen. Merek adalah titik awal dimana sebuah

produk dibentuk. Merek sangat berperan bagi penting bagi perusahaan

untuk mengenalkan sebuah produk kepada para konsumen. Merek yang

unik dan mudah diingat merupakan merek yang berhasil mencuri hati

konsumennya, atau dengan kata lain merek tersebut telah menunjukan

eksistensinya sebagai produk yang dikenal oleh konsumen.

Menurut Kotler (2012:241) dalam (F, Arif;, 2015) merek adalah

suatu nama, istilah, tanda, symbol, atau desain, atau kombinasi dari hal-hal

tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari

seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang-

barang yang dihasilkan oleh pesaingnya.

Brand (merek) memegang peranan penting dalam pemasaran. Ada

perbedaan yang cukup besar antara produk dan merek. Produk hanyalah

seseuatu yang dihasilkan pabrik, sedangkan merek merupakan sesuatu

yang dibeli konsumen. Bila produk bisa mudah ditiru pesaing maka merek

selalu memilliki keunikan yang relative sukar dijiplak. Merek berkaitan


erat dengan persepsi, sehingga sesungguhnya persaingan yang terjadi

antara perusahaan adalah pertarungan persepsi dan bukan sekedar

pertarungan produk (S, Wulan;, 2012).

Merek merupakan pembeda bagi para pesaing produk. Merek

perusahaan yang sudah terbangun kuat tidak hanya mampu menambahkan

profit bagi perusahaan, tetapi juga mempengaruhi pegawai dan pemilik

saham, yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan dan memunculkan

kesan baik bagi para konsumen.

Menurut Durianto dalam penelitian (W, Satria A;, 2015)

mengungkapkan bahwa ada beberapa indicator terkait dengan

merek,antara lain :

a. Kesadaran merek
Menunjukan kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali

atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari

kategori produk tertentu

b. Asosiasi merek
Mencerminkan pecncitraan suatu merek terhadap suatu kesan

dalam kaitannya dengan kebiasaan,gaya hidup, manfaat, atribut

produk, harga, pesaing, selebritis dan lain-lain.

c. Persepsi merek
Mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan

kualitas suatu produk berkenaan dengan maksud yang diharapkan.


d. Loyalitas merek
Mencerminkan tingkat kesetiaan konsumen terhadap suatu

produk. Konsumen akan loyalpada suatu merek jika produknya dapat

memberikan kepuasan.

2. Brand Awareness
Sebuah merek atau brand dalam sebuah perusahaan diharapkan

mampu memikat hati para konsumennya. Apabila merk tersebut sudah ada

dalam benak konsumen, maka nama merek tersebut terbayang dalam benak

konsumen. Secara tidak langsung merek tersebut akan terngiang pada diri

konsumen, yang artinya sadar akan merek tersebut atau disebut brand

awareness.

Apabila sebuah merek telah berhasil mencuri hati konsumennya serta

berhasil memberikan kepuasan, maka dari situ tingkat akan kesadaran merek

atau brand awareness akan muncul dengan sendirinya. Menurut (Hasbun;

Ruswanty;, 2016) kesadaran merek atau brand awareness adalah kemampuan

merek yang muncul dibenak konsumen ketika mereka berpikir tentang produk

tertentu dan seberapa mudah produk muncul. Kesadaran merek merupakan

dimensi mendasar dalam ekuitas merek. Sebuah merek tidak memiliki ekuitas

sampai konsumen sadar tentang keberadaan merek tersebut.

Menurut keller (2004) dalam penelitian (M, Putri;, 2013) brand

awareness terdiri dari pengenalan sebuah merek dan mengigat kembali

sebuah merek. Dimana pengenalan sebuah merek berkaitan dengan


kemampuan konsumen dalam menguatkan pengertian sebelumnya tentang

sebuah merek sebagai petunjuk, dapat ditambahkan bahwa mengharuskan

konsumen dalam membedakan merek yang sebelumnya telah dilihat atau

didengar. Brand awareness terbentuk akibat dari peningkatan akan keakraban

merek melalui pengutaraan yang berlangsung secara berulang ulang.

Meurut (M, Putri;, 2013) brand awareness sendiri adalah langkah

awal ketika membangun sebuah merek produk. Dikarenakan brand

awareness adalah proses bermula perasaan seorang konsumen terhadap

ketidak tahuan akan suatu merek itu hingga yakin bahwa merek itu hanya satu

dalam kelas produk tertentu. Apabila sebuah merek dapat merebut perhatian

tetap dalam pikiran konsumen,maka merek tersebut akan sulit digantikan oleh

merek lain. Sehingga konsumen akan tetap mengingat merek yang telah

diketahui walaupun sering ditawarkan oleh para penyedia jasa dengan merek

yang berbeda dengan merek sebelumnya.

Menurut Durianto (2001) dalam penelitian (A, Febrian;, 2014) brand

awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali dan

mengingat merek sebagai bagian dari suatu produk dengan merek yang

dilibatkan. Semakin tingii tingkat kesaradaran merek brand awareness suatu

merek dalam benak konsumen,akan semakin melekat suatu merek dalam

benak konsumen,sehingga makin besar kemungkinan merek tersebut

dipertimbangkan dalam pembelian dan makin besar pula kemungkinan ia

akan di pilih konsumen.


Menurut Aaker (2000) dalam penelitian yang dilakukan oleh (A,

Febrian;, 2014) juga terdapat gambar piramida brand awareness, yaitu sebagai

berikut :

GAMBAR 1
PIRAMIDA BRAND AWARENESS

Sumber : Aaker 2000

Berikut penjelasan mengenai piramida brand awareness dari yang

terendah hingga tertinggi :

a. Unaware of a Brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling

rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak

menyadari adanya suatu merek.

b. Brand Recognition (pengenalan suatu merek) adalah tingkat

minimal dari kesadaran merek. Halini penting pada saat seorang

pembeli memilih suatu merek dalam melakukan pembelian.

c. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek) adalah

pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan


sesorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas

produk. Hal iini diistilahkan pengingatan kembali tanpa bantuan,

karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu

dibantu untuk memunculkan merek tersebut.

d. Top of Mind (puncak pikiran) adalah apabila seseorang ditanya

secara langsung tanpa diberi bantuan pengingat dan ia dapat

menyebutkan satu nama merek,maka merek yang lain banyak

banyak disebutkan pertama sekali dapat dikatakan sebagai puncak

pikiran. Merek tersebut menjadi merek utama dari berbagai merek

didalam benak konsumen.

GAMBAR 2
NILAI-NILAI KESADARAN MEREK

Berikut adalah penjelasan dari nilai-nilai kesadaran merek brand

awareness:

a. Jangkar yang menjadi cantolan asosiasi lain


Suatu merek dengan kesadaran yang tinggi dapat membantu

para asosiasi melekat pada merek tersebut. Dikarenakan

kemampuan eksplorasi merek tersebut menjadi sangat tinggi di


benak konsumen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila

kesadaran suatu merek rendah, maka suatu asosiasi yang diciptakan

oleh produsen atau perusahaan akan sulit melekat pada merek

tersebut.

b. Familier/rasa suka
Apabila kesadaran akan merek sangat tinggi,maka

konsumen akan sangat akrab dengan merek yang diciptakan oleh

perusahaan,dan seiring bertambahnya waktu akan muncul rasa suka

yang tinggi terhadap merek yang dipasarkan oleh produsen.

c. Subtansi/komitmen
Kesadaran merek mampu menandakan keberadaan,

komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan.

Apabila kesadaran merek tinggi, maka kehadiran merek akan selalu

dapat dirasakan.

d. Mempertimbangkan merek
Langkah awal dalam proses pembelian adalah menyeleksi

merek-merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk

dipertimbangkan dan diputuskan merek mana yang akan dibeli.

Merek dengan top of mind yang tinggi mempunyai nilai

pertimbangan yang tinggi. Apabila sebuah merek tidak tersimpan

daalam ingatankonsumen, maka merek tersebut tidak dapat

dipertimbangkan. Biasanya sebuah merek yang dapat masuk dan


disimpan dalam ingatan konsumen adalah sebuah merek yang dapat

disukai atau dibenci oleh konsumen itu sendiri.

Dalam Penelitian yang dilakukan oleh (A,H, Izzudin W;, 2018) ada

beberapa keuntungan dari brand awareness, yaitu :

a. Meningkatkan kepercayaan di dalam masyarakat


Merek yang sudah terkenal di masyarakat luas, maka hal ini

otomatis menjadikan masyarakat lebih percaya dengan produk

tersebut, seseorang akan terus memakai atau mengkonsumsi produk

tersebut jika sudah sering mendengar mereknya.

b. Meningkatkan penjualan produk


Berkaitan dengan keuntungan diatas, masyarakat yang

sudah terlanjur percaya mayoritas akan lebih sering memilih

produk yang dikenalnya.

c. Menciptakan loyalitas konsumen


Keuntungan selanjutnya yaitu akan membuat konsumen

lebih loyal terhadapproduk tersebut, karena banayak masyarakat

yang lebih memilih produk karena melihat merek suatu produk,

meskipun mempunyai rentan harga berbeda yang lebih mahal

daripada produk lainnya, hal ini tentu saja akan menciptakan

loyalitas yang tinggi masyarakat pada produk tersebut.

d. Memudahkan kerjasama dengan perusahaan lain


Jika langkah pertama marketing bergerak agar produk

dikenal luas oleh masyarakat, dengan brand awareness yang kuat,

selanjutnya akan banyak perusahaan yang mengajak bekerja sama.

Jika mereka bekerja sama dengan merek yang besar, maka bukan

tidak mungkin perusahaan tersebut akan menjadi lebih besar.

e. Membangun ciri khas produk


Produk yang memiliki brand awareness yang kuat biasanya

sudah berhasil untuk menciptakan ciri khas tertentu yang memang

merupkan suatu yang membedakan dari kompetitornya. Konsumen

juga akan mengetahui secara mudahkeunggulan dari produk

tersebut dibandingkan dengan pesaingnya.

3. Brand Image

Sebuah produk yang dibuat oleh perusahaan dapat dikatakan sukses

apabila produk tersbut mampu menembus target atau dapat diterima oleh

konsumen, sehingga produk tersebut mempunyai citra yang baik atau brand

image. Menurut (Simamora;, 2006) mengatakan bahwa image adalah persepsi

yang relative konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Jadi

tidak mudah membentuk image, sehingga bila terbentuk sulit mengubahnya.

Menurut (Shimp; Terence, A;, 2003) cira merek adalah sejenis asosiasi

yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu.

Asosiasi tersebut bisa berupa ingatan mengenai merek tersebut. Bisa berupa

karakternya, ciri-ciri, kekuatan, bahkan kelemahan merek tersebut.


Sedangkan menurut Kotler dan Keller dalam (V, Ike; A, Zainul;, 2017)

citra merek brand image adalah persepsi dan keyakinan yang dipegang oleh

konsumen, seperti yang dicerminkan asosiasi yang tertanam dalam ingatan

pelanggan, yang selalu diingat pertama kali saat mendengar slogan dan

teranam dibenak konsumennya. Dan menurut tjiptono citra merek atau brand

image adalah deskripsi asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek

tertentu. Citra merek (brand image) adalah pengamatan dan kepercayaan yang

digenggam konsumen, seperti yang dicerminkan di asosiasi atau diingatan

konsumen.

Apabila merek tersebut mempunyai kesan yang baik terhadap

konsumen, secara tidak langsung citra yang baik akan muncul dalam benak

konsumen terhadap merek tersebut. Kesan yang baik dapat muncul dari

pelayanan serta kepuasan konsumen. Setelah konsumen merasa kebutuhannya

telah terpenuhi dan merasa puas akan produk yang dibelinya maka cita merek

(brand image) akan muncul di benak para konsumen.

Menurut Sutisna dalam penelitian yang dilakukan oleh (R,

Muhammad;, 2015) menyatakan bahwa brand image memiliki 3 variabel

pendukung, yaitu :

a. Citra pembuat/perusahaan (corporate image) merupakan

sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap

perusahaan yang membuat suatu produkatau jasa.


b. Cita pemakai (user image) merupakan sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu

barang atau jasa.

c. Citra produk (product image) merupakan sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk.

Sedangkan Aaker berpendapat bahwa citra merek terdiri dari tiga

komponen, yaitu:

a. Product Atributes (atribut produk) yang merupakan hal-hal yang

berkaitan dengan merek tersebut sendiri, seperti kemasan, isi produk,

harga, rasa, dll.

b. Consumer Benefits (keuntungan konsumen) yang merupakan

kegunaan produk dari merek tersebut.

c. Brand Personality (kepribadian merek) merupakan asosiasi

(persepsi) yang membayangkan mengenai kepribadian sebuah merek

apabila merek tersebut seorang manusia.

Dari beberapa faktor yang dikemukakan para ahli, Muhammad

Romdhoni dalam penelitiannya (R, Muhammad;, 2015) ada tiga faktor yang

mempengaruhi cita merek/brand image, yaitu:

a. Keunggulan asosiasi merupakan salah satu faktor pembentuk brand

image, dimana produk tersebut unggul dalam persaingan.


b. Kekuatan asosiasi merek ialah bagaimana informasi masuk kedalam

ingatan konsumen dan bagaimana proses bertahan sebagai bagaian

dari citra merek.

c. Keunikan asosiasi merek terhadap suatu merek mau tidak mau harus

terbagi dengan merek-merek lain. Oleh karena itu, harus diciptakan

keunggulan bersaing yang dapat dijadikan alasan bagi konsumen

untuk memilih suatu merek tertentu.

Menurut sutisna dalam (I, Fatih; Suharyono; Sunarti;, 2018) ada

beberapa manfaat dari brand image yang positif, yaitu :

a. Konsumen dengan image yang positif terhadap suatu brand, lebih

memungkingkan untuk melakukan pembelian.

b. Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan

memanfaatkan image positif yang telah terbentuk terhadap brand

produk lama.

c. Kebijakan family branding dan laverage branding dapat dilakukan

jika brand image produk yang telah ada positif.

4. Media Komunikasi

Media komunikasi bila dijabarkan terdapat dua buah kata, yaitu media

dan komunikasi. Media adalah alat bantu sarana komunikasi media cetak,

audio visual, maupun perangkat kerasnya.kemudian komunikasi adalah

proses yang dilakukan manusia terhadap lingkungan disekitarnya. Media


komunikasi adalah sebuah alat perantara yang menghubungkan sesorang

untuk mengetahui informasi.

Media komunikasi sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam

menjalankan usahanya, dan yang terpenting adalah untuk memasarkan produk

yang telah dibuatnya untuk dipasarkan. Menurut suciningtyas dalam

penelitian (S, Wulan;, 2012) mengatakan, dalam dunia pemasaran, istilah

“media” dapat diartikan sebagai sarana komunikasi seperti, Koran, majalah,

radio televise, billboard, pamphlet, dan internet. Pengiklanan menggunakan

media untuk menyampaikan pesan-pesan komersial kepada target pasar atau

konsumen mereka, dan media tersebut bergantung pada tingkatan-tingkatan

yang berbeda dalam pengeluaran operasional perusahaan tersebut.

Menurut Staton dalam (L, Alo;, 2011) mengatakan bahwa, sekuramg-

kurangnya ada lima tujuan manusia berkomunikasi yaitu :

a. Mempengaruhi orang lain

b. Membangun atau mengelola relasi antar personal

c. Menemukan perbedaan jenis pengetahuan

d. Membantu orang lain

e. Bermain atau bergurau

Media komunikasi adalah sebuah sarana yang digunakan untuk

memproduksi, mereproduksi, mendistribusi atau menyebarkan informasi.

Maka dari itu media komunikasi sangat diperlukan bagi sebuah perusahaan

untuk memasarkan produk yang dibuatnya, agar dapat bersaing dipasaran.


Menurut (Sora, N;, 2014) dalam artikelnya menyatakan, media

komunikasi adalah semua sarana yang dapat dipakai untuk memproduksi,

mereproduksi, mendistribusi, dan menyebarkan serta menyampaikan

informasi. Sehingga manusia dapat berkomunikasi dengan lingkungannya

tanpa harus mengadakan hubungan secara langsung dengan lingkungannya,

dan menjadikan kegiatan lebih relevan karenakegiatan komunikasi lebih

mudah dilakukan.

Menurut Marshall yang dikemukakan oleh (Sora, N;, 2014) dalam

artikelnya dapat diuraikan fungsi media komunikasi yaitu sebagai berikut :

a. Efektivitas
Dengan adanya media komunikasi,makin mempermudah

kelancaran dalam penyampaian sebuah informasi antara produsen

dengan konsumen maupun konsumen dengan produsen.

b. Efisiensi
Menggunakan media komunikasi maka dapat mempercepat

penyampaian informasi. Dengan kata lain dapat meminimalisir

penggunaa waktu.

c. Konkrit
Menggunakan media komunikasi dapat membantu mempercepat isi

pesan, yang biasanya memiliki pesan abstrak.

d. Motivatif
Dalam menggunakan media komunikasi maka akan lebih semangat

dalam melakukan komunikasi, karena kemudahan-kemudahan yang

dapat dirasakan langsung oleh penggunanya dari pihak konsumen

maupun pihak produsen.

Pengiklanan menggunakan media komunikasi atau media

communication untuk menyampaikan pesan-pesan komersial kepada target

pasar mereka (Rajagopal, 2006). Beberapa indicator menurut Tjiptono dalam

(S, Wulan;, 2012) yaitu :

a. Media elektronik (televise, radio)

b. Media cetak (koran, majalah)

c. Media luar ruang (poster,spanduk)

d. Media lini bawah (pameran dan point of purchase)

Dengan adanya media maka informasi dari perusahaan mengenai

produknya dapat tersampaikan kepada konsumen yang akhirnya

mempengaruhi keputusan pembeliannya sesuai dengan informasi yang dia

peroleh (Rajagopal, 2006).

Menurut Heinich dalam (Sora, N;, 2014) media dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Media yang tidak diproyeksikan (non projected media)


Media ini sering disebut dengan media pameran (displayed media).

Contoh media ini antara lain realita, model, bahan grafis,

dandisplay.
b. Media yang di proyeksikan (projected media)
Yaitu media yang cara penyajiannya memerlukan alat proyeksi

(proyektor). Sebagai contohnya adalah OHT, slide dan powerpoint.

c. Media audio
Media ini sering digunakan pada pembelajaran bahas, misalnya

dalam pengucapan kata-kata, sering pula digunakan pada latihan

music, drama dan sejenisnya. Rekaman audio dapat dibuat dalam

bentuk kaset pita atau CD.

d. Media video
Memiliki kemampuan memanipulasi ruang dan waktu,objek

terkecil maupun terbesar, berbahaya ataupun aman, dapat

dikunjungi oleh sasaran melalui media video ini. Melalui pesan

yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, cocok

digunakan media video ini karena maqmpu menampilkan gerak

lambat dan mampu menjelaskan prosedur tertentu secara rinci.

e. Media berbasis computer


banyak keuntungan yang diperoleh, seperti memungkinkan

terjadinya interaksi langsung dengan materi, pembelajaran dapat

berlangsung secara individual, mampu menampilkan audio visual,

dan lain-lain.

f. Multi media kit


Merupakan seperangkat bahan ajar yang terdiri dari beberapa jenis

media yang digunakan untuk menjelaskan suatu materi tertentu

yang dilengkapi dengan study guide, lembar kerja moduler.

5. Keputusan pembelian

Setiap individu manusi memiliki sifat dan sikap yang berbeda satu

sama lain. Ketika sesorang dihadapkan oleh sebuah situasi, maka secara

alamiah manusia akan mengambil tindakan dari situasi tersebut. Itulah yang

disebut dengan perilaku. Manusia digolongkan sebagai pengguna untuk

memenuhi segala kebutuhannya. Maka setiap manusia mempunyai perilaku

untuk memilih dan memutuskan untuk memenuhi kebutuhan yang

diperlukannya.

Menurut kotler dan amstrong dalam (Z, Santri; I, Rusda;, 2016)

keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai

dari berbagai alternative yang ada, tetapi dua faktor bisa berada antara niat

pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain

dan faktor yang kedua adalah faktor situasional.oleh karena itu, preferensi

dan niat pembelian tidak selalu menghasilkan pembelian yang aktual.

Keputusan pembelian merupakan kegiatan pemecahan masalah yang

dilakukan individu dalam pemilihan alternative perilaku yang sesuai dari dua

alternative perilaku atau lebih dianggap sebagai tindakan yang paling tepat

dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan proses pengambilan

keputusan.
(A, Fuad;, 2012)

Selanjutnya menurut kotler dan amstrong dalam (Z, Santri; I,

Rusda;, 2016) mengemukakan tahapan lima perilaku konsumen dalam

keputusan pembelian, yaitu:

a. Pengenalan kebutuhan
Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen

menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat

perbedaan anatara keadaan yang diinginkan dan keadan yang

sebenarnya terjadi.

b. Pencari informasi
Pencari informasi mulai dilakukan ketika konsumen

memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan

membeli dan mengonsumsi produk. Konsumen akan mencari

informasi yang tersimpan dalam ingatannya (pencarian internal)

dan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal).

c. Evaluasi alternative
Evaluasi alternative adalah proses mengevaluasi pilihan

produk dan merek, dan memilihnya sesuai dengan keiinginan

konsumen. Pada proses ini konsumen membandingkan berbagai

merek pilihan yang dapat memberikan manfaat padanya, serta

masalah yang dihadapinya.


d. Keputusan pembelian
Setelah tahap-tahap atas dilakukan, pembeli akan

menetukan sikap dalam pengambilan keputusan apakah membeli

atau tidak. Jika memilih untuk membeli produk, dalam hal ini

konsumen dihadapkan pada beberapa alternative pengambilan

keputusan seperti produk, merek, penjual, tempat, harga, kuantitas

dan waktu.

e. Perilaku pasca membeli


Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami

beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Tahap ini dapat

memberikan informasi yang penting bagi perusahaan apakah

produk dan pelayanan yang telah dijual dapat memuaskan

konsumen atau tidak.

Bebrapa konsumen akan mengalami keraguan atau

kecemasan tentang keputusan pembelian yang dikenal sebagai

pertentangan pasca pembelian atau post purchase dissonance

(Munandar, 2001) dalam (K, Dyah A;, 2011) untuk mengurangi

pertentangan tersebut individu menggunakan strategi (Schiffman;

Kanuk;, 2004):

a. Merasionalisasikan keputusannya sebagai keputusan terbaik

b. Mencari informasi yang mendukung pilihannya dan

menghindari produk yang berbeda


c. Berusaha mempengaruhi teman, orang lain untuk membeli

produk yang sama

d. Merasa puas pada produk untuk menentramkan diri

Model ini menekankan bahwa proses pembelian bermula sebelum

pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian. Di dalam setiap

pembelian yang dilakukan setiap konsumen akan melewati enam tahapan

tersebut deidalam tindakan pengambilan keputusan pembelian.

Pengambilan keputusan pembelian pada konsumen dapat dipengaruhi

oleh berbagai faktor yang bersifat individual (internal) maupun dari

lingkungan (eksternal).

Berikut indicator-indikator keputusan pembeli menurut

(Soewito; , Yudhi;, 2013) yaitu :

a. Kebutuhan yang dirasakan

b. Kegiatan sebelum membeli

c. Perilaku waktu memakai

d. Perilaku pasca pembelian

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari penelitian ini berdasarkan teori serta

penelitian terdahulu, sehingga dapat dibentuk kerangka pemikiran penelitian

dengan judul “Pengaruh Brand Awareness, Brand Image dan Media

Komunikasi Terhadap Penggunaan Produk (Studi Kasus Pada Nasabah

Bank Mandiri Syariah KCP Gubug).”


H1

H2
Brand Image

H3

H4

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

terhadap penelitian, oleh karena itu biasanya rumusan masalah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan jawaban sementara karena baru

dinyatakan melalui teori-teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta

yang ada dilapangan. Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan dan

didukung teori-teori maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

a. Hubungan Brand Awareness Terhadap Keputusan Penggunaan Produk

Diduga brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan penggunaan produk bank Mandiri syariah.

H1 : Brand Awareness Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap

Keputusan Penggunaan Produk

b. Hubungan Brand Image Terhadap Penggunaan Produk

Diduga brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan penggunaan produk bank Mandiri syariah.


H2 : Brand Image Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap

Keputusan Penggunaan Produk

c. Hubungan Media Communication Terhadap Keputusan Penggunaan

Produk

Diduga media komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan penggunaan produk bank Mandiri syariah.

H3 : Media Communication Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap

Keputusan Penggunaan Produk

d. Hubungan Brand Awareness, Brand Image, dan Media Communication

Terhadap Keputusan Penggunaan Produk

Diduga brand awareness, brand image, dan media komunikasi

berpengaruh positifdan signifikan terhadap keputusan penggunaan produk

bank Mandiri syariah.

H4 : Hubungan Brand Awareness, Brand Image, dan Media

Communication Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Keputusan

Penggunaan Produk
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei.

Penelitian yang menggunakan sampel data dari suatu populasi tertentu dan

mennggunakan media kuesioner sebagai alat untuk menggumpulkan data yang

pokok sesuai dengan yang akan diteliti (Singarimbun dan Effendi, 2011:3).

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

2. Waktu Penelitian

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

2. Sampel

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil langsung oleh peneliti

dilokasi. Data dapat diperoleh melalui angket (questioner), wawancara

(interview), pengamatan (observasi).

1) Angket (Questioner)
Angket merupakan kumpulan daftar pertanyaan yang

diberikan kepada objek dalam sebuah penelitian dengan memberikan

respon yang sesuai dengan permintaan pengguna.

2) Wawancara (Interview)

Wawancara adalah metode pengumpulan data serta informasi

dengan cara menayakan secara langsung kepada objek ataupun

seorang ahli dalam bidangnya dan juga mempunyai wewenang

dalam penyelesaian suatu masalah.

3) Pengamatan (Observation)

Pengamatan ialah metode pengumpulan data dan informasi

dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dalam objek

penelitian. Dapat di garis bawahi bahwa pengamatan dilakukan oleh

peneliti sendiri dengan mengamati dari jarak dekat objek penelitian

tersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang di peroleh secara tidak

langsung melalui arsip peristiwa masalalu. Data sekunder ini dapat

diperoleh dari penelitian dalam jurnal, buku, dan data statistik dari internet

(Bawono, 2006:29-30).

E. Skala Pengukuran
F. Definisi Konsep dan Operasional

Definisi operasional adalah konsep untuk membuatnya bisa diukur,

dilakukan dengan melihat dimensi perilaku, aspek, atau sifat yang ditunjukkan

oleh konsep. Dalam penelitian digunakan dua macam variabel yaitu variabel

independen dan variabel dependen, berikut adalah pengertian dari variabel–

variabel tersebut:

1. Variabel Independent

2. Variabel Dependent

G. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan cara pengukuran dan pengamatan

untuk mengetahui relevan atau tidaknya penelitian. Uji validitas

dipakai untuk mmengukur seberapa tepat suatu test melakuakan

fungsi ukurnya atau telah benar mencerminkan variabel yang

diukur menurut Sutrisno Hadi dalam (Bawono, 2006:68-69).

Dalam penelitian ini uji validitas dipergunakan untuk

mengukur apakah kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur

sudah sesuai. Dalam uji validitas tersebut, validitas dapat dicek

melalui taraf signifikansi (α) = 0,05, jika Ґ hitung > Ґ tabel, maka

kuesioner sebagai alat pengukur dikatakan valid atau ada korelasi

yang nyata antara kedua variabel. Item peryataan dikatakan valid

dengan menggunakan metode korelasi antara item pertanyaan


dengan total skornya (Bawono:2006:76). Jika total butir

pertanyaan menghasilkan tanda bintang dengan dua kemungkinan :

1) Apabila terdapat bintang satu maka hal tersebut menunjukan

bahwa korelasi signifakan terjadi pada level 5% untuk dua sisi.

2) Apabila terdapat dua bintang maka menunjukan terjadi

korelasi signifikan pada tingkat level 1% untuk dua sisi.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur data andai kata

menggunakan quesitoner dengan hasil yang relefan dan handal

jawaban responden tersebut kosisten tidak berbeda dari waktu

kewaktu. Uji Hipotesis

1. Uji t-test (Uji individual)

Uji ini digunakan secara individual untuk melihat tingkat

kesignifikanya variabel independen mempengaruhi varabel

dependen (Bawono, 2006:89). Jika tidak ada pengaruh signifikan

antara variabel independen dengan variabel dependen maka t

hitung < t tabel oleh karena itu Ho diterima. Jika t hitung ≥ t tabel

maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen dengan variabel dependen oleh karena itu Ho

diterima.

2. Uji F test

Uji F dilakuakan untuk menggetahui seberapa jauh semua

varabel independen secara bersama-sama dapat mempengaruhi


varabel dependen (Ghozali, 2013:97). Jika F hitung < F tabel,

maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan

antara variabel independen secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. Jika F hitung ≥ F tabel, maka Ho ditolak

artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen

secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Dalam pengambilan keputusan melaui uji F untuk mlihat

nilai signifikanya, jika nilai signifikanya < 5% (0,005) maka

variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai signifikanya >

5%, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen secara simultan (Bawono, 2006:91-92).

3. Uji R2 (Koefisien Determinan)

Uji R2 menunjukan sejauh mana tingkat hubungan dan

pemberian konstribusi antara variabel independen dengan

memberikan pengaruh pada variabel dependen. Apabila koefisien

determinan mendekati 1 berarti model regresi sudah tepat sebagai

model penduga terhadap variabel dependen (Bawono, 2006:89).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas mempunyai tujuan untuk menguji

penelitian dengan model regresi apakah mempunyai korelasi antar

variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya


tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Apabila

variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini

tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen

yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan

nol.

Uji multikolonieritas dapat diukur melalui beberapa cara,

salah satunya dengan melihat VIF (Variance Inflation Factor)

atau nilai tolerance-nya dan nilai tolerance berbanding terbalik.

Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi

(karena VIF = 1/Tolerance). Jika nilai tolerance lebih dari 0.10

atau VIF nya kurang dari 10 maka data tersebut dikatakan tidak

mengalami gejala multikolonieritas (Ghozali, 2013:105-106).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Histerokedastisitas mempunyai tujuan untuk menguji

dalam penggunaan model regresi dalam sebuah peneitian apakah

terjadi ketidaksamaan variance dari residual dari pengamatan satu

dengan pengamatan yang lain. Apabila variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas jika berbeda maka Heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskidastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung

situasi heteroskesdatisitas karena data ini menghimpun data yang

mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar).


Dalam mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas

di penelitian ini dengan menggunakan Grafik Plot dan Uji Park.

1) Grafik Plot

Grafik Plot dalam mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedatisitas dapat dilihat melalui ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot, dimana sumbu Y adalah Y

yang sudah terprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y

prediksi-Y sesungguhnya) yang telah ter-studentized. Jika

dalam grafik terdapat titik-titik yang membentuk pola tertentu

dan teratur seperti bergelombang atau melebar kemudian

menyempit, maka terindikasi bahwa telah terjadi

heteroskedatisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dalam

grafik, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0

pada sumbu Y, hal tersebt menunjukan tidak terjadi

heteroskedatisitas (Ghozali, 2013:139).

2) Uji Park

Cara melakkan uji park yaitu dengan melihat

koefisien parameter beta dari persamaan regresi. Apabila

koefisien parameter beta tersebut signifikan secara statistik,

hal ini menunjukkan bahwa data model empiris yang

diestimasi terdapat heterokedastisitas. Begitu pula sebaliknya,

apabila parameter beta tidak signifikan secara statistik maka


asumsi homokedastisitas pada data model tersebut tidak dapat

ditolak (Ghozali, 2013:142).

c. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi yang dilakukan, variabel pengganggu (residual)

memiliki distribusi normal. apabila asumsi ini tidak terpenuhi

maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Adapun cara untuk mendeteksinya melalui beberapa cara,

antara lain :

1) Analisis Grafik

Analisis grafik menggunakan dasar apabila data

menyebar disekitar diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya, maka hal tersebut

menunjukkan pola distribusi normal dan model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

2) Analisis statistik

Uji ini digunakan untuk mengantisipasi uji normalitas

dengan grafik yang dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati

secara visual yang kelihatan normal, padahal secara statistik

bisa sebaliknya. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat nilai

kurtosis dan skewness dari residual. Uji statistik yang lain


dapat digunakan adalah uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S).

d. Uji Linieritas

Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi

model yang digunakan sudah benar atau tidak. Penelitian ini

menggunakan Uji Durbin Watson (D-W) dimana uji ini dilakukan

untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model

regresi. Melalui uji linearitas ini akan diperoleh informasi apakah

model empiris sebaiknya linear, kuadrat atau kubik (Ghozali,

2013:166).

H. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

program olah data SPSS 25 (Statistical Product and Service Solution) dimana

data kuantitatif yang didapat dinyatakan dalam bentuk angka. SPSS merupakan

sebuah program komputer statistik yang berfungsi untuk membantu dalam

memproses data-data statistik secara tepat dan cepat, serta menghasilkan

berbag ai output yang dikehendaki oleh para pengambil keputusan.


BAB IV
ANALISIS DATA

A. Deskripsi Objek Penelitian

B. Analisis Data

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan cara untuk mengukur setiap pertanyaan

pada kuesioner apakah dapat dikatakan valid dan betul-betul bisa

menggukur apa yang hendak kita ukur, (Ghozali, 2013:52). Berikut hasil

uji validitas pada setiap pertanyaan dimasing-masing variable:

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi nilai

pengukuran data atau tidak berubah ketika diukur ulang pada subjek yang

sama (Sutrisno Hadi, 1991) dalam (Bawono, 2006:63-64). Suatu variabel

dikatakan reliabel jika ɼ hitung > ɼ table dengan tingkat Cronbach Alpha

(α) = 0,70 (70%) (Nunnally, 1994) dalam Ghozali (2013:48). Dalam

penelitian ini hasil uji realibilitas adalah sebagai berikut:

1. Analisis Regresi Linier Berganda

2. Uji Statistika

a. Uji T test (Uji Parsial)

Uji ini digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara

individual (Bawono, 2006:89). Pengambilan keputusan dalam uji


Ttest ini dengan melihat pada nilai signifikanya table Coefficients

pada hasil regresi, apakah kurang dari 5% atau lebih dari 5%. Jika

nilai signifikanya < 5% maka nilai variabel independen secara

parsial mempengaruhi variabel dependen secara signifikan,

sebaliknya jika nilai signifikan > 5% maka variabel independen

secara parsial tidak mempengaruhi variabel independen (Bawono,

2006:103).

Selain mengunakan nilai signifikan dapat juga diketahui

dengan melihat Ttest. Jika Ttabel < Ttest maka Ho diterima atau tidak

ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara

persial terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika Ttest > Ttabel

maka Ho ditolak atau terdapat pengaruh variabel independen

secara parsial terhadap variabel dependen (Bawono, 2006:102-

103).

b. Uji F test (Uji Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa jauh

pengaruh semua variabel independen secara bersama-sama

terhadaap variabel dependen (Ghozali, 20113:98). Dalam

pengambilan keputusan uji F test diambil dari tabel ANOVA

dipersamaan regresi. Taraf signifikan yang digunaakan untuk

mengetahui F test yaitu 5% atau 0,05. Jika nilai signifikan > 5%

maka diartikan bahwa variabel independen secara simultan tidak

ada pengaruh terhadap variabel dependen (Bawono, 2006:91).


c. Uji R² (Koefisien Determinasi)

Uji koefisien determinasi (R²) digunakan untuk

mengukur seberapa jauh hubungan antara variabel dependen

dengan variabel independen (Bawono, 2006:92). Dalam Ghozali

(2013:97) koefisien determinasi bertujuan mengukur seberapa

jauh model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Besarnya koefisien determinasi terletak antara 0 < R² < 1.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji model regresi

penelitian yang digunakan apakah ditemukan model terjadi korelasi

antar variabel independen (bebas). Model regresi yang baik sebaiknya

tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Uji multikoloniaritas

diukur dengan melihat VIF (Variance Inflation Factor) atau nilai

tolerance-nya dan nilai tolerance berbanding terbalik. Jadi nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi

(karenaVIF=1/Tolerance). Jika nilai tolerance lebih dari 0.10 atau

VIF-nya kurang dari 10 maka data tersebut dikatakan tidak terjadi

gejala multikoloniaritas (Ghozali, 2013:105-106).

b. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu


pengamatan ke pengamatan yang lain. Adapun cara untuk

mendeteksinya dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi

variabel dependen dengan residualnya. Deteksi ada tidaknya

heteroskedatisitas juga dapat dilakuka dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana sumbu Y adalah Y yang

telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y

sesungguhnya) yang telah di studentized. Jika titik-titik dalam grafik

membentuk pola tertentu maka terindikasi telah terjadi

heterokedastisitas,sedangkan apabila titik-titiknya menyebar di atas

dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heterokedastisitas (Ghozali, 2013:139).

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Untuk mendeteksi residual tersebut normal atau tidak peneliti

menggunakan analisis grafik dan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dengan ketentuan apabila data

menyebar disekitar diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau

grafik histogramnya menunjukkan pola distibusi normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013:160-163).

d. Uji Liniearitas

Uji Linieritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi

model yang digunakan sudah benar atau tidak. Spesifikasi model


dapat berupa linier, kuadrat atau kubik. Melalui uji linieritas ini akan

menentukan model empiris mana yang akan digunakan. Peneliti

menggunakan uji Durbin Watson (D-W) untuk melihat ada tidaknya

autokorelasi dalam suatu model regresi.

C. Pembahasan Penelitian
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai