Anda di halaman 1dari 30

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Brand
Suatu produk yang diciptakan dalam bidang usaha pasti memiliki

merek atau brand, dengan tujuan agar produk yang dihasilkan dapat dikenal

oleh para konsumen. Merek adalah titik awal dimana sebuah produk dibentuk.

Merek sangat berperan bagi penting bagi perusahaan untuk mengenalkan

sebuah produk kepada para konsumen. Merek yang unik dan mudah diingat

merupakan merek yang berhasil mencuri hati konsumennya, atau dengan kata

lain merek tersebut telah menunjukan eksistensinya sebagai produk yang

dikenal oleh konsumen.

Menurut (Kotler, 2012:241) dalam (F, Arif;, 2015) merek adalah suatu

nama, istilah, tanda, symbol, atau desain, atau kombinasi dari hal-hal tersebut,

yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau

sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang-barang yang

dihasilkan oleh pesaingnya.

Brand memegang peranan penting dalam pemasaran. Ada perbedaan

yang cukup besar antara produk dan merek. Produk hanyalah seseuatu yang

dihasilkan pabrik, sedangkan merek merupakan sesuatu yang dibeli

konsumen. Bila produk bisa mudah ditiru pesaing maka merek selalu
memilliki keunikan yang relative sukar dijiplak. Merek berkaitan erat dengan

persepsi, sehingga sesungguhnya persaingan yang terjadi antara perusahaan

adalah pertarungan persepsi dan bukan sekedar pertarungan produk (S,

Wulan;, 2012).

Merek merupakan pembeda bagi para pesaing produk. Merek

perusahaan yang sudah terbangun kuat tidak hanya mampu menambahkan

profit bagi perusahaan, tetapi juga mempengaruhi pegawai dan pemilik

saham, yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan dan memunculkan kesan

baik bagi para konsumen.

Menurut Durianto dalam penelitian (W, Satria A;, 2015)

mengungkapkan bahwa ada beberapa indikator terkait dengan merek antara

lain:

a. Kesadaran merek
Menunjukan kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali

atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari

kategori produk tertentu.

b. Asosiasi merek
Mencerminkan pecncitraan suatu merek terhadap suatu kesan

dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut

produk, harga, pesaing, selebritis dan lain-lain.


c. Persepsi merek
Mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan

kualitas suatu produk berkenaan dengan maksud yang diharapkan.

d. Loyalitas merek
Mencerminkan tingkat kesetiaan konsumen terhadap suatu

produk. Konsumen akan loyal pada suatu merek jika produknya dapat

memberikan kepuasan.

2. Keputusan Pembelian

Setiap individu manusia memiliki sifat dan sikap yang berbeda satu

sama lain. Ketika sesorang dihadapkan oleh sebuah situasi, maka secara

alamiah manusia akan mengambil tindakan dari situasi tersebut. Itulah yang

disebut dengan perilaku. Manusia digolongkan sebagai pengguna untuk

memenuhi segala kebutuhannya. Maka setiap manusia mempunyai perilaku

untuk memilih dan memutuskan untuk memenuhi kebutuhan yang

diperlukannya.

Menurut Kotler dan Amstrong dalam (Z, Santri; I, Rusda;, 2016)

keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai

dari berbagai alternative yang ada, tetapi dua faktor bisa berada antara niat

pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain

dan faktor yang kedua adalah faktor situasional.oleh karena itu, preferensi dan
niat pembelian tidak selalu menghasilkan pembelian yang aktual. Keputusan

pembelian merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan individu

dalam pemilihan alternative perilaku yang sesuai dari dua alternative perilaku

atau lebih dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan

terlebih dahulu melalui tahapan proses pengambilan keputusan.

GAMBAR 3

(A, Fuad;, 2012)


Selanjutnya menurut Kotler dan Amstrong dalam (Z, Santri; I,

Rusda;, 2016) mengemukakan tahapan lima perilaku konsumen dalam

keputusan pembelian, yaitu:

a. Pengenalan kebutuhan
Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi

suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan anatara

keadaan yang diinginkan dan keadan yang sebenarnya terjadi.

b. Pencari informasi
Pencari informasi mulai dilakukan ketika konsumen

memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli

dan mengonsumsi produk. Konsumen akan mencari informasi yang


tersimpan dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari

informasi dari luar (pencarian eksternal).

c. Evaluasi alternative
Evaluasi alternative adalah proses mengevaluasi pilihan produk

dan merek, dan memilihnya sesuai dengan keiinginan konsumen. Pada

proses ini konsumen membandingkan berbagai merek pilihan yang

dapat memberikan manfaat padanya, serta masalah yang dihadapinya.

d. Keputusan pembelian
Setelah tahap-tahap atas dilakukan, pembeli akan menetukan

sikap dalam pengambilan keputusan apakah membeli atau tidak. Jika

memilih untuk membeli produk, dalam hal ini konsumen dihadapkan

pada beberapa alternative pengambilan keputusan seperti produk,

merek, penjual, tempat, harga, kuantitas dan waktu.

e. Perilaku pasca membeli


Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami

beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Tahap ini dapat

memberikan informasi yang penting bagi perusahaan apakah produk

dan pelayanan yang telah dijual dapat memuaskan konsumen atau

tidak.
Bebrapa konsumen akan mengalami keraguan atau kecemasan

tentang keputusan pembelian yang dikenal sebagai pertentangan pasca

pembelian atau post purchase dissonance (Munandar, 2001) dalam (K,

Dyah A;, 2011) untuk mengurangi pertentangan tersebut individu

menggunakan strategi (Schiffman; Kanuk;, 2004):

a. Merasionalisasikan keputusannya sebagai keputusan terbaik

b. Mencari informasi yang mendukung pilihannya dan

menghindari produk yang berbeda

c. Berusaha mempengaruhi teman, orang lain untuk membeli

produk yang sama

d. Merasa puas pada produk untuk menentramkan diri

Model ini menekankan bahwa proses pembelian bermula sebelum

pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian. Di dalam setiap

pembelian yang dilakukan setiap konsumen akan melewati enam tahapan

tersebut deidalam tindakan pengambilan keputusan pembelian.

Pengambilan keputusan pembelian pada konsumen dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang bersifat individual (internal) maupun dari lingkungan

(eksternal).

Berikut indicator-indikator keputusan pembeli menurut (Soewito; ,

Yudhi;, 2013) yaitu :


a. Kebutuhan yang dirasakan

b. Kegiatan sebelum membeli

c. Perilaku waktu memakai

d. Perilaku pasca pembelian

3. Brand Trust

Brand trust memberikan pengaruh pada keberlangsungan sebuah

merek tersebut. Apabila merek tersebut sudah tidak lagi dipercaya oleh

konsumen maka merek tersebut akan sulit bersaing di pasar. Namun

sebaliknya jika merek tersebut di percaya oleh konsumen maka merek tersebut

mampu bersaing di pasar.

Menurut (Ferinnadewi, 2008) kepercayaan merek adalah persepsi akan

kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaan, atau

lebih pada urutan-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh

terpenuhinya harapan akan kinerja produk dan kepuasan.

Menurut (Delgado, 2003) mendefinisikan kepercayaan merek (brand

trust) sebagai suatu perasaan aman yang dimiliki konsumen akibat dari

interaksinya dengan sebuah merek, yang berdasarkan persepsi bahwa merek


tersebut dapat diandalkan dan bertanggung jawab atas kepentingan dan

keslamatan para konsumen.

Menurut (Maulidia Wirdaini, 2018) terdapat tiga faktor yang

mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Ketiga faktor tersebut yaitu

merekitu sendiri, perusahaan pembuat mere, dan konsumen. Selanjutnya Lau

dan Lee mempromosikan bahwa kepercayaan terhadap merek akan

menimbulkan loyalitas.hubungan ketiga faktor tersebut dengan kepercayaan

merek dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Brand characteristic mempunyai peran yang sangat penting dalam

menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai

suatu merek.hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian

sebelum membeli. Karakteristik merek yang berkaitan dengan

kepercayaan merek meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi

dan kompeten.

b. Company characteristic yang ada dibalik suatu merek juga dapat

mempengaruhi tingkat kepercayaankonsumen terhadap merek tersebut.

Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek

suatu produk merupakan dasar awal pemahaman konsumen terhadap

merek suatu produk. Karakteristik inni meliputi reputasi suatu

perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan, dan integritas suatu

perusahaan.
c. Consumer brand characteristic merupakan 2 kelompok yang saling

mempengaruhhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen merek dapat

mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Karakteristik ini meliputi

kemiripan antara konsep emosional konsumendengan kepribadian

merek,kesukaan terhadapmerek, dan pengalaman terhadap merek.

Menurut (Delgado, 2004) kepercayaan merek adalah harapan akan

kehandalan dan intensi merek. Karena itu, kepercayaan merek merefleksikan

dua hal yakni brand reliability dan brand intenion. Brand reability atau

kehandalan merek, yang bersumber pada keyakinan konsumen bahwa produk

tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan atau dengan kata lain

persepsi bahwa merek tersebut mampu memenuhi kebutuhandan memberikan

kepuasan. Brand reliability merupakan hal yang esensial bagi terciptanya

kepercayaan terhadap merek karena kemampuan merek dapat memenuhi nilai

yang dijanjikan dan akan membuat konsumen menaruh rasa yakin serta

mendapatkan apa yang dibutuhkan untuk keluar dari perasaan terancamnya.

4. Brand Image

Sebuah produk yang dibuat oleh perusahaan dapat dikatakan sukses

apabila produk tersbut mampu menembus target atau dapat diterima oleh

konsumen, sehingga produk tersebut mempunyai citra yang baik atau brand

image. Menurut (Simamora;, 2006) mengatakan bahwa image adalah persepsi


yang relative konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Jadi

tidak mudah membentuk image, sehingga bila terbentuk sulit mengubahnya.

Menurut (Shimp; Terence, A;, 2003) cira merek adalah sejenis asosiasi

yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu.

Asosiasi tersebut bisa berupa ingatan mengenai merek tersebut. Bisa berupa

karakternya, ciri-ciri, kekuatan, bahkan kelemahan merek tersebut.

Sedangkan menurut Kotler dan Keller dalam (V, Ike; A, Zainul;, 2017)

citra merek brand image adalah persepsi dan keyakinan yang dipegang oleh

konsumen, seperti yang dicerminkan asosiasi yang tertanam dalam ingatan

pelanggan, yang selalu diingat pertama kali saat mendengar slogan dan

teranam dibenak konsumennya. Dan menurut tjiptono citra merek atau brand

image adalah deskripsi asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek

tertentu. Citra merek (brand image) adalah pengamatan dan kepercayaan yang

digenggam konsumen, seperti yang dicerminkan di asosiasi atau diingatan

konsumen.

Apabila merek tersebut mempunyai kesan yang baik terhadap

konsumen, secara tidak langsung citra yang baik akan muncul dalam benak

konsumen terhadap merek tersebut. Kesan yang baik dapat muncul dari

pelayanan serta kepuasan konsumen. Setelah konsumen merasa kebutuhannya


telah terpenuhi dan merasa puas akan produk yang dibelinya maka cita merek

(brand image) akan muncul di benak para konsumen.

Menurut Sutisna dalam penelitian yang dilakukan oleh (R,

Muhammad;, 2015) menyatakan bahwa brand image memiliki 3 variabel

pendukung, yaitu :

a. Citra pembuat/perusahaan (corporate image) merupakan sekumpulan

asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang

membuat suatu produk atau jasa.

b. Cita pemakai (user image) merupakan sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu

barang atau jasa.

c. Citra produk (product image) merupakan sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk.

Sedangkan Aaker berpendapat bahwa citra merek terdiri dari tiga

komponen, yaitu:

a. Product Atributes (atribut produk) yang merupakan hal-hal yang

berkaitan dengan merek tersebut sendiri, seperti kemasan, isi produk,

harga, rasa, dll.

b. Consumer Benefits (keuntungan konsumen) yang merupakan kegunaan

produk dari merek tersebut.


c. Brand Personality (kepribadian merek) merupakan asosiasi (persepsi)

yang membayangkan mengenai kepribadian sebuah merek apabila

merek tersebut seorang manusia.

Dari beberapa faktor yang dikemukakan para ahli, Muhammad

Romdhoni dalam penelitiannya (R, Muhammad;, 2015) ada tiga faktor yang

mempengaruhi cita merek/brand image, yaitu:

a. Keunggulan asosiasi merupakan salah satu faktor pembentuk brand

image, dimana produk tersebut unggul dalam persaingan.

b. Kekuatan asosiasi merek ialah bagaimana informasi masuk kedalam

ingatan konsumen dan bagaimana proses bertahan sebagai bagaian dari

citra merek.

c. Keunikan asosiasi merek terhadap suatu merek mau tidak mau harus

terbagi dengan merek-merek lain. Oleh karena itu, harus diciptakan

keunggulan bersaing yang dapat dijadikan alasan bagi konsumen untuk

memilih suatu merek tertentu.

Menurut sutisna dalam (I, Fatih; Suharyono; Sunarti;, 2018) ada

beberapa manfaat dari brand image yang positif, yaitu :

a. Konsumen dengan image yang positif terhadap suatu brand, lebih

memungkingkan untuk melakukan pembelian.


b. Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan

image positif yang telah terbentuk terhadap brand produk lama.

Kebijakan family branding dan laverage branding dapat dilakukan jika

brand image produk yang telah ada positif.

5. Brand Awareness

Sebuah merek atau brand dalam sebuah perusahaan diharapkan mampu

memikat hati para konsumennya. Apabila merk tersebut sudah ada dalam benak

konsumen, maka nama merek tersebut terbayang dalam benak konsumen. Secara

tidak langsung merek tersebut akan terngiang pada diri konsumen, yang artinya

sadar akan merek tersebut atau disebut brand awareness.

Apabila sebuah merek telah berhasil mencuri hati konsumennya serta

berhasil memberikan kepuasan, maka dari situ tingkat akan kesadaran merek atau

brand awareness akan muncul dengan sendirinya. Menurut (Hasbun; Ruswanty;,

2016) kesadaran merek atau brand awareness adalah kemampuan merek yang

muncul dibenak konsumen ketika mereka berpikir tentang produk tertentu dan

seberapa mudah produk muncul. Kesadaran merek merupakan dimensi mendasar

dalam ekuitas merek. Sebuah merek tidak memiliki ekuitas sampai konsumen

sadar tentang keberadaan merek tersebut.

Menurut (Keller, 2004) dalam penelitian (M, Putri;, 2013) brand

awareness terdiri dari pengenalan sebuah merek dan mengigat kembali sebuah

merek. Dimana pengenalan sebuah merek berkaitan dengan kemampuan


konsumen dalam menguatkan pengertian sebelumnya tentang sebuah merek

sebagai petunjuk, dapat ditambahkan bahwa mengharuskan konsumen dalam

membedakan merek yang sebelumnya telah dilihat atau didengar. Brand

awareness terbentuk akibat dari peningkatan akan keakraban merek melalui

pengutaraan yang berlangsung secara berulang ulang.

Menurut (M, Putri;, 2013) brand awareness sendiri adalah langkah awal

ketika membangun sebuah merek produk. Dikarenakan brand awareness adalah

proses bermula perasaan seorang konsumen terhadap ketidak tahuan akan suatu

merek itu hingga yakin bahwa merek itu hanya satu dalam kelas produk tertentu.

Apabila sebuah merek dapat merebut perhatian tetap dalam pikiran

konsumen,maka merek tersebut akan sulit digantikan oleh merek lain. Sehingga

konsumen akan tetap mengingat merek yang telah diketahui walaupun sering

ditawarkan oleh para penyedia jasa dengan merek yang berbeda dengan merek

sebelumnya.

Menurut Durianto (2001) dalam penelitian (A, Febrian;, 2014) brand

awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali dan

mengingat merek sebagai bagian dari suatu produk dengan merek yang

dilibatkan. Semakin tingii tingkat kesaradaran merek brand awareness suatu

merek dalam benak konsumen,akan semakin melekat suatu merek dalam benak

konsumen,sehingga makin besar kemungkinan merek tersebut dipertimbangkan

dalam pembelian dan makin besar pula kemungkinan ia akan dipilih konsumen.
Menurut (Aaker, 2000) dalam penelitian yang dilakukan oleh (A, Febrian;,

2014) juga terdapat gambar piramida brand awareness, yaitu sebagai berikut :

PIRAMIDA BRAND AWARENESS

Sumber : Aaker 2000

Berikut penjelasan mengenai piramida brand awareness dari yang

terendah hingga tertinggi :

a. Unaware of a Brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling

rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak

menyadari adanya suatu merek.

b. Brand Recognition (pengenalan suatu merek) adalah tingkat minimal

dari kesadaran merek. Halini penting pada saat seorang pembeli

memilih suatu merek dalam melakukan pembelian.

c. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek) adalah

pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan

sesorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk.


Hal iini diistilahkan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena

berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk

memunculkan merek tersebut.

d. Top of Mind (puncak pikiran) adalah apabila seseorang ditanya secara

langsung tanpa diberi bantuan pengingat dan ia dapat menyebutkan

satu nama merek,maka merek yang lain banyak banyak disebutkan

pertama sekali dapat dikatakan sebagai puncak pikiran. Merek tersebut

menjadi merek utama dari berbagai merek didalam benak konsumen.

NILAI-NILAI KESADARAN MEREK

Berikut adalah penjelasan dari nilai-nilai kesadaran merek brand

awareness:

a. Jangkar yang menjadi cantolan asosiasi lain


Suatu merek dengan kesadaran yang tinggi dapat membantu

para asosiasi melekat pada merek tersebut. Dikarenakan kemampuan

eksplorasi merek tersebut menjadi sangat tinggi di benak konsumen.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila kesadaran suatu merek

rendah, maka suatu asosiasi yang diciptakan oleh produsen atau

perusahaan akan sulit melekat pada merek tersebut.

b. Familier/rasa suka

Apabila kesadaran akan merek sangat tinggi,maka konsumen

akan sangat akrab dengan merek yang diciptakan oleh perusahaan,dan

seiring bertambahnya waktu akan muncul rasa suka yang tinggi

terhadap merek yang dipasarkan oleh produsen.

c. Subtansi/komitmen

Kesadaran merek mampu menandakan keberadaan, komitmen,

dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Apabila kesadaran

merek tinggi, maka kehadiran merek akan selalu dapat dirasakan.

d. Mempertimbangkan merek

Langkah awal dalam proses pembelian adalah menyeleksi

merek-merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk

dipertimbangkan dan diputuskan merek mana yang akan dibeli. Merek

dengan top of mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang


tinggi. Apabila sebuah merek tidak tersimpan daalam

ingatankonsumen, maka merek tersebut tidak dapat dipertimbangkan.

Biasanya sebuah merek yang dapat masuk dan disimpan dalam ingatan

konsumen adalah sebuah merek yang dapat disukai atau dibenci oleh

konsumen itu sendiri.

Dalam Penelitian yang dilakukan oleh (A,H, Izzudin W;, 2018) ada

beberapa keuntungan dari brand awareness, yaitu :

a. Meningkatkan kepercayaan di dalam masyarakat

Merek yang sudah terkenal di masyarakat luas, maka hal ini

otomatis menjadikan masyarakat lebih percaya dengan produk

tersebut, seseorang akan terus memakai atau mengkonsumsi produk

tersebut jika sudah sering mendengar mereknya.

b. Meningkatkan penjualan produk

Berkaitan dengan keuntungan diatas, masyarakat yang sudah

terlanjur percaya mayoritas akan lebih sering memilih produk yang

dikenalnya.

c. Menciptakan loyalitas konsumen

Keuntungan selanjutnya yaitu akan membuat konsumen lebih

loyal terhadapproduk tersebut, karena banayak masyarakat yang lebih

memilih produk karena melihat merek suatu produk, meskipun


mempunyai rentan harga berbeda yang lebih mahal daripada produk

lainnya, hal ini tentu saja akan menciptakan loyalitas yang tinggi

masyarakat pada produk tersebut.

d. Memudahkan kerjasama dengan perusahaan lain

Jika langkah pertama marketing bergerak agar produk dikenal

luas oleh masyarakat, dengan brand awareness yang kuat, selanjutnya

akan banyak perusahaan yang mengajak bekerja sama. Jika mereka

bekerja sama dengan merek yang besar, maka bukan tidak mungkin

perusahaan tersebut akan menjadi lebih besar.

e. Membangun ciri khas produk

Produk yang memiliki brand awareness yang kuat biasanya

sudah berhasil untuk menciptakan ciri khas tertentu yang memang

merupkan suatu yang membedakan dari kompetitornya. Konsumen

juga akan mengetahui secara mudahkeunggulan dari produk tersebut

dibandingkan dengan pesaingnya.


B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian tentang hasil-hasil penelitian yang

relefan dengan masalah yang ingin diteliti. Kegunaan penelitian terdahulu adalah

sebagai acuan pembeda antara penelitian yang sekarang dilakukan oleh penulis

terhadap penelitian yang sudah ada. Berikut penelitian terdahulu terkait dengan

pengaruh brand awareness, brand image dan media comunication terhadap

keputusan penggunaan produk bank syariah.

1. Pengaruh brand awareness terhadap keputusan penggunaan produk


Dari penelitian (Suciningtyas, 2012) dapat disimpsulkan bahwa

brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian, sehingga membuktikan H1 diterima brand awareness

berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Dari penelitian (Al Hafidh, 2018) dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara variable X1,yaitu brand

awareness terhadap minat beli produk pada bank syariah mandiri area

Malang.

Pada penelitian (LATIF, 2019) dapat disimpulkan bahwa brand

awareness berpengaruh tidak signifikan terhadap minat beli di BPRS

Meru Sankara.
Pada penelitian (Najib, 2016) dapat disimpulkan brand awareness

berpengaruh negatif terhadap keputusan pembelian. Hasil pengujian

statistik menunjukan bahwa brand awareness berpengaruh negatif

signifikan terhadap keputusan pembelian.

No Peneliti Judul Kesimpulan


1 (Suciningtyas Pengaruh Brand Awareness, brand Brand
, 2012) image, dan media communication Awareness
terhadap keputusan pembelian berpengaruh+
terhadap
keputusan
menggunakan
produk
2 (Al Hafidh, Pengaruh brand awareness dan Brand
2018) persepsi syariah terhadap minat beli Awareness
produk pada bank syariah mandiri berpengaruh+
area Malang terhadap
keputusan
menggunakan
produk
3 (LATIF, Pengaruh brand awareness dan Brand
2019) persepsi syariah terhadap minat beli Awareness
produk pada bank syariah mandiri berpengaruh –
area Malang terhadap
keputusan
menggunakan
produk
4 (Najib, 2016) Analisis Brand Awareness dan Brand
Perceived Value Terhadap Awareness
Keputusan Pembelian Studi Pada berpengaruh –
Konsumen Produk Merk Boom di terhadap
Kabupaten Bojonegoro keputusan
menggunakan
produk
2. Pengaruh brand image terhadap keputusan penggunaan produk
Pada penelitian (Saputra, 2018) dapat disimpulkan bahwa citra

merek (brand image) yang dimiliki Bank Syariah Mandiri memiliki

pengaruh yang cukup besar terhadap keputusan menabung oleh nasabah

Bank Syariah Mandiri di kota Depok.

Pada penelitian (Adiwidjaja, 2017) disimpulkan bahwa brand

image berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

sepatu Converse baik melalui hubungan langsung maupun tidak langsung.

Pada penelitian (Fatriana et al., 2016) berkesimpulan bahwa brand

image berpengaruh namun tidak signifikan terhadap keputusan pembelian

smartphone android Samsung di kota Palembang.

Dalam penelitian (Ike, 2015) menyimpulkan bahwa variable brand

image tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap minat beli

konsumen sepatu Macbeth di sogo galaxy mall Surabaya.


No Peneliti Judul Kesimpulan
1 (Saputra, Pengaruh Citra Merek (Brand Brand Image
2018) Image) Terhadap Keputusan berpengaruh+
Nasabah Menabung Di Bank Syariah terhadap
Mandiri Depok keputusan
menggunakan
produk
2 (Adiwidjaja, Pengaruh Brand Image dan Brand Brand Image
2017) Trust Terhadap Keputusan berpengaruh +
Pembelian Sepatu Converse terhadap
keputusan
menggunakan
produk
3 (Fatriana et Pengaruh Brand Image Terhadap Brand Image
al., 2016) Keputusan Pembelian Smartphone berpengaruh –
Android Samsung Di Kota terhadap
Palembang keputusan
menggunakan
produk
4 (Ike, 2015) Pengaruh Brand Origin, Brand Brand Image
Ambassador dan Brand Image berpengaruh –
terhadap Minat Beli Sepatu terhadap
Macbeth di Sogo Glaxy Mall keputusan
Surabaya menggunakan
produk

3. Pengaruh Brand Trust Terhadap Keputusan Pembelian


Pada penelitian (Atmaja, 2019) dapat disimpulkan bahwa variabel

brsnd trust berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.


Pada penelitian (Hidayah, 2016) dapat disimpulkan bahwa brand

trust dapat mempengaruhi pembelian produk.

Pada penelitian (Risna, 2014) menyimpulkan bahwa brand trust

tidak berpengaruh terhadap minat beli.

Pada penelitian (Ali, 2019) brand trust tidak mempunyai pengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian.

No Peneliti Judul Kesimpulan


1 (Atmaja, Peran mediasi Brand Trust Pada Brand Trust
2019) Pengaruh Brand Image Terhadap berpengaruh +
Pembelian Secara Online terhadap
keputusan
menggunakan
produk
2 (Hidayah, Pengaruh Brand Trust Terhadap Brand Trust
2016) Niat Konsumen Untuk Melakukan berpengaru +
Pembelian Produk Elektronik Pada terhadap
Situs Jual Beli LAZADA keputusan
menggunakan
produk
3 (Risna, 2014) Pengaruh Threat Emotion Brand Trust
Konsumen dan Brand Trust berpengaruh –
Terhadap Keputusan Pembelian terhadap
Gadget keputusan
menggunakan
produk
4 (Ali, 2019) Dampak Brand Image, Brand Brand Trust
Equity dan Brand Trust Terhadap berpengaruh –
Keputusan Pembelian Laptop ASUS terhadap
(Studi pada Toko Komputer keputusan
Lumajang Computer Centre di menggunakan
Kabupaten Lumajang) produk
Dari hasil penelitian diatas penulis ingin melakukan penelitian

yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu dari segi waktu, dan juga

tempat penelitian, serta perbedaan pengunaan analisis data.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari penelitian ini berdasarkan teori serta penelitian

terdahulu, sehingga dapat dibentuk kerangka pemikiran penelitian dengan judul

“Pengaruh Brand Awareness, Brand Image dan Brand Trust Terhadap

Penggunaan Produk (Studi Kasus Pada Nasabah Bank Mandiri Syariah KCP

Gubug).”
GAMBAR 4

H1

H2

H3 H4

(X2)Brand
Image

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

terhadap penelitian, oleh karena itu biasanya rumusan masalah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan jawaban sementara karena baru dinyatakan

melalui teori-teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta yang ada

dilapangan. Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan dan didukung

teori-teori maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

a. Hubungan Brand Awareness Terhadap Keputusan Penggunaan

Menurut Anis Anifah dalam (A,H, Izzudin W;, 2018) “Brand

Awareness memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat

memilih produk. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat


brand awareness maka semakin meningkat minat penduduk desa

temanggung dalam memilih produk BSM cabang muntilan.”.

Selain itu, dalam penelitian (Suciningtyas, 2012) brand awareness

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian,

sehingga membuktikan H1 diterima brand awareness berpengaruh

terhadap keputusan pembelian.

Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan adanya penelitian dari

(Al Hafidh, 2018) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara brand

awareness terhadap minat beli produk pada bank syariah mandiri area

Malang.

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa brand awareness berpengaruh positif signifikan terhadap

keputusan pembelian.

H1 : Semakin tinggi Brand Awareness maka semakin tinggi

keputusan menggunakan produk.

b. Hubungan Brand Image Terhadap Keputusan Penggunaan

Menurut (Fajriyati, A;, 2018) bahwa brand image pada bank dapat

mempengaruhi keputusan nasabah untuk menabung di bank syariah.

Semakin baik/tinggi brand image, maka semakin tinggi minat menabung

di bank syariah.
Pada penelitian (Saputra, 2018) dapat disimpulkan bahwa citra

merek (brand image) yang dimiliki Bank Syariah Mandiri memiliki

pengaruh yang cukup besar terhadap keputusan menabung oleh nasabah

Bank Syariah Mandiri di kota Depok.

Selain itu, dalam penelitiannya (Adiwidjaja, 2017) dapat

disimpulkan bahwa brand image berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian sepatu Converse baik melalui hubungan

langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan dari penelitian di atas bahwa brand image dapat

mempengaruhi secara positif terhadap keputusan pembelian.

H2 : Semakin tinggi Brand Image maka semakin tinggi keputusan

menggunakan produk.

c. Hubungan Brand Trust Terhadap Keputusan Penggunaan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Balqis, F;, 2017) bahwa

variable brand trust berpengaruh terhadap keputusan nasabah produk

tabungan bank BRI Syariah. Hal ini disebabkan karena tingkat nasabah

terhadap merek produk tabungan BRI Syariah mempengaruhi keputusan

nasabah produk tabungan BRI Syariah.


Kemudian dalam penelitiannya, (Atmaja, 2019) dapat disimpulkan

bahwa variabel brand trust berpengaruh positif terhadap keputusan

pembelian.

Selain itu pada penelitian (Hidayah, 2016) dapat disimpulkan

bahwa brand trust dapat mempengaruhi pembelian produk secara

signifikan.

Berdasarkan penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

brand trust berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pembelian.

H3 : Semakin tinggi Brand Trust maka semakin tinggi keputusan

menggunakan produk.

d. Hubungan Brand Awareness, Brand Image dan Brand Trust

Terhadap Keputusan Penggunaan

Pada penelitian dari (Asmoko, 2017) bahwa brand image, brand

trust, dan brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian.

Selain itu, bardasarkan penelitian (fatikhyaid, 2019) Brand Image,

brand awareness, dan brand trust secara bersama-sama atau secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty.


Berdasarkan penelitian di atas maka brand awareness, brand

image dan brand trust secara berpengaruh positif signifikan terhadap

keputusan pembelian.

H4 : Semakin tinggi Brand Awareness, Brand Image dan Brand Trust

maka semakin tinggi keputusan menggunakan produk.

Anda mungkin juga menyukai