Anda di halaman 1dari 11

BUILDING STRONG BRANDS

Kelas: VI J
KELOMPOK 9
Muda Yulio Putra Ananda 2018-533

Yudha Eka Putra 2018-497

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
Outilines Lesson :
1) Brands and branding: Definition, Role of Brands, Brand Loyalty, Brand
Preference.
2) Brand Equity (meaning and importance).
3) Dimension of Brand Equity (brand awareness; quality perception; brand
recognition; brand loyalty)
4) Brand elements (meaning and criteria for choosing brand elements).

Isi
1) Brands and branding

A. Definition
Menurut Jatmiko & Setyawati (2015) menjelaskan bahwa
brand adalah satu atau gabungan dari nama maupun slogan yang
dibuat oleh penjual untuk persepsi suatu produk atau pelayanan yang
berbeda dengan pesaingnya. Lalu sebuah nama di dalam brand ini
mengartikan sebagai ekspresi dari suatu produk yang akan
digunakan sebagai cara komunikasi antar perusahaan dengan
konsumen. Dan untuk sebuah slogan di dalam brand ini mengartikan
sebagai kalimat yang mudah dikenal dan diingat yang disertai dengan
nama dari sebuah brand dalam program komunikasi pemasaran
dengan bertujuan untuk menjunjung citra sebuah brand tersebut.
Brand dikatakan sebagai pembeda dari satu produk dengan
yang lainnya dan memberikan nilai tertentu terhadap produk tersebut,
dikarenakan brand dapat menguatkan rasa percaya seseorang akan
produk tertentu, membangkitkan emosi tertentu, dan akhirnya akan
merangsang seseorang untuk membeli atau tidak membeli sesuatu.
Menurut Diarta et al. (2017) menjelaskan bahwa Branding
merupakan sebagai elemen penting yang harus dipertimbangkan
ketika merencanakan strategi pemasaran suatu produk, dimana dapat
dimanfaatkan untuk menciptakan image sebuah brand dari sebuah
produk dalam pikiran konsumen sehingga diharapkan konsumen
mengkonsumsi atau membeli produk tersebut. Dimana dalam
merencanakan strategi pemasaran suatu produk maka diperlukannya
menentukan visi misi maupun logo dari sebuah perusahaan dan juga
menentukan media yang ingin disampaikan.

B. Role of brands
Menurut Kotler & Keller (2010) menjelaskan bahwa terdapat
berbagai peran dari sebuah merek, yaitu yang pertama offer legal
protection, dimana merek menawarkan perlindungan hukum yang
tegas untuk produk. Yang kedua yaitu signify quality, dimana merek
yang kredibel memberi sinyal pada tingkat kualitas tertentu sehingga
konsumen yang merasa puas dapat dengan mudah memilih produk
secara berulang. Yang ketiga yaitu create barriers to entry, dimana
loyalitas dari sebuah merek memberikan prediktabilitas dan
keamanan permintaan untuk perusahaan dan hal itu menciptakan
hambatan untuk menyulitkan pesaing memasuki pasar. Yang
keempat yaitu serve as a competitive advantage, dimana merek yang
dikelola dengan baik dan begitu kuat sehingga dapat mencakup pada
keunggulan kompetitif. Yang kelima yaitu secure price premium,
Dimana loyalitas dari pelanggan bersedia untuk membayar harga
yang lebih tinggi walaupun pesaing menawarkan harga lebih murah.
Yang keenam yaitu organize accounting, merek membantu mengatur
inventaris dan catatan akuntansi. Yang ketujuh yaitu Identify the
maker, Dimana sebuah merek dapat mengidentifikasi sumber atau
pembuat suatu produk untuk menetapkan tanggung jawab atas
kinerjanya kepada produsen atau distributor tertentu dan konsumen
dapat mengevaluasi produk yang sama secara berbeda tergantung
pada bagaimana mereknya. Dan peran yang terakhir yaitu simplify
product handling, dimana kemasan di dalam merek dapat membantu
menyederhanakan penanganan dan melakukan pengecekan.
C. Brand loyality
Menurut Severi & Ling (2013) menjelaskan bahwa Brand
loyality merupakan simbol pola pikir konstruktif maupun suatu ukuran
keterkaitan konsumen terhadap merek, dimana konsumen memiliki
stimulus yang kuat untuk melakukan pembelian merek secara
berulang dan yang tidak akan gampang untuk beralih ke merek lain.
Lalu konsumen juga bisa merekomendasikan kepada orang lain akan
pembelian merek pada masa saat ini maupun pada masa yang akan
datang, dimana hal ini menjadikan sebuah profit bagi perusahaan dan
tentunya pihak pemasaran dari perusahaan akan memperlebar
pasarnya agar konsumen semakin gampangnya untuk mendapatkan
merek tersebut.

D. Brand preference
Menurut Halim et al., (2014) menjelaskan bahwa Brand
preference merupakan kecenderungan seorang konsumen untuk
menyukai sebuah merek dibandingkan yang lainnya sehingga akan
membentuk stimulusnya untuk membeli merek tersebut. Brand
preference dihasilkan dari perbandingan atau penilaian sebuah merek
relatif terhadap merek yang lainnya. Jika merek tersebut memiliki
kepribadian yang sesuai atau menyampaikan nilai yang optimal maka
konsumen akan cenderung meminati merek tersebut. Brand
preference yang kuat dapat memotivasi konsumen untuk memiliki
rasa suka yang kuat terhadap suatu merek. Perusahaan yang mampu
mengembangkan brand preference akan sanggup bertahan dari para
persaing. Brand preference dapat memberikan jaminan kualitas bagi
konsumennya.
2) Brand Equity
Menurut Gradojevic & Irwin (2007) menjelaskan bahwa brand
equity sebagai seperangkat asset dan liabilitas yang berkaitan
dengan suatu merek yang dimana mampu menambah dan juga
mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik
pada perusahaan ataupun pada pelanggan.
Brand equity ini dikatakan sangat penting dikarenakan Ekuitas
yang tinggi dapat membuat suatu merek mempunyai kedekatan
dengan pasar pelanggan dan apabila suatu merek di dalam benak
konsumen mempunyai nilai yang positif maka konsumen akan
memberikan pandangan bahwa merek tersebut sebagai merek yang
berkualitas dan mempunyai mutu yang baik dan apabila semakin kuat
ekuitas merek suatu produk, maka akan semakin kuat pula daya
tariknya bagi konsumen untuk membeli produk tersebut dan pada
akhirnya akan memberikan profit pada perusahaan.

3) Aspek dari Brand equity

A. Brand awareness
Menurut Durianto (2001:54) kesadaran merek menunjukkan
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau
mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari
kategori produk tertentu. Brand awareness memerlukan adanya
continum rangung (jangkauan kontinum) dari perasaan yang tidak
pasti bahwa suatu merek tertentu telah dikenal sebelumnya, sehingga
konsumen percaya bahwa produk tersebut adalah satu-satunya
merek dalam suatu kelompok produk.
Mengenai piramida brand awareness dari tingkat terendah
sampai tingkat tertinggi terdapat tiga bagian yaitu yang pertama
Unware of brand,dimana sebagai tingkat yang paling rendah dalam
piramida kesadaran merek di mana konsumen tidak menyadari akan
adanya suatu merek. Lalu yang kedua yaitu Brand recognition,
dimana sebagai tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting
pada saat seorang pembeli memilih suatu merek pada saat
melakukan pembelian. Pengakuan merek, didasarkan suatu tes
pengingatan kembali lewat bantuan.Pengenalan merek adalah tingkat
minimal dari kesadaran merek, hal ini penting khususnya ketika
seorang pembeli memilih suatu merek pada saat pembelian. Dan
yang bagian terakhir yaitu brand recall , dimana sebagai pengingatan
kembali merek yang didasarkan pada permintaan seseorang untuk
menyebutkan merek tersebut dalam suatu kelas produk. Hal ini
diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena
berbeda dari tugas pengenalan,

B. Quality perception
Persepsi kualitas dapat menjadi pertimbangan konsumen
dalam menentukan pilihan produk yang akan dibeli. Jika persepsi
kualitas konsumen terhadap sebuah produk tinggi maka konsumen
akan tertarik dan mengevaluasi masukan-masukan informasi yang
mereka dapat mengenai produk tersebut untuk kemudian
membelinya. Persepsi kualitas berpengaruh positif terhadap
keputusan pembelian konsumen

Di beberapa segmen Konsumen cenderung lebih menyukai


produk yang harganya mahal ketika informasi yang didapat hanya
harga produknya. Persepsi konsumen terhadap kualitas produk
dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap nama, merek, nama toko,
garansi yang diberikan. Hal ini menunjukan bahwa kualitas yang di
harapkan oleh konsumen ketika rela membayar lebih adalah
sebanding dengan kwalitas yang di dapatkan

C. Brand recognitizion

Brand recognition adalah konsep yang digunakan dalam


pemasaran yang mengacu pada kemampuan konsumen untuk
mengidentifikasi brand tertentu dari elemen elemen merek . Brand
recognition dianggap berhasil ketika orang mampu mengenali merek
melalui brand atau pendengaran seperti logo, slogan, kemasan,
warna,.Pengukuran untuk mengetahui apakah brand telah memiliki
brand recognition yang baik dilakukan melalui riset pasar.Ini dilakukan
untuk menentukan keberhasilan strategi brand recognition yang
dijalankan.Brand recognition juga penting agar brand dapat terlihat
beda di mata konsumen dari kompetitor. Dengan demikian, brand
dapat tetap unggul dari kompetitornya.

D. Brand loyalty
Loyalitas merek sebagai suatu ukuran keterkaitan pelanggan
kepada sebuah merek. Hal ini mampu memberikan gambaran tentang
mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain yang
ditawarkan oleh pesaing, terutama jika pada merek tersebut didapati
adanya perubahan baik menyangkut harga ataupun atribut lainnya
Mengenai loyalitas merek maka terdapat dua aspek yaitu
perilaku (behavioral) dan sikap (attitude). Perilaku diartikan sebagai
pembelian secara berulang dari sebuah merek, sedangkan sikap
diartikan sebagai tingkat komitmen akan nilai unik yang diasosiasikan
terhadap merek (Chaudhuri 2001).

4) Brand elemen
Brand elemen adalah suatu alat pemberi nama dagang yang
fungsinya untuk mengidentifikasikan dan mendiferensiasikan merek
(Kotler dan Keller, 2009). Menurut Kotler dan Keller (2009), terdapat
enam kriteria utama untuk memilih elemen merek, yaitu yang pertama
memorable, yang berarti seberapa mudahkah konsumen mengingat
dan mengenali elemen merek baik pada saat pembelian?. Lalu yang
kedua yaitu meaningful, yang berarti apakah elemen merek tersebut
dapat dipercaya?. Lalu yang ketiga likeable, yang berarti seberapa
menarikkah elemen merek secara keindahan?. Lalu yang keempat
transferable, yang berarti dapatkah elemen merek memperkenalkan
produk baru dalam kategori yang sama atau berbeda?. Lalu yang
kelima adaptable, yang berarti seberapa mudahkah elemen merek
dapat beradaptasi ?. Dan yang terakhir yaitu protectable, yang berarti
bagaimana elemen merek ini dapat dilindungi secara hukum?.
Perusahaan menjadikan elemen brand lebih dari sekedar
logo. Namun juga dapat menjadikan suatu arti yang bermakna dari
elemen tersebut Elemen merek terkadang disebut identitas merek,
adalah perangkat yang dapat bermerek dagang yang berfungsi untuk
mengidentifikasi dan membedakan merek. Contoh adalah sepatu nike
dengan mudah dikenali dengan logo Centang dan McDonals memiliki
logo yang sangat kuat.
Rangkuman
Brand adalah satu atau gabungan dari nama maupun slogan yang dibuat
oleh penjual untuk persepsi suatu produk atau pelayanan yang berbeda dengan
pesaingnya. Sedangkan Branding merupakan sebagai elemen penting yang
harus dipertimbangkan ketika merencanakan strategi pemasaran suatu produk,
dimana dapat dimanfaatkan untuk menciptakan image sebuah brand dari sebuah
produk dalam pikiran konsumen sehingga diharapkan konsumen mengkonsumsi
atau membeli produk tersebut. Mengenai peran dari sebuah merek, dapat dibagi
menjadi 7 peran yaitu offer legal protection, signify quality, create barriers to
entry, serve as a competitive advantage, secure price premium, organize
accounting dan Identify the maker. Selanjutnya mengenai brand loyality yang
merupakan simbol pola pikir konstruktif maupun suatu ukuran keterkaitan
konsumen terhadap merek, dimana konsumen memiliki stimulus yang kuat untuk
melakukan pembelian merek secara berulang dan yang tidak akan gampang
untuk beralih ke merek lain. Lalu berikutnya mengenai brand preference yang
merupakan kecenderungan seorang konsumen untuk menyukai sebuah merek
dibandingkan yang lainnya sehingga akan membentuk stimulusnya untuk
membeli merek tersebut. Selanjutnya mengenai Brand equity yang berarti
sebagai seperangkat asset dan liabilitas yang berkaitan dengan suatu merek
yang dimana mampu menambah dan juga mengurangi nilai yang diberikan oleh
sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan ataupun pada pelanggan. Lalu
terdapat 4 aspek dari brand equity ini yaitu Brand awareness, Quality perception,
brand recognition dan brand loyality. Selanjutnya mengenai brand elemen yang
merupakan suatu alat pemberi nama dagang yang fungsinya untuk
mengidentifikasikan dan mendiferensiasikan, dimana terdapat enam kriteria
utama untuk memilih elemen merek, yaitu memorable, meaningful, likeable,
transferable, adaptable dan protectable.
Daftar pustaka

Diarta, I., Lestari, P., & Dewi, I. (2017). Strategi Branding dalam Promosi Penjualan
Produk Pertanian Olahan PT. Hatten Bali untuk Pasar Pariwisata Indonesia.
JURNAL MANAJEMEN AGRIBISNIS (Journal Of Agribusiness Management),
4(2), 170–187.
Gradojevic, N., & Irwin, W. S. (2007). An Analysis Of Brand Equity Determinants :
Journal of Business & Economics Research, 5(11), 103–116.
Halim, B. C., Dharmayanti, D., & Brahmana, K. M. R. (2014). Pengaruh Brand
Identity terhadap Timbulnya Brand Preference dan Repurchase Intention pada
Merek Toyota. Jurnal Manajemen Pemasaran Petra, 2(1), 1–11.
Jatmiko, J., & Setyawati, R. (2015). Pengaruh Brand Positioning Dan Brand Equity
Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha. Jurnal Ekonomi
Universitas Esa Unggul, 6(02), 78027.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2010). If you no longer require this review copy, please
return it to Pearson Education and we will donate $1 to Jumpstart for children
who need our help. Ebook of Marketing Management 13th Edition, 1, 662.
Severi, E., & Ling, K. C. (2013). The mediating effects of brand association, brand
loyalty, brand image and perceived quality on brand equity. Asian Social
Science, 9(3), 125–137. https://doi.org/10.5539/ass.v9n3p125

Farhana, M. (2012). Brand Elements Lead to Brand Equity: Differentiate or Die.


Information Management and Business Review, 4(4), 223–233.

Koh, Y., Lee, S., & Boo, S. (2009). Impact of brand recognition and brand reputation
on firm performance: U.S.-based multinational restaurant companies’
perspective. International Journal of Hospitality Management, 28(4), 620–630.
https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2009.04.002

Pratama, F., & Munandar, J. M. (2016). Analisis Brand Equity Pocari Sweat Dalam
Persaingan Industri Minuman (Studi Kasus: Mahasiswa di Bogor). Jurnal
Manajemen Dan Organisasi, 1(1), 24. https://doi.org/10.29244/jmo.v1i1.14147

Anda mungkin juga menyukai