Anda di halaman 1dari 4

A.

Defisini Merek
Pada awalnya merek hanyalah sebuah nama untuk membedakan suatu produk
atau jasa, pada perkembangannya merek menjadi nama yang dianggap mewakili sebuah
objek, dan kemudian merek dianggap sebagai simbol dan selanjutnya berkembang
menjadi citra. Pemberian merek merupakan instrumen yang dapat mengatasi dalam
menerapkan strategi pemasaran.
Menurut Kotler dalam fandy Tjiptono (2015: 105) merek merupakan suatu bentuk
identitas dari suatu produk yang ditawarkan kepada pelanggan yang dapat membedakan
produk perusahaan dari produk pesaing yang terbentuk dari suatu nama, kata, tanda,
simbo atau desain, atau kombinasi dari semua hal tersebut.
Menurut Aaker merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan
(seperti sebuah logo, cap atau kemasan) untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari
seorang penjual atau kelompok penjual tertentu serta membedakannya dari barang atau
jasa yang dihasilkan para pesaing.
Merek adalah suatu nama, simbol, tanda, desain atau gabungan di antaranya yang
dipakai sebagai identitas suatu perorangan, organisasi atau perusahaan pada barang dan
jasa yang dimiliki untuk membedakan dengan produk jasa lainnya. Merek yang kuat
dicirikan dengan dikenalnya suatu merek dalam masyarakat, asosiasi merek yang tinggi
pada suatu produk, persepsi positif dari pasar dan kesetiaan konsumen terhadap merek
yang tinggi.
Merek dapat menjadi sesuatu yang berharga bagi perusahaan. Pertama, merek
dapat menyederhanakan penanganan atau penelusuran produk. Merek dapat membantu
mengatur cacatan persediaan dan catatan akutansi. Merek juga dapat menawarkan
perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fitur-fitur atau aspek unik produk, seperti
misal merek dagang terdaftar, dsb. Merek dapat menandakan tingkat kualitas tertentu
sehingga pembeli yang puas dapat dengan mudah memilih produk kembali. Bagi
perusahaan, merek juga dapat merepresentasikan bagian properti hukum yang sangat
berharga dan dapat mempengaruhi perilaku konsumen, dapat dibeli dan dijual, serta
memberikan keamanan pendapatan masa depan yang langgeng bagi pemiliknya.
Merek yang menjadi suatu pembeda dengan produk yang lain diharapkan dapat
memudahkan konsumen dalam menentukan produk yang akan dikonsumsinya
berdasarkan berbagai pertimbangan serta menimbulkan kesetiaan terhadap suatu merek
(brand loyalty).
B. Faktor yang Mempengaruhi Penentuan Merek
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menjadi penentu suatu merek.
1. Kesadaran Merek (Brand Awarness)
Brand Awarness menunjukkan kesanggupan konsumen dalam mengingat kembali
atau mengenali bahwa suatu merek merupakan suatu bagian dari kategori produk
tertentu. Brand awareness (kesadaran merek) menjadi sumber asoasiasi lain, familier
atau rasa suka, substansi atau komitmen, mempertimbangkan merek. Penjelasan dari
keempat nilai tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sumber asoasiasi lain
Suatu brand yang kesadarannya tinggi akan membantu asosiasi-asosiasi melekat
pada brand tersebut karena daya jelajah brand tersebut akan menjadi sangat tinggi
dalam benak konsumen. Kondisi ini menunjukkan bahwa suatu brand yang
awareness-nya tinggi mampu menimbulkan asosiasi positif untuk produk lainnya.
b. Familier atau rasa suka
Jika brand awareness kita sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan
brand kita, dan lama-kelamaan akan menimbulkan rasa suka yang tinggi terhadap
brand kita.
c. Substansi atau komitmen
Brand awareness dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat
penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran atas brand tinggi, kehadiran
brand itu selalu dapat kita rasakan, sebab sebuah brand dengan brand awareness
tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Diiklankan secara luas, sehingga diketahui secara luas oleh masyarakat.
2) Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu.
3) Jangkauan distribusi yang luas, sehingga memudahkan konsumen untuk
mendapatkan produk tersebut.
4) Brand tersebut dikelola dengan baik.
d. Mempertimbangkan merek
Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi merek-merek
yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan diputuskan brand
mana yang akan dibeli. Jika suatu brand tidak tersimpan dalam ingatan, brand
tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian. Biasanya
brand-brand yang disimpan dalam benak konsumen adalah brand-brand yang
disukai dan dibenci.
2. Asosiasi Merek (Brand Association)
Asosiasi merek adalah segala sesuatu yang muncul dibenak seseorang yaitu
berkaitan dengan ingatannya mengenai suatu merek. Kesan-kesan tersebut akan
semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam
mengkonsumsi suatu merek. Suatu merek yang sudah mapan akan memiliki posisi
yang menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat.
Brand association merupakan asset yang dapat memberikan nilai tersendiri di
mata pelanggannya. Asset yang ada di dalam produk dapat membantu konsumen
dalam menafsirkan, memproses dan menyimpan informasi yang terkait dengan
produk dan merek tersebut. Brand association dapat mempengaruhi rasa percaya diri
konsumen dalam mengambil keputusan pemberian atas dasar pengalaman masa lalu
dalam penggunaan atau kedekatan assosiasi dengan berbagai karakterisrtik merek.
Beberapa indikator dari Brand association yang kuat dari suatu merek pada
umumnya berkaitan dengan hal-hal berikut:
a. Atribut produk
Atribut akan menunjukkan ciri spesifik dari produk tersebut yang akan
memperkuat citra produk tersebut sebagai suatu merek yang memliki ciri tertentu.
Atribut tersebut dapat meliputi kemasan, manfaat, harga, rasa, kualitas dan
reputasi produk.
b. Atribut tak berwujud
Citra yang melekat dalam suatu produk akan diasosiasikan oleh banyak konsumen
sebagai kelebihan tertentu yang memiliki suatu nilai sebagai atribut yang tidak
berwujud secara fisik.
c. Manfaat bagi pelanggan
Branded suatu produk akan memudahkan konsumen yang akan membutuhkan
suatu produk sesuai dengan spesifikasi dan manfaat yang diinginkan oleh para
pelanggan. Produk yang sudah sangat dikenal oleh konsumen akan serta merta
dipersepsikan oleh konsumen pada nilai guna produk tersebut melalui penjelasan
singkat yang tertera dalam kemasan.
d. Harga relatif
Konsumen akan menghargai nilai produk tersebut bukan hanya sekedar
kemanfaatannya saja, akan tetapi mereka akan menilai tinggi rendahnya harga
suatu produk secara relatif atas dasar branded tidaknya suatu produk. Untuk
produk-produk tertentu yang telah dicitrakannya sedemikian rupa berapapun
harga yang ditetapkan akan dipersepsi oleh konsumen secara positif, semakin
mahal nilai harga produk tersebut ditetapakan maka semakin exlusive.
e. Penggunaan
Pemanfaatan suatu produk diasosiasi oleh konsumen terkait dengan kugunaan dan
cara penggunaan yang melekat pada brand suatu produk. Produk yang
diasosiasikan makin dekat dengan konsumen, makin friendly dan makin mudah
aplikasi dan penggunaannya.
f. Pengguna atau pelanggan
Pelanggan memilki kebiasaan tertentu dalam memilih karakter produk yang
sesuai dengan kebutuhan atas dasar merk yang dicitrakannya, kadang produk
merek tertentu diasosiasikan oleh pelanggan seperti menyebut merk tersebut
sama/identik dengan fungsinya. Misal, motor identik dengan Honda, Mie instan
identik dengan Indomie.
g. Orang terkenal
Citra merk akan menentukan posisi suatu produk sebagai pembeda dengan produk
sejenis lainnya yang melekat pada orang-orang tertentu dan kelas tertentu seperti
selebritis dan orang ternama lainnya. Brand menjadi semakin terkenal karena
dilengkapi dengan komunikasi audience dengan menggunakan orang yang sudah
sangat dikenal oleh masyarakat.
h. Gaya hidup atau kepribadian
Produk yang dipilih atas dasar brand association mencerminkan konsumen yang
memiliki kepribadian tertentu sesuai dengan gaya hidupnya (life style). Life style
berhubungan erat dengan selera konsumen yang mewakili gaya hidup yang
dipersepsikan jika konsumen mengkonsumsi produk tertentu semakin sehat, atau
jika mnggunakan produk tertentu yang asosiasikan semakin percaya diri.
i. Kelas produk
Tiap citra yang melekat pada produk secara otomatis akan membentuk dan
menempatkan kualifikasi tertentu dari produk yang bersangkutan.
j. Pesaing
Produk induk yang telah branded akan memancing tumbuhnya produk sejenis
sekaligus sebagai pesaingnya. Jika produk pengikut tersebut tidak memiliki
kekhasan dan kelebihan tertentu akan produk induk maka selamanya akan
menjadi produk inferior dan tidak bisa menjadi price leader.
k. Negara wilayah geografis
Tiap daerah memiliki karakter tertentu dalam mengkonsumsi suatu produk
sehingga diperlukan tingkat kejelian tertentu dalam mencitrakan produk tersebut
agar dapat beradaptasi dengan lingkungan dimana konsumen tersebut berada.
3. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)
Menurut David A.Aaker, persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen
terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang
sama dengan maksud yang diharapkannya. Persepsi kualitas adalah salah satu kunci
dimensi ekuitas merek.
Kualitas suatu produk baik berupa barang atau jasa ditentukan melalui dimensi-
dimensinya. Dimensi kualitas produk menurut Tjiptono (2008) ada 6 poin, yaitu
kinerja, daya tahan, kesesuaian dengan spesifikasi, fitur, reliabilitas, estetika, kesan
kualitas, kemudahan dalam perbaikan/reparasi).
Produsen yang memperhatikan dimensi-dimensi kualitas produk tersebut pada
produknya secara tidak langsung akan menciptakan persepsi pada konsumen bahwa
produk yang berkualitas mampu memenuhi berbagai aspek yang diinginkan
konsumen. Persepsi mempunyai implikasi strategi bagi para pemasar, karena para
konsumen mengambil keputusan berdasarkan apa yang mereka rasakan, daripada atas
dasar realitas yang obyektif.
4. Kesetiaan Merek (Brand Loyality)
Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu konsep yang sangat penting
dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek sangat
diperlukan agar perusahaan dapat bertahan hidup.
Loyalitas merek menurut Mowen dan Minor (Hasanah: 2009) adalah suatu
kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek,
mempunyai komitmen pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskan
pembeliannya di masa mendatang.

Referensi
Firmansyah, M Anang. 2019. Pemasaran Produk dan Merek. Pasuruan: Qiara Media.
Riyanto, Agus. 2015. Strategi Membangun Merek yang Kuat. Volume 3 Nomor 2.
Zainurossalamia, Saida. 2020. Manajemen Pemasaran Teori dan Strategi. Lombok: Forum
Pemuda Aswaja.
Putri, Budi Rahayu Tanama. 2017. Manajemen Pemasaran. Bali: Udayana Press.

Anda mungkin juga menyukai