Ahpa-Selesai-Kelompok 6
Ahpa-Selesai-Kelompok 6
MAKALAH
Yang di Ampu oleh Dr. Muhammad Ishaq, MPd., dan Dr. H. Ahmad Samawi,
M.Hum.
Oleh:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, puja dan puji syukur senantiasa tercurah atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah Analisis Hukum dan Perlindungan Anak tentang
“ANALISIS PROBLEMATIKA KEKERASAN PSIKIS DI SEKOLAH”
Akhir kata, semoga makalah ini tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kekerasan Psikis pada Anak di Sekolah ...............................
B. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Psikis pada Anak di
Sekolah....................................................................................................
C. Dampak Terjadinya Kekerasan Psikis pada Anak di Sekolah.................
D. Dasar Hukum Kekerasan Psikis pada Anak di Sekolah........................
E. Problematika Kekerasan Psikis pada Anak...........................................
DAFTAR RUJUKAN....................................................................................................
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas di dapatkan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian kekerasan psikis pada anak di sekolah?
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya kekerasan psikis pada anak di
sekolah?
3. Apa dampak terjadinya kekerasan psikis pada anak di sekolah?
4. Apa saja dasar hukum kekerasan psikis pada anak di sekolah?
5. Apa saja problematika kekerasan psikis yang terjadi pada anak?
C. Tujuan
Tujuan dari permasalahan yang dapat diambil dari pembahasan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pengertian kekerasan psikis pada anak di sekolah
2. Untuk mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya kekerasan psikis pada
anak di sekolah.
3. Untuk mendeskripsikan dampak terjadinya kekerasan psikis pada anak di
sekolah.
4. Untuk mendeskripsikan dasar hukum kekerasan psikis pada anak di
sekolah.
5. Untuk mendeskripsikan problematika kekerasan psikis pada anak.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kekerasan Psikis pada Anak di Sekolah
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan. Pemahaman dan persepsi anak
tentang dunia yang masih minim menyebabkan mereka rentan terhadap
perkembangan situasi sekitar yang kadang begitu kompleks. Mereka belum
cukup pengalaman untuk menelaah semua informasi yang ada. Itulah
sebabnya, Anak sangat membutuhkan pendampingan orang dewasa untuk
memberikan pemahaman terhadap yang dipikirkan dan yang ditemuinya.
Namun, sebagian orang dewasa yang diharapkan dapat berperan sebagai
“guru” justru memberikan kekerasan terhadap anak yang berdampak fisik
maupun psikis hingga merenggut jiwanya (Al Adawiah, 2015).
Semakin hari semakin banyak kekerasan pada anak yang terjadi.
Kekerasan pada anak adalah setiap tindakan terhadap anak yang melanggar
norma-norma tingkah laku dan cenderung menyebabkan gangguan pada anak
baik secara fisik ataupun psikis. kekerasan terhadap anak bisa terjadi kapan
saja dan dimana saja termasuk pada saat di rumah, tempat bermain bahkan di
sekolah. Padahal sekolah merupakan tempat dimana anak menerima
pendidikan moral, etika dan akademik, bahkan menjadi rumah kedua bagi
anak. Namun, kenyataannya justru di sebagian sekolah terjadi kasus
kekerasan. Baik yang dilakukan oleh teman sepermainan, senior, guru atau
penjaga kebersihan sekolah. Makalah ini bertujuan untuk mengungkap
bentuk kekerasan yang terjadi disekolah. (Christiana, 2019). Hal ini sesuai
dengan pendapat (Pramono & Dwiyanti Hanandini, 2022) tempat kejadian
tindak kekerasan terhadap anak tidak lagi hanya terjadi di ranah privat tetapi
sudah masuk ke ranah publik. Sekolah menjadi salah satu tempat terjadinya
tindak kekerasan terhadap anak yang seringkali banyak menjadi pusat
perhatian.
6
7
didik yang mengatakan biasa saja, atau dengan kata lain, tidak menganggap
serius tindakan guru terhadap mereka. Sebagian anak didik mungkin
memaknai tindak kekerasan yang mereka alami sebagai bentuk hukuman
atas perilaku mereka yang tidak pada tempatnya. Hal ini terlihat dari
kemampuan anak didik untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku yang
memicu munculnya tindak kekerasan tersebut. Dengan demikian, anak didik
sebenarnya dapat mengenali perilaku yang secara normatif salah, akan tetapi
ada faktor-faktor lain yang menyebabkan mereka tidak dapat mengendalikan
diri dan menghindari perilaku-perilaku tersebut. Salah satunya dapat
disebabkan kurang efektifnya pengelolaan kelas, yang dapat dipengaruhi
oleh tidak memadainya rasio antara guru dengan anak didik dalam satu
kelas. Padatnya anak didik dalam satu kelas, dapat memicu berbagai
permasalahan dalam upaya pengelolaan kelas yang dapat berdampak pada
perilaku anak didik (Muis dkk., 2011).
2. Kekerasan Psikis Yang Dilakukan Oleh Anak Didik Kepada Anak
Didik
a. Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah: orang
tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi
rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak didik akan
mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang
terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap
teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan
terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang
memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan
10
yang diberikan Tuhan kepada manusia. Anak juga merupakan investasi bagi
bangsa, oleh karena di hari akhir nanti, doa dan kerja keras anak sholeh akan
terus mengalir. Semoga anak didik di berbagai lembaga sekolah, selamat dari
kekerasan dan menjadi generasi penerus yang berkualitas bagi bangsa, orang
tua, dan agama.
KASUS I
Kronologi
Pekan berikutnya pada 25 Juli 2022, murid baru itu masih masuk
sekolah, namun saat upacara dia pingsan. Orang tuanya tidak diberi tahu.
Yuliani menyebut Sarang Lidi sudah dipertemukan dengan sekolah dan dinas
untuk menjernihkan masalah itu. "Sekolah mengambing-hitamkan seolah ada
persoalan keluarga, padahal enggak," jelasnya. Akibat peristiwa ini,
menurutnya, anak tersebut sangat trauma dan tidak mau sekolah di SMAN 1
Banguntapan lagi. Sarang Lidi kemudian mengadu kepada ORI DIY. Kasus
ini juga ditangani KPAI. "Pelan-pelan kami memperbaiki mental anak
tersebut, paling tidak dapat sekolah [baru] dulu. Dia sangat depresi, dia
15
dipakaikan jilbab oleh guru BP, jadi ada pemaksaan," ujar dia. Kepala ORI
DIY, Budhi Masturi, mengatakan lembaganya sudah meminta penjelasan dari
kepala sekolah mengenai peristiwa tersebut. Namun, kepada awak media,
Kepala SMAN 1 Banguntapan Agung Istianto menolak memberikan komentar
terkait dugaan pemaksaan ini. Dia Langsung masuk mobil dan pergi
meninggalkan ORI DIY tanpa keterangan apa pun.
Putri saya adalah anak yang jadi perhatian media di sekolah di SMAN1
Banguntatapan, Bantul. Bagi kami orang tuanya, dia bukan anak yang lemah
atau bermasalah. Dia terbiasa dengan tekanan. Saya dan ayahnya bercerai
namun kami tetap bersama mengasuh anak kami. Dia atlet sepatu roda. Dia
diterima di SMAN1 Banguntapan 1 sesuai prosedur.
Pada Selasa, 26 Juli 2022, anak saya menelepon, tanpa suara, hanya
terdengar tangisan. Setelahnya baru terbaca WhatsApp, “Mama ak mau
pulang, ak ga mau dsni.”
16
Ibu mana yang tidak sedih baca pesan begitu? Ayahnya memberitahu, dari
informasi guru, bahwa anak kami sudah satu jam lebih berada di kamar
mandi sekolah.
Saya segera jemput anak saya di sekolah. Saya menemukan anak saya
di unit kesehatan sekolah dalam kondisi lemas. Dia hanya memeluk saya,
tanpa berkata satu patah kata pun. Hanya air mata yang mewakili
perasaannya.
Kini anak saya trauma, harus mendapat bantuan psikolog. Saya ingin sekolah
SMAN 1 Banguntapan, Pemerintah Yogyakarta, serta Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, bertanggung jawab. Kembalikan anak saya
seperti sediakala.
Beberapa guru menuduh putri saya punya masalah keluarga. Ini bukan
masalah keluarga. Banyak orang punya tantangan masing-masing. Guru-
guru yang merundung, mengancam anak saya, saya ingin bertanya, “Punya
masalah apa Anda di keluarga sampai anak saya jadi sasaran? Bersediakah
bila kalian saya tanya balik seperti ini?”
17
Terjadi Perundungan
Saat siswa itu datang ke ruangan, guru BK, kata Agung dengan nada guyon
menanyakan siswa itu pernah tidak memakai jilbab. Lalu guru BK tersebut
mencontohkan pemakaian jilbab. “Sekolah tidak pernah memaksa. Kalau
menyarankan iya sebagai sesama Muslim,” kata dia.
KASUS II
kondisi psikologis anak supaya kembali normal seperti sebelum kejadian itu
terjadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekerasan merupakan hal yang sering terjadi dan tidak bisa dipungkiri.
Kekerasan dapat dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja tanpa tahu kapan
kekerasan itu akan terjadi. Kekerasan juga sering terjadi di lembaga pendidikan
seperti sekolah. Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan guru kepada anak
didiknya ada yang berupa fisik maupun secara psikis. Banyaknya kasus-kasus dan
fenomena kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada anak didik di sekolah perlu
dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai latar belakang terjadinya kekerasan
tersebut banyak sekali aspek yang melatar belakangi terjadinya kekerasan mulai
dari aspek gurunya sendiri, aspek dari anak didiknya itu sendiri, kemudian
kebijakan pendidikan dari pemerintahan yang berlaku, bahkan lingkungan
masyarakat yang ada di sekitar sekolah, serta faktor-faktor lain yang melatar
belakangi terjadinya kekerasan di sekolah.
22
26
B. Saran
C. Kekerasan
merupakan hal
yang sering
terjadi dan tidak
D. bisa dipungkiri.
Kekerasan dapat
dilakukan oleh
siapa
E. saja dan dimana
saja tanpa tahu
kapan kekerasan itu
akan
F. terjadi.
Kekerasan juga
sering terjadi di
lembaga
G. pendidikan,
seperti sekolah. Di
27
L. kekerasan yang
dilakukan guru
kepada siswa di
sekolah
M. perlu dilakukan
pengkajian lebih
lanjut mengenai
latar
N. belakang
terjadinya
kekerasan tersebut.
Banyak sekali
O. aspek yang
melatar belakangi
terjadinya
kekerasan, mulai
P. dari aspek
siswanya sendiri,
29
menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bangsa, status hukum
anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik atau mental.
2. Upaya penanggulangan kekerasan terhadap anak di sekolah menjadi kewajiban
pendidik, pemerintah, yang di dukung oleh keluarga dan paguyuban wali murid.
Kasus yang kami ambil melibatkan pendidik yang nyatanya belum memberikan
contoh serta perlindungan kepada anak didiknya, sehingga perlu adanya badan
organisasi yang menaungi kekerasan anak di masing-masing sekolah. Badan
tersebut menjadikan pelopor dan memunculkan kesadaran pendidik bahwa anak
memiliki hak penuh untuk diperlakukan dengan sebaik-baiknya. Anak harus
mendapatkan bimbingan, dan perlindungan yang baik, sehingga anak
bisa tumbuh dan berkembang dengan baik serta jauh dari berbagai tindak
kekerasan psikis ataupun fisik. Kita sadari bahwa kekerasan telah
menghancurkan masa depan anak.
DAFTAR PUSTAKA
guru-gay-tanjungpinang-dilimpahkan-polisi-ke-jaksa.html
https://doi.org/10.33086/cej.v1i2.1368
Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 8.
Ilahi. (2022). Anak Drop Out Akibat Hijab di Yogyakarta, KPAI Soroti Prinsip
drop-out-akibat-hijab-di-yogyakarta-kpai-soroti-prinsip-inklusi-pendidikan/
Muis, T., Syafiq, M., & Savira, S. I. (2011). Bentuk, Penyebab, Dan Dampak Dari
74
Pramono, W., Hanandini, D., Elfitra, & Anggraini, N. (2016). Bahan Ajar Masalah
Mkb 7056).
https://doi.org/10.30738/.v6i1.6599
Senja. (2020). The Important Of Sex Education For Kids (1 ed.). Brilliant.
https://doi.org/10.24260/at-turats.v3i1.252
tahun-2003
Zakiyah, E. Z., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi