Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA TN.

“S’’
DENGAN MASALAH UTAMA BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERUS PADA
BY. NY. ‘’L” DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO
KABUPATEN MALANG

DOSEN PEMBIMBING :
SITI ASIYAH SSiT, M.Kes

Oleh :

EKA PRASETYOWATI
NIM 201904047

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI


PRODI DIV BIDAN PENDIDIK PEMINATAN KOMUNITAS
Jl. Soekarno Hatta Kotak Pos 153 Telp./Fax (0354) 392307 Pare Kediri
Website : www.stikes-khkediri.ac.id
JULI 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan kebidanan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan

(PKL) mulai tanggal 17 Juli 2020 sampai dengan 31 Juli 2020 oleh mahasiswi Prodi D-IV

Kebidanan Komunitas STIKES Karya Husada Kediri

Nama : Eka Prasetyowati

Nim : 201904047

Judul : Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Tn. “S’’ Dengan Masalah Utama Bayi

Baru Lahir Dengan Ikterus Pada By. Ny. ‘’L” Desa Poncokusumo Kecamatan

Poncokusumo Kabupaten Malang.

Oleh Mahasiswa

( Eka Prasetyowati )

Mengetahui dan menyetujui,

Pembimbing Akademik Mahasiswa

(Siti Asiyah SSiT, M.Kes ) (Eka Prasetyowati)


NIM : 201904047
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulliah, kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan “Asuhan
Kebidanan Pada Keluarga Tn. “S’’ Dengan Masalah Utama Bayi Baru Lahir Dengan Ikterus
Pada By. Ny. ‘’L” Desa Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.”
Penulis menyadari bahwa keberhasilan menyusun laporan ini tidak lepas dari
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang diberikan kepada penulis Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Siti Asiyah SSiT, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Pendidikan yang telah
membimbing dalam mernyusun laporan ini.
2. Orang tua yang tidak lepas untuk memberikan dukungan kepada saya.
3. Serta teman – teman yang telah membantu terselesainya laporan ini.
Penulis menyadari walaupun sudah berusaha dengan maksimal mungkin.
Mencurahkan fikiran kami dalam pembuatan laporamn ini, penulis sadar bahwa laporan yang
dibuat ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi bahasa maupun
tulisan. Untuk itu kritik dan saran yang bermanfaat guna perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini sangat penulis harapkan.

Malang, 13 Agustus 2020

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III TINJAUAN KASUS
1.1 Pengkajian
1.2 Diagnosa Kebidanan
1.3 Penentuan Prioritas
1.4 Implementasi
1.5 Evaluasi Kunjungan Ulang
LAMPIRAN

LAMPIRAN
Lampiran 1 : Format Pengkajian
Lampiran 2 : Lembar Permintaan menjadi Responden
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 4 : Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 5 : Leaflet
Lampiran 6 : Dokumentasi

BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Asuhan kebidanan baru lahir adalah satu pelayanan kesehatan utama yang

diperkirakan dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Selain itu diadakannya

sistem rujukan yang selektif yang dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir.

Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Kejadian

ikterus pada bayi baru lahir menurut beberapa penulis berkisar antara 5% pada bayi cukup

bulan dan 75% pada bayi kurang bulan.

Ikterus pada bayi bisa terjadi karena fisiologis dan patologis, umumnya bayi baru

lahir mengalami icterus pada hari-hari pertama kelahiran karena bayi belum dapat menyusu

secara adekuat, namun perlahan icterus akan mulai menghilang. Bayi yang lahir dengan berat

badan lahir rendah cenderung mengalami icterus karena tidak dapat menyusu secara adekuat,

ditambah jika ASI ibu belum keluar. Volume ASI ibu banyak dipengaruhi oleh factor nutrisi,

sehingga kualitas dan kuantitas ASI dapat dipengaruhi baik dari segi fisik ibu maupun segi

psikologis ibu (Heryani, 2012 ).

Pada pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2020 di Desa

Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang khususnya pada Rt 01 Rw 09

ditemukan Bayi Baru Lahir usia 12 hari yang mengalami Ikterus. Berdasarkan hal tersebut

maka penulis tertarik untuk membuat judul “Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga

Tn. “Z” dengan Ny “I” yang mengalami Ikterus Fisiologis”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Dengan adanya asuhan kebidanan ini diharapkan keluarga dapat mengerti dan

memahami pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir yang mengalami

Ikterus.

1.2.2 Tujuan Khusus

Di harapkan penulisan mampu :

a. Melakukan pengkajian data pada keluarga

b. Melaukan interpretasi data dasar

c. Melakukan perumusan masalah

d. Menyusun prioritas masalah

e. Melakukan perencanaan dan tindakan

1.2.3. Bagi penulis

Sebagai pengalaman langsung dan .bahan evaluasi dalam pelaksanaan dalam

pelaksanaan asuhan kebidanan komunitas di dalam praktek kerja lapangan yang

telah di dapat di perkuliahan.

1.2.4. Bagi Institusi

Dapat di gunakan sebagai bahan referensi yang dapat digunakan dalam

pembelajaran serta penambahan pengetahuan bagi mahasiswa.

1.2.5. Bagi klien

Menambah pengetahuan tentang prawatan Bayi Ikterus.

1.2.6.Bagi lahan praktek di masyarakat

Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk mengetahui masalah

kesehatan yang ada pada masyarakat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluaraga

Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup

bersama sebagai suatu kesatuan atau unit masyarakat yang terkecil, tetapi tidak

selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan-ikatan lain, mereka

hidup bersama dalam satu rumah (tempat tinggal), biasanya dibawah asuhan

seorang kepala rumah tangga dan makan dari satu periuk (DepkesRI, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan

saling ketergantungan (Depkes RI, 2013).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pemangkatan dan mereka hidup

dalam suatu rumah tangga dan berinteraksi satu sama lain dan didalam

peranannya masing-masing dan menciptakan serta memperhatikan suatu

kebudayaan (Salvician dan Maglaya, 2010).

Dari ketiga batasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga itu

adalah:

1. Unit terkecil masyarakat

2. Terdiri dari dua orang atau lebih

3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah

4. Hidup dalam suatu rumah tangga

5. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga

6. Berinteraksi satu sama lain

7. Setiap anggota keluarga menjalankan peranannya masing-masing

8. Menciptakan dan mempertahankan


2.1.2 Struktur Keluarga

Struktur keluarga ada bermacam-macam diantaranya adalah:

1. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah  yang terdiri dari sanak saudara dalam

beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ayah.

2. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.

5. Keluarga Kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

karena adanya hubungan dengan suami dan istri.

2.1.3 Bentuk Keluarga

1. Keluarga Inti (Nuclear Family)

Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

2. Keluarga Besar (Extended Family)

Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.


3. Keluarga Berantai (Serial Family)

Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih

dari satu kali dan merupakan inti.

4. Keluarga Duda/ Janda (Single Family)

Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

5. Keluarga Berkomposisi (Composite)

Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara

bersama-sama.

6. Keluarga Kabitas (Cohabitation)

Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk

suatu keluarga.

Tipe keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga

besar (extended family), karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari

berbagai suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat yang

sangat kuat.

2.1.4 Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga

1. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga

adalah pihak ayah.

2. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga

adalah pihak ibu.

3. Equalilitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah

dan ib

2.1.5 Peranan Keluarga


Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dalam keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Peranan Ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidikan, pelindung dan pemberi rasa aman

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2. Peranan Ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga sebagai salah satu kelompok peranan

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, sebagai

pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung serta sebagai pencari

nafkah tambahan dalam keluarganya.

3. Peranan Anak

Anak-anak melaksanakan peranan spikososial sesuai dengan tingkat

perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.1.6 Fungsi Keluarga


Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan oleh keluarga:

1. Fungsi Biologis

a. Untuk meneruskan keturunan

b. Memelihara dan membenarkan anak

c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi Psikologis

a. Memberi kasih sayang dan rasa aman

b. Memberi perhatian diantara anggota keluarga

c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d. Memberi identitas keluarga

3. Fungsi Sosial

a. Membina sosialisasi pada anak

b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan

tingkatperkembangan anak

c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi Ekonomi

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

b. Pengaturan pengguna penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhankeluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga

dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak,

jaminan hari tua dan sebagainya

5. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

keterampilan, dan membentuk periaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimilikinya

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang dalam memenuhi perananya sebagai orang dewasa

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya

2.1.7 Ciri-Ciri Keluarga

1. Diikat dalam suatu tali perkawinan

2. Ada hubungan darah

3. Ada ikatan batin

4. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya

5. Ada pengambil keputusan

6. Kerjasama diantara anggota keluarga

7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga

8. Tinggal dalam suatu rumah

2.1.8 Ciri-Ciri Keluarga Indonesia

1. Suami sebagai pengambilan keputusan

2. Suatu kesatuan yang utuh

3. Berbentuk monogram

4. Bertanggung jawab

5. Pengambilan keputusan

2.2 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Normal


2.2.1 Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi berat badan 2500 gram sampai

dengan masa kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu. Bayi baru lahir

dengan 0-7 hari disebut dengan neonatal sedangkan 0-28 hari disebut dengan

neonatal lanjut.

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28

hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai

dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari.

Neonatus lanjut adalahbayi berusia 7-28 hari(Muslihatun, 2010).

2.2.2 Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir Normal

Walaupun sebagian besar persalinan berfokus pada ibu, tetapi karena

proses tersebut merupakan pengeluaran hasil kehamilan maka penatalaksanaan

persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang

dilahirkan juga dalam kondisi yang optimal.

Beberapa tujuan asuhan bayi baru lahir antara lain :

a. Mengetahui sedini mungkin kelahiran pada bayi.

b. Menghindari risiko terbesar kematian BBL, terjadi pada 24 jam pertama

kehidupan.

c. Mengetahui aktivitas bayi normal/tidak dan identifikasi masalah kesehatan

BBL yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta

tindak lanjut petugas kesehatan.

2.4.3 Lingkungan Adaptasi Bayi Baru Lahir


Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian neonatus dai

kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari

kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus

kehidupan didalam uterus ke kehidupan di luar uterus disebut dengan

hemostasis.

Perubahan-perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran adalah:

a. Perubahan Metabolisme Karbohidrat

Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula tali pusat akan menurun, energi

tmabahan yang diperlukan neonatus ada jam pertama sesudah lahir diambil

dari hasil metabolosme asam lemak sehingga kadar gula darah mencapai 120

mg/100. Bila ada gangguan metabolisme akan lemah. Sehingga tidak dapat

memenuhi kebutuhan neonatus maka kemungkinan neonatus akan mederita

hipoglikemia.

b. Perubahan Suhu Tubuh

Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang lebih rendah

dari suhu yang ada di rahim.Apabila bayi dibiarkan disuhu ruangan, bayi

akan mengalami kehilangan suhu melalui konveksi.Evaporasi sebanyak 200

kal/kg/BB/menit. Sedangkan produksi yang dihasilkan tubuh bayi hanya

1/100 nya, keadaan ini menyebabkan penurunan suhu bayi sebanyak 20C

dalam waktu 15 menit. Akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan

meningkat dan kebutuhan O2 pun meningkat.

c. Perubahan pernapasan

Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas melalui

plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi.

Rangsangan gas melalui paru-paru untuk gerakan pernapasan pertama.

Adapun awal terjadinya napas:


1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan di luar

rahim yang merangsang pusat pernapasan otak.

2) Tekanan terhadap rongga dada, yang etrjadi karena kompresi paru selama

persalinan, merangsang masuknya udara ke dalam paru secara mekanis.

d. Perubahan Peredaran Darah

Bayi baru lahir setelah terjadi kelahiran harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melaluitubuh guna

mengantarkan oksigen ke jaringan. Te sirkulasi yang baik pada bayrjadi dua

perubahan besar yang membuat sirkulasi yang baik pada baru lahir diluar

rahim :

1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.

Perubahan siklus ini terjadi akibat perubahan teanaa di seluruh sistem

pembulh tubuh. Oksigenasi menyebabkan sistem pembuluh mengubah

tekanan dengan cara mengurangi atu eningkatkan resistnsinya, sehingga

mengubah aliran darah. Ada duakanan dalam sist peristiwa yang mengubah

tekanan dalam sistem pembuluh darah yaitu:

a) Pada saat tali pusat di potong, resistensi pembuluh sistemik dan tekanan

atrium kanan menurun.

b) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan

meningkatkan tekanan atrium kanan.

e. Perubahan neurologik

Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang

sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,

pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan

tremor pada ekstremitas. Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi


tumbuh, perilaku yang lebih kompleks. Reflek bayi baru lahir merupakan

indikator penting perkembangan normal. (Sondakh, 2013).

f. Perubahan yang lain

Alat-alat pencernaan, hati, ginjal, dan alat-alat lain mulai

berfungsi.Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

1) Penilaian

Nilai kondisi bayi :

a) Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan?

b) Apakah bayi bergerak dengan bebas/lemas?

c) Apakah kulit bayi merah muda, pucat/ biru?

Ketiga hal tersebut dilakukan secara cepat dan tepat guna melanjutkan

pemberian asuhan bayi baru lahir selanjutnya, meliputi membersihkan jalan

nafas dan penghisapan lendir

Tanda-tanda bayi lahir sehat menurut Buku Panduan Kesehatan BBL

Kemenkes RI adalah :

a) Berat badan bayi 2500-4000 gram

b) Umur kehamilan 37-40 mg

c) Bayi segera menangis

d) Bergerak aktif, kulit kemerahan

e) Mengisap ASI dengan baik

f) Tidak ada cacat bawaan

2) Pencegahan infeksi

3) Pencegahan kehilangan panas

Bayi baru lahir dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan

dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah.

Cara mencegah kehilangan panas yaitu:


a) Keringkan bayi secara seksama

b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering, dan hangat

c) Tutup bagian kepala bayi

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

4) Perawatan tali pusat

Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat.

5) Inisiasi menyusu dini

Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi

lahir. Jika mungin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk

menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem dan dipotong

berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.

6) Pencegahan infeksi pada mata

Pencegahan onfeksi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir antara lain

dengan :

a. Memberikan obat tetes mata/salep

Diberikan 1 jam pertama bayi lahir yaitu tetrasiklin 1%

b. Pemberian imunisasi awal

7) Pemberian imunisasi awal

Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan

imunisasi Hepatitis (HB0) harus dilakukan. Pemberian layanan kesehatan

tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir,

dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan/ perawat.

Semua BBL harus diberikan penyuntikan vitamin K1 1 mg IM di paha

kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat
dialamai sebagian BBL. Salep mata diberikan untuk pencegahan infeksi

mata. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di pha kanan setelah

penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan hepatitis

B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.

2.4.1 Penanganan Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir mempunyai penanganan tersendiri. Adapun penanganan BBL sebagai

berikut:

a. Penilaian

Nilai kondisi bayi :

d) Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan?

e) Apakah bayi bergerak dengan bebas/lemas?

f) Apakah kulit bayi merah muda, pucat/ biru?

Ketiga hal tersebut dilakukan secara cepat dan tepat guna melanjutkan pemberian asuhan

bayi baru lahir selanjutnya, meliputi membersihkan jalan nafas dan penghisapan lendir

b. Pencegahan infeksi

1. Pencegahan kehilangan panas

Bayi baru lahir dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan

cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Cara mencegah

kehilangan panas yaitu:

g) Keringkan bayi secara seksama

h) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering, dan hangat.

i) Tutup bagian kepala bayi.

j) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

k) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

l) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.


2. Perawatan tali pusat

Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat.

3. Inisiasi menyusu dini

Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Jika

mungin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera

setelah tali pusat diklem dan dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan

bayinya.

4. Pencegahan infeksi pada mata

Pencegahan infeksi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir antara lain dengan

memberika obat tetes mata/salep, hal tersebut diberikan 1 jam pertama bayi lahir.

5. Pemberian imunisasi awal

Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan imunisasi Hepatitis

(HB0) harus dilakukan. Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada

periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin

oleh dokter, bidan/ perawat. Semua BBL harus diberikan penyuntikan vitamin K1 1 mg

IM di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang

dapat dialamai sebagian BBL. Salep mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata.

Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di pha kanan setelah penyuntikan vitamin K1

yang bertujuan untuk mencegah penularan hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang

dapat menimbulkan kerusakan hati.

.(Sondakh, 2013).

2.4.5 Kunjungan Ulang

Menurut Kemenkes RI (2013), terdapat minimal tiga kali kunjungan ulang bayi baru lahir

yaitu:

1. Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1).


2. Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2).

3. Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3).

1.4.1 Pencegahan Infeksi

Pada bayi baru lahir terjadi infeksi yang besar, ini disebabkan karena bayi belum

memiliki kemampuan yang sempurna. Maka perlindungan dari orang lain disekitarnya

sangat diperlukan. Usaha yang dapat dilakukan meliputi peningkatan upaya hyigene

yang maksimal agar terhindarkan dari kemungkinan terkena infeksi. Bayi baru lahir

beresiko tinggi terinfeksi apabila ditemukan: ibu menderita eklampsia, diabetes

milletus, ibu mempunyai penyakit bawaan, kemngkinan bayi terkena infeksi yang

berkaitan erat dengan:

a. Riwayat kelahiran: persalinan lama, persalinan dengan tindakan (ekstraksi

cunam/vacum, SC), ketuban pecah dini, air ketuban hijau kental.

b. Riwayat bayi baru lahir: trauma lahir, lahir kurang bulan, bayi kurang mendapat

cairan dan kalori, hipotermia pada bayi.

2.4.1 Bounding Attachment

Bounding aattachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan

keterikatan batin antara orang tua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana hasil dari

interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai

memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.

Caranya untuk melakukan bounding adalah inisiani dini, pemberian ASI Eklusif,

Rawat gabung, Kontak mata, Suara, Aroma, Entrainment. Bioritme (Rukiyah, 2012).

2.4.2 Reflek pada Bayi Baru Lahir

a. Refleks Glabella
Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-pelan dengan menggunakan jari telunjuk

pada saat mata terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada 4 sampai 5 ketukan

pertama

b. Refleks hisap

Benda menyentuh bibir disertai refleks menelan . tekanan pada mulut bayi pada langit

bagian dalam gusi atas timbul isapan yang kuat dan cepat. Dilihat pada waktu bayi

menyusu

c. Reflek mencari (rooting)

Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi. Misalnya mengusap pipi bayi

dengan lembut, bayi menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan membuka mulutnya

d. Refleks genggam (palmar grasp)

Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan gentle, normlanya bayi

akan menggenggam dengan kuat. Jika telapak tangan bayi ditekan: bayi mengepalkan

tinjunya.

e. Refleks babinski

Gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores sisi lateral telapak kaki ke arah atas

kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki. Bayi akan menunjukkan respon

berupa semua jari kaki hyperekstensi dengan ibu jari dorsifleksi.

f. Refleks moro

Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan atau

dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.

g. Refleks tonik leher atau “fencing”

Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas

yang berlawanan akan fleksi apabila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi

istirahat. Respons ini dapat tidak ada atau tidak lengkap segera setalah lahir.

h. Refleks ekstrusi
Bayi baru lahir menjulurkan lidah ke luar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau

puting.

i. Refleks melangkah

Bayi menggerak-gerakkan tungkainya dalam suatu gerakan berjalan atau melangkah

jika diberikan dengan cara memegang lengannya sedangkan kakinya dibiarkan

menyentuh permukaan yang rata dan keras.

j. Refeleks merangkak

Bayi akan berusaha merangkak ke depan dengan kedua tangan dan kaki bila

diletakkan telungkup pada permukaan datar (Marmi dkk, 2015).

2.3 Konsep Ikterus


2.3.1 Pengertian Ikterus
Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa
oleh karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar
bilirubin dalam darah (sumber :)
a. Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir
b. Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir
yang terbagi menjadi ikterus fisiologi dan ikterus patologi
c. Kesimpulannya ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit
dan mukosa oleh karena keadaannya bilirubin pada jaringan tersebut akibat
peningkatan kadar bilirubin darah yang sering ditemukan pada BBL yang terbagi
ikterus fisiologis dan patalogis.

2.3.2 Batasan Ikterus


Ikterus terbagi menjadi :
a. Ikterus Fisiologi
Ikterus Fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari
ketiga yang mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan, atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada
akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari pertama.
Ikterus dikatakan Fisiologis bila :
1. Timbul pada hari kedua sampai ketiga.
2. Kadar bilirubin indirek sesudah 2 a 24 jam tidak melewati 15 mg % pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari.
4. Ikterus mengilang pada 10 hari pertama
5. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik (kern –
ikterus)
6. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
b. Ikterus Patologik
Ikterus Patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau
kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiper bilirubin emia. Dasar
patologik ini misalnya, jenis bilirubin, saat timbulnya dan menghilangnya ikterus
dan penyebabnya.
Ikterus dikatakan Patologis bila :
1. Timbul pada urnur kurang dari 36 jam
2. Cepat berkembang
3. Menghilang lebih dari dua minggu
4. Bisa disertai dengan animea
2.3.3 Etiologi
Etiologi ikterus pada neonatus dapat berdiri sendiri atau disebabkan oleh
beberapa faktor :
1. Produksi yang berlebihan
 Golongan darah Ibu - bayi tidak sesuai
 Hematoma, memar
 Spheratisosis kongental
2. Gangguan konjugasi hepar
 Enzim glukoronil tranferasi belum adekuat (prematur)
3. Gangguan transportasi
 Albumin rendah
 Ikatan kompetitif dengan albumin
 Kemampuan mengikat albumin rendah
4. Gangguan ekresi
 Obstruksi saluran empedu
 Obstruksi usus
 Obstruksi pre hepatik
2.3.4 Penilaian
Penilaian ikterus secara klinis
Penilaian dengan menggunakan rumus KRAMER
No Luas Ikterus Kadar bilirubin (mg%)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 1 dan badan bagian atas 9
3 Daerah 1,2 + badan bagian bawah 11
dan tungkai
4 Daerah 1,2,3 dan lengan dan kaki di 12
bawah dengkul
5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16

2.3.5 Kern – Ikterus


Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus, hipokampus, nukleus
merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV.
Tanda-tanda kliniknya adalah mata yang berputar, letargi, kejang, tak mau
menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dasn akhirnay opistotonus.
Pada umur yang lebih lanjut bila bayi hidup dapat terjadi spasme otot,
opistotonus, kejang, atetosis, yang disertai ketegangan otot. Ketulian pada nada tinggi
dapat ditemukan gangguan bicara dan retardasi mental.
2.3.6 Patofisiologi
a. Produksi bilirubin yang berlebihan, lebih dari kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya kadar
bilirubindalam darah, rnisalnya pada hemolisis yang meningkat pada
inkompabilitas darah, Rh, ABO, golongan darah lain, detisiensi G6PD,
pendarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh imatur hepar, kurangya substrat untuk konjugasi bilirubin
ganaguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glukoronil transferase (Criggler Najjer Syndrome).
Penyebab lainnya adalah defisiensi dalam hepar yang berperan penting
dalam uptake bilirubin ke sel-sel hepar.
c. Gangguan transportasi. Biliribin dalam darah terikat oleh albumin
kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat
dipengaruhi oleh obat-obatan (salisilat, sulfaturazole). Difisiensi albumin
menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam
darah yang mudah melakat ke sel otak.
d. Gangguan dalam eksresi
Gangguan ini dapat terjadi karena obstruksi dalam hepar atau di luar hepar,
kelainan diluar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain.
e. Untuk menurunkan kadar bilirubin indirek dalam serum sehingga tidak
terjadi kern ikterus maka dilakukan terapi sinar tetapi efek samping dari
terapi sinar secara langsung dapat menyebabkan hipertemia karena panas
lampu, atau hipertemia karena telanjang atau bahkan kulit terbakar karena
prinsip kerjanya membantu pemecahan bilirubin yang kemudian
dikeluarkan melalui urin/feces maka bayi bayi bisa mengalami dehidrasi.
f. Adanya letargi atau malas minum karena lemahnya reflek menghisap
ikterus menyebabkan asupan nutrisi berkurang sehingga pemenuhan nutrisi
berkurang.
g. Karena asupan nutrisi terlambat maka menyebabkan peristaltik usus
menurun, pasase makanan terlambat, sehingga feses lunak/coklat kehijauan
selama pengeluaran bilirubin, dan urine berwarna gelap pekat cami,ai hitam
Irarnlrlatan

BAB III

TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN

Hari / tanggal : Selasa, 10 Agustus 2020


Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Dusun Drigu Desa Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo

Kabupaten Malang.

A. Data Umum

1. Nama KK : Tn. Slamet

2. Alamat : Dusun.Drigu Desa Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo

Kabupaten Malang

3. Pekerjaan : Swasta

4. Pendidikan : SMP

5. Penghasilan : Rp.± 1000.000

6. Komposisi keluarga

No Nama L/ Umur Hubung Pendid Pekerja Status


P an ikan Kesehatan
dengan an
KK
1. Tn.Zainul L 25 Th Kepala SMP Swasta Baik
Keluarga

2. Ny. Ika P 20 Th Istri SMP Swasta Masa Nifas


ASI Lancar
Tidak ada
Keluhan
3. An. P 4 Hari Anak - - Ikterus
sabrina

Genogram : Ayah Ibu

Anak
kkk
7. Tipe Keluarga : keluarga inti

8. Tipe bangsa : Indonesia


9. Agama : Islam

10. Status sosial ekonomi keluarga :

Penghasilan keluarga yang utama, yaitu dari Tn. S sebesar ± Rp. 1.000.000/bln

sedangkan penghasilan tambahan ada. Pemanfaatan dana keluarga tiap bulan

digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Pengelolaan keuangan oleh bapak dan ibu.

11. Aktifitas Rekreasi Keluarga :

Keluarga melakukan rekreasi saat ada liburan seperti melihat TV bersama keluarga

atau ke taman di alun-alun.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Keluarga Tn “S” dengan seorang istri dengan nifas hari keempat, dan 1 anak, anak

pertama usia 4 hari .

C. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik Rumah :

Rumah

a. Luas : 10 m² x 15 m²

b. Jenis rumah : Rumah sendiri


c. Dinding : Tembok

d. Atap : Genteng

e. Lantai : Plester

f. Cahaya : Terang

g. Ventilasi : Cukup

h. Jendela : Ada (3)

i. Kebersihan : bersih

j. Jumlah ruangan : 5 ruangan

2. Denah Rumah :
4 5
Ket :
1. Ruang tamu 2
1
2. Ruang tidur 1
3. Ruang tidur 2
4. Kamar Mandi 3
5. Dapur

3. Mobilitas geografis keluarga : Baik

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga dengan masyarakat : Baik

5. Air minum

Asal : PDAM

Nilai air : bersih

Konsumsi air : memasak,mencuci,minum dan mandi

6. Pembuangan sampah : ada pembuangan


Keadaan : bersih

7. Pekarangan dan selokan

Pekarangan : mempunyai perkarangan

Kebersihan : bersih

Air limbah : dibuang di selokan,tertutup

8. Kandang Ternak

Terdapat kandang ayam

9. Jamban dan kamar mandi

Keluarga mempunyai jamban sendiri, kamar mandi bersih

D. Sistem Pendukung Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga : keluarga saling berkomunikasi satu sama lain dan

komunikasi terjalin dengan baik, bahasa sehari hari yang digunakan setiap hari bahasa

jawa.

2. Struktur kekuatan keluarga : keluarga

3. Struktur peran :

a. Peranan Ayah

Sebagai suami, ayah, pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai

masyarakat dari lingkungannya

b. Peranan ibu

Sebagai istri dan ibu dari anaknya, ibu bekerja dan mengurus rumah tangga, sebagai

pengasuh pendidik anaknya, pelindung, sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

c. Peranan anak
Anak masih belum bisa melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangan baik fisik maupun non fisik

d. Nilai atau Norma keluarga ( yang berhubungan dengan kesehatan )

Ibu selalu berusaha memberi makan yang bergizi untuk keluarganya.

E. Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif : Tn.”S” sering menegur istrinya jika diperingatkan tidak mau

melaksanakan dan saling menghormati

2. Fungsi social : keluarga mengajarkan agar berperilaku yang baik dengan tetangga dan

lingkungan sekitar, hidup berdampingan dan merasa tentram.

3. Fungsi keperawatan kesehatan : jika sakit mencari alternatif pengobatan lain

4. Fungsi reproduksi : ibu masih belum memakai KB

5. Fungsi ekonomi : penghasilan di dapatkan Tn.”S” dan Ny. L hasil bekerja sebagai

pekerja swasta.

F. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan

Keluarga dalam menghadapi masalah biasanya membicarakan dengan anggota keluarga

yang lain dan saling meminta pendapat.

Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Bila ada anggota keluarga yang sakit biasanya periksa di bidan.


G. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan

Agar ibu dianjurkan untuk melakukan perawatan payudara agar tidak terjadi komplikasi

seperti bendungan ASI dan dll.

1. DIAGNOSA KEBIDANAN
A. Analisa Data
DATA PENYEBAB MASALAH
1. Ds : Ibu mengatakan Bayi kurang menyusu, Bayi baru lahir dengan
kulit bayinya berwarna
kurang berjemur ikterus
kuning dan bayi kurang
menyusu

Do : kulit bayi tampak


berwarna kuning.

B. Perumusan Diagnosa
Dari hasil analisis data di atas maka ada satu permasalahan yang timbul dalam

keluarga Tn. S yaitu :

1. By. Ny “L” : Bayi Baru Lahir dengan ikterus

1. Penentuan prioritas
Diagnosa : Bayi ikterus
No Kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
Ancaman kesehatan karena anak
kekurangan meminum ASI
1. Sifat masalah 2/3 x 1 2/3
dikarenakan malas menyusu

Sarana untuk mengatasi masalah


Kemungkinan bayi ikterus
2.
masalah dapat
diatasi ½x2 1

Memberitahu ibu untuk


Potensial masalah menyusui anaknya demand / 2
3.
untuk dicegah jam sekali, menjemur bayi
3/3 x1 1
Keluarga (ibu) menyadari
Menonjol
masalah tetapi belum segera di
4. masalah 2/2 x 1 1
berikan.

TOTAL 3 2/3

2. Perencanaan tindakan
1. Diagnosa :
Tujuan & Kriteria Rencana tindakan

Warna Bayi sudah mulai kembali 1. Menganjurkan ibu untuk


normal mengkonsumsi asupan nutrisi
yang cukup untuk kualitas dan
kuantitas ASI, sehingga bayi
mendapat ASI yang cukup.
2. Mengajari ibu perawatan bayi
yang ikterus dirumah seperti :
menjemur bayi, karena sinar
matahari dan udara segar sangat
Kriteria : bayi normal penting untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan kesehatan. Bayi
sejak berumur beberapa hari
sebaiknya setiap pagi dibawa
keluar untuk mendapatkan sinar
matahari dan hawa sejuk.
a. Jemurlah bayi pada pagi antara
pukul 07 – 8 selama 15-30
menit dengan posisi terlentang
dan tengkurap 2. Jemur saat
sebelum mandi
b. Bukalah baju bayi dan
pakaikan popok yang minim
c. Hindarkan mata dari sinar
matahari langsung
d. ganti posisi setiap 15 menit

3. Implementasi
Tanggal & Diagnosa Implementasi Evaluasi respon
waktu
Bayi Baru 1. Menganjurkan ibu untuk Ibu sudah mengerti
18 Agustus lahir mengkonsumsi asupan dengan semua
2020 dengan nutrisi yang cukup untuk penjelasan yang
ikterus kualitas dan kuantitas ASI, telah diberikan dan
sehingga bayi mendapat ibu bersedia untuk
ASI yang cukup. melakukannya
2. Mengajari ibu perawatan
bayi yang ikterus dirumah
seperti : menjemur bayi,
karena sinar matahari dan
udara segar sangat penting
untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan kesehatan.
Bayi sejak berumur
beberapa hari sebaiknya
setiap pagi dibawa keluar
untuk mendapatkan sinar
matahari dan hawa sejuk.
e. Jemurlah bayi pada
pagi antara pukul 07 –
8 selama 15-30 menit
dengan posisi
terlentang dan
tengkurap 2. Jemur
saat sebelum mandi
f. Bukalah baju bayi dan
pakaikan popok yang
minim
g. Hindarkan mata dari
sinar matahari
langsung
h. ganti posisi setiap 15
menit

4. Evaluasi / kunjungan ulang


Tanggal Diagnosa Evaluasi Tindak lanjut
dan waktu
Bayi Baru Setelah bayi menyusui * Menganjurkan ibu
18 Agustus Lahir dengan adekuat dan untuk memberikan asi
2020 dengan diajarkan langkah- pada bayi secara teratur
Ikterus langkah menjemur bayi dengan selang waktu 2-3
ibu mengatakan kulit jam atau dengan cara on
bayi sudah kembali demand di kedua
normal payudaranya secara
bergantian
* Menganjurkan ibu
untuk Mengajari ibu
perawatan bayi yang
ikterus dirumah seperti :
menjemur bayi, karena
sinar matahari dan udara
segar sangat penting
untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan kesehatan.
Bayi sejak berumur
beberapa hari sebaiknya
setiap pagi dibawa keluar
untuk mendapatkan sinar
matahari dan hawa sejuk.
.

LAMPIRAN 1

FORMULIR POST NATAL

1. PENGKAJIAN
1.1 DATA SUBJEKTIF
Anamnesa dilakukan oleh : Indah Saputri Di : Rumah Responden
Pada tanggal : 15 Agustus 2020 pukul : 09.00 wib
1.1.1 IDENTITAS KLIEN No. Register : -
Nama Klien : Ny Ika Nama Suami : Tn Zainul
Umur : 25 Tahun Umur : 29 Tahun
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : Rp.± 1000.000 PenghasilanRp: ± 1000.000
Alamat : Drigu 01/09 Alamat : Drigu 01/09

1.1.2 Keluhan utama


Ibu mengatakan tubuh bayinya berwarna kuning
1.1.3 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Kehamilan Persalinan Nifas Anak
Suami K Ke
No. Umur Penyu peno jenis Temp peny peny L/ BB/ menyus H/
ke B t
l l ul ul P PB ui M
1 Perta 39-40 Tidak bida Pere BPM Tidak Tida P 2900 Tidak H Be
ma mgg ada n mpua ada k ada gr/48 lancar lu
n cm m

1.1.4 Latar belakang budaya dan dukungan keluarga


- Kebiasaan/upacara adat istiadat saat hamil : acara 7 bulanan
- Pantangan saat sesudah melahirkan/ masa menyusui: tidak ada pantangan
- Kebiasaan keluarga yang menghambat : tidak ada
- Kebiasaan keluarga yang menunjang : tidak ada
- Dukungan dari suami : suami sangat mendukung
- Dukungan dari keluarga yang lain : keluarga sangat mendukung

1.1.5 Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Selama hamil : 3 kali/sehari; menu: nasi, sayur dan lauk
Sesudah melahirkan : 4 kali/sehari; menu: nasi, sayur dan lauk
Masalah yang dirasakan : tidak ada

b. Pola Eliminasi
Selama hamil BAK: 7-8x/hari; warna : kuning jernih,
keluhan : tidak ada
BAB : 2kali/hari, karakteristik : lembek
Sesudah melahirkan BAK : 7-8x/hari; warna : kuning jernih,
keluhan : tidak ada
BAB : 2kali/hari, karakteristik : lembek
Masalah yang dirasakan : tidak ada
c. Pola istirahat tidur
Selama hamil : Ibu tidur siang 2 jam, tidur malam 7 jam
Sesudah melahirkan : Ibu tidur siang 3 jam, tidur malam 7 jam
Masalah yang dirasakan : ASI tidak lancar
d. Pola Aktivitas
Selama hamil : ibu mengerjakan rumah secara ringan
Sesudah melahirkan : ibu hanya mengurus bayinya saja
Masalah yang dirasakan : ASI tidak lancar
e. Perilaku Kesehatan
Penggunaan obat/jamu/rokok, dll selama hamil: ibu tidak minum
jamu/merokok
Penggunaan obat/jamu/rokok, dll sesudah melahirkan: ibu tidak minum
jamu/merokok

1.1.6 Sistem Psikososial


a. Fase taking in
Ibu mengatakan ibu dan suami merasa bahagia dengan kelahiran bayi

b. Fase taking hold


Ibu mengatakan keluarga sangat bahagia dengan kelahiran bayi

c. Fase letting go
Ibu mengatakan keluarga sangat membantu dalam proses persalinan
bayinya.

d. Fase post partum blues


Ibu tidak mengalami post partum blues dan ibu

1.2 DATA OBJEKTIF

a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum: Baik
Tanda-tanda Vital : Heart Rate : 134× / menit
Respiratory Rate : 38 × / menit
Temperature : 36.8 ° C
BB sekarang : 3000 gram
PB sekarang : 50 cm
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
Kulit : kulit kekuningan
Kepala : tidak ada benjolan abnormal, tidak ada caput
susedaneum, tidak ada cephal haematoma, rambut
tipis warna hitam
Mata : konjungtiva merah muda +/+, sklera putih +/+,
simetris
Telinga : simetris, tidak ada serumen berlebihan +/+, terdapat
lubang +/+
Hidung : tidak ada sekret berlebihan +/+, terdapat lubang
hidung
Mulut : tidak ada labioskisis, tidak ada labiopalatoskisis, bibir
merah
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Klavikula : tidak ada kelainan kongenital, tidak ada fraktur
Dada : simetris, tidak tampak retraksi dinding dada
Abdomen : bising usus (+), tidak teraba benjolan abnormal
Ekstermitas
- Ekstremitas Atas
Jari / bentuk : sindaktili -/-, polidaktili -/-
Gerakan : aktif -/-
Kelainan : tidak ada kelainan

- Ekstremitas Bawah
Jari / bentuk : sindaktili -/-, polidaktili -/-
Gerakan : aktif -/-
Kelainan : tidak ada kelainan
Punggung : tidak ada kelainan kongenital
Genetalia : terdapat labia mayora dan labia minora
Anus : terdapat lubang anus
c. Pemeriksaan Refleks
1. Moro : Positif
2. Rooting : Positif
3. Sucking : Positif
4. Grasping : Positif
5. Neck Righting : Tidak dilakukan pengkajian
6. Tonic Neck : Tidak dilakukan pengkajian
7. Startle : Positif
8. Babinski : Tidak dilakukan pengkajian
9. Merangkak : Tidak dilakukan pengkajian
10. Menari /Melangkah : Tidak dilakukan pengkajian
11. Ekstruasi : Tidak dilakukan pengkajian
12. Galant’s : Positif

2. DIAGNOSA

Bayi Baru Lahir usia 4 hari dengan bayi ikterus


3. RENCANA

1) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi asupan nutrisi yang cukup untuk kualitas dan
kuantitas ASI, sehingga bayi mendapat ASI yang cukup.
2) Mengajari ibu perawatan bayi yang ikterus dirumah seperti : menjemur bayi, karena
sinar matahari dan udara segar sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
kesehatan. Bayi sejak berumur beberapa hari sebaiknya setiap pagi dibawa keluar
untuk mendapatkan sinar matahari dan hawa sejuk.
a. Jemurlah bayi pada pagi antara pukul 07 – 8 selama 15-30 menit dengan posisi
terlentang dan tengkurap 2. Jemur saat sebelum mandi 
b. Bukalah baju bayi dan pakaikan popok yang minim 
c. Hindarkan mata dari sinar matahari langsung 
d. ganti posisi setiap 15 menit 

1. PELAKSANAAN

Tanggal/jam Kegiatan/Monitoring Paraf


1. Menanyakan keluhan ibu, ibu mengatakan
18 Agustus bayinya berwarna kekuningan
2. Mengobservasi keadaan bayinya
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi asupan
nutrisi yang cukup untuk kualitas dan kuantitas
ASI, sehingga bayi mendapat ASI yang cukup.
4. Mengajari ibu perawatan bayi yang ikterus
dirumah seperti : menjemur bayi, karena sinar
matahari dan udara segar sangat penting untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Bayi
sejak berumur beberapa hari sebaiknya setiap
pagi dibawa keluar untuk mendapatkan sinar
matahari dan hawa sejuk.
a. Jemurlah bayi pada pagi antara pukul 07 – 8
selama 15-30 menit dengan posisi
terlentang dan tengkurap 2. Jemur saat
sebelum mandi
b. Bukalah baju bayi dan pakaikan popok
yang minim
c. Hindarkan mata dari sinar matahari
langsung
d. ganti posisi setiap 15 menit
5. Melakukan pendokumentasian

2. EVALUASI (Tanggal : 27 juli 2020 Jam : 08.30 wib

Subjektif: pasien mengatakan tubuh bayinya berwarna kuning

Objektif:
1. anjurkan ibu untuk mengkonsumsi asupan nutrisi yang cukup untuk kualitas dan
kuantitas ASI, sehingga bayi mendapat ASI yang cukup.
2. ajari ibu perawatan bayi yang ikterus dirumah seperti : menjemur bayi, karena sinar
matahari dan udara segar sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
kesehatan. Bayi sejak berumur beberapa hari sebaiknya setiap pagi dibawa keluar
untuk mendapatkan sinar matahari dan hawa sejuk.
a. Jemurlah bayi pada pagi antara pukul 07 – 8 selama 15-30 menit dengan posisi
terlentang dan tengkurap 2. Jemur saat sebelum mandi 
b. Bukalah baju bayi dan pakaikan popok yang minim 
c. Hindarkan mata dari sinar matahari langsung 
d. ganti posisi setiap 15 menit 
Asasment: masalah teratasi

Planning: Intervensi dilanjutkan memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang ibu
menyusui, dan menjermur bayi

Mahasiswa
(Eka Prasetyowati)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN


Kepada :

Yth. Calon Responden

Di Ds. Poncokusumo Kec. Poncokusumo Kab. Malang

Dengan hormat,

Sebagai persyaratan Asuhan Kebidanan Keluarga DIV bidan pendidik

peminatan Komunitas Stikes Karya Husada Kediri, saya :

Peneliti : Eka Prasetyowati

NIM : 201904047

Akan melakukan Asuhan Tentang “Asuhan Kebidanan Keluarga Tn “ S “

pada By. Ny “L” pada Bayi Baru Lahir dengan Ikterus di Desa Poncokusumo

Kecamatan Poncokusumo Kab. Malang”

Untuk keperluan tersebut, saya berharap kesediaan ibu untuk menjadi

Responden dalam asuhan ini dan bersedia untuk diobservasi. Atas bantuan dan

partisipasinya saya sampaikan terima kasih

Malang, 18 Agustus 2020

Eka Prasetyowati

LAMPIRAN 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Judu : Asuhan Kebidanan pada Keluarga Tn.‘’S” Dengan Masalah Utama

l Bayi Baru Lahir usia 9 hari Dengan Ikterus Pada By. Ny. ‘’L” Desa

Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo Kab. Malang.

Peneliti : Eka Prasetyowati

NIM : 20104047

Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam melakukan asuhan

kebidanan. Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan ini dan saya

telah mengerti bahwa akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang

saya berikan. Apabila ada pernyataan yang diajukan menimbulkan

ketidaknyamanan bagi saya, akan menghentikan pada saat ini dan saya berhak

mengundurkan diri.

Demikian pernyataan ini saya buat secara sadar dan sukarela, tanpa ada

unsur paksaan dari siapapun, saya menyatakan :

Setuju

Menjadi responden dalam Asuhan Kebidanan

Malang, 18 Agustus 2020

Peneliti Responden

(Eka Prasetyowati) (Ny. Lilis)


LAMPIRAN 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)

Judul : Hal- hal yang mempengaruhi ASI lancar


Sub Judul : Bayi Ikterus
Waktu : 20 – 25 menit.
Tempat : Desa Poncokusumo
Sasaran : Ibu nifas, bayi baru lahir

I. TIU (Tujuan Instruksional Umum)


Setelah penyuluhan diharapkan ibu dapat mengetahui dan mengerti tentang bayi
ikterus
II.    TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah di berikan penyulihan selama 30 menit, ibu dapat menyebutkan hal-hal yang
dapat   mempengaruhi kelancaran ASI. Ibu mengetahui tentang :
1.      Hal-hal yang dapat mempengaruhi kelancaran ASI.
2.      Makanan yang baik bagi ibu menyusui.
3.      Langkah-langkah perawatan payudara pada ibu menyusui.

III. Materi
         Terlampir
IV. Metode Penyuluhan
- Ceramah, Tanya jawab.
- Demontrasi Perawatan payudara pada ibu menyusui.
V.    Media
Lembar Balik
VI. Sasaran : Ibu nifas (Anak Tn.”K”)

VII Sumber :
satuan-acara-penyuluhan satuan-acara-penyuluhan-sap-produksi-asi,2016.
MATERI PENYULUHAN
IKTERUS NEONATORUM
1. Pengertian Ikterus Neonatorum
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena isi
produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin.
Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum
>5mg/dL (Cloherty, 2004). Pada orang dewasa,ikterus akan tampak apabila serum bilirubin
>2mg/dL. Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit,
sedangkan hiperbilirubinemia lebih mengacu pada gambaran kadar bilirubin serum total.
2. Penyebab Ikterus Neonatorum
Penyebab ikterus dapat dibagi kepada tiga fase yaitu:
a. Ikterus Prahepatik
Produksi bilirubin yang meningkat yang terjadi pada hemolisis sel darah merah.
Peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh:
1) Kelainan sel darah merah
2) Infeksi seperti malaria, sepsis.
3) Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti: obat – obatan, maupun yang berasal
dari dalam tubuh seperti yang terjadi pada reaksi transfuse dan eritroblastosis
fetalis.
b. Ikterus Pascahepatik
Bendungan pada saluran empedu akan menyebabkan peninggian bilirubin
konjugasi yang larut dalam air. Akibatnya bilirubin mengalami akan mengalami
regurgitasi kembali kedalam sel hati dan terus memasuki peredaran darah, masuk ke
ginjal dan di eksresikan oleh ginjal sehingga ditemukan bilirubin dalam urin.
Sebaliknya karena ada bendungan pengeluaran bilirubin kedalam saluran pencernaan
berkurang sehingga tinja akan berwarna dempul karena tidak mengandung sterkobilin.
c. Ikterus Hepatoseluler
Kerusakan sel hati menyebabkan konjugasi bilirubin terganggu sehingga
bilirubin direk akan meningkat dan juga menyebabkan bendungan di dalam hati
sehingga bilirubin darah akan mengadakan regurgitasi ke dalam sel hati yang
kemudian menyebabkan peninggian kadar bilirubin konjugasi di dalam aliran darah.
Kerusakan sel hati terjadi pada keadaan: hepatitis, sirosis hepatic, tumor, bahan kimia,
dll.
3. Macam-macam Ikterus Neonatorum
Terdapat 2 jenis ikterus yaitu ikterus fisiologis dan patologis (Mansjoer, 2002).
a. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Timbul pada hari kedua-ketiga.
2) Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak) tidak melewati 12 mg/dL pada
neonatus cukup bulan dan 10mg/dL pada kurang bulan.
3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dL per hari.
4) Kadar bilirubin direk (larut dalam air) kurang dari 1mg/dL.
5) Gejala ikterus akan hilang pada sepuluh hari pertama kehidupan.
6) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu.

b. Ikterus patologis
Ikterus patologis memiliki karakteristik seperti berikut:
1) Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
2) Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 12mg/dL pada neonatus cukup bulan dan
10mg/dL pada neonates lahir kurang bulan/premature
3) Ikterus dengan peningkatan bilirubun lebih dari 5mg/dL per hari.
4) Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama.
5) Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau keadaan
patologis lain yang telah diketahui
6) Kadar bilirubin direk melebihi 1mg/dL.
4. Tanda dan Gejala Ikterus Neonatorum
Gejala Hiperbilirubinemia dikelompokan menjadi 2 fase yaitu akut dan kronik:
(Surasmi, 2003)

1). Gejala akut


a) Lethargi (lemas)
b) Tidak ingin mengisap
c) Feses berwarna seperti dempul
d) Urin berwarna gelap
2). Gejala kronik
a) Tangisan yang melengking (high pitch cry)
b) Kejang
c) Perut membuncit dan pembesaran hati
d) Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
e) Tampak matanya seperti berputar-putar

5. Komplikasi
Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan, maka akan terjadi
penyakit  kern ikterus. Kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin
indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara
lain : bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu
(involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dn akhirnya
opistotonus.
Penyebab kern ikterus karena kadar bilirubin yang sangat tinggi yang dapat mencapai
tingkat toksik sehingga merusak sel-sel otak. Kadar bilirubin yang tinggi merupakan
kelanjutan dari ikterus neonatorum. Kern ikterus dapat menimbulkan kerusakan otak
dengan gejala gangguan pendengaran, keterbelakangan mental dan gangguan tingkah
laku.

6. Penanganan Ikterus Neonatorum


1) Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi
sehat,aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi,
kemungkinanterjadinya kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi
yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:

Lakukan perawatan bayi seperti :

1. Memandikan bayi
2. Lakukan pencegahan hipotermi
3. Menjemur bayi di bawah sinar matahari dari jam 07.00 hingga hjam 09.00 pagi,kurang
lebih 30 menit
4. Berikan ASI secara adekuat
2) Ikterus Patologis

1. Cegah agar gula darah tidak turun,    jika anak masih bisa menetek mintalah pada ibu
untuk menetekkan anakanya

·        Jika anak tidak bisa menetek lagi tapi masih bisa menelan beri perasan ASI atau susu
pengganti, Jika keduanaya tidak memungkinkan beri air gula 30-50 cc sebelum dirujuk
·         Cara membuat air gula.Larutkan 4 sendok teh gula kedalam gelas yang berisi 200 cc
air masak
·         Jika anak tidak bisa menelan berikan 50cc air susu ataua ir gula melalaui pipa
ansogastrik ,jika tidak rujuk segera
2. Nasehati ibu agar menjaga bayi tetap hangat
3. Sertakan contoh darah ibu jika kuning terjadi pada 2 hari pertama kehidupan
·         Rujuk segera.
·         Setiap ikterik yang muncul pada 24 jam pertama adalah patologis dan membutuhkan
pemeriksaan laboratorium lanjut
·         Pada bayi dengan ikterus kramer grade 3 atau lebih perlu dirujuk
4. Perhatikan frekwensi BAK dan BAB
5. Beri terapi sinar untuk bayi yang dirawat di RS dan jemur bayi dibawah sinar matahari
pagi pada jam 7-8 selaam 30 menit/.15 menit telentang dan 15 menit telungkup
6.Cegah kontak dengan keluarga yang sakit dan cegah terjadinya infeksi dengan menjaga
personal hygiene dan selalu cuci tangan sebelum kontak dengan bayi.
7.Risiko Terjadinya kern ikterus, dapat di lakukan pencegahan kern ikterus dengan
melakukan cek laboratorium bilirubin.

Penanganan di Rumah Sakit

1). Terapi Sinar (fototerapi)


Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam
darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat
dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati.
Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat sehingga
menimbulkan risiko yang lebih fatal.
Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang
gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan disusun secara paralel. Di
bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan
energi sinar sehingga intensitasnya lebih efektif.
Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi. Seluruh
pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan menggunakan kain
kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari lampu-lampu tersebut. Seperti
diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna sehingga dikhawatirkan akan merusak
bagian retinanya. Begitu pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ
reproduksi itu, seperti kemandulan.
Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah-ubah; telentang lalu
telungkup agar penyinaran berlangsung merata. Dokter akan terus mengontrol apakah kadar
bilirubinnya sudah kembali normal atau belum. Jika sudah turun dan berada di bawah
ambang batas bahaya, maka terapi bisa dihentikan. Rata-rata dalam jangka waktu dua hari si
bayi sudah boleh dibawa pulang.
Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap dampak fototerapi. Ada
kecenderungan bayi yang menjalani proses terapi sinar mengalami dehidrasi karena malas
minum. Sementara, proses pemecahan bilirubin justru akan meningkatkan pengeluarkan
cairan empedu ke organ usus. Alhasil, gerakan peristaltik usus meningkat dan menyebabkan
diare. Memang tak semua bayi akan mengalaminya, hanya pada kasus tertentu saja. Yang
pasti, untuk menghindari terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua mesti tetap memberikan
ASI pada si kecil.

2). Terapi obat-obatan


Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat phenobarbital atau luminal
untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya
indirect berubah menjadi direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung plasma atau
albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas
ke organ hati.
Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti fototerapi. Jika
sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi bahkan dihentikan. Efek
sampingnya adalah mengantuk. Akibatnya, bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI
sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu
peningkatan bilirubin. Oleh karena itu, terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk
menangani hiperbilirubin karena biasanya dengan fototerapi si kecil sudah bisa ditangani.

3). Terapi Transfusi Tukar


Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus
meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfusi darah.
Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern
ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa gangguan
perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, cerebral palsy , gangguan motorik dan
bicara, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah
teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain.
Proses tukar darah akan dilakukan bertahap. Bila dengan sekali tukar darah, kadar
bilirubin sudah menunjukkan angka yang menggembirakan, maka terapi transfusi bisa
berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi kembali. Efek samping
yang bisa muncul adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah yang
dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan
kadar bilirubin yang tinggi.
4). Terapi Sinar Matahari
Pada bayi-bayi yang mengalami ikteris neonatorum fisiologis dapat dijemur di bawah
sinar matahari pagi antara 7-9 pagi selama 15 menit. Sinar matahari mengandung sinar biru-
hijau yang dapat mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin yang lebih mudah dibuang.
Selain itu, matahari pagi berguna sebagai sumber vitamin D.
Untuk bayi yang mengalami ikterus patologis terapi dengan sinar matahari hanya merupakan
terapi tambahan. Biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya,
bayi dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda. Seperempat jam dalam
keadaan telentang, misalnya, seperempat jam kemudian telungkup. Lakukan antara jam 7.00
sampai 9.00. Inilah waktu dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah
jam tujuh, sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas jam sembilan kekuatannya
sudah terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit.
Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena dapat merusak
matanya. Perhatikan pula situasi di sekeliling, keadaan udara harus bersih.
5). Menyusui Bayi dengan ASI
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin. Untuk itu
bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi
yang dapat memperlancar buang air besar dan kecilnya. Akan tetapi, pemberian ASI juga
harus di bawah pengawasan dokter karena pada beberapa kasus, ASI justru meningkatkan
kadar bilirubin bayi (breast milk jaundice) . Di dalam ASI memang ada komponen yang
dapat mempengaruhi kadar bilirubinnya. Sayang, apakah komponen tersebut belum diketahui
hingga saat ini.
Yang pasti, kejadian ini biasanya muncul di minggu pertama dan kedua setelah bayi
lahir dan akan berakhir pada minggu ke-3. Biasanya untuk sementara ibu tak boleh menyusui
bayinya. Setelah kadar bilirubin bayi normal, baru boleh disusui lagi.

Anda mungkin juga menyukai