Askeb Komunitas Eka Prasetyowati
Askeb Komunitas Eka Prasetyowati
“S’’
DENGAN MASALAH UTAMA BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERUS PADA
BY. NY. ‘’L” DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO
KABUPATEN MALANG
DOSEN PEMBIMBING :
SITI ASIYAH SSiT, M.Kes
Oleh :
EKA PRASETYOWATI
NIM 201904047
Laporan asuhan kebidanan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan
(PKL) mulai tanggal 17 Juli 2020 sampai dengan 31 Juli 2020 oleh mahasiswi Prodi D-IV
Nim : 201904047
Judul : Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Tn. “S’’ Dengan Masalah Utama Bayi
Baru Lahir Dengan Ikterus Pada By. Ny. ‘’L” Desa Poncokusumo Kecamatan
Oleh Mahasiswa
( Eka Prasetyowati )
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III TINJAUAN KASUS
1.1 Pengkajian
1.2 Diagnosa Kebidanan
1.3 Penentuan Prioritas
1.4 Implementasi
1.5 Evaluasi Kunjungan Ulang
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Format Pengkajian
Lampiran 2 : Lembar Permintaan menjadi Responden
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 4 : Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 5 : Leaflet
Lampiran 6 : Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
Asuhan kebidanan baru lahir adalah satu pelayanan kesehatan utama yang
diperkirakan dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Selain itu diadakannya
sistem rujukan yang selektif yang dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir.
Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Kejadian
ikterus pada bayi baru lahir menurut beberapa penulis berkisar antara 5% pada bayi cukup
Ikterus pada bayi bisa terjadi karena fisiologis dan patologis, umumnya bayi baru
lahir mengalami icterus pada hari-hari pertama kelahiran karena bayi belum dapat menyusu
secara adekuat, namun perlahan icterus akan mulai menghilang. Bayi yang lahir dengan berat
badan lahir rendah cenderung mengalami icterus karena tidak dapat menyusu secara adekuat,
ditambah jika ASI ibu belum keluar. Volume ASI ibu banyak dipengaruhi oleh factor nutrisi,
sehingga kualitas dan kuantitas ASI dapat dipengaruhi baik dari segi fisik ibu maupun segi
ditemukan Bayi Baru Lahir usia 12 hari yang mengalami Ikterus. Berdasarkan hal tersebut
maka penulis tertarik untuk membuat judul “Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dengan adanya asuhan kebidanan ini diharapkan keluarga dapat mengerti dan
memahami pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir yang mengalami
Ikterus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
bersama sebagai suatu kesatuan atau unit masyarakat yang terkecil, tetapi tidak
selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan-ikatan lain, mereka
hidup bersama dalam satu rumah (tempat tinggal), biasanya dibawah asuhan
seorang kepala rumah tangga dan makan dari satu periuk (DepkesRI, 2011).
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
dalam suatu rumah tangga dan berinteraksi satu sama lain dan didalam
Dari ketiga batasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga itu
adalah:
1. Patrilineal
ayah.
2. Matrilineal
3. Matrilokal
istri.
4. Patrilokal
suami.
5. Keluarga Kawinan
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih
bersama-sama.
suatu keluarga.
berbagai suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat yang
sangat kuat.
dan ib
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
1. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan
2. Peranan Ibu
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
3. Peranan Anak
1. Fungsi Biologis
2. Fungsi Psikologis
3. Fungsi Sosial
tingkatperkembangan anak
4. Fungsi Ekonomi
kebutuhan keluarga
kebutuhankeluarga
5. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
3. Berbentuk monogram
4. Bertanggung jawab
5. Pengambilan keputusan
Bayi baru lahir normal adalah bayi berat badan 2500 gram sampai
dengan masa kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu. Bayi baru lahir
dengan 0-7 hari disebut dengan neonatal sedangkan 0-28 hari disebut dengan
neonatal lanjut.
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28
hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai
dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari.
persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang
kehidupan.
hemostasis.
Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula tali pusat akan menurun, energi
tmabahan yang diperlukan neonatus ada jam pertama sesudah lahir diambil
dari hasil metabolosme asam lemak sehingga kadar gula darah mencapai 120
mg/100. Bila ada gangguan metabolisme akan lemah. Sehingga tidak dapat
hipoglikemia.
Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang lebih rendah
dari suhu yang ada di rahim.Apabila bayi dibiarkan disuhu ruangan, bayi
1/100 nya, keadaan ini menyebabkan penurunan suhu bayi sebanyak 20C
c. Perubahan pernapasan
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas melalui
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang etrjadi karena kompresi paru selama
Bayi baru lahir setelah terjadi kelahiran harus melewati paru untuk
perubahan besar yang membuat sirkulasi yang baik pada baru lahir diluar
rahim :
mengubah aliran darah. Ada duakanan dalam sist peristiwa yang mengubah
a) Pada saat tali pusat di potong, resistensi pembuluh sistemik dan tekanan
e. Perubahan neurologik
pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan
1) Penilaian
Ketiga hal tersebut dilakukan secara cepat dan tepat guna melanjutkan
Kemenkes RI adalah :
2) Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan
dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah.
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering, dan hangat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat.
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi
lahir. Jika mungin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk
Pencegahan onfeksi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir antara lain
dengan :
tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir,
kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat
dialamai sebagian BBL. Salep mata diberikan untuk pencegahan infeksi
Bayi baru lahir mempunyai penanganan tersendiri. Adapun penanganan BBL sebagai
berikut:
a. Penilaian
Ketiga hal tersebut dilakukan secara cepat dan tepat guna melanjutkan pemberian asuhan
bayi baru lahir selanjutnya, meliputi membersihkan jalan nafas dan penghisapan lendir
b. Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan
cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Cara mencegah
h) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering, dan hangat.
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat.
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Jika
mungin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera
setelah tali pusat diklem dan dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan
bayinya.
Pencegahan infeksi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir antara lain dengan
memberika obat tetes mata/salep, hal tersebut diberikan 1 jam pertama bayi lahir.
Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan imunisasi Hepatitis
periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin
oleh dokter, bidan/ perawat. Semua BBL harus diberikan penyuntikan vitamin K1 1 mg
IM di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang
dapat dialamai sebagian BBL. Salep mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata.
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di pha kanan setelah penyuntikan vitamin K1
yang bertujuan untuk mencegah penularan hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang
.(Sondakh, 2013).
Menurut Kemenkes RI (2013), terdapat minimal tiga kali kunjungan ulang bayi baru lahir
yaitu:
Pada bayi baru lahir terjadi infeksi yang besar, ini disebabkan karena bayi belum
memiliki kemampuan yang sempurna. Maka perlindungan dari orang lain disekitarnya
sangat diperlukan. Usaha yang dapat dilakukan meliputi peningkatan upaya hyigene
yang maksimal agar terhindarkan dari kemungkinan terkena infeksi. Bayi baru lahir
milletus, ibu mempunyai penyakit bawaan, kemngkinan bayi terkena infeksi yang
b. Riwayat bayi baru lahir: trauma lahir, lahir kurang bulan, bayi kurang mendapat
keterikatan batin antara orang tua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana hasil dari
interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai
Caranya untuk melakukan bounding adalah inisiani dini, pemberian ASI Eklusif,
Rawat gabung, Kontak mata, Suara, Aroma, Entrainment. Bioritme (Rukiyah, 2012).
a. Refleks Glabella
Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-pelan dengan menggunakan jari telunjuk
pada saat mata terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada 4 sampai 5 ketukan
pertama
b. Refleks hisap
Benda menyentuh bibir disertai refleks menelan . tekanan pada mulut bayi pada langit
bagian dalam gusi atas timbul isapan yang kuat dan cepat. Dilihat pada waktu bayi
menyusu
Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi. Misalnya mengusap pipi bayi
dengan lembut, bayi menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan membuka mulutnya
Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan gentle, normlanya bayi
akan menggenggam dengan kuat. Jika telapak tangan bayi ditekan: bayi mengepalkan
tinjunya.
e. Refleks babinski
Gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores sisi lateral telapak kaki ke arah atas
kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki. Bayi akan menunjukkan respon
f. Refleks moro
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan atau
Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas
yang berlawanan akan fleksi apabila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi
istirahat. Respons ini dapat tidak ada atau tidak lengkap segera setalah lahir.
h. Refleks ekstrusi
Bayi baru lahir menjulurkan lidah ke luar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau
puting.
i. Refleks melangkah
j. Refeleks merangkak
Bayi akan berusaha merangkak ke depan dengan kedua tangan dan kaki bila
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Kabupaten Malang.
A. Data Umum
Kabupaten Malang
3. Pekerjaan : Swasta
4. Pendidikan : SMP
6. Komposisi keluarga
Anak
kkk
7. Tipe Keluarga : keluarga inti
Penghasilan keluarga yang utama, yaitu dari Tn. S sebesar ± Rp. 1.000.000/bln
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Pengelolaan keuangan oleh bapak dan ibu.
Keluarga melakukan rekreasi saat ada liburan seperti melihat TV bersama keluarga
Keluarga Tn “S” dengan seorang istri dengan nifas hari keempat, dan 1 anak, anak
C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik Rumah :
Rumah
a. Luas : 10 m² x 15 m²
d. Atap : Genteng
e. Lantai : Plester
f. Cahaya : Terang
g. Ventilasi : Cukup
i. Kebersihan : bersih
2. Denah Rumah :
4 5
Ket :
1. Ruang tamu 2
1
2. Ruang tidur 1
3. Ruang tidur 2
4. Kamar Mandi 3
5. Dapur
5. Air minum
Asal : PDAM
Kebersihan : bersih
8. Kandang Ternak
1. Pola komunikasi keluarga : keluarga saling berkomunikasi satu sama lain dan
komunikasi terjalin dengan baik, bahasa sehari hari yang digunakan setiap hari bahasa
jawa.
3. Struktur peran :
a. Peranan Ayah
Sebagai suami, ayah, pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anaknya, ibu bekerja dan mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh pendidik anaknya, pelindung, sebagai salah satu kelompok dari peranan
c. Peranan anak
Anak masih belum bisa melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif : Tn.”S” sering menegur istrinya jika diperingatkan tidak mau
2. Fungsi social : keluarga mengajarkan agar berperilaku yang baik dengan tetangga dan
5. Fungsi ekonomi : penghasilan di dapatkan Tn.”S” dan Ny. L hasil bekerja sebagai
pekerja swasta.
Agar ibu dianjurkan untuk melakukan perawatan payudara agar tidak terjadi komplikasi
1. DIAGNOSA KEBIDANAN
A. Analisa Data
DATA PENYEBAB MASALAH
1. Ds : Ibu mengatakan Bayi kurang menyusu, Bayi baru lahir dengan
kulit bayinya berwarna
kurang berjemur ikterus
kuning dan bayi kurang
menyusu
B. Perumusan Diagnosa
Dari hasil analisis data di atas maka ada satu permasalahan yang timbul dalam
1. Penentuan prioritas
Diagnosa : Bayi ikterus
No Kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
Ancaman kesehatan karena anak
kekurangan meminum ASI
1. Sifat masalah 2/3 x 1 2/3
dikarenakan malas menyusu
TOTAL 3 2/3
2. Perencanaan tindakan
1. Diagnosa :
Tujuan & Kriteria Rencana tindakan
3. Implementasi
Tanggal & Diagnosa Implementasi Evaluasi respon
waktu
Bayi Baru 1. Menganjurkan ibu untuk Ibu sudah mengerti
18 Agustus lahir mengkonsumsi asupan dengan semua
2020 dengan nutrisi yang cukup untuk penjelasan yang
ikterus kualitas dan kuantitas ASI, telah diberikan dan
sehingga bayi mendapat ibu bersedia untuk
ASI yang cukup. melakukannya
2. Mengajari ibu perawatan
bayi yang ikterus dirumah
seperti : menjemur bayi,
karena sinar matahari dan
udara segar sangat penting
untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan kesehatan.
Bayi sejak berumur
beberapa hari sebaiknya
setiap pagi dibawa keluar
untuk mendapatkan sinar
matahari dan hawa sejuk.
e. Jemurlah bayi pada
pagi antara pukul 07 –
8 selama 15-30 menit
dengan posisi
terlentang dan
tengkurap 2. Jemur
saat sebelum mandi
f. Bukalah baju bayi dan
pakaikan popok yang
minim
g. Hindarkan mata dari
sinar matahari
langsung
h. ganti posisi setiap 15
menit
LAMPIRAN 1
1. PENGKAJIAN
1.1 DATA SUBJEKTIF
Anamnesa dilakukan oleh : Indah Saputri Di : Rumah Responden
Pada tanggal : 15 Agustus 2020 pukul : 09.00 wib
1.1.1 IDENTITAS KLIEN No. Register : -
Nama Klien : Ny Ika Nama Suami : Tn Zainul
Umur : 25 Tahun Umur : 29 Tahun
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : Rp.± 1000.000 PenghasilanRp: ± 1000.000
Alamat : Drigu 01/09 Alamat : Drigu 01/09
b. Pola Eliminasi
Selama hamil BAK: 7-8x/hari; warna : kuning jernih,
keluhan : tidak ada
BAB : 2kali/hari, karakteristik : lembek
Sesudah melahirkan BAK : 7-8x/hari; warna : kuning jernih,
keluhan : tidak ada
BAB : 2kali/hari, karakteristik : lembek
Masalah yang dirasakan : tidak ada
c. Pola istirahat tidur
Selama hamil : Ibu tidur siang 2 jam, tidur malam 7 jam
Sesudah melahirkan : Ibu tidur siang 3 jam, tidur malam 7 jam
Masalah yang dirasakan : ASI tidak lancar
d. Pola Aktivitas
Selama hamil : ibu mengerjakan rumah secara ringan
Sesudah melahirkan : ibu hanya mengurus bayinya saja
Masalah yang dirasakan : ASI tidak lancar
e. Perilaku Kesehatan
Penggunaan obat/jamu/rokok, dll selama hamil: ibu tidak minum
jamu/merokok
Penggunaan obat/jamu/rokok, dll sesudah melahirkan: ibu tidak minum
jamu/merokok
c. Fase letting go
Ibu mengatakan keluarga sangat membantu dalam proses persalinan
bayinya.
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum: Baik
Tanda-tanda Vital : Heart Rate : 134× / menit
Respiratory Rate : 38 × / menit
Temperature : 36.8 ° C
BB sekarang : 3000 gram
PB sekarang : 50 cm
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
Kulit : kulit kekuningan
Kepala : tidak ada benjolan abnormal, tidak ada caput
susedaneum, tidak ada cephal haematoma, rambut
tipis warna hitam
Mata : konjungtiva merah muda +/+, sklera putih +/+,
simetris
Telinga : simetris, tidak ada serumen berlebihan +/+, terdapat
lubang +/+
Hidung : tidak ada sekret berlebihan +/+, terdapat lubang
hidung
Mulut : tidak ada labioskisis, tidak ada labiopalatoskisis, bibir
merah
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Klavikula : tidak ada kelainan kongenital, tidak ada fraktur
Dada : simetris, tidak tampak retraksi dinding dada
Abdomen : bising usus (+), tidak teraba benjolan abnormal
Ekstermitas
- Ekstremitas Atas
Jari / bentuk : sindaktili -/-, polidaktili -/-
Gerakan : aktif -/-
Kelainan : tidak ada kelainan
- Ekstremitas Bawah
Jari / bentuk : sindaktili -/-, polidaktili -/-
Gerakan : aktif -/-
Kelainan : tidak ada kelainan
Punggung : tidak ada kelainan kongenital
Genetalia : terdapat labia mayora dan labia minora
Anus : terdapat lubang anus
c. Pemeriksaan Refleks
1. Moro : Positif
2. Rooting : Positif
3. Sucking : Positif
4. Grasping : Positif
5. Neck Righting : Tidak dilakukan pengkajian
6. Tonic Neck : Tidak dilakukan pengkajian
7. Startle : Positif
8. Babinski : Tidak dilakukan pengkajian
9. Merangkak : Tidak dilakukan pengkajian
10. Menari /Melangkah : Tidak dilakukan pengkajian
11. Ekstruasi : Tidak dilakukan pengkajian
12. Galant’s : Positif
2. DIAGNOSA
1) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi asupan nutrisi yang cukup untuk kualitas dan
kuantitas ASI, sehingga bayi mendapat ASI yang cukup.
2) Mengajari ibu perawatan bayi yang ikterus dirumah seperti : menjemur bayi, karena
sinar matahari dan udara segar sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
kesehatan. Bayi sejak berumur beberapa hari sebaiknya setiap pagi dibawa keluar
untuk mendapatkan sinar matahari dan hawa sejuk.
a. Jemurlah bayi pada pagi antara pukul 07 – 8 selama 15-30 menit dengan posisi
terlentang dan tengkurap 2. Jemur saat sebelum mandi
b. Bukalah baju bayi dan pakaikan popok yang minim
c. Hindarkan mata dari sinar matahari langsung
d. ganti posisi setiap 15 menit
1. PELAKSANAAN
Objektif:
1. anjurkan ibu untuk mengkonsumsi asupan nutrisi yang cukup untuk kualitas dan
kuantitas ASI, sehingga bayi mendapat ASI yang cukup.
2. ajari ibu perawatan bayi yang ikterus dirumah seperti : menjemur bayi, karena sinar
matahari dan udara segar sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
kesehatan. Bayi sejak berumur beberapa hari sebaiknya setiap pagi dibawa keluar
untuk mendapatkan sinar matahari dan hawa sejuk.
a. Jemurlah bayi pada pagi antara pukul 07 – 8 selama 15-30 menit dengan posisi
terlentang dan tengkurap 2. Jemur saat sebelum mandi
b. Bukalah baju bayi dan pakaikan popok yang minim
c. Hindarkan mata dari sinar matahari langsung
d. ganti posisi setiap 15 menit
Asasment: masalah teratasi
Planning: Intervensi dilanjutkan memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang ibu
menyusui, dan menjermur bayi
Mahasiswa
(Eka Prasetyowati)
LAMPIRAN 3
Dengan hormat,
NIM : 201904047
pada By. Ny “L” pada Bayi Baru Lahir dengan Ikterus di Desa Poncokusumo
Responden dalam asuhan ini dan bersedia untuk diobservasi. Atas bantuan dan
Eka Prasetyowati
LAMPIRAN 4
l Bayi Baru Lahir usia 9 hari Dengan Ikterus Pada By. Ny. ‘’L” Desa
NIM : 20104047
kebidanan. Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan ini dan saya
telah mengerti bahwa akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang
ketidaknyamanan bagi saya, akan menghentikan pada saat ini dan saya berhak
mengundurkan diri.
Demikian pernyataan ini saya buat secara sadar dan sukarela, tanpa ada
Setuju
Peneliti Responden
III. Materi
Terlampir
IV. Metode Penyuluhan
- Ceramah, Tanya jawab.
- Demontrasi Perawatan payudara pada ibu menyusui.
V. Media
Lembar Balik
VI. Sasaran : Ibu nifas (Anak Tn.”K”)
VII Sumber :
satuan-acara-penyuluhan satuan-acara-penyuluhan-sap-produksi-asi,2016.
MATERI PENYULUHAN
IKTERUS NEONATORUM
1. Pengertian Ikterus Neonatorum
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena isi
produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin.
Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum
>5mg/dL (Cloherty, 2004). Pada orang dewasa,ikterus akan tampak apabila serum bilirubin
>2mg/dL. Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit,
sedangkan hiperbilirubinemia lebih mengacu pada gambaran kadar bilirubin serum total.
2. Penyebab Ikterus Neonatorum
Penyebab ikterus dapat dibagi kepada tiga fase yaitu:
a. Ikterus Prahepatik
Produksi bilirubin yang meningkat yang terjadi pada hemolisis sel darah merah.
Peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh:
1) Kelainan sel darah merah
2) Infeksi seperti malaria, sepsis.
3) Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti: obat – obatan, maupun yang berasal
dari dalam tubuh seperti yang terjadi pada reaksi transfuse dan eritroblastosis
fetalis.
b. Ikterus Pascahepatik
Bendungan pada saluran empedu akan menyebabkan peninggian bilirubin
konjugasi yang larut dalam air. Akibatnya bilirubin mengalami akan mengalami
regurgitasi kembali kedalam sel hati dan terus memasuki peredaran darah, masuk ke
ginjal dan di eksresikan oleh ginjal sehingga ditemukan bilirubin dalam urin.
Sebaliknya karena ada bendungan pengeluaran bilirubin kedalam saluran pencernaan
berkurang sehingga tinja akan berwarna dempul karena tidak mengandung sterkobilin.
c. Ikterus Hepatoseluler
Kerusakan sel hati menyebabkan konjugasi bilirubin terganggu sehingga
bilirubin direk akan meningkat dan juga menyebabkan bendungan di dalam hati
sehingga bilirubin darah akan mengadakan regurgitasi ke dalam sel hati yang
kemudian menyebabkan peninggian kadar bilirubin konjugasi di dalam aliran darah.
Kerusakan sel hati terjadi pada keadaan: hepatitis, sirosis hepatic, tumor, bahan kimia,
dll.
3. Macam-macam Ikterus Neonatorum
Terdapat 2 jenis ikterus yaitu ikterus fisiologis dan patologis (Mansjoer, 2002).
a. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Timbul pada hari kedua-ketiga.
2) Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak) tidak melewati 12 mg/dL pada
neonatus cukup bulan dan 10mg/dL pada kurang bulan.
3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dL per hari.
4) Kadar bilirubin direk (larut dalam air) kurang dari 1mg/dL.
5) Gejala ikterus akan hilang pada sepuluh hari pertama kehidupan.
6) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu.
b. Ikterus patologis
Ikterus patologis memiliki karakteristik seperti berikut:
1) Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
2) Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 12mg/dL pada neonatus cukup bulan dan
10mg/dL pada neonates lahir kurang bulan/premature
3) Ikterus dengan peningkatan bilirubun lebih dari 5mg/dL per hari.
4) Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama.
5) Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau keadaan
patologis lain yang telah diketahui
6) Kadar bilirubin direk melebihi 1mg/dL.
4. Tanda dan Gejala Ikterus Neonatorum
Gejala Hiperbilirubinemia dikelompokan menjadi 2 fase yaitu akut dan kronik:
(Surasmi, 2003)
5. Komplikasi
Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan, maka akan terjadi
penyakit kern ikterus. Kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin
indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara
lain : bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu
(involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dn akhirnya
opistotonus.
Penyebab kern ikterus karena kadar bilirubin yang sangat tinggi yang dapat mencapai
tingkat toksik sehingga merusak sel-sel otak. Kadar bilirubin yang tinggi merupakan
kelanjutan dari ikterus neonatorum. Kern ikterus dapat menimbulkan kerusakan otak
dengan gejala gangguan pendengaran, keterbelakangan mental dan gangguan tingkah
laku.
1. Memandikan bayi
2. Lakukan pencegahan hipotermi
3. Menjemur bayi di bawah sinar matahari dari jam 07.00 hingga hjam 09.00 pagi,kurang
lebih 30 menit
4. Berikan ASI secara adekuat
2) Ikterus Patologis
1. Cegah agar gula darah tidak turun, jika anak masih bisa menetek mintalah pada ibu
untuk menetekkan anakanya
· Jika anak tidak bisa menetek lagi tapi masih bisa menelan beri perasan ASI atau susu
pengganti, Jika keduanaya tidak memungkinkan beri air gula 30-50 cc sebelum dirujuk
· Cara membuat air gula.Larutkan 4 sendok teh gula kedalam gelas yang berisi 200 cc
air masak
· Jika anak tidak bisa menelan berikan 50cc air susu ataua ir gula melalaui pipa
ansogastrik ,jika tidak rujuk segera
2. Nasehati ibu agar menjaga bayi tetap hangat
3. Sertakan contoh darah ibu jika kuning terjadi pada 2 hari pertama kehidupan
· Rujuk segera.
· Setiap ikterik yang muncul pada 24 jam pertama adalah patologis dan membutuhkan
pemeriksaan laboratorium lanjut
· Pada bayi dengan ikterus kramer grade 3 atau lebih perlu dirujuk
4. Perhatikan frekwensi BAK dan BAB
5. Beri terapi sinar untuk bayi yang dirawat di RS dan jemur bayi dibawah sinar matahari
pagi pada jam 7-8 selaam 30 menit/.15 menit telentang dan 15 menit telungkup
6.Cegah kontak dengan keluarga yang sakit dan cegah terjadinya infeksi dengan menjaga
personal hygiene dan selalu cuci tangan sebelum kontak dengan bayi.
7.Risiko Terjadinya kern ikterus, dapat di lakukan pencegahan kern ikterus dengan
melakukan cek laboratorium bilirubin.