Jurnal DIC Ni Komang Krisnawati Galley
Jurnal DIC Ni Komang Krisnawati Galley
Ni Komang Krisnawati1*, Ida Ayu Putri Wirawati2, Sianny Herawati2, Ni Nyoman Mahartini2,
Published by Intisari Sains Medis Anak Agung Ayu Lydia Prawita1, Ekarini Katharina Yunarti Nabu1
ABSTRACT
Background: Snakebite cases are cases of emergency redness and pain are felt spreading to the shoulders.
that are often found in the Emergency Unit, especially Physical examination of compos mentis patients
in rice fields, forests, plantations and swamps. There is with a pulse rate of 96 times per minute, breath rate
no definitive data on the number of snakebite cases in of 20 times per minute and temperature of 36.7oC.
Indonesia. Morbidity and mortality of snakebite cases There was found edema and bullae in digiti III in
are highly dependent on the type of snake species, the the right manus region, palpably warm, and there
number and type of can that enter the body, as well as is press pain. In the antebrachial region to the right
the availability of anti-snake serum. In these patients humerus also found the presence of edema and press
were found Disseminated Intravascular Coagulation pain. Patients with normochromic normositer anemia
(DIC) due to snake bites. with thrombocytopenia as well as lengthening of
Case Presentation: A 5-years female patient coagulation physiology decreased fibrinogen and
complained of pain in the right hand due to snakebite increased D-dimer.
about 30 minutes before entering the hospital. The Conclusion: Snake venom can be hemotoxic,
snake is green with a red tail, a triangular head shape neurotoxic and cytotoxic. Snakebite cases require rapid
and a length of about 30 centimeters, biting the and comprehensive management to minimize the
middle finger of the patient’s right hand. Swollen possibility of disability and death.
Keywords: Disseminated Intravascular Coagulation, Snakebite, Case Report.
Cite This Article: Krisnawati, N.K., Wirawati, I.A.P., Herawati, S., Mahartini, N.N., Prawita, A.A.A.L., Nabu, E.K.Y.
2021. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) akibat gigitan ular: laporan kasus. Intisari Sains Medis 12(2):
586-590. DOI: 10.15562/ism.v12i2.1050
ABSTRAK
Latar Belakang: Kasus gigitan ular merupakan kemerahan dan nyeri dirasakan menjalar sampai ke
kasus kegawatan yang sering dijumpai di Unit Gawat bahu. Pemeriksaan fisik pasien compos mentis dengan
Darurat terutama di daerah area persawahan, hutan, laju nadi 96 kali per menit, laju nafas 20 kali per menit
perkebunan dan rawa. Tidak ada data yang pasti dan suhu 36,7oC. Pada regio manus kanan ditemukan
mengenai jumlah kasus gigitan ular di Indonesia. adanya edema dan bullae pada digiti III, teraba hangat
Morbiditas dan mortalitas kasus gigitan ular sangat dan terdapat nyeri tekan. Pada region antebrachii
tergantung dari jenis spesies ular, jumlah dan jenis bisa sampai humerus kanan juga ditemukan adanya
1
Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Patologi yang masuk ke dalam tubuh serta ketersediaan serum edema dan nyeri tekan. Pasien mengalami anemia
Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, anti bisa ular. normokromik normositer dengan trombositopenia
RSUP Sanglah, Bali, Indonesia; Presentasi Kasus: Pada pasien ini ditemukan serta pemanjangan faal koagulasi, penurunan
2
Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) akibat fibrinogen dan peningkatan D-dimer.
Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Bali, Indonesia; gigitan ular. Pasien perempuan, usia 5 tahun dengan Kesimpulan: Bisa ular dapat bersifat hemotoksik,
keluhan nyeri pada tangan kanan akibat gigitan ular neurotoksik dan sitotoksik. Kasus gigitan ular
*Korespondensi: sejak sekitar 30 menit sebelum masuk rumah sakit. memerlukan penatalaksanaan yang cepat dan
Ni Komang Krisnawati; Ular berwarna hijau dengan ekor merah, bentuk komprehensif sehingga dapat meminimalkan
Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Patologi kepala segitiga dan panjang sekitar 30 centimeter, kemungkinan kecacatan dan kematian.
Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, menggigit jari tengah tangan kanan pasien. Bengkak
RSUP Sanglah, Bali, Indonesia;
komangkrisnawati99@gmail.com Kata kunci: Disseminated Intravascular Coagulation, Gigitan Ular, Laporan Kasus.
Sitasi Artikel ini: Krisnawati, N.K., Wirawati, I.A.P., Herawati, S., Mahartini, N.N., Prawita, A.A.A.L., Nabu, E.K.Y.
2021. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) akibat gigitan ular: laporan kasus. Intisari Sains Medis 12(2):
Diterima: 08-06-2021
Disetujui: 02-08-2021 586-590. DOI: 10.15562/ism.v12i2.1050
Diterbitkan: 24-08-2021
586 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(2): 586-590
Open| doi:
access:
10.15562/ism.v12i2.1050
http://isainsmedis.id/
CASE REPORT
WBC: White Blood Cells; RBC: Red Blood Cells; HGB: Haemoglobin; HCT: Haematocrit; MCV: Mean Corpuscular Volume; MCH: Mean
Corpuscular Haemoglobin; MCHC: Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration; RDW: Red-Cell Distribution Width; PLT: Platelet; MPV:
Mean Platelet Volume; Neu: Neutrophils; Lym: Lymphocytes; Mono: Monocytes; Eos: Eosinophils; Baso: Basophils.
Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(2): 586-590 | doi: 10.15562/ism.v12i2.1050 587
CASE REPORT
Hasil pemeriksaan darah lengkap pada pemeriksaan kimia klinik pasien dalam PEMBAHASAN
saat awal pasien dirawat menunjukkan batas normal sedangkan hasil pemeriksaan
adanya leukositosis ringan oleh karena urinalisis juga ditemukan dalam batas Ular merupakan jenis hewan melata yang
peningkatan ringan sel neutrofil (Tabel normal dan tidak ditemukan adanya banyak terdapat di Indonesia. Spesies
1). Pasien juga mengalami penurunan hemoglobinuria pada pasien (Tabel 2). ular dapat dibedakan atas ular berbisa
hemoglobin dan penurunan trombosit Berdasarkan pada hasil pemeriksaan dan ular tidak berbisa. Ciri-ciri ular tidak
dari saat awal pasien dirawat hingga laboratorium tersebut, pasien terdiagnosis berbisa adalah bentuk kepala segiempat
hari ke-5 perawatan, kemudian perlahan dengan Disseminated Intravascular panjang, gigi taring kecil dan bekas
kembali normal (Tabel 1). Coagulation (DIC), disertai dengan gigitan memberikan gambaran luka halus
Hasil pemeriksaan faal hemostasis keadaan anemia ringan normokromik berbentuk lengkungan.1 Ciri-ciri ular
pada pasien menunjukkan adanya normositer et causa suspek proses berbisa adalah bentuk kepala segitiga,
pemanjangan faal koagulasi, penurunan hemolitik et causa snake bite region dua gigi taring besar di rahang atas dan
fibrinogen serta peningkatan D-dimer manus kanan. Pasien mendapatkan terapi bekas gigitan memberikan gambaran
(Tabel 2). Sedangkan pada hasil evaluasi ABU, deksametason, difenhidramin dua luka gigitan utama akibat gigi taring.
apusan darah tepi didapatkan anemia serta parasetamol. Evaluasi laboratorium Pada taring ular berbisa terdapat saluran
normokromik normositer dengan dilakukan secara berkala dari tanggal 15 untuk menginjeksikan bisa ke dalam
ditemukan adanya fragmentosit serta November 2019 hingga 23 November tubuh mangsanya secara subkutan atau
trombositopenia (Gambar 1). Hasil 2019 di RSUP Sanglah, Bali, Indonesia. intramuskular. Bisa adalah suatu zat
atau substansi yang berfungsi untuk
588 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(2): 586-590 | doi: 10.15562/ism.v12i2.1050
CASE REPORT
efek sitotoksik dan neurotoksik bisa ular kurang dari 5 tidak mengeksklusikan
pada daerah gigitan.1 DIC namun dapat berupa suatu DIC yang
Pada pemeriksaan laboratorium tidak nyata (DIC non overt).13 Sensitivitas
didapatkan penurunan kadar hemoglobin. sistem skoring ini adalah 91-93% dan
Pada hapusan darah tepi didapatkan spesifisitasnya 97-98%.14 Pada pasien ini
kelainan morfologi eritrosit yaitu adanya didapatkan skor 7.
fragmentosit akibat proses hemolisis Pada kasus ini bisa ular mengaktivasi
intravaskuler. Leukositosis ringan oleh sistem koagulasi dan terjadinya
karena peningkatan ringan sel neutrofil fibrinolisis. Dapat dilihat dari kadar
disebabkan oleh karena adanya proses fibrinogen menurun dan kadar
inflamasi. Trombositopenia terjadi karena D-dimer meningkat. Pada pemeriksaan
penggunaan trombosit pada proses laboratorium penderita didapatkan hasil
DIC akut akibat aktivasi oleh bisa ular. pemeriksaan protrombin time (PT),
Trombosit penting dalam pembentukan international normalized ratio (INR) dan
sumbat hemostasis dan menjaga Activated Partial Thromboplastin Time
Gambar 1. Anemia normokromik hemostasis normal.9 (APTT) memanjang. Pemeriksaan PT
normositer dengan Disseminated intravascular coagulation digunakan untuk menilai aktivasi faktor
ditemukan adanya (DIC) didefinisikan sebagai kelainan koagulasi melalui jalur ekstrinsik dan jalur
fragmentosit serta sistemik trombohemoragik, merupakan bersama yaitu faktor pembekuan VII,
trombositopenia. suatu kondisi klinis sekunder terhadap X, V, protrombin, fibrinogen dan faktor
penyakit dasarnya, dan dihubungkan jaringan. Pemeriksaan APTT digunakan
dengan terdapatnya bukti berupa gejala untuk menilai aktivitas faktor koagulasi
melumpuhkan mangsa dan sekaligus klinik dan parameter laboratorium yaitu melalui jalur intrinsik dan jalur bersama
juga berperan untuk pertahanan diri.1 aktivasi koagulasi, aktivasi fibrinolisis, yaitu faktor pembekuan XII, XI, VIII, X,
Efek toksik bisa ular pada saat menggigit konsumsi inhibitor, dan penanda biokimia V, protrombin dan fibrinogen.15
mangsanya tergantung dari spesies, yang membuktikan adanya kerusakan Pada pemeriksaan laboratorium
ukuran ular, usia dan efisiensi mekanik atau kegagalan organ tahap akhir.10 didapatkan kadar fibrinogen penderita
gigitan (apakah hanya satu atau kedua Secara umum DIC dapat dibagi menjadi menurun. Fibrinogen adalah glikoprotein
taring menusuk kulit) serta banyaknya dua yaitu compensated DIC atau non-overt dengan berat molekul 340.000 dalton.
serangan yang terjadi.1 DIC dan decompensated DIC atau overt- Fibrinogen disintesis di hati (1,7-5 g/
Berdasarkan sifatnya pada tubuh DIC.11 Proses disseminated intravascular hari). Penurunan kadar fibrinogen pada
mangsa, bisa ular dapat dibedakan coagulation biasanya diawali dengan penderita dapat disebabkan karena
menjadi bisa hemotoksik, yaitu bisa yang keadaaan compensated DIC kemudian perubahan fibrinogen menjadi fibrin oleh
dapat mempengaruhi jantung dan sistem berlanjut dengan decompensated DIC. Pada bisa ular.16
pembuluh darah, bisa neurotoksik yaitu keadaan compensated DIC terdapat dua Bisa ular dapat mengaktivasi faktor
bisa yang dapat mempengaruhi sistem tahap yaitu pertama hiperkoagulabilitas X menjadi Xa (aktif) atau mengubah
saraf dan otak dan bisa sitotoksik yaitu bisa serta kedua fibrinolisis sekunder. Pada protrombin menjadi trombin. Trombin
yang hanya bekerja pada lokasi gigitan. keadaan compensated DIC ditandai akan mengubah fibrinogen menjadi
Bisa ular terdiri dari 90% protein. Protein dengan terjadinya aktivasi koagulasi fibrin. Keadaan ini akan menyebabkan
pada bisa ular terdiri dari enzim, toksin sehingga terjadi pemakaian trombosit dan terbentuknya trombus yang berlebihan
non enzimatik polipeptida dan protein faktor-faktor koagulasi lebih dari normal serta meluas pada pembuluh darah.
non toksin (nerve growth factor).8 akan tetapi hal tersebut masih dapat Trombus dapat menyebabkan gangguan
Pada anamnesa diketahui bahwa terkompensasi sehingga bila dilakukan mekanik pada membran eritrosit
ular yang menggigit pasien berwarna pemeriksaan parameter hemostasis masih menyebabkan hemolisis intravaskuler.8
hijau dengan bentuk kepala segitiga. dapat memberikan hasil normal.11 D-dimer adalah produk akhir
Kemungkinan merupakan ular yang Diagnosis DIC didasarkan pada degradasi fibrin oleh plasmin yang
berbisa. Pada pemeriksaan fisik didapatkan berbagai gambaran klinis serta terdiri atas dua fragmen D pada
laju nafas pasien dalam batas normal laboratorium. The International Society proses fibrinolisis sekunder.17 Plasmin
(20 kali per menit). Hal ini menandakan on Thrombosis and Haemostasis (ISTH) memecahkan fibrin ikat silang sehingga
tidak terjadi komplikasi paralisis otot- mengembangkan sebuah skoring dihasilkan fragmen X dan D dengan
otot pernafasan akibat pengaruh bisa sederhana untuk mendiagnosis DIC overt ukuran yang berbeda. Pada keadaan
neurotoksik. Pada pemeriksaan fisik dan DIC non overt dengan menggunakan normal kadar D-dimer dalam darah
pada tangan kanan dan lengan kanan parameter laboratorium yang tersedia antara 8-135 ng/mL.17 Plasmin bekerja
didapatkan sekitar luka tampak bengkak dihampir seluruh rumah sakit.12 Skor 5 memecahkan fibrin dan fibrinogen. Pada
kemerahan dan nyeri dirasakan menjalar atau lebih mengindikasikan suatu DIC fibrinolisis primer plasmin memecahkan
sampai ke bahu. Keluhan ini merupakan yang nyata (DIC overt), namun skor fibrinogen dan menghasilkan fragmen X,
Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(2): 586-590 | doi: 10.15562/ism.v12i2.1050 589
CASE REPORT
590 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(2): 586-590 | doi: 10.15562/ism.v12i2.1050