Skripsi Adibin
Skripsi Adibin
SKRIPSI
Penyusun :
ADIBIN
NIM. P00313017052
1
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
PADA BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LANGARA, KABUPATEN
KONAWE KEPULAUAN
SKRIPSI
Penyusun :
ADIBIN
NIM. P00313017052
2
3
4
5
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA
BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGARA,
KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
INTISARI
6
EVALUATION OF ADDITIONAL FOOD PROGRAMS DEFINITELY IN
THE WORKING AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER
KONAWE REGENCY OF ISLANDS
ABSTRACT
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami
kendala, tetapi berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah
dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk
itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan ucapan penghargaan kepada
bapak Petrus SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Hariani, SST, MPH selaku
pembimbing II yang telah dengan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga
kepaada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kendari
2. Ibu Sri Yunanci V.G, SST, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi
3. Bapak Dr. Sultan Akbar Toruntju, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Diploma DIV Gizi
4. Bapak dan Ibu dosen gizi yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaian penulisan
proposal skripsi ini.
5. Ibunda Kholipah dan ayahanda Nurhasim yang sangat banyak memberikan
bantuan moral, material, arahan dan selalu mendoakan keberhasilan dan
keselamatan selama menempuh pendidikan.
6. Istriku tercinta Nur Hasanah yang selalu memberi semangat dan dukungan
hingga skripsi ini selesai
7. Rekan-rekan mahasiswa program studi DIV gizi yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti
perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih
banyak kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
E. Keaslian Penelitian............................................................................. 4
4. Pelaksanaan ...................................................................................................10
5. Pemantauan ....................................................................................................11
B. Kerangka Teori................................................................................. 18
ii
BAB III METODE PENELITIAN
H. Prosedur Penelitian.......................................................................... 24
B. Pembahasan ................................................................................. 41
A. Kesimpulan ................................................................................... 49
B. Saran ............................................................................................ 50
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. Kategori indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) ....... 23
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Informant consent
3. Dokumentasi penelitian
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
balita, anak usia sekolah, dan ibu hamil merupakan kelompok rawan gizi
yang sangat perlu mendapat perhatian khusus karena dampak negatif yang
kurus dan prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 12,1 % dan 37,2
%. Selain hal tersebut data Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan kurang
gizi pada anak usia 5-12 tahun sebesar 11,2 % yang disebabkan karena
berbagai hal diantaranya tidak sarapan pagi dan lebih suka makanan yang
kurus 8,0 %, balita sangat kurus 3,1 % dan balita risiko kurus 22,8 % (Badan
Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia di bawah 2
1
Usia di bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus
masa kritis dalam proses tumbuh kembang anak baik fisik maupun
kecerdasan. Kurus dan stunting pada usia sekolah akan berdampak pada
kualitas Sumber Daya Manusia. Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT)
tahun 2014 diketahui bahwa lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai
asupan energi yang kurang dari Angka Kecukupan Energi (AKE) yang
rawan gizi yang meliputi balita kurus 6-59 bulan maupun anak Sekolah
Dasar/MI dengan kategori kurus yaitu balita dan anak sekolah yang
Badan lebih kecil dari minus dua Standar Deviasi (<-2 Sd) (Juknis Pemberian
hingga kini masih saja fluktuatif. Berdasarkan data dari puskesmas Langara,
sasaran untuk balita gizi kurus menurut BB/TB pada tahun 2016 yang
orang balita sedangkan pada tahun 2017 sasaran balita gizi kurus menurut
Puskesmas Langara 2017). Masih adanya kasus gizi kurus inilah yang
2
mendasari peneliti ingin melihat Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan di
Puskesmas Langara.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi rumusan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Kepulauan
2. Tujuan Khusus
3
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
Judul
No Peneliti Subyek Metode Persamaan Perbedaan
penelitian
Evaluasi
Program
1. Tempat,
Pemberian
Ka. waktu,
Makanan
Puskesmas, In-Depth 2. Terdapat
Sri Tambahan
Ka. Gizi Interview variable
Wahyuning Pemulihan
Puskesmas, (Wawanca Metode tambahan
1. sih, Mike untuk balita
Bidan desa, ra penelitian yaitu
Indriana gizi buruk Mendalam
dan 3 Ibu monitoring
Devi Di ).
pasien gizi pemberian
puskesmas
kurang PMT pada
Andong
balita
kabupaten
Boyolali
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Evaluasi
antara hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan publik
yang ditentukan.
kebijakan publik hanya saja spesifikasi mengacu pada tujuan dan kriteria
kriteria tertentu serta melihat hasil yang dicapai atau tujuan dari target
5
a) Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka
target.
6
2. Pemberian Makanan Tambahan
yang diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan
kategori kurus. Bagi bayi dan anak berumur 6-24 bulan, makanan
(MP-ASI).
2.1. Tujuan
keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita gizi
kurus BB/TB, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tidak
7
gizi, khususnya pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, balita, ibu
8
3. Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan
a) Kecamatan/Puskesmas
b) Desa/Kelurahan/Pustu/Poskesdes
makanan tambahan.
c) Dusun/RW/Posyandu
Pendataan sasaran balita sesuai kriteria prioritas sasaran
diatas dan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.
9
Menyampaikan data calon sasaran penerima PMT ke
pemulihan).
4. Pelaksanaan
4.1 Pendistribusian
10
3. Pada kondisi dimana tidak memungkinkan MT dikirim langsung
Kabupaten/Kota.
membuat tanda terima yang memuat jumlah dan jenis MT. Bukti
Provinsi/Kabupaten/Kota.
5. Pemantauan
11
awal dan akhir pelaksanaan PMT. Pemantauan dilakukan oleh kepala
sistem informasi gizi terpadu untuk mencatat data sasaran individu baik
sasaran. Menu entri Konsumsi MT, berguna untuk merekam jumlah dan
berikut:
a) Puskesmas
12
b) Kabupaten/Kota dan Provinsi
c) Provinsi
d) Pusat
7. Status Gizi
penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier,
2005).
13
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
2012:17-18)
menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi
kurang maupun gizi lebih. Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu
1. Penilaian Langsung
a) Antropometri
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak dibawah kulit
(Supariasa, 2012:36)
b) Klinis
cukupan zat gizi. Hal in dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial
14
c) Biokimia
antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
d) Biofisik
gizi secara tidak langsung dengan melihat jumah dan jenis zat gizi
b) Statistik Vital
15
c) Faktor Ekologi
2) Gizi kurang
3) Gizi lebih
16
c) Gizi Buruk : apabila berat badan balita <-3 SD Klasifikasi
17
b. Kerangka Teori
Faktor Lingkungan
input (Masukan)
1. Sarana
2. Dana
3. Tenaga
Proses
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Pemantauan
4. Pencatatan dan
Pelaporan
Keberhasilan
Output/Keluaran
Program PMT
1. Cakupan kegiatan
2. Ketepatan
a. Sasaran
b. Distribusi
c. Waktu
Monitoring
Indikator keberhasilan
Balita gizi kurus sembuh
Faktor Lingkungan
18
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Langara serta dua petugas pengelola PMT-anak balita yang terdiri dari
petugas gizi puskesmas dengan latar belakang pedidikan S1 gizi yang telah
20
B. Informan
1. Jumlah Informan
2. Identitas Informan
Informan Kepala
HN Perempuan 48 S1
I Puskesmas
Informan Tenaga Gizi
SS Perempuan 31 D4 Gizi
II Puskesmas
Informan D3
IA Perempuan 24 Bidan desa
III Kebidanan
C. Objek Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
21
E. Variabel Penelitian
balita kurus
F. Definisi Operasional
1. Evaluasi yang ingin diamati dalam penelitian ini yaitu meliputi input (tenaga,
dana dan sarana), proses pendistribusian PMT dan melihat apakah ada
dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak balita
3. input merupakan bagian dari sistem yang bertugas untuk menerima data
masukan yang digunakan sebagai komponen penggerak/ menangkap
data/pemberi tenaga dimana sistem itu dioperasikan atau yang akan
dimasukan yang berupa dokumen-dokumen dasar. Input dalam penelitian
yaitu meliputi tenaga, dana dan sarana.
4. Proses dalam penelitian ini yaitu persiapan, pelaksanaan, pemantauan,
pencatatan dan pelaporan.
5. Perubahan berat badan yaitu terjadinya kenaikan berat badan setelah
22
6. Dalam penelitian ini status gizi balita di nilai menggunakan indeks Berat
penelitian ini yaitu kepala puskesmas, tenaga pelaksana gizi dan bidan desa
berat badan dan tinggi badan sebelum dan setelah pemberian diambil dari
23
H. Instrument dan Bahan Penelitian
berupa panduan wawancara, buku catatan, alat perekam, timbangan dan alat
I. Prosedur Penelitian
Kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar
1. Tahap Pra-Penelitian
ingin diteliti.
24
a) Pelaksanaan wawancara (indepth interview) kepada informan
pemulihan.
J. Manajemen Data
diperoleh suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan
25
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengambilan data
26
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Barat di Desa Langara Iwawo dan pada akhir bulan Maret bangunan
27
Kabupaten Konawe Kepulauan mempunyai batas-batas wilayah:
sebagai berikut:
Tabel 5
Jumlah Penduduk Menurut Desa
Di UPTD Puskesmas Langara
Tahun 2016
JUMLAH Luas
NO DESA
PENDUDUK (Ha)
1 LANGARA BAJO 473 8
2 MATA LANGARA 481 8
3 LANGARA INDAH 688 12
4 LAMOLUO 512 8
5 MATABAHO 362 6
6 LANGARA IWAWO 1036 18
KEL. LANGARA 14
7 1270
LAUT
8 BUKIT PERMAI 147 11
9 WAWOBILI 185 6
10 WAWOLAA 419 3
11 L. TANJUNG BATU 466 7
12 PASIR PUTUH 267 5
13 LANGKOWALA 461 6
14 LANOWATU 164 10
15 LANTULA 218 5
16 KAWA-KAWALI 314 3
Jumlah 7463 130
Sumber: Data Rill Sasaran Gizi KIA tahun 2016
28
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa Kelurahan Langara Laut
2. Sarana Kesehatan.
saat ini juga merupakan Aset dari Pemerintah Kabupaten Konawe baik
yang nantinya dapat digunakan oleh para tenaga pegawai yang ada
dipuskesmas.
29
Akses pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat
2. Tenaga Kesehatan.
30
TENAGA KESEHATAN
16 17
16
14
12
10
8 7 3
6
4 3
3
2 1 1 1 1
0
yang terendah yaitu dr. Umum, Perawat Gigi, Farmasi dan SMK Kes.
sebesar 1 orang.
3. Penilaian Input
a. Petugas
31
kader posyandu. Petugas gizi mendapatkan pelatihan tentang
Sulawesi Tenggara.
b. Dana
c. Sarana
32
4. Proses
pemulihan.
tambahan pemulihan.
4.1 Persiapan
33
tersebut.
terlebih dahulu petugas gizi menentukan sasaran balita yang akan diberi
yaitu balita usia 6-59 bulan dengan status gizi kurus berdasarkan BB/PB atau
“yang jadi sasaran dapat makanan tambahan kan balita gizi kurus
berdasarkan BB/TB, yang di utamakan keluarga yang kurang mampu
dan tidak sedang dalam perawatan. Apabila pada saat pemberian balita
tersebut sembuh maka dialihkan pada balita gizi kurus yang lain.
Sasaran balita tahun 2018 ini balita gizi kurang BB/U, seharusnya kan
BB/TB tapi waktu pelatihan tahun sebelumnya itu bidan yang ikut,
sasaran yang di pake itu, jadi saya cuman melanjutkan. Biskuit yang di
kasi ini sebetulnya kan untuk tahun 2017 tapi biskuitnya nanti datang
akhir tahun jadi distribusinya tahun ini (2018)”.
-2 SD.
34
yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2017 bahwa Sasaran
utama makanan tambahan (MT) Balita adalah balita kurus usia 6-59 bulan
Badan (TB) kurang dari minus 2 standar deviasi (<- 2 SD) yang tidak rawat
inap dan di utamakan yang keluarga kurang mampu (Juklak PMT 2017).
diberikan pada balita gizi kurus berupa makanan pabrik yaitu biskuit MP
Kotak 2
“makanan yang diberikan pada balita gizi kurus yaitu biskuit pabrikan”
(Informan 1, HN 48 thn)
35
berupa biskuit pabrikan yang telah diberikan dari Kementerian
Kesehatan.
4.2 Pelaksanaan
bahwa distribusi makanan di lakukan pada saat posyandu, selain itu ada
4.3 Pemantauan
bulannya ketika datang posyandu. Selain itu ada juga pemantauan yang
informan.
“Iya, kalo kemarin pas pengadaan datang dinas kabupaten dan dinas
provinsi datang memantau terus setelah beberapa minggu dinas provensi
datang kembali untuk melihat penyaluran dan penyimpanannya. Terus ini
kalo dinas kabupaten sendiri setiap bulan ada memantau pemberiannya.
Kalo dari kami sesuai juklaknya kami ikuti. Dilihat dulu balitanya, terus
pencatatannya, terus hasil akhirnya kita pantau, balita yang menerima
suka atau tidak juga kami melakukan pencatatan”.
“Kalo dari kepala puskesmas sendiri karena setiap bulan kan kami adakan
MINLOK jadi setiap bulan kami laporkan berapa yang balita kurus terus
berapa setok PMT yang ada”.
Langara.
“Pada saat awal di temukan itu setiap minggu saya pantau, sudah sejauh
mana perkembangannya terutama memantau berat badannya. Selain itu
juga kita melakukan Mini Lokakarya (MINLOK), jadi petugas gizinya
melaporkan perkembangannya pada waktu MINLOK”.
37
“Pencatatanya kami lakukan setiap pemberian, kebetulan pemberianya
kan setiap bulan jadi pencatatanya juga setiap bulan. Yang dicatat yang
pertama ada sasaranya, kami lihat juga status gizinya, terus setiap bulan
kami lihat bagaimana perkembangan berat badanya terus adan juga
pencatatnya sudah berapa banyak jumlah yang di berikan. Kalo
pelaporannya setiap bulan kita laporkan ke dinas kesehatan provinsi”.
5. Penilaian Output
a. Ketepatan Jumlah
JUMLAH PMT
TANGGAL
NO NAMA BALITA YANG
LAHIR
DIBERIKAN
1 As 07/11/2016 7 Dos
2 AR 22/11/2016 8 Dos
3 DA 10/08/2014 4 Dos
4 ES 11/10/2016 8 Dos
5 LD 17/01/2016 8 Dos
6 A 05/06/2013 6 Dos
7 Ah 19/01/2017 8 Dos
8 NH 28/09/2015 6 Dos
9 NK 15/12/2016 8 Dos
10 Bs 05/10/2015 2 Dos
11 RP 17/03/2017 4 Dos
12 S 08/06/2016 4 Dos
13 H 13/10/2016 9 Dos
14 SA 24/06/2015 8 Dos
15 JH 12/12/2015 7 Dos
16 Ft 21/03/2015 8 Dos
38
Dari tabel 6 dapat di ketahui bahwa jumlah balita yang
orang.
berat badan balita dipantau setiap bulan. Balita gizi kurus di ukur
39
% Kenaikan Berat Badan Balita yang mendapatkan PMT
34,33
35,00
30,00
26,56 26,15 25,37
25,00 23,08 22,73 23,46
20,93
20,00 18,18 18,26 18,75 18,39 18,16
17,81
16,92 16,90 16,92
14,81 14,78
15,00 13,73 13,64 13,79
12,79 12,50
11,27 11,94 14.51
10,96
8,70 9,37
10,00 7,69 7,84 7,69
6,90 6,25 7,00
5,63 5,48 5,81 5,26 7.56
4,94
5,00 2,94 3,45
- - - - - - -
-
40
Gambar 4 menunjukkan grafik persen kenaikan berat badan balita
yang mendapatkan PMT dapat dilihat rata-rata kenaikan berat badan balita
mengalami kenaikan berat badan sebesar 7,56% atau 0.58 kg, pada bulan
sebesar 18,16%. Pada gambar 4 juga dapat kita lihat bahwa ada 4 balita
B. Pembahasan
1. Input
manusia (tenaga), dana serta sarana dan prasarana. Evaluasi input ini
suatu program.
41
a. Sumber Daya Manuasi (Petugas)
pekerjaan.
b. Dana
terlambat.
42
dari dana Bantuan Oprasional Kesehatan (BOK) tahun anggaran
individu masyarakat.
43
2. Proses
sasaran balita yang mendapat makanan tambahan yaitu balita usia 6-59
44
bulan dengan status gizi kurus berdasarkan BB/PB atau BB/TB dibawah -2
3. Output
45
Dalam penelitian ini didapat ketidaktepatan sasaran dalam
makanan tambahan yaitu balita gizi kurus umur 6-59 bulan dengan
kategori BB/PB atau BB/TB di bawah minus 2 standar devisiasi (-2 SD).
SD.
Hal ini terjadi karena pada saat pelatihan dan penentuan sasaran
balita gizi kurus yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya (2016) itu
46
(Agustino, 2014:166).
dan kedua, hal ini karena balita tersebut tidak datang ke posyandu
berat badan balita yang mendapat PMT oleh petugas gizi di puskesmas
Langara diketahui bahwa terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus
47
badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan pada bulan
anak dilakukan secara teratur sekali setiap bulan, catat angka berat
badan anak pada KMS sesuai dengan usia anak waktu ditimbang untuk
pertumbuhan anak. Apabila kenaikan berat badan anak (BB) anak lebih
(Kemenkes RI 2010).
48
BAB V
A. Kesimpulan
SD. ataus.
49
kenaikan berat badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan
diberikan.
B. Saran
kurus.
50
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi II Kedokteran EGC. Jakarta.
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010-
2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes
RI. Jakarta
5151
Kemenkes RI, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita. Jakarta: Kemenkes RI
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdf. Diakses
tanggal 01 mei 2018 jam 09.30 WITA.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Laporan Nasional Survei Diet Total (SDT) tahun
2014. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes
RI. Jakarta
Moehji, Sjahmen. 2007. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Penerbit Papas
Sinar Sinanti. Jakarta.
Sugiyono, P.D. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Vol. 8).
Alfabeta. Bandung
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta
52
53
OBSERVASI
PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
MENURUT PEDOMAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2017
(Mengberi tanda (√) pada kolom yang disediakan sesuai denga hasil
observasi)
55
2. Pelaksanaan
a. Pendistribusian
Diberikan secara langsung oleh
petugas ke sasaran (orangtua balita)
Dilakukan selama 90 hari makan.
b. Melakukan konseling kepada
balita/orangtua balita pada saat
pemberian makanan tambahan atau
pada saat kunjungan rumah.
c. Melakukan pengukuran setiap
pengambilan makanan tambahan,
meliputi pengukuran BB dan TB.
3. Pemantauan
a. Bidan Desa
Melakukan pemantauan
perkembangan status gizi balita
melalui pengukuran BB dan TB.
Dilakukan setiap bulan.
Melakukan pemantauan mengenai
daya konsumsi balita terhadap
makanan yang diberikan.
b. Tenaga Gizi Puskesmas, Kepala
Puskesmas dan Dinas Kesehatan
melakukan pemantauan mengenai
perkembangan status gizi balita gizi kurus
setip bulan.
56
4. Pencatatan dan Pelaporan
a. Orangtua balita
Melakukan pencatatan harian
sederhana mengenai konsumsi
makanan yang diberikan
b. Bidan Desa
Melakukan pencatatan
perkembangan status gizi balita
setiap bulan
Melaporkan hasil
pencatatan ke puskesmas
setiap bulan
c. Tenaga Gizi Puskesmas
Melakukan pencatatan kembali
mengenai perkembangan/kondisi
balita gizi kurus setiap bulan.
Melaporkan hasil pencatatan ke
dinas kesehatan setiap bulan.
Melaporkan penggunaan dana BOK.
57
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BALITA
I
KURUS BB/TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGARA,
KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
Identitas Informan
IformanTenaga
1. Nama Informan : Pelaksana Gizi
2. Umur : Puskesmas
3. Jenis Kelamin :
4. Lama Bekerja :
II. Daftar Pertanyaan
59
19. Apa saja kendala program PMT di Puskesmas Langara?
20. Bagaimana cara mengatasi kendala yang ada?
21. Apakah Anda melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pelaksanaan
PMT ke Dinas Kesehatan? (Dana, kendala, jumlah sasaran, jumlah yang
menerima/mengambil, jumlah balita yang status gizinya sudah normal).
(Jika ya) Setiap apa Anda mencatat dan melaporkan? (Jika
tidak)Mengapa Anda tidak melakukan pencatatan dan pelaporan hasil
PMT?
22. Apakah ada pemantauan dari Dinas Kesehatan? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang dilakukan?
23. Apakah ada pemantauan dari Kepala Puskesmas? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang dilakukan?
24. Apakah Anda melakukan pemantauan balita penerima PMT ? Setiap
apa? Pemantauan apa saja yang Anda lakukan?
60
Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Lama Menjabat : Informan Bidan
II. Daftar Pertanyaan
61
17. Apakah ada yang tidak mengambil?
18. Apa yang akan dilakukan jika ada yang tidak mengambil?
19. Apakah menurut Anda program PMT efektif untuk menangani gizi
kurus?
20. Apa saja kendala program PMT di Puskesmas Langara?
21. Bagaimana cara mengatasi kendala yang ada?
22. Apakah Anda melakukan pencatatan dan pelaporan hasil
pelaksanaan PMT ? (Dana, kendala, jumlah sasaran, jumlah yang
menerima/mengambil, jumlah balita yang status gizinya sudah
normal).(Jika ya)
23. Setiap apa Anda mencatat dan melaporkan? (Jika tidak)Mengapa
Anda tidak melakukan pencatatan dan pelaporan hasil PMT?
24. Apakah ada pemantauan dari Tenaga Gizi Puskesmas? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang dilakukan?
25. Apakah Anda melakukan pemantauan balita penerima PMT ? Setiap
apa? Pemantauan apa saja yang Anda lakukan?
62
. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : Informan Kepala
4. Lama Bekerja : Puskesmas
II. Daftar Pertanyaan
63
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) MENJADI
INFORMAN
“Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita Gizi Kurus di Wilayah
Kerja Puskesmas Langara, Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2018”, maka dengan ini
menyatakan bersedia untuk menjadi Informan dalam penelitian ini, tanpa ada paksaan dari
pihak manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti
Informan
64
65
66
67
68
NASKAH PUBLIKASI
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA
BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGARA,
KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
Adibin dengan bimbingan Petrus dan Hariani
INTISARI
69
PENDAHULUAN
F. Latar Belakang
Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian yang tak
terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Anak balita, anak
usia sekolah, dan ibu hamil merupakan kelompok rawan gizi yang sangat perlu
mendapat perhatian khusus karena dampak negatif yang ditimbulkan apabila
menderita kekurangan gizi.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi balita
kurus dan prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 12,1 % dan 37,2
%. Selain hal tersebut data Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan kurang
gizi pada anak usia 5-12 tahun sebesar 11,2 % yang disebabkan karena
berbagai hal diantaranya tidak sarapan pagi dan lebih suka makanan yang
tidak/kurang bergizi. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016
menujukkan bahwa prevalensi stunting pada balita sebesar 27,5 %, balita kurus
8,0 %, balita sangat kurus 3,1 % dan balita risiko kurus 22,8 % (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013).
Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 diketahui
bahwa prevalensi balita kurus di provensi Sulawesi Tenggara sebesar 8,3 %,
sedangkan prevalensi balita sangat kurus sebanyak 5,1% (PSG 2017). Masalah
gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia di bawah 2 tahun (baduta)
merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. Usia di bawah
dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam
proses tumbuh kembang anak baik fisik maupun kecerdasan. Kurus dan
stunting pada usia sekolah akan berdampak pada performa belajar di sekolah,
yang pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia.
Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa lebih
dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang dari Angka
Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan 2014).
Pemberian makanan tambahan ditujukan untuk sasaran kelompok rawan
gizi yang meliputi balita kurus 6-59 bulan maupun anak Sekolah Dasar/MI
dengan kategori kurus yaitu balita dan anak sekolah yang berdasarkan hasil
pengukuran berat badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan lebih kecil dari
minus dua Standar Deviasi (<-2 Sd) (Juknis Pemberian Makanan Tambahan, Ri
n.d.).
Program Pemberian Makanan Tambahan dengan menggunakan
makanan tambahan buatan pabrik sudah dilaksanakan sejak tahun 2015 di
Kabupaten Konawe Kepulauan, akan tetapi angka prevalensi gizi kurus hingga
kini masih saja fluktuatif. Berdasarkan data dari puskesmas Langara, sasaran
untuk balita gizi kurus menurut BB/TB pada tahun 2016 yang mendapatkan
makanan tambahan pabrikan (biskuit balita) yaitu sebanyak 8 orang balita
sedangkan pada tahun 2017 sasaran balita gizi kurus menurut BB/TB yang
mendapatkan makanan tambahan berjumlah 6 orang (laporan Puskesmas
70
Langara 2017). Masih adanya kasus gizi kurus inilah yang mendasari peneliti
ingin melihat Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Langara.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi rumusan
masalah adalah Bagaimanakah pelaksanaan program pemberian makanan
tambahan pada balita gizi kurus di Puskesmas Langara, kecamatan. Wawonii
Barat, kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2018.
Tujuan Penelitian
3. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) pada balita gizi kurus menurut BB/TB di
Puskesmas Langara, Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe
Kepulauan
4. Tujuan Khusus
e) Untuk mengetahui proses input yang meliputi tenaga, dana dan sarana,
pada program pemberian makanan tambahan anak balita kurus di
Puskesmas Langara
f) Untuk mengetahui proses pelaksanaan Pembrian Makanan Tambahan
pada anak balita kurus di Puskesmas Langara
g) Untuk mengetahui output Pembrian Makanan Tambahan pada anak Balita
kurus di Puskesmas Langara.
h) Untuk mengetahui apakah ada perubahan berat badan pada anak balita
kurus sebelum dan setelah Pemberian Makanan Tambahan
Manfaat Penelitian
5. Sebagai informasi bagi pemerintah khususnya Puskesmas Langara dan
dinas terkait dalam merumuskan kebijakan berhubungan dengan
pemberian makanan tambahan pada anak balita.
6. Sebagai informasi bagi masyarakat khususnya yang berhubungan dengan
anak balita yang mendapatkan makanan tambahan
7. Sebagai wahana belajar bagi peneliti tentang evaluasi Pemberian Makanan
Tambahan anak balita
8. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi untuk penelitian
selanjutnya dengan objek yang relevan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif berupa
penelitian evaluasi dengan metode In-Depth Interview (Wawancara Mendalam).
Waktu dan Tempat Penelitian : Penelitian ini telah dilakukan selama dua hari
dimulai pada tanggal 30 s/d 31 juli tahun 2018 di puskesmas Langara Kabupaten
Konawe Kepulauan.
71
Objek Penelitian : Objek dalam penelitian ini adalah kepala puskesmas, tenaga
pelaksana gizi (TPG) dan bidan desa.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Prosedur Penelitian
4. Tahap Pra-Penelitian
f) Melakukan studi pustaka
g) Mengurus perijinan studi pendahuluan
h) Penyerahan surat ke Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan
dan Puskesmas Langara.
i) Melakukan studi pendahuluan ke lapangan.
j) Menyusun proposal skripsi
5. Tahap Pelaksanaan Penelitian
c) Pelaksanaan wawancara (indepth interview) kepada informan
d) Pencatatan, analisis singkat, dan pengambilan foto pada setiap langkah
yang dilakukan.
6. Tahap Pasca Penelitian
e) Perangkuman semua data wawancara yang telah dikumpulkan
f) Pembandingan data hasil wawancara dengan data sekunder.
g) Analisis data dan membandingkan dengan petunjuk teknis program
pemberian makanan tambahan balita
h) Penyajian data dan pembuatan simpulan dalam bentuk laporan skripsi.
Manajemen Data
Setelah peneliti melakukan pengambilan data di lapangan, maka akan
diperoleh suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
manajemen data. Manajemen data merupakan proses merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan dengan langkah mengurangi
atau menghilangkan hal-hal yang tidak perlu
72
Dalam penelitian ini, penyajian data yang digunakan adalah dengan
teks yang bersifat naratif. Penyajian data akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah dipahami.
HASIL
73
Puskesmas Langara Tahun 2016. Yaitu 4 Polindes, 1 Puskesmas dan 16
Posyandu.
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai tenaga kesehatan
yang memiliki kemampuan upaya melaksanakan upaya kesehatan dengan
paradigma hidup sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan di laksanakan
melalui upaya pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan
oleh pemerintah maupun masyarakat. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten
Konawe Kepulauan tahun 2018, selengkapnya disajikan pada Grafik. 1 sebagai
berikut ini:
TENAGA KESEHATAN
16 17
16
14
12
10
8 7 3
6
4 3
3
2 1 1 1 1
0
Penilaian Input
Petugas
Petugas adalah orang yang bertanggung jawab dan mengkoordinir program
pemberian makanan tambahan biskuit MP-ASI kepada balita kurus 6-59 bulan di
wilayah kerja puskesmas. Jumlah petugas gizi yang melakukan pendistribusian
biskuit Makanan Tambahan di puskesmas Langara berjumlah 3 orang. Selain itu
dalam proses pendistribusian petugas gizi dibantu oleh bidan dan kader posyandu.
Petugas gizi mendapatkan pelatihan tentang pemberian makanan tambahan
biskuit MP-ASI di tingkat Kabupaten dengan pemateri yang berasal dari Dinas
Kesehatan Provensi Sulawesi Tenggara.
74
Dana
Sarana
75
Sebelum kegiatan pemberian makanan tambahan dilaksanakan terlebih
dahulu petugas gizi menentukan sasaran balita yang akan diberi makanan
tambahan pemulihan. Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga pelaksana
gizi di Puskesmas Langara mengatakan bahwa balita yang mendapatkan
paket makanan tambahan pemulihan seharusnya yaitu balita usia 6-59 bulan
dengan status gizi kurus berdasarkan BB/PB atau BB/TB dibawah -2 SD dan di
utamakan keluarga yang kurang mampu. Berikut petikan hasil wawancara dengan
informan utama :
( Informan 2, SS, 31 thn)
“yang jadi sasaran dapat makanan tambahan kan balita gizi kurus
berdasarkan BB/TB, yang di utamakan keluarga yang kurang mampu dan tidak
sedang dalam perawatan. Apabila pada saat pemberian balita tersebut sembuh
maka dialihkan pada balita gizi kurus yang lain. Sasaran balita tahun 2018 ini
balita gizi kurang BB/U, seharusnya kan BB/TB tapi waktu pelatihan tahun
sebelumnya itu bidan yang ikut, sasaran yang di pake itu, jadi saya cuman
melanjutkan. Biskuit yang di kasi ini sebetulnya kan untuk tahun 2017 tapi
biskuitnya nanti datang akhir tahun jadi distribusinya tahun ini (2018)”.
76
(Informan 3, IA, 24 )
Berdasarkan hasil wawancara dari ke tiga informan diperoleh keterangan
bahwa makanan yang diberikan kepada balita gizi kurus berupa biskuit pabrikan
yang telah diberikan dari Kementerian Kesehatan.
Pelaksanaan
Pemantauan
77
Kotak 5 (Informan 2, SS 31 thn)
“Pada saat awal di temukan itu setiap minggu saya pantau, sudah sejauh mana
perkembangannya terutama memantau berat badannya. Selain itu juga kita
melakukan Mini Lokakarya (MINLOK), jadi petugas gizinya melaporkan
perkembangannya pada waktu MINLOK”.
1. Penilaian Output
a. Ketepatan Jumlah
78
Dari tabel 6 dapat di ketahui bahwa jumlah balita yang mendapat makanan
tambahan pada tahun 2018 yaitu berjumlah 16 orang.
PEMBAHASAN
79
d. Sumber Daya Manuasi (Petugas)
Petugas yang mengelola pelaksanaan program pemberian makanan
tambahan balita gizi kurus di puskesmas Langara dalam hal ini petugas gizi
telah mendapatkan pelatihan di tingkat kabupaten Konawe Kepulauan dengan
pemateri yang berasal dari dinas kesehatan Provensi. Selain petugas gizi
pelaksanaan program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus di
puskesmas Langara dibantu oleh bidan dan kader posyandu.
e. Dana
Dana yang digunakan dalam pelaksanaan pendistribusian program
pemberian makanan tambahan balita gizi kurus berasal dari dana Bantuan
Oprasional Kesehatan (BOK) tahun anggaran 2018. Adapun dana yang
dimaksud dalam pelaksanaan pendistribusian PMT ini yaitu sebagai dana
transportasi dari puskesmas ke desa tempat tinggal balita gizi kurus.
f. Sarana dan Prasarana
Sarana yang digunakan dalam poses distribusi di puskesmas Langara
yaitu kendaraan roda dua (sepeda motor), timbangan berat badan, soft copy
petunjuk pelaksanaan program makanan tambahan tahun 2017, formulir
pelaporan pemberian makanan tambahan balita gizi kurus tahun 2017.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas gizi dipuskesmas Langara
diperoleh keterangan bahwa sarana yang ada di puskesmas Langara sudah
cukup memadai untuk melakukan distribusi makanan tambahan pada balita gizi
kurus.
6. Proses
Proses pelaksanaan pemberian makanan tambahan di puskesmas
Langara dilakukan mulai dari perencanaan jumlah sasaran. Adapun Jumlah
sasaran yang digunakan untuk program pemberian makanan tambahan di
puskesmas Langara yaitu menggunakan sasaran riil. Petugas puskesmas
merekap semua jumlah balita gizi kurus di wulayah kerja puskesmas Langara
kemudian mengumpulkan rekapan tersebut ke Dinas Kesehatan kabupaten
Konawe Kepulauan. Selanjutnya Dinas Kesehatan kabupaten merekap semua
jumlah balita gizi kurus di wilayah kabupaten Konawe Kepulauan dan
mengajukannya ke Dinas Kesehatan Provensi.
Berdasarkan hasil wawancara sasaran yang digunakan untuk
menentukan balita yang mendapat makanan tambahan di puskesmas Langara
yaitu balita gizi kurang BB/U. Sedangkan menurut Petunjuk Teknis
Pelaksanaan pemberian Makanan Tambahan tahun 2017 sasaran balita yang
mendapat makanan tambahan yaitu balita usia 6-59 bulan dengan status gizi
kurus berdasarkan BB/PB atau BB/TB dibawah -2 SD dan di utamakan keluarga
yang kurang mampu.
Apabila dibandingkan dengan JUKNIS Pemberian Makanan Tambahan
yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sasaran yang digunakan di
puskesmas Langara tersebut jelas belum sesuai dengan petunjuk teknis
pelaksananan pemberian makanan tambahan. Ketidak sesuaian ini diakibatkan
karena yang mengikuti kegiiatan pada saat pelatihan dan penentuan sasaran
80
untuk balita yang akan mendapat makanan tambahan tahun 2017 di
laksanakan oleh Bidan .Sehingga terjadi ketidak sesuaian sasaran.
7. Output
Dalam penelitian ini didapat ketidaktepatan sasaran dalam pemberian
makanan balita gizi kurus (berdasarkan indikator BB/U). Berdasarkan Juknis
Pelaksanaan pemberian makanan tambahan tahun 2017 dari Kementerian
Kesehatan seharusnya sasaran yang mendapat makanan tambahan yaitu
balita gizi kurus umur 6-59 bulan dengan kategori BB/PB atau BB/TB di bawah
minus 2 standar devisiasi (-2 SD). Namun sasaran yang diberikan makanan
tambahan di puskesmas Langara yaitu balita gizi kurang berdasarkan indeks
BB/U dibawah -2 SD.
Hal ini terjadi karena pada saat pelatihan dan penentuan sasaran balita
gizi kurus yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya (2016) itu bidan yang
mngikuti, sehingga sasaran yang di gunakan sasaran tersebut, jadi pada saat
distribusi sasaran tersebut yang digunakan.
Berdasarkan hasil pemantauan berat badan balita gizi kurus oleh
petugas gizi di puskesmas Langara diketahui bahwa terjadi kenaikan berat
badan balita gizi kurus ketika mengkonsumsi biskut makanan tambahan yang
diberikan.
8. Kenaikan Berat Badan
Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan
yang diterbitkan oleh Kemenkes RI (2017) disebutkan bahwa kegiatan
pemantauan dilakukan setiap bulan selama pelaksanaan program.
Pemantauan meliputi pelaksanaan program, pemantauan berat badan setiap
bulan, sedangkan pengukuran panjang/tinggi badan hanya pada awal dan
akhir pelaksanaan pemberian makanan tambahan dan memastikan makanan
dikonsumsi oleh balita. Pemantauan dan bimbingan teknis dilakukan oleh
kepala puskesmas, tenaga pelaksanan gizi puskesmas atau bidan di desa.
Tabel 7 menunjukkan bahwa ada 4 balita yang tidak dilketahui berat
badannya pada saat pemberian makanan tambahan bulan pertama dan kedua,
hal ini karena balita tersebut tidak datang ke posyandu sehingga pada bulan
pertama dan kedau tidak di lakukan penimbangan pada balita tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 (SS, 31 thn)
pemantauan berat badan balita yang mendapat makanan tambahan dilakukan
setiap bulan di posyandu. Berdasarkan hasil pemantauan berat badan balita
yang mendapat PMT oleh petugas gizi di puskesmas Langara diketahui bahwa
terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus ketika mengkonsumsi biskut
makanan tambahan yang diberikan. Pada bulan pertama pemberian makanan
tambahan balita yang mendapatkan makanan tambahan mengalami kenaikan
berat badan sebesar 0.58 kg atau 7,56%, pada bulan kedua rata-rata
mengalami kenaikan berat badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%,
sedangkan pada bulan ketiga balita yang mendapatkan makanan tambahan
mengalami kenaikan berat badan sebesar 1,41 kg atau sebesar 18,16%.
81
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Input program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus di puskesmas
Langara seperti sumber daya manusia (petugas), dana dan sarana berupa
kendaraan roda dua (sepeda motor), timbangan berat badan, soft copy
petunjuk pelaksanaan program makanan tambahan tahun 2017, formulir
pelaporan pemberian makanan tambahan balita gizi kurus tahun 2017, sudah
cukup memadai untuk melakukan distribusi makanan tambahan pada balita gizi
kurus.
2. Pada proses penentuan sasaran yang digunakan di puskesmas Langara belum
sesuai dengan petunjuk teknis pelaksananan pemberian makanan tambahan.
Karena penentuan sasaran yang akan mendapat makanan tambahan
menggunakan indikatori BB/U dibawah -2 SD sedangkan sesuai JUKNIS
seharusnya menggunakan indikator BB/TB dibawah -2 SD. ataus.
3. Output program pemberian makanan tambahan berupa ketepatan sasaran dan
waktu distribusi. Sasaran balita yang diberikan makanan tambahan belum tepat
sesuai JUKNIS. Waktu pemberian telah dilakukan sesuai dengan JUKNIS yaitu
di berikan selama 90 hari makan.
4. Pada bulan pertama pemberian makanan tambahan balita yang mendapatkan
makanan tambahan mengalami kenaikan berat badan sebesar 0.58 kg atau
7,56%, pada bulan kedua rata-rata mengalami kenaikan berat badan sebesar
1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan pada bulan ketiga balita yang
mendapatkan makanan tambahan mengalami kenaikan berat badan sebesar
1,41 kg atau sebesar 18,16%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa terjadi kenaikan berat badan balita ketika mengkonsumsi biskut
makanan tambahan yang diberikan.
Saran
1. Dalam meningkatkan ketepatan sasaran, pengelola gizi di tingkat kabupaten
dan provensi perlu meningkatkan pemantauan ke petugas yang melaksanakan
pendistribusian Makanan Tambahan Balita gizi kurus.
2. Petugas perlu melakukan swiping penimbangan bagi balita yang tidak datang
posyandu agar pemantauan berat badan balita yang mendapatkan makanan
tambahan dapat di ketahui setiap bulannya.
DAFTAR PUSTAKA
82
Dinas Kesehatan Kabupaten K o n a w e K e p u l a u a n . 2016. Laporan Tahunan
Seksi KIA dan Gizi Masyarakat tahun 2016. Dinas Kesehatan. Konawe
Kepulauan.
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Handayani, Lina, dkk. 2008. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Anak
Balita. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Volume 11 No 1. Tahun 2008
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010-
2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI.
Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Laporan Nasional Survei Diet Total (SDT) tahun
2014. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI.
Jakarta.
83