PFM Kudapan
PFM Kudapan
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Anis Diah Pitaloka
Atikah Adiratna
Dyah Samsiati
Naili Laili
Yetri Ika Ayu
Kelompok 4
Daftar Isi
Kata pengantar 2
Daftar isi 3
Bab I Pendahuluan 5
- Latar belakang 5
- Rumusan masalah 5
- Tujuan penulisan 5
Bab 3
- Kasus 7
- Metedologi Praktikum 8
Bab 4
- Hasil dan Pembahasan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak-anak dan makanan merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Anak-anak
memiliki kegemaran untuk mengkonsumsi jenis makanan jajanan secara berlebihan,
khususnya anak-anak usia sekolah dasar. Dalam keseharian banyak ditemukan anak-anak
selalu dikelingi penjual makanan jajanan, baik yang ada dilingkungan tempat tinggal
hingga sekolah. Makanan jajanan tersedia dan disajikan dalam kemasan plastik maupun
makanan cepat saji atau fast food (Sugiartono, 2008). Akan tetapi yang mereka konsumsi
masih banyak makanan jajanan yang membahayakan kesehatan, mutu dan gizinya tidak
seimbang.
Makanan merupakan kebutuhan dasar terpenting yang mampu meningkatkan kualitas
fisik dan kecerdasan seseorang. Berangkat dari fungsi yang demikian mendasar, selain
pangan membutuhkan persyaratan harus bergizi dan memiliki mutu yang baik, pangan
juga harus aman dikonsumsi (Judarwanto, 2006). Makanan yang bergizi bisa diperoleh
dari makanan utama dan makanan jajanan.Makanan yang kita konsumsi biasanya selain
makanan pokok ada juga makanan jajanan.Makanan jajanan adalah makanan dan
minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan
sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga,
rumah makan/restoran, dan hotel.
Isu tentang bahaya makanan menjadi topik hangat yang dibicarakan berbagai
kalangan, termasuk para orang tua.Kasus formalin, boracks, hingga zat pewarna pada
makanan membuat kita semua harus lebih hati-hati lagi dalam memilih makanan
terutama makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak. Dalam hal ini para orang tua harus
melakukan pengawasan lebih ketat terhadap makanan apa saja yang dibeli bebas alias
jajanan. Suhardjo (1989) menyebutkan bahwa kebiasaan jajan merupakan istilah untuk
menggambarkan kebiasaan dan prilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan
seperti frekuensi makan, jenis makanan, kepercayaan terhadap makanan (pantangan),
preferensi terhadap makanan, dan cara pemilihan makanan.
Satu masalah yang sering dilupakan namun sangat penting adalah masalah jajanan
anak di sekolah.Saat dimana anak-anak diluar pengawasan orang tua yang menghabiskan
setengah waktunya di sekolah. Mereka memilih kebebasan untuk menggunakan uang
jajan untuk makanan dan minuman sesuai dengan selera anak. Kurang lebih hanya 5 %
anak-anak tersebut membawa bekal dari rumah (Suryani, 2008). Makanan jajanan yang
dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street foodmenurut
FAO (Food and Agricultural Organization) didefenisikan sebagai makanan dan minuman
yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat
keramaian umum yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau
persiapan lebih lanjut (Februhartanti, 2004).
Tumbuh kembang pada anak usia sekolah dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya
yaitu pemberian nutrisi tergantung kualitas dan kuantitas yang baik. Kondisi gizi pada
kelompok anak usia sekolah umumnya lebih baik dibandingkan kelompok balita, karena anak
usia sekolah asupannya mudah diakses baik itu disekolah maupun dirumah. Namun,
kenyataan di lapangan, masih terdapat kondisi anak yang memiliki masalah gizi, seperti
anemia, berat badan yang kurang, defisiensi Vit. C, dan pada daerah tertentu terjadi defisiensi
iodium (Yuniastuti, 2014) (Kementerian dalam negeri, 2011).
Berdasarkan keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1997 tentang Program Makanan
Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) dengan pendekatan partisipatif dan terdisentralisasi
kepada Tim Pelaksana tingkat Kelurahan (Inpres, 1997). PMT-AS bertujuan untuk mencegah
masalah kekurangan energi protein pada kelompok anak usia sekolah, seperti siswa Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), serta untuk mengurangi kecacingan pada anak.
Pelaksanaan PMT-AS bagi peserta didik usia sekolah dasar saat itu menunjukkan berbagai
pengaruh yang positif terhadap ketahanan fisik anak, ketahanan belajar siswa pada jam
pelajaran di sekolah dan pada akhirnya dapat dipengaruhi prestasi anak di sekolah
(BPMPKB, 2015), (Kementerian Dalam Negeri, 2011), (Noviyani, 2013) .
Salah satu persoalan kesehatan yang masih perlu perhatian khusus dari pemerintah adalah
masalah gizi kurang, terutama bagi daerah - daerah yang jauh dari perkotaan. Masalah
kurang gizi sangat merisaukan karena mengancam kwalitas sumber daya manusia dimasa
mendatang.
b. Protein
Protein terdiri dari asam amino. Fungsi dari protein antara lain, yaitu sebagai
pengganti jaringan yang rusak, untuk pertumbuhan serta sebagai antibody
(kekebalan tubuh). Kandungan protein pada makanan jajanan berkisar antara 0,8-
15,6 gram per porsi makanan jajanan (Winarno, 2004).
c. Lemak
Lemak banyak terdapat pada jenis makanan yang bersumber dari hewani dan
nabati. Fungsi dari lemak adalah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh,
pembentukan sel, sumber asam lemak essensial, memberi rasa kenyang, lezat, dan
memelihara suhu tubuh. Kandungan lemak pada makanan jajanan berkisar antara
0,8-19,3 gram per porsi makanan jajanan (Winarno, 2004).
d. Karbohidrat
Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hidrogen, dan
oksigen, terdapat dalam tumbuhan seperti beras, jagung, dan umbi-umbian, dan
terbentuk melalui proses asimilasi dalam tumbuhan. Fungsi dari karbohidrat antara
lain sebagai sumber energi utama yang diperlukan untuk gerak, memberi rasa
kenyang, pembentukan cadangan sumber energi. Kelebihan karbohidrat dalam
tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan sumber energi yang
sewaktu-waktu dapat digunakan. Kandungan karbohidrat pada makanan jajanan
berkisar antara 7,4-57,6 gram per porsi makanan jajanan (Winarno, 2004).
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang
meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang
sesuatu yang bersifat informal.
c. Media
Media yang paling berperan dalam hal ini adalah televisi (TV). Menurut Ratnawati
(2001), kebiasaan menonton televisi akan memberikan dampak langsung pada
perilaku makan seorang anak. Hal ini dikarenakan sangat intensifnya acara televisi
yang menyertakan berbagai iklan termasuk iklan makanan dan minuman yang
menggiurkan.
Kebiasaan jajan pada anak sekolah dipengaruhi oleh lingkungan, teman sebaya,
orang tua, media massa, jenis jajanan anak. Lingkungan berperan penting dalam
menyediakan jajanan yang beraneka ragam sehingga dengan banyaknya pilihan
jajanan yang tersedia akan mempengaruhi keinginan anak untuk membeli jajanan
tersebut. Selain lingkungan teman sebaya juga berpengaruh pada kebiasaan jajan
anak, hal ini dikarenakan teman sebaya sering mengajak anak untuk membeli
makanan jajanan yang tersedia dilingkungan sekolah. Sedangkan orang tua berperan
penting dalam membentuk kebiasaan jajan anak, salah satu faktornya adalah
kebiasaan orang tua memberikan uang saku kepada anak untuk membeli jajanan
disekolah (Sinta, 2015).
Anak-anak lebih menyukai jajan karena makanan jajanan anak sekolah yang
murah, mudah didapat, menarik, bervariasi dan harganya terjangkau. Selain itu
mereka lebih menyukai membeli makanan jajanan pada pedagang kaki lima daripada
membawa bekal dari rumah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa jajanan banyak
dijumpai di lingkungan sekitar sekolah dan rutin dikonsumsi sebagian besar anak
sekolah. Bahkan berapapun uang jajan dihabiskan untuk membeli makanan yang
kurang memenuhi standar gizi ini (Lutfi, 2015).
Kebiasaan jajan pada anak menyumbang sekitar 20% dari kalori yang dibutuhkan.
Kebiasaan mengonsumsi makanan jajanan pada anak terjadi karena anak-anak
menghabiskan seperempat waktu mereka di sekolah, di mana sekolah menyediakan
beragam jenis makanan jajanan yang menarik. Street food menurut definisi Food and
Agricultral Organization (FAO) adalah makanan dan minuman yang dijual oleh
pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum yang langsung
dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Data Badan
Pengawas Obat dan Makanan dalam Yuliastuti (2012) menyebutkan bahwa 78 persen
anak sekolah mengonsumsi makanan jajanan di lingkungan sekolah.
Irianto (2007) menyebutkan bahwa dampak pada kebiasaan jajan anak akan
menyebabkan gangguan gizi, anak bisa cacingan, anemia, obesitas. Jajanan anak juga
hampir merusak semua organ, hati terjadi sirosis hati, gagal ginjal dan organ
metabolik lain, hingga kanker. Sedangkan jajanan yang mengandung virus atau
bakteri bisa menyebabkan diare, muntah-muntah hingga keracunan dan ini juga
termasuk dampak pada jangka pendek. Pada penelitian ini menunjukan bahwa
terdapat anak yang mengalami gangguan gizi.
3.4 Keeratan Hubungan Kebiasaan Jajan Anak Dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah
Kebiasaan jajan yang tidak higenis memungkinkan jajanan terkontaminasi oleh
mikroba maupun penggunaan bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan
(Mudjajanto, 2006). Makanan jajanan mengandung banyak resiko, debu, dan lalat
yang hinggap pada makanan yang tidak ditutupi dapat menyebabkan penyakit pada
sistem pencernaan. Dampak pada kebiasaan jajan anak menyebabkan gangguan gizi,
anak bisa cacingan, anemia, obesitas (Irianto, 2007).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
4.0 Waktu dan Tempat Praktikum
Pengembangan resep dilakukan di Laboratorium masak Politeknik Kesehatan
Banjarmasin Jurusan Gizi. Pengembangan resep ini dimulai dari persiapan bahan makanaan,
pengolahan bahan makanan hingga penyajian makanan dan penilaian subjektif panelis terhadap
makanan.
4.1 Kasus
A. Alat
B. Bahan
Bahan Kulit
2. Prosedur Kerja
3. Diagram Alir
Susu bubuk, mentega, garam, merica dan 1 butir telur, kedalam adonan kentang kukus yang telah
dihaluskan. Aduk adonan hingga tercampur merata
Buat adonan dengan mengambil adonan sebanyak 2 sendok makan, kemudian letakkan ditelapak
tangan setengah bulat lonjong, lalu diisi dan kepalkan hingga berbentuk bulat.
Siapkan kocokan putih telur, masukkan adonan kroket kedalamnya kemudian, lumuri dengan
tepung panir.
K
Kemudian, goreng adonan kroket di minyak yang panas, hingga berwarna coklat keemasan.
K
Angkat dan Tiriskan
4.3 Prosedur Pembuatan Resep Formula Modifikasi (Kroket Kentang Isi ayam Wortel)
A. Alat
B. Bahan
2. Prosedur Kerja
● Kupas kentang..lalu rebus sampai matang
● Cuci bersih ayam, kemudian kukus dan suwir - suwir
● Panaskan mentega, tumis bawang putih yg sdh dicincang halus..sampai harum..kemudian
masukkan potongan wortel, ayam, kaldu bubuk, garam, dan gula..aduk sampai matang
● Setelah kentang matang..hancurkan dengan garpu sampai halus
● Ambil 1sdm adonan kentang..pipihkan kemudian isi dengan wortel..lalu bentuk bulat.
Lakukan sampai adonan habis.
● Celupkan bulatan kentang kedalam terigu yang sdh dilarutkan dengan air..kemudian
gulingkan di breadcrumbs.
● Simpan adonan dalam kulkas +- 15 menit atau lebih..kemudian goreng.
● Sajikan dengan saus sambal
3. Diagram Alir
Bentuk menjadi bulatan, dan celupkan pada terigu yang dicairkan, lalu giling di breadcrumbs
BAB 1V
5.1 Hasil
warna
10% 10%
Berdasarkan hasil
10% presentase dapat
diketahui bahwa
10% frekuensi terbesar
sebesar 60 %
menyatakan suka.
60%
b. Hasil Uji Daya
Terima Aroma
sangat suka suka agak suka
agak tidak suka tidak suka
aroma
10% 10%
10%
10%
60%
rasa
8% 8%
8%
17%
58%
10%
20%
50%
Pada praktikum kali ini, untuk resep kudapan adalah "Bola-bola Kentang Wortel". Pada
menu ini, mengandung karbohidratnya dari kentang, dan wortel yang banyak mengandung
vitamin A baik untuk masa pertumbuhan anak. Adapun pada uji organoleptiknya, warna pada
bola-bola kentang wortel iyalah jingga keemasan yang mana menarik mata untuk segera
mencicipinya, teksturpun lembut karena bahan dasar juga dari kentang, serta tambahan cita rasa
crispy yang berasal dari tepung panirnya. Rasanya guring dan tambah nikmat ditambah saos,
aromanya memiliki aroma yang khas dan menggugah selera.
Untuk uji daya terima menu kudapan anak ini sebagai berikut:
5.2.1 Warna
Berdasarkan hasil praktikum resep kudapan anak terhadap daya terima warna pada
produk menyatakan 60% panelis memilih suka
5.2.2 Aroma
Berdasarkan hasil praktikum resep kudapan anak terhadap daya terima aroma pada
produk menyatakan 60% panelis memilih suka
5.2.3 Rasa
Berdasarkan hasil praktikum resep kudapan anak terhadap daya terima rasa pada produk
menyatakan 59% panelis memilih suka
5.2.4 Tekstur
Berdasarkan hasil praktikum resep kudapan anak terhadap daya terima tekstur pada
produk menyatakan 50% panelis memilih suka
Iryanto, K.(2007), Gizi Dan Pola Hidup Sehat, CV. Yrama Widya, Bandung
Lutfi, M. A. (2015), Hubungan Antara Konsumsi Jajanan Kaki Lima Terhadap Penyakit Diare
Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 13 No 3, Desember 2015.
Widaninggar, (2010). Menuju Kantin Sehat di Sekolah. Jakarta : Kepala Pusat Pengembangan
Kualitas Jasmani Kementrian Pendidikan Nasional.
Sulistyoningsih, H. (2011), Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak, Graha Ilmu, Yogyakarta.