Anda di halaman 1dari 2

Jual Beli Organ Tubuh Karena Alasan Kesehatan Dimata Hukum

Nama : Mochamad Rayyan Buftiem

Kelas : HI 2C

NIM : 11211130000117

Peraturan perundang-undangan yang membahas mengenai jual beli organ tubuh


manusia sebenarnya ditujukan untuk dapat digunakan dengan sebagaimana mestinya sesuai
dengan fungsi yang seharusnya dijalanakan, dimana untuk melindungi masyarakat, baik itu
secara perorangan maupun berbentuk badan. Namun dalam pelaksanaanya yang terlihat
justru sebaliknya, undang-undang justru digunakan sebagai pembatas yang mengekang hak
kebebasan warga negara untuk mengeluarkan pendapat, mengkritik, dan mengungkap
kebenaran yang harusnya di ungkap. Ancaman pidana yang berat dapat menjadi pelajran
mendasar bagi setiap warga negara dalam berekspresi.

Kasus hukum digunakan sebagai dasar untuk menilai seseorang jika tindakan yang
bersangkutan tidak jelas oleh undang-undang seperti hal nya penjualan organ, keputusan
tersebut harus lah memiliki kekuatan tetap, saling melengkapi, dan menjunjung keadilan
sebagai dasar untuk memutuskan pada kasus serupa, dan Mahkamah Agung menjunjung
tinggi keputusan final bagi terdakwa.

Syarat subjektif melekat pada pelaku tindak pidana, sedangkan unsur objektif se
berkaitan dengan keadaan di mana kejahatan itu akan dilakukan oleh pelaku. 1Menjual dan
membeli organ tubuh manusia memang baik dalam agama dan hukum dan berlaku di
Indonesia jika memang didasarkan pada kebaikan, Namun jika kita melihat dalam
kejanggalan praktiknya di lingkungan masayarakat, dapat dijumpai bahkan tidak hanya sekali
duakali, namun berkali kali orang yang mau menjual salah satu organ tubuhnya terutama
seperti ginjal, gigi, hati guna mendapatkan uang.

1
I Wayan Merta Jaya, Anak Agung Sagung Laksmi Dewi, and I Maoe Hinggu Widyantara, ‘Akibat Hukum Jual
Beli Organ Tubuh Manusia Dalam Hukum Positif Di Indonesia’, Jurnal Konstruksi Hukum, 2.3 (2021), 661–66
<https://doi.org/10.22225/jkh.2.3.3675.661-666>.
Salah satu Kasus jual beli organ tubuh yang diketahui kebeneranya melalui media
sosial yaitu seorang Pemuda berinisial AS dan IS dari Ambon yang mendapatkan kesempatan
beasiswa untuk kuliah di Jakarta. Kesepakatan yang terjadi antara IS dengan AS ialah, AS
membeli ginjal IS sehar ga 30 juta rupiah. Namun pada akhirnya, pihak AS selaku pembeli
hanya membayar IS atas ginjalnya sebesar 19 juta rupiah. Pihak keluarga AS mengatakan
bahwa uang tersebut telah digunakan untuk membayar keperluan IS selama berada di rumah
sakit. 2

Menurut pendapat saya sendiri kasus jual beli organ tubuh terjadi karena adanya
kesepakatan antara 2 pihak karena saling menguntungkan, sehingga tidak ada para pihak
yang pada kepolisian karean ketakutanya dengan pidana, sehingga polisi sendiri tidak tau
menau bahwa ada ada tindakan jual beli organ tubuh manusia. Oleh karena itu, agar efektif,
dalam UU NO.80 hukuman pidana diatur dalam Pasal 23 tahun 1992 tentang kesehatan,
bahwa harus dan perlu adanya pihak ketiga melaporkan perbuatan atau secara aktif untuk
menemukan bukti bahwasanya memang betul adanya perbuatan jual beli organ tubuh dan
sudah seharusnya diselesaikan dengan cara hukum dan dikenakan pidana jadi sangat lah perlu
bahwa hukum pidana ini tegak dalam masyarakat.

2
Jaya, Dewi, and Widyantara.

Anda mungkin juga menyukai