Anda di halaman 1dari 11

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS HUKUM

HUKUM PERNIAGAAN INTERNASIONAL PERANAN HUKUM ASURANSI

Disusun Oleh : Nama NIM : Ramzi Baraba : 08/267639/HK/17864

YOGYAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di dalam pelaksanaan pembangunan nasional tersebut, masyarakat mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan dan dituntut dapat berpartisipasi dan berperan aktif bersama pengusaha dalam upaya menuju perbaikan dan peningkatan taraf hidup bangsa dengan jalan meningkatkan produksi dan produktifitas kerja. Penyelenggaraan perlindungan, pemiliharaan dan peningkatan kesejahtraan

merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan negara, Indonesia seperti halnya berbagai negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.1 Peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko maupun kondisi yang mengandung kemungkinan terjadinya penyimpangan yang lebih buruk dari hasil yang diharapkan. Seperti suatu keadaan yang dapat menciptakan atau meningkatkan kemungkinan timbulnya kerugian, misalnya konstruksi yang tidak kokoh, barang-barang yang berbahaya, api yang disimpan di dalam gedung ataupun bencana yang tak terduga datangya.

Thoga M.Sitorus, Kompas, Jaminan Sosial dan Perkembanganya, diakses melalui www.kompas.com pada tanggal 20 September 2007

Oleh karena itu kepada masyarakat perlu diberikan perlindungan, pemiliharaan dan peningkatan kesejahtraannya, sehingga pada gilirannya akan dapat maningkatkan produktivitas nasional. Perlindungan tersebut dapat diberikan melalui Jasa Asuransi.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan hal yang dikemukan diatas, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Peranan Hukum Asuransi dalam Masyarakat? 2. Bagaimana Pengaturan Asuransi Komersial di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. 2. Mengetahui bentuk dan pelaksanaan Hukum Asuransi dalam masyarakat. Mengetahui ruang lingkup Pengaturan Asuransi di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN

A. Peranan Hukum Asuransi dalam Masyarakat Indonesia 1 Pengertian Asuransi Asuransi diatur dalam KUHD, tepatnya pada pasal 246 KUHD dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian merumuskan asuransi atau pertanggungan sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Rumusan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Asuransi tersebut lebih luas jika dibandingkan dengan rumusan Pasal 246 KUHD karena mencakup juga asuransi kerugian dan asuransi jiwa.. Pihak-pihak yang menjadi subjek dalam asuransi adalah penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjian asuransi. Penanggung dan tertanggung adalah pendukung hak dan kewajiban. Penanggung wajib memikul risiko yang dialihkan kepadanya dan berhak memperoleh pembayaran premi, sedangkan tertanggung wajib membayar premi dan berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya yang diasuransikan.2

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal.8.

Dari rumusan di atas setidaknya terlihat adanya dua perbedaan mendasar antara asuransi dan penjaminan yaitu, Pertama, subjek yang menjadi para pihak. Dalam penjaminan ada tiga pihak yang menjadi subjek yaitu penanggung, debitur sebagai pihak tertanggung dan bank sebagai pihak yang menerima manfaat penanggungan.. Kedua, kewajiban membayar premi dan menerima penggantian kerugian. Dalam asuransi yang wajib membayar premi adalah pihak yang berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya yang diasuransikan. Sedangkan dalam penjaminan, premi dibayar oleh nasabah, sedangkan yang berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian adalah bank. Dalam kaitannya dengan skim penjaminan, lembaga penjamin sebagai penanggung harus melepaskan hak istimewanya untuk menuntut barang-barang debitur lebih dulu disita dan dijual.3 Apabila hak istimewa tersebut tidak dilepaskan maka skim penjaminan tersebut tidak akan berjalan. Asuransi memiliki beragam pengertian, baik dari para ahli maupun dari peraturan perundang undangan yang terdapat di Indonesia. Menurut BlacksLaw Dictionary mendefinisikan asuransi sebagai Suatu perjanjian yang menjadi dasar bagi penanggung pada satu pihak berjanji akan melakukan sesuatu yang bernilai bagi tertanggung sebagai pihak yang lain atas terjadinya kejadian tertentu; sebuah perjanjian yang menjadi dasar bagi satu pihak mengambilalih suatu risiko yang dihadapi oleh pihak yang lain atas imbalan pembayaran sejumlah premi. Sedangkan pengertian asuransi menurut KUH Dagang Pasal 246 KUH Dagang adalah Suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian memberikan pengertian yang lebih kompleks mengenai asuransi, menurut UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, asuransi yaitu Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita oleh
3

Mariam Darus, Op.cit, hal.102

tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan. 2 Perkembangan Kebutuhan Masyarakat Terhadap Asuransi Peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko maupun kondisi yang mengandung kemungkinan terjadinya penyimpangan yang lebih buruk dari hasil yang diharapkan. Seperti suatu keadaan yang dapat menciptakan atau meningkatkan kemungkinan timbulnya kerugian, misalnya konstruksi yang tidak kokoh, barang-barang yang berbahaya, api yang disimpan di dalam gedung ataupun bencana yang tak terduga datangya. Masyarakat membutuhkan suatu proteksi terhadap kelangsungan hidupnya agar terjamin dari resiko - resiko yang ada. Oleh karena itu kebutuhan asuransi kini mulai dirasa memiliki peranan penting dalam masyarakat. Adapun peranan peranan asuransi terhadap kebutuhan masyarakat adalah sbagai berikut : a. Sebagai proteksi terhadap risiko finansial sebagai akibat timbulnya : 1). Kerugian, kerusakan dan kehilangan yang menimpa harta benda yang dimiliki atau dikuasai ; 2). Tuntutan tanggung jawab hukum atas kesalahan dan/atau kelalaian pribadi atau yang berada di bawah pengawasan atau tanggung jawabnya, atau mereka yang tindakannya terkait dengannya di bawah undang-undang; 3). Pendapatan atau keuntungan yang diharapkan ; 4). Piutang yang tidak tertagih ; dan 5). Biaya pengobatan atau perawatan kesehatan b. Sebagai kompensasi atas kehilangan anggota badan atau cacat badan atau meninggal dunia. c. Sebagai jaminan kelangsungan pendapatan sendiri (termasuk badan usaha) dan keluarga (atau yang menjadi tanggung jawabnya termasuk karyawan)

d. Sebagai sarana investasi dan tabungan. e. Sebagai sarana berbagi risiko dan tolong menolong apabila terjadi musibah. f. Sebagai strategi efisiensi pemanfaatan modal sehingga tidak perlu melakukan pencadangan atas risiko kerugian yang mungkin timbul sehingga modal yang dimiliki dapat dipergunakan sepenuhnya untuk kepentingan bisnis. g. Pendukung strategi pengambilan kebijakan bisnis atau tindakan pribadi, misalnya atas rencana investasi atau perluasan usaha, pemberian kredit, risiko kegagalan pelaksanaan kontrak dan kegiatan pribadi yang mengandung risiko tinggi. h. Dasar pengaturan anggaran biaya, dan i. Pemberi rasa aman mengetahui risiko yang mungkin terjadi akan ditanggung oleh perusahaan asuransi. B. Pengaturan Asuransi Komersial di Indonesia Asuransi diatur dalam KUHD, tepatnya pada pasal 246 KUHD dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian merumuskan asuransi atau pertanggungan sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Dari pengaturan pengaturan tersebut dapat ditarik ruang lingkup pengaturan hukum asuransi kedalam Hukum Perdata dan Hukum Dagang atau Bisnis. 1. Pengaturan asuransi sebagai sebuah perjanjian di bawah KUH Perdata a. Syarat sahnya sebuah perjanjian b. Asas hukum sahnya sebuah perjanjian c. Dasar hukum perjanjian asuransi Diatur dalam Pasal 1774 KUH Perdata. Menurut pasal tersebut, perjanjian asuransi digolongkan ke dalam perjanjian untung-untungan. Penggolongan perjanjian asuransi sebagai perjanjian untung-untungan tidak sesuai dengan sifat perjanjian asuransi yang sesungguhnya. d. Subyek perjanjian asuransi e. Lahirnya perjanjian asuransi f. Sifat perjanjian asuransi g. Keseimbangan kepentingan penanggung dan tertanggung h. Sanksi atas wanprestasi dalam pemenuhan kewajiban i. Tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga j. Pembatalan perjanjian k. Penafsiran perjanjian

2. Pengaturan asuransi sebagai sebuah perjanjian di bawah KUH Dagang a. Penggolongan dan jenis-jenis asuransi b. Penyebab yang ditanggung dalam perjanjian asuransi (proximate cause) c. Tujuan dan prinsip-prinsip pokok asuransi

d. Keseimbangan kepentingan e. Hubungan premi dan jumlah pertanggungan dan perhitungan ganti kerugian f. Bukti pengalihan risiko kepada penanggung g. Pengecualian dan pembatasan h. Pembatalan dan berakhirnya perjanjian asuransi i. Penyelesaian sengketa j. Penafsiran perjanjian k. Sanksi 3. Pengaturan asuransi sebagai sebuah bisnis UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian (UU Bisnis Asuransi) : a. Landasan tujuan dan fungsi asuransi 1) Salah satu upaya untuk menanggulangi risiko yang dihadapi masyarakat 2) Sebagai lembaga penghimpun dana masyarakat 3) Memiliki kedudukan strategis dalam pembangunan dan kehidupan perekonomian dalam memajukan kesejahteraan umum b. Tujuan pengaturan bisnis asuransi oleh pemerintah _ Vested-in-the Public Interest Rationale _ Destructive-Competition Rationale

c. Ruang lingkup UU Bisnis Asuransi 1). Bidang usaha dan jenis usaha 2). Bentuk badan hukum 3). Kepemilikan 4). Permodalan 5). Perizinan 6). Pengurus 7). Pembinaan dan pengawasan _ Bidang kesehatan keuangan _ Bidang penyelenggaraan usaha 8). Kepastian dan penegakan hukum 9).Perlindungan kepentingan konsumen, larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat 10). Perlindungan kepentingan nasional

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN 1. Bahwa asuransi merupakan Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian atau resiko.

2. Asuransi memiliki peranan peranan yang penting guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan suatu proteksi terhadap kelangsungan hidupnya agar terjamin dari resiko - resiko yang ada. 3. Bahwa dalam pengaturan pengaturan mengenai asuransi dapat ditarik ruang lingkup pengaturan Hukum Asuransi meliputi Hukum Perdata dan Hukum Dagang atau Bisnis.

Anda mungkin juga menyukai