Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan tanggung jawab bersama

antara guru, orang tua, masyarakat, dan seluruh komponen pendidikan. Untuk

melakukan perubahan dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan guru

sangat berperan, sebab guru adalah orang kedua setelah orang tua yang

bertugas sebagai pentransfer ilmu pengetahuan kepada anak. Untuk itu metode

yang dilakukan guru sangat tergantung dari kreatifitas guru itu sendiri dalam

menyampaikan isi materi kepada anak didik.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan pembaharuan-

pembaharuan metode dalam pembelajaran. Pembaharuan tersebut hendaknya

dipahami dan dilakukan oleh guru, agar proses belajar mengajar dapat berjalan

dengan efektif dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pendidikan,

khususnya dalam peningkatan prestasi belajar peserta didik. Untuk

meningkatkan prestasi belajar, guru harus mampu memberikan motivasi

kepada peserta didik, agar dalam kegiatan belajar mengajar anak memiliki

keinginan untuk mengetahui dan memahami materi yang disampaikan oleh

guru. Dalam kaitannya dengan motivasi, guru harus mampu membangkitkan

motivasi belajar peserta didik dengan memperhatikan prinsip bahwa peserta

didik akan bekerja keras bila ia mempunyai minat dan perhatian terhadap

materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

1
Khusus dalam pelajaran IPA di SMP yang prinsipnya untuk membekali

siswa dengan kemampuan berbagai cara mengetahui dan suatu cara

mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara

mendalam (Kurikulum IPA). Dalam pelajaran IPA di sekolah hendaknya siswa

ditanamkan tentang pentingnya mengetahui 4 (empat) hal dasar, yaitu : (1)

Pengetahuan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mendasar siswa

(personal needs) yang meliputi pemenuhan akan kebutuhan makanan

(karbohidrat, protein, lemak dan sebagainya), (2) Pengetahuan yang

berhubungan dengan ilmu-ilmu dasar yang harus mereka kuasai (academic

preparation), (3) Pengetahuan untuk persiapan karier (carier awareness)

berupa pengetahuan yang berguna bagi mereka kelak setelah mereka

menyelesaikan studinya, Dan (4) Kepekaan terhadap kehidupan social dari

lingkungan mereka berada (social issues)

Kurikulum 2013, salah satu model pembelajaran yang dianjurkan

adalah pengunaan model inquiry. Inquiry untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir secara ilmiah serta mengkomunikasikan berbagi aspek penting

kecakapan hidup. Oleh karena itu Pembelajaran IPA menekankan pada

pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan

ketrampilan proses dan sikap ilmiah yang bisa menciptakan suasana belajar

yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Selama proses pengamatan peneliti di kelas pada pembelajaran IPA

dengan materi Menentukan konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan

senyawa), sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan

sehari-hari pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021 pada siswa kelas

2
VII SMP Negeri 3 Putik menemui beberapa permasalahan yang merupakan

kendala dalam pembelajaran. Masalah pembelajaran dapat bersumber dari

guru, siswa, sumber belajar maupun dari lingkungan belajar siswa. Pada saat

pembelajaran berlangsung banyak terjadi masalah, berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan dari 22 siswa sebagian besar dari mereka tidak

mempunyai semangat dalam mengikuti pembelajaran, hanya 9 siswa atau

sekitar 30 % siswa yang bersemangat untuk mengikuti pelajaran. Tampak

sebagian siswa asyik bercanda dengan teman, ada yang memperhatikan tapi

tidak mengerti dengan materi yang sedang dibahas, ada yang mengganggu

temannya atau siswa lain dan ada juga siswa yang memainkan pensilnya

sendiri.

Hal-hal di atas mengakibatkan suasana kelas tidak kondusif, siswa

merasa bosan dengan suasana pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru

menerapkan metode hafalan dalam mengajarkan materi konsep campuran dan

zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan

kimia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa yang kurang hafal perkalian

selalu merasa jenuh dan pasif dan mereka juga malas mengerjakan tugas yang

diberikan guru atau jika mengerjakan pun banyak jawaban yang salah,

alasannya karena belum paham dengan materi yang di sampaikan guru. Akibat

dari situasi pembelajaran tersebut pencapaian taraf pemahaman siswa tentang

konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia,

perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat rendah. Hasil

belajar siswa juga tidak memuaskan dari 22 jumlah siswa kelas VII SMP

Negeri 3 Putik hanya 9 siswa atau sekitar 30 % yang memahami materi dengan

3
baik atau dapat dikatakan mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)

sedangkan 19 siswa yang lain atau sekitar 70 % dari jumlah siswa seluruhnya

memperoleh nilai di bawah KKM. KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 75.

Berdasarkan uraian di atas ada beberapa hal yang menjadi penyebab

munculnya berbagai masalah dalam pembelajaran. Masalah-masalah tersebut

antara lain penerapan metode pengajaran yang kurang menarik, tidak ada

media pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam menyerap materi,

pengelolaan kelas yang kurang kondusif, kurangnya perhatian dari orang tua

siswa dan sebagainya. Masalah–masalah yang muncul dalam proses

pembelajaran beakibat pula hasil belajar siswa yang rendah. Dari beberapa

masalah yang muncul dapat simpulkan bahwa akar masalahnya adalah

penerapan merode pengajaran yang kurang menarik siswa. Dari akar masalah

alternatif tindakan yang perlu dilakukan yaitu guru harus mengganti metode

pengajaran yang lama dengan metode pengajaran yang baru yang bersifat

menarik dan menyenangkan agar siswa lebih bersemangat dalam menerima

pelajaran.

Kenyataan tersebut menjadikan tantangan bagi peneliti untuk dapat

melakukan suatu perubahan dalam proses pembelajaran agar dapat

menghasilkan suatu prestasi belajar yang optimal. Perubahan proses

pembelajaran tersebut dengan menawarkan suatu metode pembelajaran inquiry

sebagai upaya meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, yang pada akhirnya

dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Inquiry merupakan salah satu komponen dan penerapan pendekatan

CTL (Contextual Teaching And Learning), yang berarti menemukan. Menurut

4
Nurhadi (2002) menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis CTL (Cuntextual Teaching And Learning). Pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat

seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Berdasarkan fenomena yang ada, peneliti akan rnelakukan penelitian

tindakan kelas (action research) dengan tujuan untuk mengetahui dan

mendeskripsikan bahwa dengan metode pembelajaran inqury yang digunakan

oleh guru dalam proses pembelajaran, diharapkan mampu meningkatkan

motivasi belajar siswa, dan pada akhirnya dapat meningkatkan pula prestasi

belajar siswa. Maka dari itu dalam penelitian ini mengambil judul : “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Campuran Homogen dan

Heterogen dengan Penerapan Model Inquiry Siswa Kelas VII SMP Negeri 3

Putik Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan

permasalahan adalah bagaimana model pembelajaran inquiry dapat

meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Putik tahun

pelajaran 2020/2021 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut tujuan penelitian yang

utama adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 3 Putik.

5
D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini diharapkan model

pembelajaran inquiry mata pelajaran IPA di SMP Negeri 3 Putikmemberika

manfaat bagi :

1. Siswa

a. Meningkatkan hasil belajar siswa

b. Sebagai layanan pembelajaran yang terbaik bagi siswa.

c. Menambah kepercayaan diri dalam proses pembelajaran.

d. Merasa senang dan termotivasi untuk belajar IPA.

2. Guru/Peneliti

a. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas

pendidikan mata pelajaran IPA di Sekolah SMP Negeri 3 Putik

dengan model pembelajaran inquiry

b. Sebagai cermin untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah

dilakukan

c. Sebagai sarana untuk mengembangkan diri secara profesional dan

kesempatan mengembangkan ilmu pengetahuannya.

3. Sekolah

Memberikan bahan masukan dalam rangka pengembangan kurikulum

sekolah agar tidak terpaku dengan cara-cara konvensional yang mapan, namun

perlu disesuaikan dengan perubahan atau inovasi penyelenggaraan proses

pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Belajar Dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar Dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar

oleh siswa untuk mencapai tujuan. Winkel (1984) mengatakan bahwa belajar

adalah suatu aktifitas mental dan psikhis yang berlangsung dalam interaksi

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan,

pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.

Selanjutnya Sukirin (1984) mengatakan bahwa belajar adalah suatu

kegiatan yang disengaja untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh

kecakapan baru. Hilgard yang dikutip oleh Pasaribu (1983) berpendapat bahwa

Learning in the process, by wich an activity oreginites or is changed trough

responding to a situation provided the changed can not be attributed to growth

or the temporary sate of the organisme as in fatique or under druges. Artinya

belajar adalah suatu proses kegiatan yang menghasilkan aktifitas baru atau

perubahan kegiatan karena reaksi lingkungan. Perubahan itu tidak dapat

disebut belajar apabila disebabkan oleh perubahan atau kesadaran sementara

orang tersebut karena kelelahan atau karena obat-obatan, sehingga orang

tersebut tidak sadar terhadap keadaan dirinya. Perubahan yang dimaksud

adalah perubahan pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan itu

diperoleh dengan latihan dan pengalaman bukan perubahan dengan sendirinya.

7
Selanjutnya Usman (2002) mengatakan bahwa belajar adalah proses

perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara

individu dan individu dengan lingkungannya. Menurut Burton (1944) berkaitan

dengan perubahan dalam belajar artinya seseorang setelah mengalami proses

belajar mengajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik

pengetahuannya, ketrampilannya, maupun aspek sikapnya.

Hamalik (2002) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah

laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Masalah pokok yang

dihadapi dalam belajar adalah bahwa proses belajar tidak dapat diamati secara

langsung dan kesulitan untuk menentukan kepada terjadinya perubahan tingkah

laku belajarnya. Untuk dapat mengamati terjadinya perubahan tingkah laku

tersebut hanya dapat diketahui bila telah mengadakan penilaian. Itulah

sebabnya pengadilan dan pengontrolan proses belajar dapat dilakukan bila

proses belajar tersebut direncanakan dalam desain sistem belajar yang cermat.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar, baik itu

perubahan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan, dan perubahan tersebut

dilakukan secara berkesinambungan. Pengertian tentang pembelajaran menurut

(Gagne, briggs dan wager dalam udin, 20007:1.9). Pembelajaran adalah

serangakaian kegiatan yanag dirancanag untuk memungkinkan terjadinya

proses belajar pada siswa.

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk

hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau

ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

8
(KBBI, 1996: 14). Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan

belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang

bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi

perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir,

sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120). Jadi pembelajaran adalah proses

yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar

untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

Konsep belajar dan pembelajaran merujuk pada proses interaktif dalam

kegiatan belajar mengajar,. Dari sudut peserta didik proses ini mengandung

makna proses interkasi antara seluruh potensi indivudu dengan lingkungannya

yang menghasilkan perubahan tingkah laku menuju kearah kedewasaan. Dari

sudut pengajar (guru,tutor) proses ini mengandung pengertian penataan

lingkungan belajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar individu

yang paling baik.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dalam belajar banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari

sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, menurut Wasty Soemarno

(1989) dapat digolongkan menjadi tiga faktor :

a. Faktor-faktor stimuli belajar

Yang dimaksud stimuli belajar di sini yaitu segala hal di luar individu yang

merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perubahan belajar.

9
Stimuli dalam hal ini mencakup material penugasan, serta suasana

lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh siswa.

Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan

faktor-faktor stimuli belajar.

 Panjangnya bahan pelajaran

Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan banyak bahan

pelajaran. Semakin papjang bahan pelajaran, semakin panjang pula

waktu yang diperlukan oleh siswa untuk mempelajarinya. Bahan

yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan

kesulitan siswa dalam belajar. Kesulitan siswa itu tidak semata-

mata karena panjangnya waktu untuk belajar, melainkan lebih

berhubungan dengan faktor kelemahan atau faktor kejenuhan siswa

dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak.

 Kesulitan bahan pelajaran

Tiap-tiap bahan pelaiaran mempunyai tingkat kesulitan yang

berbeda. Tingkat kesulitan bahan pelajaran mempengaruhi

kecepatan belajar. Makin sulit bahan pelajaran makin lambat orang

mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan aktifitas belajar

yang lebih intensif, sedangkan bahan yang sederhana

mempengaruhi intensitas belajar seseorang.

 Beratnya bahan pelajaran

Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari belajar

sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa penguasaan

bahasa, pengetahuan dan prinsip-prinsip. Modal pengalaman itu

10
menentukan keberartian bahan yang dipelajari pada waktu Sambit

ang. Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali. Bahan

yang berarti memungkinkan siswa untuk belajar, karena siswa

dapat mengenalnya. Bahan yang tanpa arti sukar dikenali akibat

tidak ada perhatian siswa terhadap bahan itu.

 Berat ringannya tugas

Mengenalinya berat ringannya tugas, hal ini erat kaitannya dengan

tingkat kemampuan siswa. Tugas yang sama kesukarannya berbeda

bagi masing-masing siswa. Hal ini disebabkan karena kapasitas

intelektual serta pengalaman mereka tidak sama. Boleh jadi pula,

berat ringannya tugas berhubung dengan usia siswa. Ini berarti

bahwa kematangan individu ikut menjadi indikator atas berat atau

ringannya tugas bagi siswa yang bersangkutan. Dapat dibuktikan

bahwa tugas-tugas yang terlalu ringan atau mudah akan mengurangi

tantangan belajar, sedangkan tugas-tugas yang terlalu berat atau

sukar membuat jera bagi siswa untuk belajar.

 Suasana lingkungan Eksternal

Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal antara lain:

cuaca, waktu, kondisi, tempat, penerangan dan sebagainya. Faktor-

faktor ini mempengaruhi sikap dan interaksi siswa dalam aktifitas

belajarnya, sebab siswa yang belajar adalah interaksi dengan

lingkungannya.

b. Faktor-faktor metode belajar

Faktor metode belajar menyangkut hal-hal sebagai berikut :

11
 Kegiatan berlatih dan praktek

Berlatih dapat diberikan secara maraton (non stop) atau secara

distribusi (dengan selingan waktu istirahat). Latihan yang diberikan

secara marathon dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan

latihan yang didistribusi menjamin terpeliharanya stamina dan

kegairahan belajar. Jam pelajaran yang terlalu panjang kurang

efektif, emakin pendek distribusi waktu untuk latihan semakin

efektif latihan itu. Latihan memerlukan waktu istirahat yang

sedang, lamanya tergantung tugas atau keterampilan yang dipelajari

atau lamanya waktu pelaksanaan seluruh kegiatan.

 Resitasi selama belajar

Kombinasi lamanya dengan resitasi (transfer belajar) sangat

bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca itu maupun

untuk menghafalkan tanpa melihat bacaannya. Jika setelah

menguasai suatu bagian dapat melanjutkan ke bagian selanjutnya.

Resitasi sangat cocok diterapkan pada belajar membaca atau

menghafal.

 Pengenalan tentang hasil belajar.

Dalam proses belajar, sering mengabaikan tentang perkembangan

asil belajar selama dalam belajarnya. Hasil penelitian para ahli

psikologi menunjukkan bahwa pengenalan seorang terhadap hasil

atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan

mengetahui yang telah dicapai seseorang akan lebih berusaha

meningkatkan hasil belajar selanjutnya.

12
 Bimbingan dalam belajar

Bimbingan yang terlalu banyak yang diberikan oleh seorang guru

atau orang lain cenderung membuat siswa tergantung.

Bimbingan menjadi dapat diberikan dalam batas yang diperlukan

siswa. Hal yang paling penting yailu perlunya pemberian modal

kecakapan pada individu. Sehingga yang bersangkutan dapat

melaksanakan tugas yang diberikan dengan sedikit saja bantuan

dari pihak lain.

c. Faktor-faktor individual

Kecuali faktor stimulasi dan metode belajar, faktor individual sangat

besar pengaruhnya terhadap belajar siswa. Adapun faktor itu

menyangkut hal-hal sebagai berikut :

 Kematangan

Kematangan dicapai individu dari proses pertumbuhan psikologisnya.

Kematangan terjadi akibat perubahan kuantitatif di dalam struktur

jasmani dibarengi dengan perubahan kuantitatif terhadap struktur

tersebut. Kematangan memberi kondisi pada fungsi psikologis

termasuk sistem saraf dan otak menjadi berkembang.

 Minat

"Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

memegang beberapa kegiatan yang diminati seseorang. diperhatikan

terus-menerus yang disertai rasa senang "(Slameto, 1988:57).

Minat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar, karena apabila

bahan pelajaran tidak diminati siswa-siswa tersebut akan malas dalam

13
belajarnya. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar

biarkan atau dapatlah diusahakan agar ia lebih mempunyai minat yang

lebih besar dengan menjelaskan hal-hal menarik,

 Bakat

"Bakat adalah kemampuan untuk belajar karena kemampuan itu baru

terealisir menjadi kecakapan yang nyata setelah belajar dan berlatih

(Slameto, 1988:59). Bakat itu juga mempengaruhi prestasi belajar siswa

jika bahan pelajaran sesuai dengan bakat siswa, hasil, pelajaran akan

lebih baik karena ia akan senang terhadap bahan pelajaran tersebut,

selanjutnya mereka akan lebih giat lagi, oleh karena itu penting sekali

untuk mengetahui bakat dari siswa, dan menempatkan siswa di sekolah

yang sesuai dengan bakatnya.

 Kesiapan

Kesiapan itu timbul dan siswa itu sendiri dan juga berhubungan dengan

kesiapan fisik dan mental dan siswa yang bersangkutan. Dengan sudah

siapnya untuk menerima pelajaran, hasil pelajaran akan lebih baik, lain

halnya apabila belum siap menerima pelajaran. Prestasi yang dihasilkan

akan lebih rendah. Dengan demikian faktor kesiapan juga berpengaruh

pada prestasi siswa.

 Faktor usia kronologis

Pertambahan dalam usia selalu dibarengi dengan proses pertumbuhan

dan perkembangan. Semakin tua usia anak semakin meningkat pula

kematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Anak yang lebih tua lebih

kuat, lebih sabar, lebih sanggup melaksanakan tugas-tugas yang lebih

14
berat, lebih mampu mengarahkan energi dan perhatiannya dalam waktu

yang lebih lama, lebih memiliki koordinasi gerak kebiasaan kerja dan

ingatan yang lebih baik dan tingkat kemampuan belajar siswa.

 Faktor perbedaan jenis kelamin

Hingga saat ini belum ada petunjuk yang menguatkan tentang adanya

perbedaan skill, sikap, minat, temperamen, bakat dan pola-pola tingkah

laku sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin. Misalnya dalam

prestasi akademik dapat kita lihat banyak anak perempuan yang

menunjukkan prestasi yang lebih baik tidak kalah dengan prestasi anak

laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada yang perbedaan berarti

antara anak laki-laki dan perempuan dalam hal intelegensi.

 Pengalaman sebelumnya

Pengalaman yang diperoleh individu ikut mempengaruhi belajar yang

bersangkutan, terutama dalam hal transfer belajarnya.

 Kondisi kesehatan jasmani

Siswa yang belajar membutuhkan kondisi yang sehat. Siswa yang

badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta kelemahan tidak

akan dapat belajar dengan efektif. Cacat-cacat fisik juga mengganggu

belajar.

 Kondisi kesehatan rohani

Gangguan terhadap cacat-cacat mental pada seseorang sangat

mengganggu belajar orang yang bersangkutan.

15
 Motivasi

Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif dan tujuan, sangat

mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Motivasi adalah sangat

penting bagi proses belajar karena motivasi menggerakan organisme,

mengarahkan tindakan serta memilih tujuan belajar yang dirasakan

penting bagi siswa.

B. Materi Campuran

 Faktual:
Campuran dibedakan menjadi 2 yaitu campuran homogeny
dan heterogen. Campuran homogen tidak mempunyai batas antara zat
terlarut dan pelarutnya. Contoh campuran homogen dalam kehidupan
sehari-hari adalah larutan gula, larutan garam dll. Campuran heterogen
mempunyai bidang batas antara zat-zat yang ada di dalamnya. Contoh
campuran heterogen yang banyak dijumpai adalah es campur, sayur
asam dll.
 Koseptual
Campuran adalah suatu materi yang terdiri dari dua zat atau
lebih dan masih mempunyai sifat zat asalnya. Campuran homogen
adalah campuran yang tidak dapat dibedakan zat-zat yang tercampur
di dalamnya.Larutan tersusun atas pelarut (solvent) dan zat terlarut
(solute). Campuran heterogen terjadi karena zat yang tidak dapat
bercampur satu dengan lain secara sempurna sehingga dapat dikenali
zat penyusunnya.
 Prinsip
 Campuran Homogen
Campuran homogen banyak kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari.Larutan gula, larutan garam, dan sirop.
Campuran homogen adalah campuran yang tidak dapat
dibedakan zat-zat yang tercampur di dalamnya.Larutan tersusun
atas pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).Pelarut yang banyak
16
digunakan adalah air. Senyawa lain yang dapat digunakan sebagai
pelarut adalah pelarut organik, contohnya kloroform dan alkohol.
Dalam larutan, ukuran partikel zat terlarut sangat kecil dengan
diameter kurang dari 1 nm sehingga tidak dapat dilihat walaupun
menggunakan mikroskop ultra. Oleh karena itu, larutan terlihat
homogen (serbasama) yang menyebabkan zat terlarut dan pelarut
dalam larutan tidak dapat dibedakan.
 Campuran Heterogen
Campuran pasir dan air di dalam gelas merupakan salah
satu contoh dari campuran heterogen. Campuran heterogen terjadi
karena zat yang tidak dapat bercampur satu dengan lain secara
sempurna sehingga dapat dikenali zat penyusunnya. Dengan
demikian, pada campuran heterogen,seluruh bagiannya tidak
memiliki komposisi yang sama (tidak serbasama).
 Prosedural
Percobaan membuat campuran homogeny dan heterogen.
Mata pelajaran IPA di SMP berfungsi dan bertujuan sebagai berikut :

1. Menyadari keteraturan dan keindahan alam untuk meng¬agungkan

kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memupuk sikap ilmiah yang mencakup :

a. sikap jujur dan obyektif terhadap data;

b. sikap terbuka, yaitu bersedia menerima pendapat orang lain serta

mau mengubah pandangannya, jika ada bukti bahwa pandangannya

tidak benar;

c. ulet dan tidak cepat putus asa;

17
d. kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa

ada dukungan hasil observasi empiris; dan dapat bekerjasama

dengan orang lain.

3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui

percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis

dengan merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen,

pengambilan, pengolahan dan interpretasi data, serta mengkomunikasikan

hasil eksperimen secara lisan dan tertulis.

4. Meningkatkan kesadaran tentang aplikasi sains yang dapat bermanfaat dan

juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari

pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan

masyarakat.

5. Memahami konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya dan penerapannya

untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

6. Membentuk sikap yang positif terhadap IPA, yaitu merasa tertarik untuk

mempelajari IPA lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam

keteraturan perilaku alam serta kemampuan IPA dalam menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan penerapannya dalam teknologi.

Saat proses mempelajari IPA, siswa dihadapkan pada tiga dunia, yaitu

dunia nyata (makroskopik), dunia atom (mikroskopik), dan dunia lambang. Tak

terkecuali pada materi campuran homogeny dan heterogen.

18
C. Hasil Belajar

Dalam Ensiklopedia (1971), hasil merupakan kata yang berdiri sendiri yang

berarti produksi yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang dalam kurun

waktu tertentu. Pendapat lain disampaikan oleh Woodworth (1951) mengatakan

bahwa hasil belajar adalah actual ability and can be measured directly by use of

test. Artinya hasil belajar menunjukkan suatu kemampuan aktual yang dapat diukur

secara langsung dengan menggunakan tes.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil kerja seseorang yang dapat dilihat secara nyata oleh orang lain dan

hasil kerja tersebut dapat diukur secara langsung dengan tes. Berkaitan dengan hasil

belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut

mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang

terjadi pada individu, maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan

dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam

bentuk hasil belajar. Menurut Gagne yang dikutip oleh Badawi (1987) mengatakan

bahwa hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan tes karena hasil belajar

berupa ketrampilan intelektual, metode kognitif, informasi verbal, ketrampilan, dan

nilai dan sikap.

D. Model Pengajaran Berbasis Inquiry

Dalam pembelajaran dengan penemuan (inquiry), siswa di dorong untuk

belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-

konsep dan prinsip-prinsip sendiri (Nurhadi & Senduk, 2003). Pembelajaran

dengan penemuan (inquiry) merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan

konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau

19
pembaharuan pendidikan. Belajar dengan penemuan mempunyai beberapa

keuntungan. Pembelajaran dengan inquiry memacu keinginan siswa untuk

mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka

menemukan jawabannya. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri

dan memiliki ketrampilan kritis karena mereka harus selalu harus menganalisis dan

menangani informasi.

Inquiry merupakan salah satu komponen dan penerapan pendekatan CTL

(Contextual Teaching And Learning), yang berarti menemukan. Menurut Nurhadi

(2002) menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

CTL (Contextual Teaching And Learning). Pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi

hasil dari menemukan sendiri. Inquiry merupakan salah satu dari tujuh komponen

penerapan pendekatan kontekstual di kelas. Siklus inquiry sebagai berikut: (1)

Observasi (Observation), (2) Bertanya (Questioning), (3) Mengajukan Dugaan

(Hipothesis), (4) Pengumpulan Data (Data Gathering), dan (5) Penyimpulan

(Conclusion).

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry) adalah sebagai berikut: (1)

merumuskan masalah, (2) mengamati dan melakukan observasi, (3) menganalisis

dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya

lainnya, dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,

teman sekelas, guru, atau audien lainnya.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan pada dasarnya merencanakan suatu kegiatan sebelum dilaksanakan.

Kegiatan merencanakan itu mencakup komponen-komponen yang diperlukan.

Menurut Lincoln dan Guba (1985), mendefinisikan bahwa rancangan penelitian

sebagai usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa

menunjukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan

unsurnya masing-masing. Rancangan dalam penelitian ini adalah rancangan

penelitian tindakan. Menurut Waseso (1994) penelitian tindakan merupakan proses

daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan,

refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang.

Penelitian tindakan merupakan intervensi skala kecil terhadap tindakan dunia

nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh intervensi tersebut (Cohen dan

Mantion, (1980) yang dikutip oleh Zuriah, (2003). Rancangan dalam penelitian ini

direncanakan melalui beberapa tahap perencanaan, diantaranya: (1) refleksi awal,

(2) peneliti merumuskan permasalahan secara operasional, (3) peneliti merumuskan

hipotesis tindakan, dan (4) menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan.

B. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

Tempat penelitian tindakan kelas ini adalah SMP Negeri 3 Putik pada Semester

Ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021 dalam bulan Agustus sampai dengan bulan

September 2020. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan 2 putaran dengan

rincian siklus I dilaksanakan pada minggu I bulan Agustus 2020 sedangkan siklus II

pada minggu II bulan September 2020. Adapun yang digunakan sebagai subyek

21
penelitian adalah siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Putik, yang berjumlah 22 siswa.

Kegiatan penelitian yang dilakukan ini dilakukan guru dengan bermitra dengan

rekan guru lain. Guru yang bersangkutan berlaku sebagai teman sejawat sedang

pengamatan kegiatan pembelajaran dan keaktivan siswa dilakukan oleh teman

sejawat tersebut.

C. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka

penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart

(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang

berikutnya. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua pertemuan yang meliputi

planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection

(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi,

tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan

tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari

tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

22
SIKLUS I

REFLEKSI RENCANA
AWAL
D. /RANCANGAN

TINDAKAN/
SIKLUS 2
OBSERVASI

REFLEKSI RENCANA YANG


DIREVISI

TINDAKAN/
OBSERVASI

Gambar 1

Siklus PTK

( Arikunto, 42:2015)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah :

1. Observasi objek penelitian dengan tujuan untuk mengenal segala unsur

lingkungan fisik dan alam sekitar khususnya kelas yang digunakan sebagai

obyek penelitian. Menurut Nasution (1988) yang dimaksud dengan

observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan selama di lapangan,

peneliti berusaha berinteraksi dengan subjek secara aktif, sebab observasi

adalah kegiatan selektif dari suatu proses aktif. Dimaksudkan untuk

23
mengetahui keadaan objek penelitian sebelum peneliti melakukan

penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada.

2. Menentukan obyek penelitian. Tahap ini memastikan bahwa siswa Kelas

VII SMP Negeri 3 Putik dijadikan sebagai objek penelitian dengan

pertimbangan karakteristik yang dimiliki kelas ini sesuai dengan

permasalahan yang akan di bahas oleh peneliti.

3. Pengumpulan data awal untuk pemfokusan masalah penelitian dilakukan

peneliti dengan mengadakan pengamatan langsung. Hal ini dimaksudkan,

agar mendapatkan data yang valid dan reliable sesuai dengan kondisi

obyek penelitian. Dengan melakukan pengamatan langsung, maka peneliti

akan memperoleh catatan lapangan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Moleong (1995) menyebutkan bahwa catatan lapangan merupakan

jantungnya penelitian kualitatif. Selanjutnya Moleong (1995) mengatakan

bahwa penelitian kualitatif memposisikan manusia sebagai instrumen

utama dalam pengumpulan data. Kehadiran peneliti di lapangan sangat

diutamakan, sebab dalam pengumpulan data harus dilakukan dalam situasi

yang sebenarnya. Menurut Lincoln dan Guba (1981) menyebutkan

pentingnya pengamatan dalam penelitian kualitatif. Diantaranya :

a) Pengamatan ini didasarkan pada pengamatan langsung,

b) Dapat mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada kondisi yang

sebenarnya,

c) Memungkinkan mencatat situasi yang berkaitan dengan pengetahuan

proposisional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data,

d) Menghindari bias pada saat wawancara,

24
e) Peneliti mampu memahami situasi rumit, dan

f) Membantu bila tidak memungkinkan menggunakan teknik

komunikasi.

4. Melakukan kegiatan pada siklus 1 yaitu proses kegiatan belajar mata

pelajaran IPA untuk siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Putik materi campuran

dengan model inquiry pada objek penelitian yaitu siswa Kelas VII SMP

Negeri 3 Putik semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020.

5. Melakukan kegiatan pada siklus 2 untuk melakukan serangkaian kegiatan

belajar mata pelajaran IPA dengantetap menggunakan model inquiry pada

siswa siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Putik .

6. Mengumpulkan data dari hasil pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti, berdasarkan pada pelaksanaan proses belajar mengajar dan hasil

belajar obyek penelitian yaitu siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Putik.

7. Setelah data terkumpul selanjutnya mengidentifikasi, dan langkah

selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil identifikasi.

8. Mendeskripsikan dan memaparkan hasil penelitian secara kualitatif sesuai

dengan fokus penelitian.

9. Peneliti membuat laporan penelitian dengan cara mendeskripsikan hasil

kegiatan pembelajaran sesuai dengan judul penelitian yang dilakukan oleh

peneliti.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam

melaksanakan penelitian, adapun langkah-langkah atau tahapan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

25
1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah mempersiapkan

segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian. Dalam kegiatan

ini diharapkan pelaksanaan penelitian akan berjalan lancar dan mencapai tujuan

yang diinginkan. Kegiatan persiapan ini meliputi: (1) kajian pustaka, (2)

pengurusan administrasi perijinan, (3) penyusunan rancangan penelitian, (4)

orientasi lapangan, dan (5) penyusunan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan meliputi : (1)

pengumpulan data melalui tes dan pengamatan yang dilakukan persiklus, (2)

diskusi dengan pengamat untuk memecahkan kekurangan dan kelemahan selama

proses belajar mengajar persiklus, (3) menganalisi data hasil penelitian persiklus,

(4) menafsirkan hasil analisis data, dan (5) bersama-sama dengan pengamat

menentukan langkah perbaikan untuk siklus berikutnya.

3. Tahap Penyelesaian

Dalam tahap penyelesaian, kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) menyusun

draf laporan penelitian, (2) mengkonsultasikan draf laporan penelitian, (3) merevisi

draf laporan penelitian, (4) menyusun naskah laporan penelitian, dan (5)

menggandakan laporan penelitian.

1) Siklus I

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri

dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi

26
Penerapan Metode pembelajaran Inquiry (menemukan), dan lembar observasi

aktifitas guru dan siswa.

a. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini tindakan yang dilakukan antara lain:

 Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Penerapan

Metode pembelajaran Inquiry (menemukan) dalam peningkatan

Motivasi Belajar Siswa materi Menentukan bilangan oksidasi unsur

untuk mengidentifikasi reaksi oksidasi dan reduksi

 Teman sejawat melakukan observasi terhadap kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru maupun aktifitas siswa.

 Melakukan tes formatif untuk tiap siswa pada akhir siklus I

Adapun langkah pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut :

1) Kegiatan Awal (10 menit)

a. Presensi dan mengkondisikan kelas

b. Menyampaikan Judul / Topik pembelajaran

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Kegiatan Inti (60 menit)

a. Siswa berkelompok sesuai kelompok yang sudah di bentuk

b. Masing-masing kelompok diberi LKS

c. Dengan bimbingan guru siswa melakukan percobaan sesuai

LKS

d. Siswa menulis hasil percobaan pada lembar hasil pengamatan

yang tersedia

27
e. Hasil kerja tiap kelompok dipajang di dinding kelas dan

dijaga oleh satu siswa yang dipilih kelompoknya yang

bertugas memberikan informasi

f. Siswa masing-masing kelompok saling mengunjungi

pajangan hasil kerja kelompok yang lain, dan saling membagi

informasi

g. Diskusi pleno ( siswa dibimbing guru) untuk menyimpulkan

hasil percobaan

h. Guru memberi penguatan sesuai dengan topik yang dibahas.

3) Kegiatan Akhir (10 menit)

a. Siswa membuat rangkuman materi pelajaran yang telah

dipelajarai dengan bimbingan Guru

b. Siswa mengerjakan soal evaluasi

c. Menutup pelajaran dengan salam.


b. Pengumpulan Data

Peneliti memberikan lembar Evaluasi Pada akhir proses

Pembelajaran.

c. Refleksi

Teman sejawat yang bertugas sebagai pengamat membantu

peneliti melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan.

Kemudian merefleksi rencana pembelajaran dan aktifitasnya dalam

proses pembelajaran agar lebih baik. Hasil refleksi akan digunakan

sebagai bahan perbaikan pembelajaran siklus selanjutnya.

4) Siklus II

a. Tahap Perencanaan

28
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri

dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi

Penerapan Metode pembelajaran Inquiry (menemukan) dan lembar observasi

aktifitas guru dan siswa.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini tindakan yang dilakukan antara lain :

 Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Penerapan

Metode pembelajaran Inquiry (menemukan) dengan materi

Menyajikan data hasil pengukuran dengan alat ukur yang sesuai.

 Teman sejawat melakukan observasi terhadap kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru maupun aktifitas siswa.

 Melakukan tes formatif untuk tiap siswa pada akhir siklus II

Adapun langkah pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Awal (10 menit)

a. Presensi dan mengkondisikan kelas agar siswa semangat

dalam belajar

b. Menyampaikan Judul / Topik pembelajaran

c. Menyampaikan tujuan

d. Apersepsi

2. Kegiatan Inti (60 menit)

a. Guru melakukan pengecekan terhadap alat dan bahan

percobaan dari masing-masing kelompok

b. Siswa berkelompok sesuai kelompok yang sudah di bentuk

29
c. Masing-masing kelompok diberi LKS

d. Dengan bimbingan guru siswa melakukan percobaan sesuai

LKS

e. Siswa menulis hasil percobaan pada lembar hasil pengamatan

yang tersedia

f. Hasil kerja tiap kelompok dipajang di dinding kelas dan

dijaga oleh satu siswa yang dipilih kelompoknya yang

bertugas memberikan informasi

g. Siswa masing-masing kelompok saling mengunjungi

pajangan hasil kerja kelompok yang lain, dan saling membagi

informasi.

h. Diskusi pleno (siswa dibimbing guru) untuk menyajikan data

hasil percobaan.

i. Guru member kesempatan pada siswa untuk menanyakan

tentang materi pelajaran yang belum dipahami.

j. Guru memberi penguatan sesuai dengan topik yang dibahas.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)

a. Siswa membuat rangkuman materi pelajaran yang telah

dipelajarai dengan bimbingan Guru.

b. Siswa mengerjakan evaluasi sebagai penilaian akhir

pembelajaran.

c. Menutup pelajaran dengan salam.

30
c. Pengumpulan Data

Peneliti memberikan lembar Evaluasi Pada akhir proses Pembelajaran.

d. Refleksi

Teman sejawat yang bertugas sebagai pengamat membantu peneliti melakukan

evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan. Kemudian merefleksi rencana

pembelajaran dan aktifitasnya dalam proses pembelajaran agar lebih baik. Hasil

refleksi akan digunakan sebagai bahan perbaikan pembelajaran siklus selanjutnya.

Dan apabila dalam siklus II ini telah dicapai angka ketuntasan belajar siswa maka

siklus selanjutnya tidak diperlukan lagi.

F. Kriteria Keberhasilan.

Penelitian dianggap berhasil apabila dalam kompetensi dasar menyajikan

data hasil pengukuran dengan alat ukur yang sesuai, siswa mampu menguasai

indikator-indikator

G. Instrumen Penelitian

Menurut Zuriah (2003), ada 5 jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian

tindakan. Diantaranya observasi, wawancara, catatan lapangan, angket, dan

dokumentasi.

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan meliputi: (1) observasi, (2)

wawancara, dan (3) dokumentasi

1. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah,

2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di

tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.

31
Ada dua jenis observasi yang dilakukan, diantaranya :

a) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer

berada bersama objek yang diselidiki, dan

b) Observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang

dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan

diteliti. Dengan menggunakan teknik ini, melakukan catatan terhadap

hasil observasi dengan menggunakan daftar cek (chek list).

Dalam penelitian ini metode observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah

pengamatan berperan serta. Menurut Bogdan & Biklen (1982) ketiga teknik

tersebut merupakan teknik-teknik dasar yang digunakan dalam penelitian kualitatif.

Menurut Bogdan (1973) dalam Moleong (2001) mendefinisikan bahwa secara tepat

pengamatan berperan serta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang

memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan

subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara

sistematis dan berlaku tanpa gangguan.

Spradley (1980) membagi tiga tahap pengamatan berperan serta dalam

penelitian kualitaif, diantaranya;

a) Dimulai dari pengamatan-pengamatan yang bersifat memeriksa

(descriptive observations) secara luas, dengan melukiskan situasi

sosial secara umum yang ada di lokasi penelitian,

b) Kemudian dilanjutkan dengan pengamatan-pengamatan yang lebih

terfokus (focused observations) untuk menemukan kategori-kategori

utama tentang fokus penelitian, dan

32
c) Setelah itu diadakan pengamatan-pengamatan yang bersifat selektif

(selective observations) untuk menemukan kategori-kategori yang

lebih rinci tentang sub-sub fokus penelitian.

Tiga tahap tersebut juga dilakukan oleh peneliti dalam penelitian :

“Peningkatan Hasil Belajar pada Materi Campuran Homogen dan Heterogen

Melalui Model Pembelajaran Inquiry Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Putik

Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020”.

2. Tes Evaluasi Hasil Belajar

H. Teknik Analisis Data

Analisis menurut Patton (1980) adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar.

Analisis data adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan

tema dan merumuskan hipotesis sesuai dengan arah dan saran data yang ada.

Menurut Nasution (1992), Analisis adalah proses penyusunan data agar dapat

ditafsirkan.

Bogdan dan Biklen (1982), mengatakan analisis data merupakan proses

mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dan

bahan-bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Pekerjaan analisis meliputi

kegiatan mengerjakan data, manata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa

yang akan peneliti laporkan. Miles dan Hubennen (1984) mengatakan analisis data

perlu dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Selanjutnya

Nasution (1988) mengatakan bahwa analisis data adalah proses menyusun,

33
mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami

maknanya.

Moleong (1995:103) mengemukakan, "analisis data adalah proses

pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian

dasar, sehingga dapat, ditemukan tema seperti yang disarankan oleh data." Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Dengan

maksud bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang

status gejala pada saat penelitian dilakukan. Setelah data hasil penelitian terkumpul

maka, selanjutnya data tersebut disusun secara sistematis. Dengan cara diorganisir,

kemudian dikerjakan yang akhirnya data tersebut diungkap permasalahan yang

penting sesuai dengan topik yang sesuai dengan permasalahan.

Reduksi data, pada teknik ini peneliti melakukan proses pemilahan, pemusatan

perhatian untuk penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data mentah atau

data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan (Miles & Hubermen,

1984).

Laporan lapangan sebagai bahan mentah direduksi, diringkas, ditonjolkan

pokok-pokoknya dan disusun lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan.

Data yang direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil

pengamatan, juga memberikan kemudahan bagi peneliti dalam mendapatkan

kembali data yang diperoleh jika diperlukan. Untuk mengetahui keefektifan suatu

metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian

ini menggunakan teknik analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian

yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang

diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa, juga

34
untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas

siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisi tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa

setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisi ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu :

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga

diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan :

Σx
X = ΣΝ x 100%

Dengan :X = Nilai rata-rata

∑ X = Jumlah semua nilai siswa

∑ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. dengan menggunakan standar ketuntasan yang ditetapkan

SMP Negeri 3 Putik sebagai KKM mata pelajaran IPA, semester ganjil

Tahun Pelajaran 2019/2020, yaitu ketuntasan individu dan ketuntasan kelas.

Ketuntasan individu adalah jika nilai siswa minimal 75 atau pencapaian

penguasaan 75 % dan untuk ketuntasan kelas adalah jika yang memperoleh

nilai 75 lebih minimal 85% dari jumlah siswa. Untuk menghitung

presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :


35
Σ Siswa. yang.tuntas.belajar
P= Σ Siswa x 100%

3. Untuk lembar observasi

a. Lembar observasi pengelola metode pembelajaran Inquiry

(menemukan).

b. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa.

36
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Untuk melihat hasil penelitian yang dilakukan penulis ketika melakukan proses

pembelajaran, dapat dilihat dalam uraian di bawah ini. Data penelitian yang

diperoleh berupa data observasi pengamatan Penerapan Metode pembelajaran

Inquiry dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data

tes formatif siswa pada setiap siklus. Data lembar observasi diambil dari dua

pengamatan yaitu data pengamatan Penerapan Metode pembelajaran Inquiry yang

digunakan sekaligus untuk mengetahui Hubungan penerapan tersebut dalam

Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dan

data pengamatan aktifitas siswa dan guru serta data pengamatan motivasi belajar,

keterlibatan, dan partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi Belajar Siswa belajar

setelah diterapkan Metode pembelajaran Inquiry.

A. Hasil Penelitian

1. Siklus 1

Pada saat proses belajar mengajar siklus I semua kegiatan siswa dan

guru diamati dan dicatat oleh teman sejawat yang merupakan pengamat dalam

penelitian ini, serta pada akhir pelajaran siswa diberi tes formatif I dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I

adalah sebagai berikut :

37
Tabel : I

Lembar Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I

Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang sesuai menurut penilaian anda.

Tidak
No Aspek yang diamati Selalu Sering Jarang
pernah

1. Memotivasi siswa √

2. Memanfaatkan kehidupan

nyata dalam masalah yang √

diteliti

3 Memperhatikan pengetahuan

awal siswa

4 Aktifitas belajar siswa yang



menyenangkan

5 Memancing pendapat siswa



dengan pertanyaan

6 Memberikan penguatan atas



jawaban siswa

7 Metode sesuai dengan RPP √

8 Penggunaan alat peraga √

9 Memberi kesempatan siswa



bertanya

10 Membimbing keberanian

siswa untuk mengemukakan √

gagasan

38
11 Memberikan evaluasi √

12 Pengaturan alokasi waktu



dengan tepat

13 Menumbuhkan rasa percaya



diri pada siswa

14 Mendorong siswa melakukan

pengamatan dan percobaan



untuk menemukan suatu

konsep

15 Melaksanakan Refleksi √

Keterangan :

selalu bila muncul lebih dari 8 kali,

sering 5 kali,

jarang 2 kali, dan

tidak pernah bila tidak muncul sama sekali.

Tabel : 2

Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I

Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang sesuai menurut penilaian anda.

Tidak
No Aspek yang dinilai selalu sering Jarang
pernah

Siswa terdorong menggunakan


1 √
kemampuan berpikir kritis

Siswa terdorong menggunakan


2 √
kemampuan berpikir kreatif

39
Siswa belajar dalam keadaan
3 √
antusias

Terjadinya interaksi siswa dan


4 √
siswa

Terjadinya interaksi siswa dan


5 √
Guru

Siswa mempunyai kesempatan

6 untuk mengemukakan √

pendapat dan presentasi

Siswa berbicara berbagai


7 √
pengalaman ( bekerja sama)

8 Siswa melaksanakan refleksi √

Hal yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran :

1) Untuk Guru Apresiasi hendaknya anak di bawah kesituasi yang

menyenangkan. Beri kesempatan waktu yang cukup untuk berpendapat

dan tambahkan pujian sebagai umpan balik.

2) Untuk siswa pada proses pembelajaran jangan sampai ada siswa yang

kesana kemari sehingga mengganggu siswa yang lain.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran

1) Untuk Guru, metode sudah sangat tepat perlu ditambah variasi tehnik-

tehnik yang lain agar minat belajar siswa semakin bertambah.

40
2) Untuk siswa, suasana belajar yang kondusif perlu dipertahankan dalam

proses pembelajaran, cara berfikir yang kritis perlu dipupuk terus sehingga

menjadikan suasana yang demokratis.

Tabel : 3

Lembar PengamatanPengelolaan Pembelajaran Langsung

Penilaian
No Aspek yang diamait Ya Tidak
1 2 3 4

I Pengamatan KBM

A. Pendahuluan

1. Mengaitkan pelajaran
√ √
sekarang dengan yang dahulu

2. Menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin √ √

dicapai

3. Motivasi siswa √ √

B. Kegiatan Inti

1. Menjelaskan pengetahuan

tentang Menentukan

bilangan oksidasi unsur untuk √ √

mengidentifikasi reaksi

oksidasi dan reduksi

2. Menerapkan pengetahuan √ √

prosedural langkah demi

langkah menemukan sendiri

41
konsep dalam Pembelajaran

IPA

3. Membimbing dan melatih

siswa dalam melakukan

pengamatan dan percobaan

tentang Menentukan
√ √
bilangan oksidasi unsur untuk

mengidentifikasi reaksi

oksidasi dan reduksi dalam

Pembelajaran IPA

4. Memeriksa pemahaman dan


√ √
memberi umpan balik

5. Memberikan latihan dan


√ √
penerapan

c. Penutup

1.Merangkum pelajaran √ √

II Suasana Kelas

1. Siswa dan guru antusias √ √

2. Waktu sesuai alokasi √ √

3. KBM sesuai dengan skenario


√ √
RPP dan silabus

III Perangkat Pembelajaran

1. Buku siswa mendukung


√ √
indicator

42
2. LK S mendukung pencapaian
√ √
indicator

3. Tes tugas sesuai Indikator √ √

4. Indikator sesuai dicapai

dengan pembelajaran √ √

langsung

Tabel : 4

Nilai Tes Formatif Pada Siklus I

Keterangan
No Nama Siswa KKM Nilai
T BT

1 75 70 √
ADIT SAPUTRA
2 75 90 √
AL HABIL
3 75 80 √
CINTA LAURA
4 75 70 √
HERNI RAMADHANI
5 75 90 √
NANDA DWI ERYUNISA
6 75 80 √
OLIVIA NAZUA
7 75 70 √
RIMA MELATI
8 75 90 √
ROZALINA
9 75 70 √
SEPTI RAMUNA
10 75 70 √
SYARIFAH
11 75 80 √
ADITIA
12 75 70 √
FAREL
13 DAFFA RAMADHAN PUTRA 75 80 √
ADI

43
14 75 90 √
IQBAL PHAYALLA
15 75 70 √
JULIAN ANANDA
16 75 90 √
NAHENDRA
17 75 80 √
MIRAHASTATI
18 75 70 √
NAILATUL SAAHDATIL AHIRA
19 75 90 √
NAJUA
20 75 80 √
SAPRIZAL
21 75 70 √
YULIANA
22 75 90 √
QOTHRUNNADA. A
JUMLAH 2.100 2.200 16 12

RATA-RATA 75 78.57

PROSENTASE 100 % 57.14 %

Keterangan :

T : Tuntas

BT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 12 = 57.14 %

Jumlah siswa yang belum tuntas : 10 = 42.86 %

Klasikal : Belum tuntas

Tabel: 5

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 Nilai rata-rata tes formatif 78.57

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 16

3 Persentase ketuntasan belajar 57.14%

44
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan Metode

pembelajaran Inquiry diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 78.57

dan ketuntasan belajar mencapai 57.14% atau ada 12 siswa dari 22 siswa sudah

tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara

klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75

sebesar 57.14 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu

sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum

mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan

metode pembelajaran Inquiry.

Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari

hasil pengamatan sebagai berikut :

1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran.

2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu.

3) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung.

Revisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih

terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus

berikutnya :

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat

langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

45
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan

informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa

sehingga siswa bisa lebih antusias.

2. Siklus II

Pada akhir proses belajar mengajar siklus II siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes

formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel : 6

Lembar Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II

Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang sesuai menurut penilaian anda.

Serin Tidak
No Aspek yang diamati Selalu Jarang
g pernah

1. Memotivasi siswa √

2. Memanfaatkan kehidupan nyata



dalam masalah yang diteliti

3 Memperhatikan pengetahuan

awal siswa

4 Aktifitas belajar siswa yang



menyenangkan

5 Memancing pendapat siswa



dengan pertanyaan

6 Memberikan penguatan atas √

46
jawaban siswa

7 Metode sesuai dengan RPP √

8 Penggunaan alat peraga √

9 Memberi kesempatan siswa



bertanya

10 Membimbing keberanian siswa



untuk mengemukakan gagasan

11 Memberikan evaluasi √

12 Pengaturan alokasi waktu



dengan tepat

13 Menumbuhkan rasa percaya diri



pada siswa

14 Mendorong siswa melakukan


pengamatan dan percobaan √

untuk menemukan suatu konsep


15 Melaksanakan Refleksi √

Pembelajaran dikatakan berhasil jika :

selalu bila muncul lebih dari 3 kali,

sering 2-3 kali,

jarang 1-2 kali, dan

tidak pernah bila tidak muncul sama sekali.

47
Tabel : 7

Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II

Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang sesuai menurut penilaian anda.

Tidak
No Aspek yang dinilai selalu sering Jarang
pernah

Siswa terdorong menggunakan


1 √
kemampuan berpikir kritis

Siswa terdorong menggunakan


2 √
kemampuan berpikir kreatif

Siswa belajar dalam keadaan


3 √
antusias

Terjadinya interaksi siswa dan


4 √
siswa

Terjadinya interaksi siswa dan


5 √
Guru

Siswa mempunyai kesempatan

6 untuk mengemukakan pendapat √

dan presentasi

Siswa berbicara berbagai


7 √
pengalaman ( bekerja sama

8 Siswa melaksanakan refleksi √

48
Hal yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran

1) Untuk Guru Apresiasi hendaknya anak di bawah ke situasi yang

menyenangkan. Beri kesempatan waktu yang cukup untuk berpendapat

dan tambahkan pujian sebagai umpan balik.

2) Untuk siswa pada proses pembelajaran jangan sampai ada siswa yang

kesana kemari sehingga mengganggu siswa yang lain.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran

1) Untuk Guru, metode sudah sangat tepat perlu ditambah variasi tehnik-

tehnik yang lain agar minat belajar siswa semakin bertambah.

2) Untuk siswa, suasana belajar yang kondusif perlu dipertahankan dalam

proses pembelajaran, cara berfikir yang kritis perlu dipupuk terus sehingga

menjadikan suasana yang demokratis.

Tabel : 8

Lembar pengamatanPengelolaan pembelajaran langsung

Penilaian
No Aspek yang diamati Ya Tdk
1 2 3 4

I Pengamatan KBM

A. Pendahuluan

1. Mengaitkan pelajaran sekarang


√ √
dengan yang dahulu

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran


√ √
yang ingin dicapai

3. Motivasi siswa √ √

B. Kegiatan Inti

49
1. Menjelaskan pengetahuan tentang

Menentukan bilangan oksidasi


√ √
unsur untuk mengidentifikasi reaksi

oksidasi dan reduksi

2. Menerapkan pengetahuan

prosedural langkah demi langkah


√ √
menemukan sendiri konsep dalam

Pembelajaran IPA

3. Membimbing dan melatih siswa

dalam melakukan pengamatan dan

percobaan tentang Menentukan


√ √
bilangan oksidasi unsur untuk

mengidentifikasi reaksi oksidasi dan

reduksi dalam Pembelajaran IPA

4. Memeriksa pemahaman dan


√ √
memberi umpan balik

5. Memberikan latihan dan penerapan √ √

c. Penutup

1.Merangkum pelajaran √ √

II Suasana Kelas

1. Siswa dan guru antusias √ √

2. Waktu sesuai alokasi √ √

3. KBM sesuai dengan skenario RPP


√ √
dan silabus

50
III Perangkat Pembelajaran

1. Buku siswa mendukung indicator √ √

2. LK S mendukung pencapaian
√ √
indicator

3. Tes tugas sesuai Indikator √ √

4. Indikator sesuai dicapai dengan


√ √
pembelajaran langsung

Tabel : 9
Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
Keterangan
No Nama Siswa KKM Nilai
T BT
1 ADIT SAPUTRA 75 80 √

2 AL HABIL 75 100 √

3 CINTA LAURA 75 90 √

4 HERNI RAMADHANI 75 90 √

5 NANDA DWI ERYUNISA 75 100 √

6 OLIVIA NAZUA 75 90 √

7 RIMA MELATI 75 80 √

8 ROZALINA 75 100 √

9 SEPTI RAMUNA 75 90 √

10 SYARIFAH 75 80 √

11 ADITIA 75 90 √

12 FAREL 75 80 √

13 DAFFA RAMADHAN PUTRA 75 100 √


ADI
51
14 IQBAL PHAYALLA 75 100 √

15 JULIAN ANANDA 75 80 √

16 NAHENDRA 75 100 √

17 MIRAHASTATI 75 90 √

18 NAILATUL SAAHDATIL AHIRA 75 80 √

19 NAJUA 75 100 √

20 SAPRIZAL 75 90 √

21 YULIANA 75 80 √

22 QOTHRUNNADA. A 75 100 √

JUMLAH 2.100 2.520 22

RATA-RATA 75 90

PROSENTASE 100 % 100 %

Keterangan :

T : Tuntas

BT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 22 = 100 %

Jumlah siswa yang belum tuntas :0

Klasikal : Tuntas

52
Tabel 10

Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 Nilai rata-rata tes formatif 90

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 22

3 Persentase ketuntasan belajar 100 %

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar

90 dan dari 22 siswa, semuanya sebanyak 22 siswa tuntas belajar. Maka secara

klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 100% (termasuk

kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari

siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh

adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran

Inquiry sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini

sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan model pembelajaran Inquiry. Dari data-data yang telah diperoleh

dapat duraikan sebagai berikut :

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna.

53
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama

proses belajar berlangsung.

3) Hasil belajar siswsa pada siklus II mencapai ketuntasan.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode pembelajaran

Inquiry memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap

materi yang disampaikan guru (prestasi belajar meningkat dari siklus I, dan

II yaitu masing-masing 78.57, dan 90, adapun ketuntasan belajar meningkat

dari siklus I, dan II) yaitu masing-masing 57.14 %, dan 100 %). Pada siklus

II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran inquiry dalam

setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap

hasil belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-

rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

Pembelajaran IPA pada pada materi Menentukan bilangan oksidasi unsur

untuk mengidentifikasi reaksi oksidasi dan reduksi dengan model

pembelajaran Inquiry yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama

anggota kelompok dalam mengamati dan melakukan percobaan, dan diskusi

54
antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama

pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar

mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry dengan baik.Hal

ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep.

55
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua

siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry memiliki dampak positif

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan

peningkatan dari siklus I, dan II yaitu masing-masing 78.57, dan 90, adapun

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu masing-masing 57.14 %,

dan 100 % pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah

tercapai.

2. Penerapan model pembelajaran inquiry mempunyai pengaruh positif, yaitu

dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa yang ditunjukan

dengan hasil wawancara dengan beberapa siswa, rata-rata jawaban

menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode

pembelajaran metode pembelajaran inquiry sehingga mereka menjadi

termotivasi untuk belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal

bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :

1. Untuk melaksanakan model pembelajaran inquiry memerlukan persiapan

yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih

56
topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran inquiry

dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai model pembelajaran, walau dalam

taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di Kelas VII SMP Negeri 3 Putik Semester Ganjil Tahun

Pelajaran 2020/2021

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan

agar diperoleh hasil yang lebih baik.

57
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Yasin, Pedoman Pembuatan dan Pemakaian Alat-alat Peraga Pendidikan,

bandung, CV. Remaja Karya, 1971.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.
Kuncaranigrat. Metode Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia. Jakarta. 1977.

Mujiono, Teaching Aids. Malang. 1977.

Mujiono dan Achmad Dimyati, Metode Keperagaan Dalam Mengajar Sub Proyek

Penilaian Buku Pelajaran. Malang. 1974

Pelajaran IPA Penerbit Erlangga. 2004.

Reka Joni, Pengukuran dan Penilaian. Malang. 1971

Sutrisno Hadi. Metodologi Research Jilid I,II. Yayasan Penerbit Psikologi UGM.

Yogyakarta.1971

Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah.

Tarsito Bandung

58

Anda mungkin juga menyukai