Anda di halaman 1dari 14

DIGITAL ETHIC

Asriani (2020230002)
Beatriks Uta (2020230012)
Rikha Tri Anandary (2020230067
Yustina Lero (2021230034)
APA ITU DIGITAL ETHIC?

Digital etik adalah panduan untuk berperilaku terbaik

di ruang digital agar bisa membawa individu menjadi

bagian dari masyarakat digital, dan berada di domain

kolektif informal.
Interaksi Bermakna

Di Ruang Digital
Interaksi
Interaksi adalah proses komunikasi dua arah

antar pengguna terkait mendiskusikan ide,

topik, dan isu dalam ruang digital. Pada

media digital, interaksi bersifat sosial. Hasil

yang diharapkan adalah interaksi yang sehat

dan menghangatkan seperti menjalin relasi

atau pertemanan pada umumnya

(Straubhaar et al., 2012).


Contoh Interaksi
Menciptakan ide membuat video

Menjalin pertemanan di facebook yang bermanfaat bagi orang lain

Mengadakan rapat daring Mengirim hasil diskusi melalui email


Partisipasi
Partisipasi merupakan proses terlibat aktif

dalam berbagi data dan informasi yang

bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Proses ini berakhir pada menciptakan konten

kreatif dan positif untuk menggerakkan

lingkungan sekitar
Kolaborasi
Kolaborasi merupakan proses kerjasama antar pengguna untuk

memecahkan masalah bersama (Monggilo, 2020). Kompetensi ini

mengajak peserta untuk berinisiatif dan mendistribusikan

informasi yang jujur, akurat, dan etis dengan bekerja sama

dengan kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan

lainnya (Kurnia, 2020).


KENAPA

BERMAKNA?? Proses interaksi yang terjadi di media

sosial ini merupakan bagian dari

komunikasi sosial, bahkan semakin

kompleks dan dapat menimbulkan

masalah jika tidak dikelola dengan

baik. Proses interaksi yang terjadi di

media sosial ini merupakan bagian

dari komunikasi sosial, bahkan

semakin kompleks dan dapat

menimbulkan masalah jika tidak

dikelola dengan baik.


Penerapan Etika dalam Berinteraksi,

Partisipasi, dan Kolaborasi di Ruang Digital


Pada dasarnya, konten pada media digital adalah produksi

budaya, karena terdapat interaksi, partisipasi, dan kolaborasi

antar pengguna di dalamnya. Sehingga, karya yang dihasilkan

dapat dikatakan sebagai karya seni bersama. Maka, dibutuhkan

yang namanya “etika representatif“ yaitu memilih subjek

sebagai representasi dari masyarakat dunia nyata ke dunia

maya.
Hobbs (2011) pakar edukasi literasi media dari
University of Rhode Island USA memaparkan dimensi
dasar dalam literasi media digital yaitu akses, analisis,
kreasi, refleksi, dan aksi. Bagian etika ini masuk ke
dalam ranah refleksi, yaitu melihat kembali hasil kreasi
berdasarkan tanggung-jawab sosial dan etika. Maka,
aktivitas pengasah kompetensi pun diarahkan dalam
rangka merefleksikan gerakan di ruang digital.
Komunikasi yang terjadi di dunia maya pun melibatkan etika

dan nilai sosial.


Warganet yang memiliki keterampilan dalam bermedia digital

tidaklah cukup jika tidak diimbangi dengan kemampuan

dalam menerapkan etika dan aturan yang berlaku di

Indonesia.
Kesepian Tanpa Kekasih
Sekian dan Terima kasih
kamu nanya????

Anda mungkin juga menyukai