Anda di halaman 1dari 1

Renungan 4 Agustus 2022

Ayat Inti : Matius 5:9

Pada hari ini, tepatnya 108 tahun yang lalu tepatnya tanggal 4 Agustus 1914, Presiden Amerika
Serikat, Woodrow Wilson mengumumkan netralitas Amerika Serikat dalam perang dunia 1.
Inggris mendeklarasikan perang kepada Jerman. Deklarasi ini terjadi beberapa hari setelah
Jerman menyatakan perang terhadap Rusia dan Perancis. Dengan demikian, Inggris
menggabungkan kekuatan dengan Rusia dan Perancis pada Perang Dunia 1. Sebagai negara
netral, Amerika Serikat mempunyai hak untuk bersikap yang secara historis dan meyakinkan
berada di bawah naungan hukum internasional melalui kegiatan seperti menjual perlengkapan
senjata dan peralatan mesin perang dengan negara yang sedang berperang. Langkah yang
diambil oleh Amerika ini sebenarnya baik untuk mengambil sikap netral, namun ternyata ada
beberapa hal yang direncanakan oleh Amerika Serikat dibalik sikap netral itu.

Keadaan yang damai pasti dirindukan oleh semua orang. Siapapun dan dimanapun, orang
tinggal, pasti mereka akan berharap untuk hadirnya kedamaian. Pelajaran yang baik untuk
diambil dari peristiwa di atas adalah, kita perlu mengambil sisi yang positifnya. Dimana kita
harus bersikap netral akan suatu peristiwa perselisihan yang terjadi di sekitar kita. Kita harus
menjadi pembawa damai dimanapun kita berada, baik di lingkungan tempat tinggal, gereja,
tempat kerja, sekolah, kampus dan dimanapun kita berada, oleh karena kita adalah anak-anak
Tuhan. Sebagai seorang pembawa damai di tengah orang yang menghadapi perselisihan, kita
bisa membawa diri dengan baik, dan menciptakan suasana penuh damai. Sekiranya bisa,
dengan pertolongan Tuhan, kita bisa mendamaikan orang yang berselisih paham. Matius 5:9
mengatakan “berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut
anak-anak Allah.” Oleh karena kita adalah anak-anak Allah, maka kita perlu menjaga sikap,
perkataan, dan tindakan, juga memberikan input yang positif. Serta mengupayakan
penyelesaian masalah dan menanamkan sikap untuk saling mengampuni satu sama lain.

Sebagai pembawa damai yang menjadi pembawa damai antara kedua belah pihak yang
bermusuhan yaitu dengan cara memberikan nasihat positif dan bukan malah memprovokasi.
Buang sikap masa bodoh dengan pertikaian dan permusuhan yang terjadi, dan sebisa mungkin
kita memberikan nasihat yang baik dan mendorong kedua belah pihak yang bertikai untuk
melakukan apa yang baik dan benar. Maka marilah kita mengupayakan keadaan damai
dimanapun kita berada. Membawa damai itu membahagiakan. Jika kita ingin bahagia,
janganlah kita puas hanya dengan menikmati suasana damai. Dengan menjadi pembawa damai,
artinya kita juga memperkenalkan Allah sebagai sang Raja Damai dan bahwa Allah mencintai
kedamaian. Dan biarlah kehadiran kita akan menjadi seperti lilin yang selalu memancarkan
cahaya Kristus yang bersinar untuk menerangi setiap orang di sekitar kita. Kiranya Tuhan
memberkati dan menyertai kita senantiasa dalam segala kegiatan dan aktifitas apapun yang kita
lakukan hari ini.

Anda mungkin juga menyukai