Anda di halaman 1dari 1

Renungan 9 Agustus 2022

Ayat Inti : Yohanes 3:16

Pada hari ini, 77 tahun yang lalu tepatnya tanggal 9 Agustus 1945, pukul 1:56 pagi, sebuah pesawat
pembom B-29 yang diadaptasi secara khusus yang disebut “Bockscar” bersama komandannya yang
biasa, Frederick Bock, lepas landas dari Pulau Tinian di bawah komando Mayor Charles W. Sweeney.
Pesawat ini membawa misi khusus yaitu mengangkut bom atom seberat Bom atom Fat Man beratnya
sekitar 10.300 pon atau 4.670 kg rencananya akan dijatuhkan di Nagasaki. Pada pukul 11 pagi waktu
setempat, bom atom itu dijatuhkan dari ketinggian 1650 kaki, yang menewaskan 70 ribu orang dan
mencederai puluhan ribu warga Nagasaki, Jepang. Sebuah pukulan telak bagi Jepang, setelah pada 6
Agustus 1945, bom atom juga menewaskan puluhan ribu orang di Hiroshima. Dua kota itu (Hiroshima
dan Nagasaki) menjadi target sekutu karena merupakan pusat industri di Negeri Matahari Terbit. 'Little
Boy' adalah nama bom atom yang dijatuhkan di Hirosima, sedangkan yang di Nagasaki dinamakan 'Fat
Man'. Peristiwa itu sekaligus mengakhiri Perang Dunia II. Jepang menyerah kepada sekutu pada 16
Agustus 1945. Indonesia menjadi negara pertama yang langsung memanfaatkan kekalahan Jepang
dengan memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Mendengar peristiwa ini, sulit membayangkan bagaimana dahsyatnya ledakan yang terjadi di kota
tersebut. Banyak jiwa tak berdosa menjadi korban akibat ambisi pihak-pihak tertentu untuk mencapai
kekuasaan. Peristiwa ini membuat kita mengingat bagaimana agresi yang dilancarkan oleh ciptaan
Tuhan di surga. Agresi itu dilakukan untuk merebut kekuasaan Allah sang Pencipta. Pada akhirnya Setan
diusir dari Surga, dan dilemparkan keluar dari kerajaan Surga yang mulia.

Setelah itu, setan melancarkan agresinya di planet berwarna biru yang indah ini, dan manusia dikuasai
oleh dosa. Tidak ada cara lain, agresi ini harus dihentikan. Rencana dibuat oleh Tuhan, dan Ia membuat
satu senjata yang lebih kuat daripada ratusan bom atom ataupun senjata yang pernah dibuat di muka
bumi itu. Senjata itu adalah Salib.

Waktu sudah ditentukan, rencana sudah dibuat, tempat sudah disediakan untuk menyambut
kedatangan sang Juruselamat yang pertama kali untuk menghentikan agresi Setan dalam rencananya
untuk menguasai dunia. Berita tentang pengorbanan Yesus digaungkan di alam semesta raya. Firman
Tuhan mengatakan di dalam Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak akan binasa
melainkan beroleh hidup yang kekal.” Melalui Salib, setan dikalahkan. Dan pergerakan agresinya
terhambat, walaupun sampai saat ini Setan selalu berusaha menjatuhkan umat-umat kesayangan
Tuhan. Pengorbanan Yesus di atas kayu salib itu menjadi pengingat bagi kita saat ini, bahwa Allah sangat
mengasihi kita, dan Ia berupaya untuk menjaga kita dan menjauhkan kita dari kuasa dosa. Hakekat dari
dosa ialah memisahkan manusia dari Allah. Ketika Adam dan Hawa berbuat dosa yang pertama,
nalurinya yang pertama adalah menyembunyikan diri dari Allah. Dosa itulah yang membutakan mereka
terhadap tawaran keselamatan dari Allah.

Dalam dunia yang telah dikuasai oleh dosa ini, Yesus datang menawarkan keselamatan. Ia ingin
memulihkan dunia dengan penyembuhan dan pengampunan. Ia membawa anugerah untuk hidup kekal
sebagaimana manusia seharusnya hidup seturut rencana Allah sejak semula. Sekarang semua
tergantung kita masing-masing. Apakah kita akan berada tetap di pihak Allah ataukah di pihak Setan.
Kiranya Tuhan menyertai dan memberkati kita sekalian dalam sepanjang kehidupan kita. Amin

Anda mungkin juga menyukai