Kemerdekaan RI
1. Sejarah Pembubaran BPUPKI 7 Agustus 1945
Pada akhir 1944, Jepang mulai terdesak dalam Perang Asia Timur Raya. Bayang-
bayang kekalahan mulai nampak karena seluruh garis pertahanan Jepang di Pasifik
hancur oleh serangan Sekutu. Akhirnya, dalam situasi krisis, Letnan Jendral
Kumakici Harada, pimpinan pemerintah pendudukan Jepang di Jawa,
mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Maret 1945. Dalam bahasa Jepang,
BPUPKI dikenal sebagai 'Dokuritsu Junbi Chosakai'. Pembentukan BPUPKI tersebut
bertujuan untuk saling menguntungkan, baik bagi Indonesia maupun Jepang. Dalam
buku Indonesia Abad ke-20 (1988), Moejanto menjelaskan, tujuan utama
dibentuknya BPUPKI ialah untuk mengkaji, mendalami, serta menyelidiki bentuk
dasar yang cocok guna kepentingan sistem pemerintahan negara Indonesia usai
kemerdekaan. BPUPKI tak lain dibentuk untuk mempersiapkan proses kemerdekaan
Indonesia. Sementara bagi Jepang, tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk
menarik simpati rakyat Indonesia agar membantu Jepang dalam perang melawan
Sekutu dengan cara memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia. Jepang yang
saat itu terlibat dalam Perang Dunia II membutuhkan banyak dukungan.
Pembentukan BPUPKI oleh Jepang tidak 100 persen tulus untuk memberi
kemerdekaan Indonesia, tetapi juga untuk mendapat dukungan. BPUPKI sendiri
beranggotakan 67 orang yang diketuai oleh Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.)
Radjiman Wedyodiningrat, dengan wakil ketua Ichibangase Yosio (orang Jepang)
dan Raden Pandji Soeroso. Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata
Usaha yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin Raden Pandji
Soeroso dengan wakil Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda Toyohiko (orang
Jepang). Selama bekerja, BPUPKI tercatat telah melaksanakan dua kali masa
sidang. Pertama, pada 29 Mei-1 Juni 1945, yang menghasilkan Piagam Jakarta
(atau yang kita kenal sekarang dengan Pancasila). Sidang kedua pada 10-16 Juli
1945 yang membicarakan tentang rancangan Undang-Undang Dasar (UUD),
termasuk di dalamnya pembukaan UUD. Antara sidang resmi pertama dan sidang
resmi kedua ada masa reses yang digunakan para anggota untuk membahas
Rancangan Pembukaan UUD 1945 yang dipimpin Sukarno. Persidangan ini disebut
sidang tidak resmi dan hanya dihadiri 38 anggota. BPUPKI Dibubarkan 7 Agustus
1945 Pada tanggal 7 Agustus 1945, tepat hari ini 76 tahun lalu, BPUPKI resmi
dibubarkan. Menurut Sudiyo dalam Pergerakan Nasional Mencapai dan
Mempertahankan Kemerdekaan (2002), alasan dari pembubaran tersebut karena
BPUPKI dianggap telah menyelesaikan tugasnya, yakni menyusun rancangan
Undang-Undang Dasar. Selanjutnya, dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) untuk melanjutkan tugas BPUPKI, yang diketuai oleh Sukarno.
Tugas PPKI ini yang pertama adalah meresmikan pembukaan (atau preambule;
Bahasa Belanda), serta batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Sementara
tugasnya yang kedua adalah melanjutkan hasil kerja BPUPKI, mempersiapkan
pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah pendudukan militer Jepang kepada
bangsa Indonesia, dan mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah
ketatanegaraan bagi negara Indonesia baru.
Agustus
BOM atom yang jatuh pada 6 dan 9 Agustus 1945 di Hirosima dan Nagasaki menjadi
hari yang bersejarah bagi Jepang dan masyarakat di dunia. Aksi pengeboman
tersebut dilakukan oleh Amerika Serikat sebagai bentuk balasan dari pihak AS yang
lebih dulu diserang oleh Jepang pada 7 Desember 1941.
Hatta yang hadir pada pertemuan ini turut bicara, “Jepang adalah masa silam. Kita
sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha kembali menjadi tuan di
negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan
mengira bahwa saudara tela siap dan sanggup untuk memprokalamsikan
kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan itu sendiri? Mengapa
meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?” Tanyanya.
Perdebatan berlangsung alot dan buntu, akhirnya Soekarno tidak bisa memutuskan
sendiri dan melakukan perundingan dengan tokoh lain seperti Mohammad Hatta,
Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto dan Sudiro. Tidak lama kemudian
Hatta menyampaikan keputusan bahwa mereka menolak usulan pemuda dengan
alasan perlunya perhitungan lebih cermat dan akan timbul banyak korban jiwa dan
harta.
16 Agustsu 1945, Penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok
Para pemuda yang merasa tidak puas dengan jawaban Hatta kembali ke markas
dan menyiapkan rencana baru, menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Pukul 04.00 dinihari setelah sahur, tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda dipimpin
Sodancho Singgih datang ke kediaman Soekarno meminta Soekarno dan Hatta
mengikuti kemauan pemuda untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang.
Raibnya Soekarno dan Hatta membuat Jakarta panik. Apalagi, pada hari tersebut
ada rapat pertama PPKI. Soebardjo yang pada malam sebelumnya turut hadir dalam
perdebatan antara Golongan Muda dan Golongan Tua berupaya mencari Soekarno.
Ia berkeliling ke beberapa lokasi termasuk markas Jepang namun tidak ada. Dia
curiga para pemuda dibalik raibnya Soekarno dan Hatta. Segera ia menghubungi
Wikana. Dari Wikana, Soebardjo mendapat info bahwa Soekarno dan Hatta disekap
di Rangasdengklok. Pagi itu juga, Soebardjo menuju ke Rengasdengklok.
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
Nama :
1. Amanda
2. Salsa
3. Aurel
4. Putri
5. Falen
Kelas : V.A
Guru Pembimbing : Winda