Anda di halaman 1dari 9

OUTLINE RANCANGAN PROPOSAL TESIS

NIKEN KENANGA AVIOLA


NIM. 12030120420030

A. Judul atau Tema Tesis


“The Influence Of Fraud Pentagon Theory On Fradulent Financial Reporting With Corporate
Governance As Moderating Variable”

B. Latar Belakang Penelitian


Salah satu bentuk alat komunikasi yang digunakan perusahaan untuk menyampaikan data
berupa informasi keuangan serta aktivitas operasional di dalam perusahaan kepada para
pengguna informasi keuangan dapat disampaikan melalui laporan keuangan (Tessa, 2016). Di
dalam pelaporan keuangan, perusahaan akan berupaya untuk memperlihatkan kondisi
perusahaan sebaik mungkin dimata para pengguna. Adanya keinginan untuk selalu terlihat
baik oleh para pengguna ini memaksa manajemen perusahaan untuk melakukan manipulasi di
bagian-bagian tertentu, sehingga pada akhirnya menyajikan informasi yang tidak semestinya
yang tentu akan merugikan banyak pihak dimana informasi ini mengacu pada kecurangan
dalam pelaporan keuangan.
Kecurangan pelaporan keuangan saat ini menjadi sebuah perhatian penting, karena
laporan keuangan perusahaan menggambarkan kondisi dan kinerja perusahaan untuk
digunakan sebagai pertimbangan bagi pihak berkepentingan. Menurut Association of
Certified Fraud Examiners (Global Fraud & Examiners, 2016) kecurangan merupakan
tindakan penipuan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dimana tindakan tersebut
menyebabkan dampak yang merugikan terhadap pihak yang berkepentingan seperti individu,
entitas atau pihak lain. Kecurangan laporan keuangan adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh manajemen perusahaan secara sengaja yang bertujuan untuk mengelabui para pengguna
laporan keuangan dengan memperlihatkan kondisi yang tidak sebenarnya terjadi.
Sebagai contoh kasus fraudulent financial reporting yang pernah terjadi terjadi di
Indonesia pada tahun 2019. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA) melakukan fraudulent
financial reporting setelah lembaga akuntan publik Ernst dan Young (EY) mengeluarkan
laporan audit investigasi. Hasil Investigasi menyebutkan bahwa terjadi overstatement pada
laporan keuangan tahun 2017 sebesar Rp 4 triliun pada akun piutang usaha, persediaan, dan
aset tetap Grup AISA dan sebesar Rp 662 miliar pada penjualan serta Rp 329 miliar pada
EBITDA entitas food. (Kontan.28/03/2019). Selain kasus PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk,
PT. Garuda Indonesia Tbk juga pernah terseret kasus fraudulent financial reporting untuk

1
tahun buku 2018 dimana laba meningkat tajam dari tahun 2017 yang mengalami kerugian
USD 216,5 menjadi laba senilai USD 809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs
Rp14.000 per dolar AS). Hal ini menimbulkan polemik karena dua komisaris Garuda
Indonesia yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria menganggap laporan keuangan 2018
Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Prediksi kecurangan terkait dengan fraudulent financial reporting dapat dilakukan salah
satunya dengan menggunakan fraud pentagon theory. Fraud pentagon theory merupakan
perkembangan dari fraud triangle theory yang dicetuskan oleh Cressey tahun 1953 dan fraud
diamond theory yang dicetuskan Wolfe dan Hermanson tahun 2004. Fraud pentagon theory
dicetuskan oleh Crowe Howarth pada tahun 2011. Dalam teori ini Howarth menjelaskan
bahwa terdapat lima faktor yang memotivasi dilakukannya tindakan fraudulent financial
reporting yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), rasionalisasi (rationalization),
kompetensi (competence), dan arogansi (arrogance).
Banyaknya kasus fraudulent financial reporting memberikan bukti bahwa mekanisme
corporate governance tidak diimplementasikan secara efektif oleh perusahaan, sehingga
mengakibatkan kurangnya pengawasan terhadap perilaku manajer yang moral hazard.
Fraudulent financial reporting. Teori keagenan merupakan dasar pemikiran dalam
memahami konsep corporate governance. Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan
keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal).
Hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain
(agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan. Teori ini berasumsi bahwa setiap individu lebih mengutamakan kepentingannya
sendiri karena pada dasarnya sifat manusia sebagai makhluk individu sehingga menyebabkan
konflik kepentingan antara principal dengan agent.
Praktik dalam yang tidak sehat dalam tata kelola perusahaan memungkinkan terjadi
fraud yang sulit terdeteksi oleh pihak pemangku kepentingan. Corporate governance
merupakan alat untuk menjamin direksi dan manajer (insider) agar bertindak yang terbaik
untuk kepentingan investor luar (kreditur atau shareholder) (Jackson, 2009). Badan
Pengelola Pasar Modal di banyak negara menyatakan penerapan tata kelola perusahaan di
perusahaan-perusahaan publik secara baik telah berhasil mencegah praktik kecurangan atas
laporan keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Chen et al. (2006) menyatakan bahwa
corporate governance memiliki pengaruh signifikan terhadap fraud. Kualitas tata kelola
perusahaan dapat diukur dengan menggunakan efektivitas dewan komisaris dan komite audit.

2
Beberapa peneliti lain juga melakukan penelitian terkait corporate governance yang
memoderasi hubungan antara fraud pentagon dan fraudulent financial reporting yang
hasilnya terdapat ketidak konsistenan antara satu peneliti dengan penelitian lainnya. Hasil
penelitian Sawaka dan Rahmanta (2020) Dewi dan Anisyukurillah (2021) menyatakan bahwa
corporate governance memperlemah efek negatif tekanan terhadap persepsi kecurangan
pelaporan keuangan. corporate governance memperlemah pengaruh positif peluang dan
rasionalitas terhadap persepsi fraud. corporate governance tidak memoderasi pengaruh
kompetensi dan arogansi terhadap persepsi kecurangan pelaporan keuangan, tetapi corporate
governance adalah jenis moderasi potensial untuk interaksi kompetensi dan arogansi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ozcelik (2020) terletak pada sampel
penelitian, pengukuran variabel independen dan menambahkan variable moderasi. Penelitian
Ozcelik (2020) menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdiri dari 26 perusahaan
listed di Borsa Istanbul pada periode tahun 2013-2017, sedangkan penelitian ini
menggunakan sampel perusahaan keuangan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2012-2020. Penelitian Ozcelik (2020) melakukan pengukuran variabel independen
dengan menggunakan Fraud Diamond (finanancial stability, external pressure, financial
target, ineffective monitoring, nature of industry, change in auditor, size of comitte audit, dan
capability), sedangkan dalam penelitian ini pengukuran variabel independen dengan
menggunakan Fraud Pentagon (financial target, ineffective monitoring, change in auditor,
change in director, dan frequent number of CEO picture’s),variabel moderasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Corporate Governance (Dewan komisaris dan komite
Audit) dengan menggunakan metode skor yang telah dilakukan dalam penelitian Ajili dan
Bouri (2018). Dipilihnya sektor keuangan dalam penelitian ini karena menurut ACFE (2016)
sektor keuangan sebagai industri kedua yang paling dirugikan oleh segala kegiatan fraud.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah financial target berpengaruh positif terhadap fraudulent financial reporting?
2. Apakah ineffective monitoring berpengaruh positif terhadap fraudulent financial
reporting?
3. Apakah change in directors berpengaruh positif terhadap fraudulent financial
reporting?
4. Apakah change in auditors berpengaruh positif terhadap fraudulent financial
reporting?

3
5. Apakah frequent of CEO pictures berpengaruh positif terhadap fraudulent financial
reporting?
6. Apakah corporate governance dapat memperlemah hubungan antara financial target
terhadap fraudulent financial reporting?
7. Apakah corporate governance dapat memperlemah hubungan antara ineffective
monitoring terhadap fraudulent financial reporting?
8. Apakah corporate governance dapat memperlemah hubungan antara change in
auditor terhadap fraudulent financial reporting?
9. Apakah corporate covernance dapat memperlemah hubungan antara change in
directors terhadap fraudulent financial reporting?
10. Apakah corporate governance dapat memperlemah hubungan antara frequent of CEO
pictures terhadap fraudulent financial reporting?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Untuk membuktikan secara empiris bahwa financial target berpengaruh negatif
terhadap fraudulent financial reporting
2. Untuk membuktikan secara empiris bahwa ineffective monitoring berpengaruh
positif terhadap fraudulent financial reporting
3. Untuk membuktikan secara empiris bahwa change in auditor berpengaruh positif
terhadap fraudulent financial reporting
4. Untuk membuktikan secara empiris bahwa change of director berpengaruh positif
terhadap fraudulent financial reporting
5. Untuk membuktikan secara empiris bahwa frequent number of ceo`s picture
berpengaruh positif terhadap fraudulent financial reporting
6. Untuk membuktikan secara empiris bahwa corporate governance melemahkan efek
financial target terhadap fraudulent financial reporting
7. Untuk membuktikan secara empiris bahwa corporate governance melemahkan efek
ineffective monitoring terhadap fraudulent financial reporting
8. Untuk membuktikan secara empiris bahwa corporate governance melemahkan efek
change in auditor terhadap fraudulent financial reporting
9. Untuk membuktikan secara empiris bahwa corporate governance melemahkan efek
change of director terhadap fraudulent financial reporting

4
10. Untuk membuktikan secara empiris bahwa corporate governance melemahkan efek
frequent number of ceo`s picture terhadap fraudulent financial reporting
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dirincikan sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur dan referensi yang dapat
dijadikan acuan dalam penelitian lain. Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan
gambaran dan pemahaman lebih mendalam mengenai peran corporate governance dalam
memperlemah fraud pentagon theory yang dijelaskan oleh financial target, ineffective
monitoring, change in auditor,change of director dan frequent number of ceo’s picture
yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya tindakan fraudulent financial reporting
dalam suatu perusahaan.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi
bagi kreditor dan regulator dalam prediksi fraudulent financial reporting. Bagi kreditor
prediksi ini digunakan dalam mengambil keputusan untuk menambah atau membatasi
kredit pada perusahaan, sedangkan bagi regulator prediksi ini digunakan untuk membuat
peraturan-peraturan terkait fraudulent financial reporting.
F. Landasan Teori
Teori Fraud Pentagon (Fraud Pentagon Theory)
Teori fraud pentagon atau disebut juga dengan crowe’s fraud. pentagon theory
merupakan perluasan dari model fraud triangle yang di kembangkan oleh Donald
Cressey. Teori fraud pentagon diperkenalkan oleh Crowe Howarth pada tahun 2011.
Teori fraud pentagon merupakan perluasan dari teori fraud triangle dan teori fraud
diamond. Pada tahun 2011 muncul teori fraud pentagon, teori ini memiliki lima elemen
yang merupakan perluasan dari fraud triangle yang dicetuskan oleh Cressey. Kemudian
Crowe mengembangkan model fraud triangle dengan menambah dua elemen yaitu
competence dan arrogance, teori ini menjelaskan lima faktor yang memicu dilakukannya
tindakan kecurangan. Lima faktor tersebut adalah pressure (tekanan), opportunity
(kesempatan), dan rationaliztion (rasionalisasi), competence (kompetensi), dan arrogance
(arogansi).
Teori Agensi (Agency Theory)

5
Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi menjelaskan adanya hubungan
keagenan yang dibangun oleh pihak principal dengan pihak agent. Pihak principal
memberi wewenang kepada agent terkait dengan pembuatan keputusan yang terbaik
untuk pricipal. Dimana yang dimaksud dengan pihak principal yaitu pemilik atau
pemegang saham yang menyediakan dana serta fasilitas untuk kebutuhan perusahaan
dalam beroperasi. Agent adalah manajemen yang memiliki kewajiban untuk
mengendalikan perusahaan. Adanya hubungan antara principal dan agentdapat mengarah
pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agent
berada pada posisi yang memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan
dibandingkan dengan principal.
G. Desain Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian empiris (empirical research),
bersifat kuantitatif yang menjelaskan bagaimana pengaruh suatu fenomena dijadikan
sebagai objek penelitian. Penelitian empiris yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan
fakta-fakta empiris. Oleh karena itu penelitian ini mengutamakan penelitian terhadap
data dan fakta empiris dengan menggunakan sumber data sekunder. Penelitian ini
menggunakan desain korelasional yaitu hubungan antara variabel bebas, variabel terikat
dan variable moderasi. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu fraud pentagon
theory sedangkan variabel dependen yaitu fraudulent financial reporting dan variabel
moderasi yaitu corporate governance.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan keuangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2021. Dalam penelitan ini menggunakan
teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling, dengan teknik berdasarkan
pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak
acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Sekaran,
2006). Sampel perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang selama periode memiliki
kriteria sebagai berikut:
1) Menerbitkan laporan tahunan selama periode 2013-2021
2) Menyajikan laporan keuangan menggunakan mata uang Rupiah. Untuk perusahaan
non-keuangan yang memiliki mata uang asing tidak menjadi sampel dalam penelitian,
agar sampel data dalam penelitian homogen.

6
3) Memiliki kelengkapan data-data dari tahun 2013-2021 untuk keseluruhan variabel.
Perusahaan harus memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian karena jika data tidak lengkap akan mempengaruhi
perhitungan variabel penelitian.
4) Memenuhi kriteria fraudulent financial reporting berdasarkan model gabungan
Beneish M-Score dan Altman Z-Score.
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, fraud pentagon theory diukur dengan Variabel Independen
dalam penelitian ini adalah financial target diukur dengan menggunakan ROA,
ineffective monitoring diukur dengan rasio jumlah komisaris independen, change in
auditor dan change of director diukur dengan variabel dummy dimana bernilai 1 apabila
terdapat pergantian dan bernilai 0 apabila tidak terdapat pergantian selama periode
pengmatan dan frequent number of CEO’s picture yang diukur menggunakan Frequent
number of CEO’s picture dihitung dengan jumlah seluruh display picture CEO yang
terpampang dalam sebuah laporan tahunaan perusahaan.
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah fraudulent
financial reporting Variabel kecurangan dalam penelitian ini menggunakan variabel
kategorikal dimanabernilai 1 apabila perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan
yang melakukan kecurangan akuntansi dalam laporan keuangan, dan bernilai 0 apabila
perusahaan diklasifikasikan tidak melakukan kecurangan akuntansi dalam laporan
keuangan. Klasifikasi penentuan perusahaan melakukan kecurangan akuntansi
menggunakan pendekatan Beneish M-Score dan model prediksi kebangkrutan AltmanZ-
Score.
Variabel moderasi yang digunakan adalah corporate governance. Indikator
corporate governance (CG) diukur menggunakan metode skor dengan karakteristik
dewan komisaris yaitu jumlah dewan komisaris independen dan ketua dewan independen
dan komite audit yaitu ukuran komite audit, ketua komite audit independent, jumlah
anggota komite audit independent dan pertemuan komite audit. Kriteria indeks
pengukuran diadopsi sesuai dengan penelitian Ajili dan Bouri (2018).
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan statistik deskriptif yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data
sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat

7
kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2017:29). Pengujian variabel-variabel
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik karena
variabel dependen adalah variabel kategorikal dengan bantuan aplikasi SPSS Statistics
22. Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis statistik
deskriptif dan analisis regresi logistik.
H. Daftar Pustaka

ACFE. (2016). Report To The Nation On Occupational Fraud And Abuse. Austin, Texas:
Association Of Certified Fraud Examiners.

Ajili, H., & Bouri, A. (2018). Corporate governance quality of Islamic banks: measurement
and effect on financial performance. International Journal of Islamic and Middle
Eastern Finance and Management, 11(3), 470–487.

Dewi, K., & Anisykurlillah, I. (2021). Analysis of the Effect of Fraud Pentagon Factors on
Fraudulent Financial Statement with Audit Committee as Moderating
Variable. Accounting Analysis Journal, 10(1), 39-46.

Howarth, C. (2011). Putting The Freud In Fraud: Why The Fraud Triangle Is No Longer
Enough, In Howarth, Crowe.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory Of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs And Ownership Structure. Journal Of Financial Economics, 3(4),
305–360.

Kontan.Co.Id. (2019). Kasus Pelanggaran Laporan Keuangan Aisa, Ojk: Kami Akan
Klarifikasi Dahulu. Retrieved From 24 Oktober 2019 Website:
Https://Investasi.Kontan.Co.Id/News/Kasus-Pelanggaran-Laporan-Keuangan- Aisa-
Ojk-Kami-Akan-Klarifikasi-Dahulu

Okezone.Com. (2019). Kronologi Kasus Laporan Keuangan Garuda Indonesia Hingga Kena
Sanksi.Retrieved February 5 2020, From
Https://Economy.Okezone.Com/Read/2019/06/28/320/2072245/ Kronologi- Kasus-
Laporan-Keuangan-Garuda-Indonesia-Hingga-Kena-Sanksi?Page=1

Ozcelik, H. (2020). An Analysis of Fraudulent Financial Reporting Using the Fraud Diamond
Theory Perspective: An Empirical Study on the Manufacturing Sector Companies
Listed on the Borsa Istanbul. In Contemporary Issues in Audit Management and
Forensic Accounting. Emerald Publishing Limited.

Ramantha, I. W. (2020). Fraud pentagon theory in detecting financial perception of financial


reporting with good corporate governance as moderator variable. International
research journal of management, IT and social sciences, 7(1), 84-94.

Tessa Dan Harto. (2016). Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori Fraud Pentagon
Pada Sektor Keuangan Dan Perbankan Di Indonesia (Fraudulent Financial
Reporting: The Testing Of Pentagon Fraud Theory In Financial And Banking
Companies Sector In Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi Xix, 1–21.
8
9

Anda mungkin juga menyukai