Pasal 16 Pasal 18
Setiap satuan pendidikan berhak : Pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat, orang tua, peserta
a. memperoleh dana operasional dan pemeliharaan pendidikan didik, pendidik dan tenaga kependidikan, satuan pendidikan
bagi Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh dan pemerintah daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan
pemerintah; dan Bupati.
b. memperoleh bantuan dana operasional dan pemeliharaan
pendidikan bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh BAB V
masyarakat; PENINGKATAN MUTU DAN AKSES PENDIDIKAN FORMAL
Pasal 17 Bagian Kesatu
Kelembagaan
Setiap satuan pendidikan berkewajiban :
a. menjamin pelaksanaan hak-hak peserta didik untuk Pasal 19
memperoleh pendidikan tanpa membedakan status sosial dari
orang tua/wali peserta didik;
b. memfasilitasi dan bekerja sama dengan Komite Sekolah (1) Pendidikan Formal terdiri dari :
untuk menerapkan dan mengembangkan manajemen berbasis a. pendidikan dasar, meliputi SD, SDLB, MI, SMP, SMPLB dan
sekolah; MTs;
c. menyusun dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan b. pendidikan menengah, meliputi SMA, SMALB, MA, MAK dan
Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (APBS), dan SMK; dan
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah kepada Komite c. pendidikan Tinggi, meliputi Sekolah Tinggi, Institut dan
Sekolah dan seluruh orang tua/wali peserta didik; Universitas.
d. menyusun dan melaksanakan Standar Penyelenggaraan (2) Pendidikan formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
Pelayanan Publik; diselenggarakan Pemerintah Kabupaten meliputi SD, SMP, SMA
e. melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM); dan SMK.
f. merencanakan, menyusun dan melaksanakan kurikulum (3) Pendidikan formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan diselenggarakan Kementerian Agama meliputi RA, MI, MTs, dan
yang berlaku; dan MA.
Bagian Kedua Paragraf 3
Manajemen Pendidikan Formal Syarat Pengangkatan Tenaga Pendidik
Paragraf 1
Visi dan Misi Sekolah
Pasal 22
Pasal 20
(1) Secara umum, Tenaga pendidik yang diangkat wajib memenuhi
Setiap Lembaga Pendidikan Formal harus melaksanakan syarat :
Manajemen sekolah yang transparan dan akuntabel dengan syarat : a. tercatat sebagai Warga Negara Indonesia;
a. membuat Visi dan Misi Sekolah sebagai acuan kerja; b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; dan
b. menyusun Rencana Kerja Sekolah; c. berbadan sehat dibuktikan dengan surat keterangan berbadan
c. menyusun laporan kegiatan; dan sehat dari Dokter.
d. mempublikasikan setiap laporan kegiatan kepada Pemerintah dan (2) Secara khusus, tenaga pendidik yang diangkat wajib memenuhi
masyarakat. syarat:
a. berpendidikan minimal S1 dan memiliki akta IV dari
Paragraf 2 perguruan tinggi terakreditasi;
b. memiliki sertifikasi profesi pendidik; dan
Kualifikasi Pendidik dan tenaga Kependidikan
c. dinyatakan lulus tes kejiwaan dibuktikan dengan surat
keterangan lulus dari dokter jiwa.
Pasal 21
Paragraf 4
(1) Pendidik yang berstatus sebagai guru harus berlatar belakang Ujian bagi calon tenaga pendidik
S1 Pendidik dari perguruan tinggi terakreditasi.
(2) Pemerintah Daerah wajib mengusahakan pendidikan tambahan
Pasal 23
bagi guru yang belum berijasah S1 Pendidikan, melalui tugas
belajar dan beasiswa.
(3) Kualifikasi Tenaga Kependidikan yang berstatus sebagai (1) Ujian penerimaan bagi calon tenaga pendidik dilaksanakan
Pengawas Sekolah harus berijasah S2 Pendidikan dari melalui:
Perguruan Tinggi terakreditasi. a. ujian administrasi;
(4) Satuan pendidikan yang dikelola pemerintah dan ditetapkan b. ujian tertulis; dan
sebagai Sekolah berstandar Internasional dapat menjalin c. ujian praktek mengajar secara langsung di satuan Pendidikan
menurut jenjangnya.
kerjasama pengadaan pendidik atas izin Kepala Dinas.
(2) Ujian administrasi dan ujian tertulis dilaksanakan oleh Badan Paragraf 6
Kepegawaian Daerah sesuai ketentuan perundang-undangan. Kepala Sekolah
(3) Ujian praktek mengajar dilaksanakan oleh Dinas.
(4) Pelaksanaan ujian praktek mengajar dilaksanakan setelah calon
Pasal 26
tenaga pendidik dinyatakan lulus ujian administrasi.
(5) Calon tenaga pendidik berhak mengikuti ujian tertulis jika telah
dinyatakan lulus ujian praktek mengajar. (1) Kepala Sekolah berfungsi sebagai pendidik, manajer,
(6) Pelaksanaan ujian praktek mengajar diatur lebih lanjut melalui administrator, supervisor, pemimpin, motivator dan inovator
keputusan kepala dinas. pada sekolah.
(2) Kepala Sekolah harus menetapkan dan melaksanakan visi dan
Pasal 24 misi sekolah yang dipimpinnya.
Paragraf 7
(1) Dalam hal terjadi perpindahan status PNS dari tenaga
kependidikan menjadi tenaga pendidik, dinas melaksanakan Pengangkatan Kepala Sekolah
ujian praktek mengajar.
(2) Pelaksanaan ujian praktek mengajar sebagaimana dimaksud Pasal 27
pada ayat 1, mengacu pada ketentuan dalam Pasal 23 ayat (5).
(1) Mekanisme Pengangkatan kepala sekolah :
Paragraf 5 a. calon Kepala Sekolah diusulkan oleh Pengawas sekolah dan
Mutasi Tenaga Pendidik Kepala cabang Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, ke
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten;
Pasal 25 b. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
membentuk tim seleksi Calon Kepala sekolah;
c. tim seleksi sebagaimana dimaksud pada huruf b terdiri dari,
(1) Tenaga pendidik yang baru diangkat hanya dapat dimutasi Kepala Dinas, Sekretaris, unsur Kepala Bidang, dan
setelah mengabdi sekurang-kurangnya 5 tahun pada satuan Koordinator Pengawas;
Pendidikan pertama kali ditempatkan. d. pelaksanaan seleksi terdiri dari seleksi administrasi dan
(2) Bagi tenaga pendidik yang telah dimutasi, dapat dipindahkan akademik;
setelah mengabdi sekurang-kurangnya 3 tahun pada satuan e. seleksi administrasi meliputi pemeriksaan dokumen
pendidikan bersangkutan. kelengkapan persyaratan kepala sekolah;
(3) Tenaga pendidik bertugas paling lama 10 tahun pada sebuah f. seleksi akademik dilaksanakan melalui tes tertulis,
satuan Pendidikan.
wawancara dan presentasi;
g. mekanisme seleksi akademik diatur dengan keputusan kepala (4) Syarat khusus yang mesti dimiliki calon kepala SD meliputi :
dinas; dan a. pernah menjadi guru pemandu Mata Pelajaran;
h. pengangkatan Kepala Madrasah di atur oleh Kantor b. pernah menjadi guru berprestasi minimal 10 besar tingkat
Kementerian Agama Kabupaten. kecamatan (dibuktikan dengan SK Kepala Cabang
Dinas/pejabat yang berwenang);
Paragraf 8 c. pernah mengajar minimal di dua SD;
Persyaratan Pengangkatan Kepala Sekolah d. telah tersertifikasi; dan
e. telah lulus seleksi calon kepala sekolah dan atau memiliki
Pasal 28
nomor unik kepala sekolah.
(5) Syarat umum yang mesti dimiliki calon kepala SMP meliputi :
(1) Syarat umum yang mesti dimiliki calon kepala TK meliputi: a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. sehat jasmani dan rohani;
b. sehat jasmani dan rohani; c. berusia setinggi-tingginya 56 tahun;
c. berusia setinggi-tingginya/maksimal 56 tahun; d. memiliki pengalaman mengajar minimal 5 tahun;
d. memiliki pengalaman mengajar minimal 5 tahun; e. berkualifikasi S2 Kependidikan; dan
e. berkualifikasi S1 Kependidikan; dan f. minimal golongan III/c
f. minimal golongan III/c. (6) Syarat khusus yang mesti dimiliki calon kepala SMP meliputi :
(2) Syarat khusus yang mesti dimiliki calon kepala TK meliputi : a. pernah menjadi guru pemandu MGMP;
a. pernah menjadi guru pemandu Mata Pelajaran; b. pernah menjadi guru berprestasi minimal 10 besar tingkat
b. pernah menjadi guru berprestasi minimal 10 besar tingkat kabupaten (dibuktikan dengan SK Kepala Dinas/pejabat yang
kecamatan (dibuktikan dengan SK Kepala Cabang berwenang);
Dinas/pejabat yang berwenang); c. pernah mengajar minimal di dua SMP;
c. pernah mengajar minimal di dua TK; d. telah tersertifikasi; dan
d. telah tersertifikasi; dan e. telah lulus seleksi calon kepala sekolah dan atau memiliki
e. telah lulus seleksi calon kepala sekolah dan atau memiliki nomor unik kepala sekolah.
nomor unik kepala sekolah.
(7) Syarat umum yang mesti dimiliki calon kepala SMA/SMK
(3) Syarat umum yang mesti dimiliki calon kepala SD meliputi :
meliputi :
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. sehat jasmani dan rohani;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. berusia setinggi-tingginya/maksimal 56 tahun;
c. berusia setinggi-tingginya 56 tahun;
d. memiliki pengalaman mengajar minimal 5 tahun;
d. memiliki pengalaman mengajar minimal 5 tahun;
e. berkualifikasi S1 Kependidikan; dan
e. berkualifikasi S2 Kependidikan; dan
f. minimal golongan III/c.
f. minimal golongan III/c. pembelajaran atau bimbingan dan konseling sesuai dengan
(8) Syarat khusus yang mesti dimiliki calon kepala SMA/SMK ketentuan.
meliputi :
a. pernah menjadi guru pemandu MGMP; BAB VI
b. pernah menjadi guru berprestasi minimal 10 besar tingkat PENINGKATAN MUTU DAN PERLUASAN AKSES
kabupaten (dibuktikan dengan SK Kepala Dinas/pejabat yang PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON FORMAL DAN INFORMAL
berwenang);
c. pernah mengajar minimal di dua SMA/SMK;
Bagian Kesatu
d. telah tersertifikasi; dan
e. telah lulus seleksi calon kepala sekolah dan atau memiliki Pendidikan Anak Usia Dini
nomor unik kepala sekolah.
(9) Bagi kepala sekolah yang telah diangkat wajib membuat kontrak Pasal 30
kinerja dengan dinas.
(10) Tata cara penyusunan kontrak kinerja akan diatur lebih lanjut (1) Pendidikan Anak Usia Dini diberikan pada anak usia 0 – 6
melalui peraturan bupati. Tahun tanpa diskriminasi.
(2) Pendidikan Anak Usia Dini meliputi TK, Kelompok Bermain,
Tempat Penitipan Anak, dan Satuan PAUD Sejenis.
Paragraf 9
(3) Semua lembaga penyelenggara PAUD wajib melaksanakan
Masa Tugas Kepala Sekolah layanan holistik dan integratif.
(4) Layanan PAUD holistik dan integratif melibatkan instansi dan
Pasal 29 lembaga terkait.
(1) Kepala Sekolah/Madrasah diberi satu kali masa tugas selama 4 Pasal 31
(empat) tahun.
(2) Masa tugas kepala sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud Untuk meningkatkan aksebilitas cakupan layanan PAUD maka
pada ayat (1) dapat diperpanjang untuk 1(satu) kali masa tugas penyelenggara PAUD harus mengembangkan PAUD terpadu meliputi
apabila memiliki prestasi kerja minimal baik berdasarkan Taman Kanak-Kanak, kelompok bermain, penitipan anak, dan
penilaian kinerja. satuan PAUD sejenis (SPS) dalam satu lingkungan.
(3) Kepala sekolah/madrasah yang masa tugasnya berakhir, tetap
melaksanakan tugas sebagai guru sesuai dengan jenjang
jabatannya dan berkewajiban melaksanakan proses
Bagian Kedua
Pendidikan Non Formal Bagian Kelima
Persyaratan Pendirian Lembaga Pendidikan Non Formal
Pasal 32
Pasal 35
(1) Pendidikan non formal diselenggarakan untuk memenuhi
keterampilan warga masyarakat. Persyaratan pendirian Lembaga Pendidikan Non Formal adalah :
(2) Jenis-jenis pendidikan non formal, meliputi keaksaraan a. memiliki sekretariat yang jelas dan dapat dipantau;
fungsional, Keaksaraan Usaha Mandiri, Keaksaraan berbasis b. memiliki ruangan belajar yang dapat digunakan untuk
Gender, Pendidikan Kursus dan pelatihan. melakukan proses pembelajaran;
(3) Pendidikan non formal sebagaimana yang dimaksud pada ayat c. memiliki tenaga Pendidik dan Tutor sesuai dengan program yang
(1), diselenggarakan Pemerintah Daerah dan swasta. dijalankan;
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keaksaraan d. memiliki data sasaran yang akan menjadi warga belajar di
fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam lembaga;
Peraturan Bupati. e. memiliki akte notaris;
Bagian Ketiga f. memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Dinas; dan
Pendidikan Informal g. memiliki NPWP.
Pasal 33
BAB VII
Pendidikan Informal meliputi pendidikan keluarga atau parenting PENINGKATAN MUTU DAN PERLUASAN AKSES
dan home schooling. PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS
Pasal 36
Bagian Keempat
Kualifikasi Pendidik dan tenaga Kependidikan (1) Pendidikan khusus merupakan layanan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki
Pasal 34
potensi kecerdasan dan bakat istemewa.
(2) Pendidikan khusus dapat berbentuk:
Kualifikasi Pendidik dan tenaga Kependidikan PAUD sekurang- a. pendidikan inklusif;
kurangnya berijasah SMA sederajat. b. akselerasi; atau
c. eskalasi. BAB IX
(3) Pendidikan layanan khusus merupakan program pendidikan PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER
bagi peserta didik di daerah yang mengalami bencana alam, DAN KEUNGGULAN LOKAL
bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
Pasal 38
BAB VIII
PENDIDIKAN KEAGAMAAN
(1) Penyelenggaraan pendidikan karakter wajib dilaksanakan di
seluruh satuan pendidikan.
Pasal 37 (2) Penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal
(1) Pendidikan keagamaan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh satuan pendidikan formal.
dan/atau dapat diselenggarakan oleh kelompok masyarakat
dari pemeluk agama sesuai dengan ketentuan peraturan Bagian Kesatu
perundang-undangan yang berlaku. Pendidikan Karakter
(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
Pasal 39
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi
ahli ilmu agama.
(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur (1) Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
pendidikan : meliputi :
a. formal; a. religius;
b. non formal; dan b. jujur;
c. informal. c. toleransi;
(4) Bentuk pendidikan keagamaan diatur sesuai dengan d. disiplin;
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. kerja keras;
f. kreatif;
g. mandiri;
h. demokratis;
i. rasa ingin tahu;
j. semangat kebangsaan;
k. cinta tanah air;
l. bersahabat/komunikatif;
m. menghargai prestasi;
n. cinta damai; f. terdapat perlakuan khusus bagi peserta didik yang unggul
o. gemar membaca; secara akademik dan peserta didik yang mengalami
p. peduli sosial; kelambatan belajar;
q. peduli lingkungan; g. transparansi dan akuntabilitas;
r. tanggung jawab; dan h. lingkungan sekolah aman;
s. komitmen/Integritas. i. pengelolaan kantin kejujuran; dan
(2) Nilai-nilai karakter yang dikembangkan sebagaimana dimaksud j. ketersediaan mekanisme pencegahan anak putus sekolah.
pada ayat (1) diatas wajib diintegrasikan pada kurikulum
disetiap satuan pendidikan. Bagian Ketiga
(3) Proses pengintegrasian pendidikan karakter diimplementasian Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
melalui :
a. mata pelajaran yang relevan;
b. mata pelajaran muatan lokal; dan Pasal 41
c. kegiatan pengembangan diri.
(1) Setiap Satuan Pendidikan wajib mengembangkan pendidikan
Bagian Kedua berbasis keunggulan lokal
Sekolah Ramah Anak (2) Jenis-jenis Keunggulan lokal yang dapat dikembangkan
meliputi:
a. budaya mandar; dan
Pasal 40 b. industri rumah tangga.
(3) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat dikembangkan
(1) Pengembangan pendidikan karakter diterapkan melalui program melalui:
Sekolah Ramah Anak (SRA). a. integrasi dengan mata pelajaran yang relevan;
(2) Sekolah Ramah Anak sekurang-kurangnya memiliki ciri-ciri b. menjadi mata pelajaran muatan lokal; dan
sebagai berikut : c. berdiri sendiri menjadi mata pelajaran keterampilan.
a. penerapan hukuman tanpa kekerasan;
b. tata tertib sekolah dan kelas, disusun bersama antara kepala
sekolah, guru, siswa dan orang tua/wali siswa;
c. tersedia wadah bagi Siswa dan Guru untuk menyampaikan
pendapatnya.
d. pemberian penghargaan terhadap siswa dan guru yang
ramah;
e. semua peserta didik memiliki akta kelahiran;
BAB X Pasal 44
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Bagian Kesatu (1) Manajemen Berbasis Sekolah dibangun atas 3 (tiga) prinsip
yaitu:
Manajemen Sekolah
a. partisipasi;
b. transparansi; dan
Pasal 42 c. akuntabilitas.
(2) Partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
(1) Setiap Sekolah/Madrasah wajib menerapkan Manajemen mengandung makna sekolah/madrasah melibatkan segenap
Berbasis Sekolah (MBS). masyarakat pendidikan untuk membuat perencanaan,
(2) Manajemen Berbasis Sekolah mengandung makna sebagai melaksanakan serta mengevaluasi program sekolah.
penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri (3) Transparansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku mengacu pada keterbukaan sekolah atas kegiatan yang
kepentingan dalam proses pengambilan keputusan untuk dilakukan baik dari segi penggunaan dana, pelaksanaan
memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah. kegiatan, sehingga menciptakan kepercayaan timbal balik
antar pemangku kepentingan sekolah.
Pasal 43 (4) Akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berhubungan dengan pertanggungjawaban untuk
Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan untuk : melaporkan, menjelaskan, dan membuktikan kebenaran
a. meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan sebuah kegiatan atau keputusan yang dilaksanakan kepada
inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan semua masyarakat agar dapat diketahui secara pasti
sumber daya yang tersedia; apakah rencana yang telah dibuat bersama dapat
b. meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dilaksanakan dengan baik, jika tidak terlaksana dengan
dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan baik maka secara bersama dapat dilakukan perbaikan
keputusan bersama/ partisipatif; untuk kemajuan sekolah.
c. meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua
masyarakat dan pemerintah tentang sekolahnya; dan
d. meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang
mutu pendidikan yang akan dicapai.
Pasal 45 Paragraf 2
Mekanisme Penyusunan
(1) Setiap Sekolah/Madrasah wajib memiliki Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah (RP-S/M) yang Pasal 47
menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun
waktu 4 (empat) tahun yang berkaitan dengan mutu
lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang (1) RP-S/M dan RKA-S/M disusun dengan melibatkan
mendukung peningkatan mutu lulusan. masyarakat pendidikan di sekolah.
(2) Setiap Sekolah/Madrasah wajib memiliki Rencana Kerja (2) RP-S/M dan RKA-S/M mengakomodasi masukan masyarakat
Tahunan Sekolah/Madrasah yang mengacu pada RP-S/M yang pendidikan di sekolah.
dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran (3) Sekolah/madrasah wajib memasukkan komponen SPM
Sekolah/Madrasah (RKA-S/M). (Standar Pelayanan Minimal) dalam RP-S/M dan RKA-S/M.
(4) Penyusunan RP-S/M dan RKA-S/M diawali dengan analisis
kebutuhan sekolah dan mengacu pada prinsip SMART
Paragraf 1
“Spesific (khusus), Measureable (Terukur), Attainable (dapat
Rencana Kerja Sekolah/Madrasah dipertanggungjawabkan), Realistic (jelas, nyata sesuai
kebutuhan), Time bone (memiliki batasan waktu untuk
Pasal 46 mencapainya)”.
(5) Mekanisme penyusunan RP-S/M dan RKA-S/M mengacu
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (RP-S/M) dan pada pedoman penyusunan RP-S/M dan RKA-S/M.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) (6) Pedoman penyususnan RP-S/M dan RKA-S/M sebagai yang
minimal memuat komponen sebagai berikut : dimaksud ayat 5 (lima) diatur melalui keputusan Kepala
a. profil sekolah; Dinas/Kementerian Agama Kabupaten.
b. visi dan misi sekolah;
c. tujuan dan sasaran; Paragraf 3
d. analisis kondisi sekolah; Pengesahan
e. Situasi keuangan sekolah; dan
f. 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 48
(1) RP-S/M dan RKA-S/M harus mendapat persetujuan dari
rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah serta
disahkan berlakunya oleh Dinas/Kementerian Agama
Kabupaten.
(2) Satuan pendidikan wajib mensosialisasikan RP-S/M dan RKA- Paragraf 5
S/M kepada warga sekolah/madrasah yang berkepentingan. Review
(3) Satuan Pendidikan wajib memajangkan RP-S/M dan RKA-S/M
di tempat terbuka sehingga mudah dibaca oleh pihak-pihak
Pasal 51
terkait.
(1) Tim monitoring dan evaluasi harus bebas dari kepentingan dan Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan
memiliki sikap jujur, egaliter, tidak memihak, dan tidak dilakukan berdasarkan latar belakang pengalaman, kemampuan,
mencari-cari kesalahan. dan prestasi dalam bidang pendidikan.
(2) Tim monitoring dan evaluasi dipilih berdasarkan kemampuan,
keterampilan dan pengalaman.
(3) Tim monitoring dan evaluasi dilengkapi dengan instrumen
monitoring dan evaluasi.
Pasal 88 BAB XVII
SANKSI ADMINSITRATIF
(1) Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga Pasal 91
kependidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 87 diberikan (1) Bupati berwenang memberikan sanksi administratif terhadap
dalam bentuk kenaikan jabatan, dan/atau bentuk promosi dan penyelenggaraan pendidikan pada semua tingkatan yang
penghargaan lain yang dilaksanakan sesuai ketentuan melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini;
Perundang-Undangan yang berlaku. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat
(2) Promosi bagi pendidik dan tenaga kependidikan bukan pegawai berupa:
negeri sipil pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh a. teguran/peringatan;
masyarakat dilaksanakan sesuai dengan anggaran dasar dan b. pencabutan izin; dan
anggaran rumah tangga penyelenggara pendidikan serta
c. pembubaran;
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
(3) Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini bagi Pegawai Negeri
Pasal 89 Sipil dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana
yang dimaksud dalam pasal 87 diberikan oleh : BAB XVIII
a. Bupati tingkat kabupaten; KETENTUAN PIDANA
b. Camat pada tingkat kecamatan;
c. Kepala desa/kelurahan pada tingkat desa/kelurahan; dan Pasal 92
d. Pemimpin satuan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Penyelenggara satuan Pendidikan yang tidak mematuhi ketentuan
Pasal 90 dalam peraturan daerah ini, dapat dikenakan sanksi pidana sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(1) Pemerintah daerah memberikan penghargaan kepada pendidik
dan/atau tenaga kependidikan berdedikasi yang bertugas
didaerah terpencil, daerah mengalami bencana alam, bencana
sosial atau daerah dalam keadaan darurat.
(2) Pendidik atau tenaga kependidikan yang gugur dalam
melaksanakan tugas memperoleh penghargaan dari pemerintah
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB XIX PENJELASAN
KETENTUAN PENUTUP ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR
Pasal 93 NOMOR 6 TAHUN 2012
Pasal 47 Pasal 57
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 48 Pasal 58
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 49 Pasal 59
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 60 Pasal 69
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 61 Pasal 70
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 62 Pasal 71
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 72
Pasal 63 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 73
Pasal 64 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 65 Pasal 75
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 66 Pasal 76
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 67 Pasal 77
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 68 Pasal 78
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 79 Pasal 88
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 80 Pasal 89
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 81 Pasal 90
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 82 Pasal 91
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 92
Pasal 83 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 93
Pasal 84 Cukup Jelas
Cukup Jelas
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR
Pasal 85 TAHUN 2012 NOMOR 6
Cukup Jelas
Pasal 86
Cukup Jelas
Pasal 87
Cukup Jelas