Anda di halaman 1dari 44

b.

bahwa dalam rangka menjamin pemerataan


kesempatan pendidikan terhadap Warga Negara
Republik Indonesia maka diperlukan pengaturan
tentang perluasan akses pendidikan di
Kabupaten Polewali Mandar;
BUPATI POLEWALI MANDAR c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan b, maka perlu
ditetapkan Peraturan Daerah tentang
PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR Peningkatan Mutu dan Akses Pendidikan;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
NOMOR 6 TAHUN 2012 Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
TENTANG Pokok pokok Kepegawaian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,
PENINGKATAN MUTU DAN AKSES PENDIDIKAN Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan
UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara
BUPATI POLEWALI MANDAR, Republik Indonesia Nomor 3890);
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
pendidikan yang mampu mewujudkan sistem Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
dan lembaga pendidikan yang kuat dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
berwibawa serta memberdayakan Warga Negara Nomor 4301);
Republik Indonesia sehingga berkembang 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 Tentang
menjadi manusia yang berkualitas dan memiliki Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran
kompetensi menjawab tantangan zaman yang Negara Republik Indonesia Nomor 105,
selalu berubah, maka diperlukan pengaturan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
tentang peningkatan mutu pendidikan di Nomor 4422);
Kabupaten Polewali Mandar;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara 10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, tentang Wajib Belajar (Lembaran Negara
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90,
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 4863);
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua 11. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008
Atas Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, 91, Tambahan Lembaran Negara Republik
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 4864);
Nomor 4844); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010
6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara
Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 112, Tambahan
Nomor 4586); Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang 5157);
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Dengan Persetujuan Bersama
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPETEN POLEWALI MANDAR
Republik Indonesia Nomor 5234); dan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 BUPATI POLEWALI MANDAR
tentang Stándar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor MEMUTUSKAN :
41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496); Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENINGKATAN
9. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2005 MUTU DAN AKSES PENDIDIKAN.
tentang Perubahan Nama Kabupaten Polewali
Mamasa Menjadi Kabupaten Polewali Mandar
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 160);
BAB I pemerataan, relevansi dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan
KETENTUAN UMUM di Kabupaten Polewali Mandar.
10. Komite Sekolah atau Majelis Madrasah dan Forum Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat adalah Badan mandiri yang
Pasal 1
mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan
mutu pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : satuan Pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur
1. Daerah adalah Kabupaten Polewali Mandar. pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
11. Evaluasi adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Polewali penetapan mutu pendidikan terhadap proses belajar mengajar,
Mandar. hasil belajar, kinerja tenaga kependidikan dan kelembagaan.
3. Bupati adalah Bupati Polewali Mandar. 12. Manajemen berbasis sekolah selanjutnya disingkat MBS adalah
4. Dinas adalah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga model penyelenggaraan pendidikan yang bertumpu pada
Kabupaten Polewali Mandar. otonomi sekolah dalam rangka mendorong peningkatan mutu
5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah dan akses pendidikan.
Raga Kabupaten Polewali Mandar. 13. Rencana kerja dan anggaran sekolah selanjutnya disingkat
6. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk RKAS adalah seperangkat rencana yang memuat tentang
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar program kerja dan rencana keuangan tahunan sekolah yang
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya disusun secara bersama oleh penyelenggara satuan pendidikan
sehingga memiliki kekuatan dan kecerdasan spiritual dan komite sekolah yang dapat melibatkan masyarakat.
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak 14. Wajib belajar adalah program pendidikan dasar 9 tahun dan
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, pendidikan menengah 3 tahun yang harus diikuti oleh warga
bangsa dan negara. masyarakat atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
7. Penyelenggaraan Pendidikan adalah sistem pengelolaan daerah.
yangmencakup seluruh kegiatan pendidikan formal dan 15. Mutu Pendidikan adalah jaminan pemenuhan kualitas
pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh pemerintah pendidikan mulai dari input, proses hingga output pendidikan
daerah dalam lingkup kementerian pendidikan, kementerian pada jenjang pendidikan formal, non formal, informal dan
agama serta masyarakat sesuai urusan daerah. Pendidikan khusus.
8. Masyarakat adalah kelompok Warga Negara Republik Indonesia 16. Akses Pendidikan adalah keterjangkauan layanan Pendidikan
non pemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam formal, non formal, informal dan Pendidikan khusus yang
bidang pendidikan. berkualitas.
9. Dewan Pendidikan adalah lembaga yang mewadahi peran serta
dan aspirasi masyarakat dalam rangka peningkatan mutu,
17. Standar Mutu Pendidikan adalah kriteria minimal tentang tinggal anak didik) bersama teman-teman sebayanya dengan
kualitas pendidikan sesuai dengan standar kompetensi yang memperhatikan perbedaannya.
telah ditetapkan. 27. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
18. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah pencapaian target mengenai tujuan, isi dan bahan serta cara yang digunakan
kerja minimal yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten bidang 28. Kurikulum Nasional adalah Kurikulum yang berlaku secara
pendidikan berdasarkan spesifikasi teknis. Nasional dan ditetapkan oleh Pemerintahan Pusat.
19. Pendidikan Formal adalah Jalur pendidikan yang terstruktur 29. Kurikulum Muatan Lokal adalah Kurikulum yang disusun oleh
dan berjenjang yang terdiri atas Pra Sekolah, Pendidikan Daerah, disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan
Dasar,Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.
20. Pendidikan Non Formal adalah Jalur Pendidikan diluar 30. Standar Kompetensi adalah tolok ukur kemampuan
Pendidikan Formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur pengetahuan, keterampilan dan sikap serta prilaku yang harus
dan atau berjenjang. dicapai peserta didik dan warga belajar melalui proses
21. Pendidikan Informal adalah Jalur Pendidikan Keluarga dan pendidikan dan pelatihan.
lingkungan. 31. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
22. Pendidikan khusus adalah layanan pendidikan bagi peserta seperangkat rencana dan pengaturan mengenaitujuan, isi dan
didikyang memiliki kebutuhan khusus karena kelainan fisik, bahan serta cara yang digunakan sebagai pedoman
emosional, mental, sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan;
dan bakat istimewa. 32. Akreditasi adalah Proses pengakuan terhadap kedudukan
23. Pendidikan Layanan Khusus adalah program pendidikan bagi kualitas suatu lembaga pendidikan melalui pengukuran dan
peserta didik di daerah terpencil, dan atau mengalami bencana penilaian kinerja lembaga, yang dilakukan oleh lembaga
alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. independen yang terdiri dariunsur pemerintah, akademis dan
24. Akselerasi adalah jenis pelayanan pendidikan bagi peserta didik masyarakat atas dasar kriteria yang terbuka dan diketahui oleh
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. lembaga yang berakreditasi, diumumkan secara berkala dan
25. Eskalasi adalah jenis pelayanan pendidikan bagi peserta didik terbuka kepada masyarakat.
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa melalui 33. Akreditasi sekolah adalah suatu penilaian kelayakan dan kinerja
penajaman mental peserta didik yang bersangkutan. suatu sekolah berdasarkan kriteria atau standar yang telah
26. Pendidikan inklusif adalah layanan pendidikan yang semaksimal ditetapkan dan dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah yang
mungkin mengakomodasi semua anak didik termasuk anak hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan kategori
yang berkebutuhan khusus di sekolah atau lembaga pendidikan kelayakan.
atau tempat lain (diutamakan yang terdekat dengan tempat
34. Kinerja Sekolah adalah Keterpaduan kinerja semua warga membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
sekolah yang tidak terlepas dari pelaksanaan tugas Kepala rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
Sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. pendidikan lebih lanjut.
35. Sertifikasi adalah Pemberian sertifikat kompetensi oleh 39. Satuan Pendidikan adalah Kelompok layanan pendidikan yang
penyelenggaraan pendidikan dan lembaga pelatihan kepada menyelenggarakan pendidikan jalur formal dan non formal pada
pesertadidik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap setiap jenjang dan jenis pendidikan.
kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu, setelah lulus 40. Kelompok Bermain selanjutnya disingkat KB dan Taman
ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan Penitipan Anak yang selanjutnya disingkat TPA adalah Satuan
yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. pendidikan yang menyediakan program pendidikan anak usia
36. Uji Kompetensi adalah rangkaian kegiatan pengujian kelayakan, dini yang berusia sampai 4 (empat) tahun.
kemampuan melalui penilaian, pengukuran dan pembandingan 41. Taman Kanak-kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah
terhadap capaian kompetensi secara menyeluruh meliputi Satuan Pendidikan formal yang menyediakan program
pengetahuan keterampilan dan sikap serta prilaku untuk pendidikan dini bagi anak berusia sekurang kurangnya 4
menghasilkan kinerja sesuai standar kompetensi. (empat) tahun sampai usia masuk pendidikan dasar sekurang
37. Sekolah atau Madrasah adalah Satuan pendidikan yang kurangnya 6 (enam) tahun.
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat 42. Raudhlatul Athfal yang selanjutnya disingkat RA adalah Satuan
yang terdiri atas : pendidikan yang menyediakan program pendidikan dini agama
a. Sekolah dasar disingkat SD; islam bagi anak berusia sekurang kurangnya 4 (empat) tahun
b. Sekolah dasar luar biasa disingkat SDLB; sampai usia masuk pendidikan dasar sekurang kurangnya 6
c. Madrasah ibtidaiyah disingkat MI; (enam) tahun.
d. Sekolah menengah pertama disingkat SMP; 43. Program Paket A setara SD adalah Program pendidikan pada
e. Sekolah menengah pertama luar biasa disingkat SMPLB; jalur non formal yang diselenggarakan oleh Pusat Kegiatan
f. Madrasah tsanawiyah disingkat MTs; Belajar Masyarakat dan atau yayasan yang memberikan
g. Sekolah menengah atas disingkat SMA; pendidikan yang setara dengan SD.
h. Sekolah menengah atas luar biasa disingkat SMALB; 44. Program Paket B setara SMP adalah Program pendidikan pada
i. Madrasah aliyah disingkat MA; jalur non formal yang diselenggarakan oleh Pusat Kegiatan
j. Madrasah aliyah kejuruan disingkat MAK; dan Belajar Masyarakat dan atau yayasan yang memberikan
k. Sekolah menengah kejuruan disingkat SMK. pendidikan yang setara dengan SMP.
38. Pusat Pengembangan Anak Usia Dini Selanjutnya disingkat PUS 45. Program Paket C setara SMA adalah Program pendidikan pada
PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada jalur non formal yang diselenggarakan olehPusat Kegiatan
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang Belajar Masyarakat dan atau yayasan yang memberikan
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk pendidikan yang setara dengan SMA.
46. Kursus adalah Satuan Pendidikan non formal yang terdiri atas 54. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) Holistik-Integratif adalah
sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan, pengembangan anak usia dini yang dilakukan berdasarkan
keterampilan dan sikap mental tertentu bagi warga belajar. pemahaman untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang
47. Pendidikan gratis adalah pembebasan biaya operasional sekolah beragam dan saling berkait secara simultan dan sistematis, yang
bagi seluruh siswa. meliputi berbagai aspek pengembangan fisik dan non fisik, agar
48. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha anak dapat tumbuh kembang sebagai anak yang sehat, kuat,
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, cerdas, ceria, dan berbudi luhur.
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 55. Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan
49. Tenaga Kependidikan adalah Pegawai Pemerintah Daerah dan terpadu oleh satuan pendidikan, penyelenggara satuan atau
atau anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam program pendidikan, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk
penyelenggaraan pendidikan. menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui
50. Pendidik adalah Tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan.
sebagai guru, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, 56. Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana dalam
pendamping, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai menanamkan nilai-nilai positif sehingga terinternalisasi dalam
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam diri peserta didik untuk diwujudkan dalam sikap dan
menyelenggarakan pendidikan. perilakunya.
51. Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan 57. Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah model
memimpin penyelenggaraan sekolah pada suatu satuan pendidikan yang diselenggarakan untuk menunjang upaya
pendidikan. pengembangan potensi, ekonomi, sosial, dan budaya
52. Pengawas Sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, masyarakat daerah setempat.
tanggung jawab, wewenang secara penuh oleh pejabat yang 58. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang
berwenang untuk melakukan pengawasan di sekolah dengan sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara kesatuan
melaksanakan pemantauan, penilaian dan pembinaan dari segi Republik Indonesia.
teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan 59. Perencanaan pendidikan adalah keseluruhan proses dalam
prasekolah, dasar dan menengah. mempersiapkan seperangkat keputusan bagi kegiatan-kegiatan
53. Penilik adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung dimasa depan dengan tujuan agar penyelenggaraan pendidikan
jawab, wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang berjalan lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan
untuk melakukan pengawasan di lembaga dengan peran peserta didik dan masyarakat.
melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis 60. Data pendidikan adalah kumpulan fakta tentang situasi
pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan Non pendidikan yang digunakan dalam menyusun rencana
Formal. pendidikan.
61. Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumber daya BAB III
keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan PRINSIP PENINGKATAN MUTU DAN AKSES PENDIDIKAN
pengelolaan pendidikan.
62. Monitoring adalah pemantauan tentang hal yang ingin diketahui
Pasal 5
agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang
menunjukkan pergerakan ke arah tujuan atau menjauh dari itu.
63. Evaluasi adalah mempelajari kejadian, memberikan solusi untuk (1) Peningkatan mutu dan akses pendidikan diselenggarakan secara
suatu masalah, rekomendasi yang harus dibuat, menyarankan demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
perbaikan. menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
64. Pendidikan untuk semua (PUS) adalah layanan pendidikan yang kultural dan kemajemukan bangsa.
diberikan kepada semua warga usia 0 – 18 tahun. (2) Peningkatan mutu dan akses pendidikan diselenggarakan
dengan bertumpu pada 8 (delapan) standar nasional pendidikan.
BAB II (3) Peningkatan mutu dan akses pendidikan diselenggarakan
dengan memberdayakan semua komponen masyarakat dalam
DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN
penyelenggaraannya.
Pasal 2 (4) Peningkatan mutu dan akses pendidikan diselenggarakan
dengan senantiasa memperhatikan kebutuhan dan aspirasi
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang masyarakat.
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 3 BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN
(1) Peningkatan mutu pendidikanberfungsi untuk menjamin Bagian Kesatu
penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau. Masyarakat
(2) Peningkatan akses pendidikan berfungsi untuk menjamin
penyelenggaraan pendidikan dalam rangka pemenuhan dan Pasal 6
pemerataan jangkauan layanan pendidikan.
(1) Setiap masyarakat mempunyai hak dan kedudukan yang sama
Pasal 4
untuk memperoleh Pendidikan.
(2) Setiap masyarakat berhak memperoleh Pendidikan yang
Peningkatan mutu dan akses pendidikan bertujuan untuk berkualitas,dan terjangkau.
memenuhi standar nasional pendidikan. (3) Masyarakat berhak menyelenggarakan Pendidikan berbasis
masyarakat.
(4) Masyarakat yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, Pasal 9
berhak memperoleh pendidikan khusus.
(5) Masyarakat di wilayah terpencil, dan atau mengalami bencana Setiap orang tua berkewajiban :
alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi, a. memberikan kesempatan kepada anaknya untuk berfikir dan
berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. berekspresi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya;
b. mendidik anaknya sesuai kemampuan dan minatnya serta
Pasal 7 menetapkan waktu belajar setiap hari bagi anaknya;
c. membiayai kelangsungan pendidikan anaknya kecuali bagi orang
(1) Warga masyarakat yang berusia 7 (tujuh) sampai 18 (delapan tua yang tidak mampu dibebaskan dari kewajiban tersebut dan
belas) tahun, wajib mengikuti Pendidikan dasar dan Pendidikan menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah; dan
menengah sampai tamat. d. ketentuan mengenai penetapan orang tua yang tidak mampu
(2) Warga masyarakat wajib menciptakan dan mendukung sebagaimana dimaksud pada huruf c diatur dalam Keputusan
terlaksananya budaya membaca, budaya belajar di Bupati.
lingkungannya.
(3) Masyarakat wajib berpartisipasi dalam pendidikan demi
Bagian Ketiga
terlaksananya Pendidikan yang berkualitas.
Peserta Didik
Pasal 10
Bagian Kedua
Orang Tua (1) Setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama
sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
Pasal 8 pendidik seagama.
(2) Setiap peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
Setiap orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan luar biasa berhak mendapatkan kesempatan mengikuti program
Pendidikan dan memperoleh informasi perkembangan anaknya. akselerasi.
(3) Setiap peserta didik berhak mendapatkan pelayan Pendidikan
dan pembelajaran untuk pengembangan dirinya sesuai dengan
minat, bakat, kecerdasan dan kemampuannya.
(4) Setiap peserta didik berhak memperoleh penilaian hasil
belajaranya.
(5) Peserta didik yang orang tuanya tidak mampu sebagaiman d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) berhak mendapatkan e. memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana
pembebasan biaya Pendidikan. pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugasnya;
f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
Pasal 11 menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi
kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode
etik guru, dan ketentuan peraturan Perundang-undangan;
Setiap peserta didik berkewajiban untuk :
g. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
a. belajar setiap hari di rumahnya dari pukul 19.30 sampai dengan
melaksanakan tugas;
pukul 21.00 WITA;
h. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi
b. memelihara sarana, prasarana, kebersihan dan ketertiban satuan
selama tidak mengganggu tugas dan kewajibannya;
pendidikan; dan
i. memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan
c. mentaati peraturan yang ada di satuan pendidikan.
kebijakan pendidikan;
j. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
Bagian Keempat meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
Pendidik dan Tenaga Kependidikan k. memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
Paragraf 1 bidangnya.
Pendidik (3) Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam
Pasal 12 melaksanakan tugas berkewajiban :
a. merencanakan pembelajaran, melaksanakan prosespem
belajaran termasuk pelaksanaan belajar yang bermutu serta
(1) Pendidik terdiri dari guru, tutor, pamong belajar, instruktur,
menilai, mengevaluasi, dan menganalisis hasil pembelajaran;
fasilitator atau sebutan lain yang sesuai dengan
b. memberikan tauladan dan menjaga nama baik lembaga dan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
profesi;
pendidikan.
c. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
(2) Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dalam
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
melaksanakan tugas berhak :
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
a. memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimal dan
d. memotivasi peserta didik melaksanakan waktu belajar di luar
jaminan kesejahteraansosial;
jam sekolah;
b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas
e. memberikan keteladanan dan menciptakan budaya membaca
dan prestasi kerja;
dan budaya belajar;
c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan
hak atas kekayaan intelektual;
f. bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar e. melaksanakan fungsi sebagai fasilitator dalam kegiatan
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi pendidikan non formal;
fisik tertentu atau latar belakang keluarga, dan status sosial f. mengembangkan model pembelajaran pada pendidikan non
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; formal; dan
g. menjunjung tinggi peraturan Perundang-undangan, kode etik g. melaporkan kemajuan belajar.
guru serta nilai-nilai agama, dan etika; dan
h. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Paragraf 2
(4) Tutor, pamong belajar, instruktur, fasilitator, atau sebutan lain Tenaga Kependidikan
yang sesuai dengan kekhususannya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam melaksanakan tugas berhak :
a. memperoleh penghasilan sesuai kebutuhan hidup minimal dan Pasal 13
jaminan kesejahteraan sosial berdasarkan status kepegawaian
dan beban tugas serta prestasi kerja; (1) Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan,
b. memperoleh penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi penilik, peneliti, pengembang, pustakawan, tenaga labolatorium,
kerja; dan teknisi sumber belajar.
c. memperoleh pembinaan, pendidikan dan pelatihan sebagai (2) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pendidik pendidikan non formal dari pemerintah, pemerintah berhak mendapatkan :
daerah dan lembaga pendidikan nonformal; a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang layak dan
d. memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; memadai;
dan/atau b. penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
e. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan
selama tidak mengganggu tugas dan kewajibannya. kualitas; dan
(5) Dalam melaksanakan tugas Tutor, Pamong Belajar, Instruktur, d. perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas.
Fasilitator atau sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya (3) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkewajiban : berkewajiban :
a. menyusun rencana pembelajaran; a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
b. melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan menyenangkan, kreatif, dinamis, dialogis, inovatif, dan
kurikulum, sarana belajar, media pembelajaran, bahan ajar, bermartabat;
maupun metode pembelajaran yang sesuai; b. mempunyai komitmen secara profesional untuk
c. mengevaluasi hasil belajar peserta didik; meningkatkan mutu pendidikan;
d. menganalisis hasil evaluasi belajar peserta didik; c. memberikan tauladan dan menjaga nama baik lembaga
dan profesi;
d. memberikan keteladanan dan menciptakan budaya membaca g. memberikan beasiswa atas prestasi atau kecerdasan yang
dan budaya belajar; dan dimiliki peserta didik;
e. mentaati ketentuan peraturan Perundang-undangan. h. memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada warga
masyarakat untuk memperoleh pendidikan;
Bagian Kelima i. memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga
Pemerintah Daerah kependidikan yang profesional, sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu;
Pasal 14 j. menyediakan seorang tenaga pendidik minimal yang berstatus
PNS dengan ijazah S1 PAUD pada setiap lembaga layanan PAUD;
Pemerintah Daerah berhak mengelola, memantau dan k. memfasilitasi tersedianya pusat-pusat bacaan bagi masyarakat,
mengendalikan penyelenggaraan pendidikan sebagai bentuk sekurang-kurangnya satu disetiap Desa/Kelurahan;
pertanggungjawaban kepada masyarakat. l. mendorong dan mengawasi pelaksanaan kegiatan jam wajib
belajar peserta didik dirumah;
m. mendorong pelaksanaan budaya membaca dan budaya belajar;
Pasal 15
n. membina dan mengembangkan pendidik dan tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
Pemerintah Daerah berkewajiban : Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat;
a. mengatur, menyelenggarakan, mengarahkan, membimbing, dan o. menumbuhkembangkan sumber daya pendidikan secara terus
mengawasi penyelenggaraan pendidikan; menerus untuk terselenggaranya pendidikan yang bermutu;
b. menetapkan standar kompetensi pendidik dan tenaga p. memfasilitasi sarana dan prasarana pengembangan ilmu
kependidikan pada pendidikan anak usia dini, satuan pengetahuan dan teknologi guna mendukung pendidikan yang
pendidikan dasar, dan satuan pendidikan menengah; bermutu;
c. memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin q. memberikan dukungan kepada perguruan tinggi dalam rangka
pendidikan yang bermutu bagi warga masyarakat tanpa kerjasama pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
diskriminasi; r. menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan
d. menyediakan dana guna penuntasan wajib belajar sembilan fasilitas, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi
tahun; perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
e. memberikan pembinaan teknis kepada forum penyelenggaraan pendidikan; dan
MGMP/KKG/MKKS/KKKS di setiap jenjang pendidikan; s. mendorong dunia usaha/dunia industri untuk berpartisipasi
f. menyediakan dana guna terselenggaranya wajib belajar dua belas secara aktif dalam penyelenggaraan dan peningkatan mutu
tahun khususnya bagi peserta didik dari keluarga tidak pendidikan.
mampu dan anak terlantar;
Bagian Keenam g. memberikan laporan penyelenggaraan pendidikan pada akhir
Satuan Pendidikan tahun dan tahun ajaran pada pemerintah daerah.

Pasal 16 Pasal 18

Setiap satuan pendidikan berhak : Pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat, orang tua, peserta
a. memperoleh dana operasional dan pemeliharaan pendidikan didik, pendidik dan tenaga kependidikan, satuan pendidikan
bagi Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh dan pemerintah daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan
pemerintah; dan Bupati.
b. memperoleh bantuan dana operasional dan pemeliharaan
pendidikan bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh BAB V
masyarakat; PENINGKATAN MUTU DAN AKSES PENDIDIKAN FORMAL
Pasal 17 Bagian Kesatu
Kelembagaan
Setiap satuan pendidikan berkewajiban :
a. menjamin pelaksanaan hak-hak peserta didik untuk Pasal 19
memperoleh pendidikan tanpa membedakan status sosial dari
orang tua/wali peserta didik;
b. memfasilitasi dan bekerja sama dengan Komite Sekolah (1) Pendidikan Formal terdiri dari :
untuk menerapkan dan mengembangkan manajemen berbasis a. pendidikan dasar, meliputi SD, SDLB, MI, SMP, SMPLB dan
sekolah; MTs;
c. menyusun dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan b. pendidikan menengah, meliputi SMA, SMALB, MA, MAK dan
Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (APBS), dan SMK; dan
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah kepada Komite c. pendidikan Tinggi, meliputi Sekolah Tinggi, Institut dan
Sekolah dan seluruh orang tua/wali peserta didik; Universitas.
d. menyusun dan melaksanakan Standar Penyelenggaraan (2) Pendidikan formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
Pelayanan Publik; diselenggarakan Pemerintah Kabupaten meliputi SD, SMP, SMA
e. melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM); dan SMK.
f. merencanakan, menyusun dan melaksanakan kurikulum (3) Pendidikan formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan diselenggarakan Kementerian Agama meliputi RA, MI, MTs, dan
yang berlaku; dan MA.
Bagian Kedua Paragraf 3
Manajemen Pendidikan Formal Syarat Pengangkatan Tenaga Pendidik
Paragraf 1
Visi dan Misi Sekolah
Pasal 22
Pasal 20
(1) Secara umum, Tenaga pendidik yang diangkat wajib memenuhi
Setiap Lembaga Pendidikan Formal harus melaksanakan syarat :
Manajemen sekolah yang transparan dan akuntabel dengan syarat : a. tercatat sebagai Warga Negara Indonesia;
a. membuat Visi dan Misi Sekolah sebagai acuan kerja; b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; dan
b. menyusun Rencana Kerja Sekolah; c. berbadan sehat dibuktikan dengan surat keterangan berbadan
c. menyusun laporan kegiatan; dan sehat dari Dokter.
d. mempublikasikan setiap laporan kegiatan kepada Pemerintah dan (2) Secara khusus, tenaga pendidik yang diangkat wajib memenuhi
masyarakat. syarat:
a. berpendidikan minimal S1 dan memiliki akta IV dari
Paragraf 2 perguruan tinggi terakreditasi;
b. memiliki sertifikasi profesi pendidik; dan
Kualifikasi Pendidik dan tenaga Kependidikan
c. dinyatakan lulus tes kejiwaan dibuktikan dengan surat
keterangan lulus dari dokter jiwa.
Pasal 21
Paragraf 4
(1) Pendidik yang berstatus sebagai guru harus berlatar belakang Ujian bagi calon tenaga pendidik
S1 Pendidik dari perguruan tinggi terakreditasi.
(2) Pemerintah Daerah wajib mengusahakan pendidikan tambahan
Pasal 23
bagi guru yang belum berijasah S1 Pendidikan, melalui tugas
belajar dan beasiswa.
(3) Kualifikasi Tenaga Kependidikan yang berstatus sebagai (1) Ujian penerimaan bagi calon tenaga pendidik dilaksanakan
Pengawas Sekolah harus berijasah S2 Pendidikan dari melalui:
Perguruan Tinggi terakreditasi. a. ujian administrasi;
(4) Satuan pendidikan yang dikelola pemerintah dan ditetapkan b. ujian tertulis; dan
sebagai Sekolah berstandar Internasional dapat menjalin c. ujian praktek mengajar secara langsung di satuan Pendidikan
menurut jenjangnya.
kerjasama pengadaan pendidik atas izin Kepala Dinas.
(2) Ujian administrasi dan ujian tertulis dilaksanakan oleh Badan Paragraf 6
Kepegawaian Daerah sesuai ketentuan perundang-undangan. Kepala Sekolah
(3) Ujian praktek mengajar dilaksanakan oleh Dinas.
(4) Pelaksanaan ujian praktek mengajar dilaksanakan setelah calon
Pasal 26
tenaga pendidik dinyatakan lulus ujian administrasi.
(5) Calon tenaga pendidik berhak mengikuti ujian tertulis jika telah
dinyatakan lulus ujian praktek mengajar. (1) Kepala Sekolah berfungsi sebagai pendidik, manajer,
(6) Pelaksanaan ujian praktek mengajar diatur lebih lanjut melalui administrator, supervisor, pemimpin, motivator dan inovator
keputusan kepala dinas. pada sekolah.
(2) Kepala Sekolah harus menetapkan dan melaksanakan visi dan
Pasal 24 misi sekolah yang dipimpinnya.

Paragraf 7
(1) Dalam hal terjadi perpindahan status PNS dari tenaga
kependidikan menjadi tenaga pendidik, dinas melaksanakan Pengangkatan Kepala Sekolah
ujian praktek mengajar.
(2) Pelaksanaan ujian praktek mengajar sebagaimana dimaksud Pasal 27
pada ayat 1, mengacu pada ketentuan dalam Pasal 23 ayat (5).
(1) Mekanisme Pengangkatan kepala sekolah :
Paragraf 5 a. calon Kepala Sekolah diusulkan oleh Pengawas sekolah dan
Mutasi Tenaga Pendidik Kepala cabang Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, ke
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten;
Pasal 25 b. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
membentuk tim seleksi Calon Kepala sekolah;
c. tim seleksi sebagaimana dimaksud pada huruf b terdiri dari,
(1) Tenaga pendidik yang baru diangkat hanya dapat dimutasi Kepala Dinas, Sekretaris, unsur Kepala Bidang, dan
setelah mengabdi sekurang-kurangnya 5 tahun pada satuan Koordinator Pengawas;
Pendidikan pertama kali ditempatkan. d. pelaksanaan seleksi terdiri dari seleksi administrasi dan
(2) Bagi tenaga pendidik yang telah dimutasi, dapat dipindahkan akademik;
setelah mengabdi sekurang-kurangnya 3 tahun pada satuan e. seleksi administrasi meliputi pemeriksaan dokumen
pendidikan bersangkutan. kelengkapan persyaratan kepala sekolah;
(3) Tenaga pendidik bertugas paling lama 10 tahun pada sebuah f. seleksi akademik dilaksanakan melalui tes tertulis,
satuan Pendidikan.
wawancara dan presentasi;
g. mekanisme seleksi akademik diatur dengan keputusan kepala (4) Syarat khusus yang mesti dimiliki calon kepala SD meliputi :
dinas; dan a. pernah menjadi guru pemandu Mata Pelajaran;
h. pengangkatan Kepala Madrasah di atur oleh Kantor b. pernah menjadi guru berprestasi minimal 10 besar tingkat
Kementerian Agama Kabupaten. kecamatan (dibuktikan dengan SK Kepala Cabang
Dinas/pejabat yang berwenang);
Paragraf 8 c. pernah mengajar minimal di dua SD;
Persyaratan Pengangkatan Kepala Sekolah d. telah tersertifikasi; dan
e. telah lulus seleksi calon kepala sekolah dan atau memiliki
Pasal 28
nomor unik kepala sekolah.
(5) Syarat umum yang mesti dimiliki calon kepala SMP meliputi :
(1) Syarat umum yang mesti dimiliki calon kepala TK meliputi: a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. sehat jasmani dan rohani;
b. sehat jasmani dan rohani; c. berusia setinggi-tingginya 56 tahun;
c. berusia setinggi-tingginya/maksimal 56 tahun; d. memiliki pengalaman mengajar minimal 5 tahun;
d. memiliki pengalaman mengajar minimal 5 tahun; e. berkualifikasi S2 Kependidikan; dan
e. berkualifikasi S1 Kependidikan; dan f. minimal golongan III/c
f. minimal golongan III/c. (6) Syarat khusus yang mesti dimiliki calon kepala SMP meliputi :
(2) Syarat khusus yang mesti dimiliki calon kepala TK meliputi : a. pernah menjadi guru pemandu MGMP;
a. pernah menjadi guru pemandu Mata Pelajaran; b. pernah menjadi guru berprestasi minimal 10 besar tingkat
b. pernah menjadi guru berprestasi minimal 10 besar tingkat kabupaten (dibuktikan dengan SK Kepala Dinas/pejabat yang
kecamatan (dibuktikan dengan SK Kepala Cabang berwenang);
Dinas/pejabat yang berwenang); c. pernah mengajar minimal di dua SMP;
c. pernah mengajar minimal di dua TK; d. telah tersertifikasi; dan
d. telah tersertifikasi; dan e. telah lulus seleksi calon kepala sekolah dan atau memiliki
e. telah lulus seleksi calon kepala sekolah dan atau memiliki nomor unik kepala sekolah.
nomor unik kepala sekolah.
(7) Syarat umum yang mesti dimiliki calon kepala SMA/SMK
(3) Syarat umum yang mesti dimiliki calon kepala SD meliputi :
meliputi :
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. sehat jasmani dan rohani;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. berusia setinggi-tingginya/maksimal 56 tahun;
c. berusia setinggi-tingginya 56 tahun;
d. memiliki pengalaman mengajar minimal 5 tahun;
d. memiliki pengalaman mengajar minimal 5 tahun;
e. berkualifikasi S1 Kependidikan; dan
e. berkualifikasi S2 Kependidikan; dan
f. minimal golongan III/c.
f. minimal golongan III/c. pembelajaran atau bimbingan dan konseling sesuai dengan
(8) Syarat khusus yang mesti dimiliki calon kepala SMA/SMK ketentuan.
meliputi :
a. pernah menjadi guru pemandu MGMP; BAB VI
b. pernah menjadi guru berprestasi minimal 10 besar tingkat PENINGKATAN MUTU DAN PERLUASAN AKSES
kabupaten (dibuktikan dengan SK Kepala Dinas/pejabat yang PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON FORMAL DAN INFORMAL
berwenang);
c. pernah mengajar minimal di dua SMA/SMK;
Bagian Kesatu
d. telah tersertifikasi; dan
e. telah lulus seleksi calon kepala sekolah dan atau memiliki Pendidikan Anak Usia Dini
nomor unik kepala sekolah.
(9) Bagi kepala sekolah yang telah diangkat wajib membuat kontrak Pasal 30
kinerja dengan dinas.
(10) Tata cara penyusunan kontrak kinerja akan diatur lebih lanjut (1) Pendidikan Anak Usia Dini diberikan pada anak usia 0 – 6
melalui peraturan bupati. Tahun tanpa diskriminasi.
(2) Pendidikan Anak Usia Dini meliputi TK, Kelompok Bermain,
Tempat Penitipan Anak, dan Satuan PAUD Sejenis.
Paragraf 9
(3) Semua lembaga penyelenggara PAUD wajib melaksanakan
Masa Tugas Kepala Sekolah layanan holistik dan integratif.
(4) Layanan PAUD holistik dan integratif melibatkan instansi dan
Pasal 29 lembaga terkait.

(1) Kepala Sekolah/Madrasah diberi satu kali masa tugas selama 4 Pasal 31
(empat) tahun.
(2) Masa tugas kepala sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud Untuk meningkatkan aksebilitas cakupan layanan PAUD maka
pada ayat (1) dapat diperpanjang untuk 1(satu) kali masa tugas penyelenggara PAUD harus mengembangkan PAUD terpadu meliputi
apabila memiliki prestasi kerja minimal baik berdasarkan Taman Kanak-Kanak, kelompok bermain, penitipan anak, dan
penilaian kinerja. satuan PAUD sejenis (SPS) dalam satu lingkungan.
(3) Kepala sekolah/madrasah yang masa tugasnya berakhir, tetap
melaksanakan tugas sebagai guru sesuai dengan jenjang
jabatannya dan berkewajiban melaksanakan proses
Bagian Kedua
Pendidikan Non Formal Bagian Kelima
Persyaratan Pendirian Lembaga Pendidikan Non Formal
Pasal 32
Pasal 35
(1) Pendidikan non formal diselenggarakan untuk memenuhi
keterampilan warga masyarakat. Persyaratan pendirian Lembaga Pendidikan Non Formal adalah :
(2) Jenis-jenis pendidikan non formal, meliputi keaksaraan a. memiliki sekretariat yang jelas dan dapat dipantau;
fungsional, Keaksaraan Usaha Mandiri, Keaksaraan berbasis b. memiliki ruangan belajar yang dapat digunakan untuk
Gender, Pendidikan Kursus dan pelatihan. melakukan proses pembelajaran;
(3) Pendidikan non formal sebagaimana yang dimaksud pada ayat c. memiliki tenaga Pendidik dan Tutor sesuai dengan program yang
(1), diselenggarakan Pemerintah Daerah dan swasta. dijalankan;
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keaksaraan d. memiliki data sasaran yang akan menjadi warga belajar di
fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam lembaga;
Peraturan Bupati. e. memiliki akte notaris;
Bagian Ketiga f. memiliki izin operasional yang dikeluarkan oleh Dinas; dan
Pendidikan Informal g. memiliki NPWP.
Pasal 33
BAB VII
Pendidikan Informal meliputi pendidikan keluarga atau parenting PENINGKATAN MUTU DAN PERLUASAN AKSES
dan home schooling. PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS

Pasal 36
Bagian Keempat
Kualifikasi Pendidik dan tenaga Kependidikan (1) Pendidikan khusus merupakan layanan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki
Pasal 34
potensi kecerdasan dan bakat istemewa.
(2) Pendidikan khusus dapat berbentuk:
Kualifikasi Pendidik dan tenaga Kependidikan PAUD sekurang- a. pendidikan inklusif;
kurangnya berijasah SMA sederajat. b. akselerasi; atau
c. eskalasi. BAB IX
(3) Pendidikan layanan khusus merupakan program pendidikan PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER
bagi peserta didik di daerah yang mengalami bencana alam, DAN KEUNGGULAN LOKAL
bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
Pasal 38
BAB VIII
PENDIDIKAN KEAGAMAAN
(1) Penyelenggaraan pendidikan karakter wajib dilaksanakan di
seluruh satuan pendidikan.
Pasal 37 (2) Penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal
(1) Pendidikan keagamaan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh satuan pendidikan formal.
dan/atau dapat diselenggarakan oleh kelompok masyarakat
dari pemeluk agama sesuai dengan ketentuan peraturan Bagian Kesatu
perundang-undangan yang berlaku. Pendidikan Karakter
(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
Pasal 39
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi
ahli ilmu agama.
(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur (1) Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
pendidikan : meliputi :
a. formal; a. religius;
b. non formal; dan b. jujur;
c. informal. c. toleransi;
(4) Bentuk pendidikan keagamaan diatur sesuai dengan d. disiplin;
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. kerja keras;
f. kreatif;
g. mandiri;
h. demokratis;
i. rasa ingin tahu;
j. semangat kebangsaan;
k. cinta tanah air;
l. bersahabat/komunikatif;
m. menghargai prestasi;
n. cinta damai; f. terdapat perlakuan khusus bagi peserta didik yang unggul
o. gemar membaca; secara akademik dan peserta didik yang mengalami
p. peduli sosial; kelambatan belajar;
q. peduli lingkungan; g. transparansi dan akuntabilitas;
r. tanggung jawab; dan h. lingkungan sekolah aman;
s. komitmen/Integritas. i. pengelolaan kantin kejujuran; dan
(2) Nilai-nilai karakter yang dikembangkan sebagaimana dimaksud j. ketersediaan mekanisme pencegahan anak putus sekolah.
pada ayat (1) diatas wajib diintegrasikan pada kurikulum
disetiap satuan pendidikan. Bagian Ketiga
(3) Proses pengintegrasian pendidikan karakter diimplementasian Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
melalui :
a. mata pelajaran yang relevan;
b. mata pelajaran muatan lokal; dan Pasal 41
c. kegiatan pengembangan diri.
(1) Setiap Satuan Pendidikan wajib mengembangkan pendidikan
Bagian Kedua berbasis keunggulan lokal
Sekolah Ramah Anak (2) Jenis-jenis Keunggulan lokal yang dapat dikembangkan
meliputi:
a. budaya mandar; dan
Pasal 40 b. industri rumah tangga.
(3) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat dikembangkan
(1) Pengembangan pendidikan karakter diterapkan melalui program melalui:
Sekolah Ramah Anak (SRA). a. integrasi dengan mata pelajaran yang relevan;
(2) Sekolah Ramah Anak sekurang-kurangnya memiliki ciri-ciri b. menjadi mata pelajaran muatan lokal; dan
sebagai berikut : c. berdiri sendiri menjadi mata pelajaran keterampilan.
a. penerapan hukuman tanpa kekerasan;
b. tata tertib sekolah dan kelas, disusun bersama antara kepala
sekolah, guru, siswa dan orang tua/wali siswa;
c. tersedia wadah bagi Siswa dan Guru untuk menyampaikan
pendapatnya.
d. pemberian penghargaan terhadap siswa dan guru yang
ramah;
e. semua peserta didik memiliki akta kelahiran;
BAB X Pasal 44
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Bagian Kesatu (1) Manajemen Berbasis Sekolah dibangun atas 3 (tiga) prinsip
yaitu:
Manajemen Sekolah
a. partisipasi;
b. transparansi; dan
Pasal 42 c. akuntabilitas.
(2) Partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
(1) Setiap Sekolah/Madrasah wajib menerapkan Manajemen mengandung makna sekolah/madrasah melibatkan segenap
Berbasis Sekolah (MBS). masyarakat pendidikan untuk membuat perencanaan,
(2) Manajemen Berbasis Sekolah mengandung makna sebagai melaksanakan serta mengevaluasi program sekolah.
penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri (3) Transparansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku mengacu pada keterbukaan sekolah atas kegiatan yang
kepentingan dalam proses pengambilan keputusan untuk dilakukan baik dari segi penggunaan dana, pelaksanaan
memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah. kegiatan, sehingga menciptakan kepercayaan timbal balik
antar pemangku kepentingan sekolah.
Pasal 43 (4) Akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berhubungan dengan pertanggungjawaban untuk
Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan untuk : melaporkan, menjelaskan, dan membuktikan kebenaran
a. meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan sebuah kegiatan atau keputusan yang dilaksanakan kepada
inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan semua masyarakat agar dapat diketahui secara pasti
sumber daya yang tersedia; apakah rencana yang telah dibuat bersama dapat
b. meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dilaksanakan dengan baik, jika tidak terlaksana dengan
dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan baik maka secara bersama dapat dilakukan perbaikan
keputusan bersama/ partisipatif; untuk kemajuan sekolah.
c. meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua
masyarakat dan pemerintah tentang sekolahnya; dan
d. meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang
mutu pendidikan yang akan dicapai.
Pasal 45 Paragraf 2
Mekanisme Penyusunan
(1) Setiap Sekolah/Madrasah wajib memiliki Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah (RP-S/M) yang Pasal 47
menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun
waktu 4 (empat) tahun yang berkaitan dengan mutu
lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang (1) RP-S/M dan RKA-S/M disusun dengan melibatkan
mendukung peningkatan mutu lulusan. masyarakat pendidikan di sekolah.
(2) Setiap Sekolah/Madrasah wajib memiliki Rencana Kerja (2) RP-S/M dan RKA-S/M mengakomodasi masukan masyarakat
Tahunan Sekolah/Madrasah yang mengacu pada RP-S/M yang pendidikan di sekolah.
dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran (3) Sekolah/madrasah wajib memasukkan komponen SPM
Sekolah/Madrasah (RKA-S/M). (Standar Pelayanan Minimal) dalam RP-S/M dan RKA-S/M.
(4) Penyusunan RP-S/M dan RKA-S/M diawali dengan analisis
kebutuhan sekolah dan mengacu pada prinsip SMART
Paragraf 1
“Spesific (khusus), Measureable (Terukur), Attainable (dapat
Rencana Kerja Sekolah/Madrasah dipertanggungjawabkan), Realistic (jelas, nyata sesuai
kebutuhan), Time bone (memiliki batasan waktu untuk
Pasal 46 mencapainya)”.
(5) Mekanisme penyusunan RP-S/M dan RKA-S/M mengacu
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (RP-S/M) dan pada pedoman penyusunan RP-S/M dan RKA-S/M.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) (6) Pedoman penyususnan RP-S/M dan RKA-S/M sebagai yang
minimal memuat komponen sebagai berikut : dimaksud ayat 5 (lima) diatur melalui keputusan Kepala
a. profil sekolah; Dinas/Kementerian Agama Kabupaten.
b. visi dan misi sekolah;
c. tujuan dan sasaran; Paragraf 3
d. analisis kondisi sekolah; Pengesahan
e. Situasi keuangan sekolah; dan
f. 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 48
(1) RP-S/M dan RKA-S/M harus mendapat persetujuan dari
rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah serta
disahkan berlakunya oleh Dinas/Kementerian Agama
Kabupaten.
(2) Satuan pendidikan wajib mensosialisasikan RP-S/M dan RKA- Paragraf 5
S/M kepada warga sekolah/madrasah yang berkepentingan. Review
(3) Satuan Pendidikan wajib memajangkan RP-S/M dan RKA-S/M
di tempat terbuka sehingga mudah dibaca oleh pihak-pihak
Pasal 51
terkait.

Paragraf 4 (1) RKA-S/M direview setiap tahun dan disampaikan hasilnya


Pelaksanaan kepada pihak-pihak terkait.
(2) Kepala sekolah mempertanggungjawabkan pelaksanaan RKA-
Pasal 49
S/M dalam kegiatan revieu yang digelar setiap tahun.
(3) Kegiatan yang tidak sempat dilaksanakan pada RKA-S/M
(1) RKA-S/M dijadikan dasar pengelolaan sekolah/madrasah tahun berjalan dijadikan sebagai prioritas dalam
secara konsisten dan melaksanakannya dengan prinsip penyusunan RKA-S/M berikutnya dan disesuaikan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan kebutuhan serta ketersediaan sumber daya yang dimiliki
akuntabilitas. sekolah/madrasah.
(2) Apabila terdapat perubahan RKA-S/M yang telah ditetapkan, (4) Kepala sekolah wajib membuat laporan tertulis kepada
perlu mendapat persetujuan dari rapat dewan pendidik dan Kepala Dinas tentang perkembangan kinerja sekolah setelah
komite sekolah/madrasah. menerapkan RKA-S/M selama 1 (satu) tahun.

Pasal 50 Bagian Dua


Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan
(1) Sekolah/madrasah mengatur mekanisme penyampaian Paragraf 1
ketidakpuasan masyarakat atas pelaksanaan RKA-S/M. Konsep dan Makna
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyampaikan ketidakpuasan
masyarakat atas pelaksanaan RKA-S/M diatur dengan Pasal 52
Peraturan Sekolah/Madrasah.
Konsep dasar Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan
meliputi :
a. pembelajaran harus memperhatikan kebermaknaan bagi
peserta didik yang dilakukan secara dialogis, interaktif, dan
berpusat pada peserta didik;
b. guru sebagai fasilitator yang memfasilitasi pembelajaran;
c. guru harus menciptakan suasana pembelajaran sehingga peserta Paragraf 2
didik aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, Tata Cara Pembelajaran
kreatif, kritis serta mencurahkan perhatian dan berkonsentrasi
secara penuh dalam belajar;
Pasal 54
d. Pembelajaran hendaknya menimbulkan kenyamanan bagi peserta
didik;
e. Pembelajaran dirancang dalam bentuk kegiatan berpikir (minds- (1) Pembelajaran dalam kelas dapat memanfaatkan sumber
on) dan berbuat (hands-on); dan belajar yang bervariasi selain guru dan buku paket.
f. Dalam proses pembelajaran peserta didik menghasilkan karya (2) Sumber belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
sendiri. berupa :
a. orang;
Pasal 53 b. pesan;
c. bahan;
d. alat;
Makna dari Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan e. teknik; dan/atau
adalah : f. lingkungan.
a. pembelajaran Aktif menuntut peserta didik harus menulis, (3) Pembelajaran dirancang sehingga memberi rangsangan
berdiskusi, berdebat, memecahkan masalah, mengajukan kepada peserta didik untuk mengembangkan gagasannya
pertanyaan, menjawab pertanyaan, menjelaskan, menganalisis, dengan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia.
mensintesa, mengevaluasi, dan menciptakan sesuatu;
b. pembelajaran Kreatif menuntut peserta didik harus berpikir
Paragraf 3
kritis, memecahkan masalah secara konstruktif, memiliki ide
atau gagasan yang berbeda, berpikir konvergen dan berpikir Strategi Pembelajaran
divergen, fleksibel dalam berpikir, dan berpikir terbuka; Pasal 55
c. pembelajaran Efektif menuntut ketercapaian tujuan
pembelajaran, dimana peserta didik menguasai konsep, Strategi pembelajaran dirancang untuk mengembangkan :
peserta didik mampu mengaplikasikan konsep pada masalah a. kreativitas peserta didik dengan memberi kebebasan pada
sederhana, peserta didik menghasilkan produk tertentu, peserta didik mengembangkan gagasan dan ide baru;
peserta didik termotivasi untuk giat belajar; dan b. bersikap menghargai inisiatif, kesadaran diri, dan ide-ide
d. pembelajaran Menyenangkan berlangsung secara interaktif, peserta didik;
dinamik, menarik, mengembirakan, atraktif, dan menimbulkan c. penekanan pada proses pembelajaran tidak hanya pada
inspirasi. penilaian hasil akhir karya peserta didik;
d. memberikan waktu yang cukup untuk peserta didik berpikir Paragraf 4
dan menghasilkan karya; dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
e. mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang menggugah
kreativitas peserta didik seperti “mengapa”, “bagaimana”,
Pasal 58
“apa yang terjadi jika…”.

Pasal 56 (1) Setiap Guru pada Sekolah/Madrasah wajib menyusun


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
Pembelajaran hendaknya dilaksanakan secara : inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
a. rileks; didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
b. bebas dari tekanan; yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
c. aman; sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
d. menarik; psikologis peserta didik.
e. membangkitkan minat belajar peserta didik; (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun untuk setiap
f. adanya keterlibatan penuh dari peserta didik; Kompetensi Dasar yang dapat dilaksanakan dalam 1 (satu)
g. perhatian peserta didik tercurah hanya pada pembelajaran; kali pertemuan atau lebih.
h. bersemangat; (3) Guru merancang penggalan Rencana Pelaksanaan
i. perasaan peserta didik gembira; dan Pembelajaran untuk setiap pertemuan yang disesuaikan
j. peserta didik berkonsentrasi tinggi. dengan penjadwalan di Sekolah/Madrasah.
(4) Kepala sekolah dan Pengawas sekolah, secara acak dan
Pasal 57 terencana mendampingi guru dalam penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran.
Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, Guru
dapat mengatur ruang kelas dengan cara : Pasal 59
a. memajang buku-buku dan bahan belajar yang menarik;
b. menyediakan pojok untuk membaca (pojok baca); Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terdiri dari :
c. hasil karya peserta didik dipajang di kelas; a. identitas mata pelajaran;
d. kelas dibuat semenarik mungkin; dan b. standar kompetensi;
e. lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. c. kompetensi dasar;
d. indikator pencapaian kompetensi;
e. tujuan pembelajaran;
f. materi ajar; (4) Indikator pencapaian kompetensi sebagaimana dimaksud
g. alokasi waktu; dalam Pasal 59 huruf d, adalah perilaku yang dapat diukur
h. metode pembelajaran; dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
i. kegiatan pembelajaran; kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian
j. penilaian hasil belajar; dan mata pelajaran.
k. sumber belajar. (5) Indikator pencapaian kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dirumuskan dengan menggunakan kata kerja
Pasal 60 operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
(6) Tujuan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(1) Identitas mata pelajaran sebagaimana dimaksud dalam
59 huruf e, menggambarkan proses dan hasil belajar yang
Pasal 59 huruf a, meliputi :
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
a. sekolah/madrasah;
kompetensi dasar.
b. kelas;
(7) Materi ajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf f,
c. semester;
memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
d. program/program keahlian;
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
e. mata pelajaran atau tema pelajaran; dan
rumusan indikator pencapaian kompetensi.
f. jumlah pertemuan.
(8) Alokasi waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf
(2) Standar kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
g, ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
huruf b, merupakan kualifikasi kemampuan minimal
Kompetensi Dasar dan beban belajar.
peserta didik yang menggambarkan penguasaan
(9) Metode pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
huruf h, digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mata pelajaran.
mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator
(3) Kompetensi dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
yang telah ditetapkan.
huruf c, adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
(10) Pemilihan metode pembelajaran sebagaimana dimaksud pada
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai
ayat (9) disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta
rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu
didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan
pelajaran.
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
pelajaran.
(11) Kegiatan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal Paragraf 6
59 huruf i terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan Buku Teks Pelajaran
kegiatan akhir.
(12) Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar
Pasal 62
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf j, disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu
kepada Standar Penilaian. (1) Buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh se-
(13) Penentuan sumber belajar sebagaimana dimaksud dalam kolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan
Pasal 59 huruf k, didasarkan pada standar kompetensi dan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku-buku teks
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri.
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. (2) Rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1
per mata pelajaran.
Paragraf 5 (3) Selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku
panduan, buku pengayaan, buku referensi dan sumber
Pelaksanaan Proses Pembelajaran
belajar lainnya.
(4) Guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku
Pasal 61 dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan
sekolah/madrasah.
(1) Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu
merencanakan, melaksanakan, melakukan penilaian, Paragraf 7
membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksana- Pengelolaan Kelas
kan tugas tambahan.
(2) beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 63
adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap
muka dalam 1 (satu) minggu.
(1) Pengelolaan kelas dapat dibuat bervariasi sehingga tidak
membosankan.
(2) Pengelolaan kelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara mengubah tata letak/formasi bangku
menjadi :
a. bentuk U;
b. bentuk konferensi;
c. bentuk lingkaran; atau
d. bentuk kelompok. Pasal 65
(3) Pengelolaan kelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan pembelajaran (1) Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP
dalam kelas secara : yang meliputi :
a. individual; a. kegiatan pendahuluan;
b. berpasangan; b. kegiatan inti; dan
c. kelompok; atau c. kegiatan penutup.
d. klasikal (2) Dalam kegiatan pendahuluan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 64 ayat (1) huruf a, yang merupakan awal dari pembelajaran,
Guru :
Dalam pengelolaan kelas, Guru perlu memperhatikan : a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
a. pengaturan tempat duduk sesuai dengan karakteristik mengikuti proses pembelajaran;
peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas b. memberikan motivasi dengan menunjukkan fenomena yang
pembelajaran yang akan dilakukan; berkaitan dengan materi pelajaran untuk merangsang
b. volume dan intonasi suara; peserta didik memulai pembelajaran;
c. tutur kata santun dan dapat dimengerti oleh peserta c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
didik; pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
d. menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan dipelajari;
kemampuan belajar peserta didik; d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
e. menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, yang akan dicapai; dan
keselamatan, dan keputusan pada peraturan dalam e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
menyelenggarakan proses pembelajaran; kegiatan sesuai silabus.
f. memberikan penguatan dan umpan balik terhadap (3) Kegiatan inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
respons dan hasil belajar peserta didik selama proses merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
pembelajaran berlangsung; Kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif,
g. menghargai pendapat peserta didik; inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
h. memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi; didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
i. pada tiap awal semester, menyampaikan silabus mata yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
pelajaran yang diampunya; dan sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
j. memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai psikologis peserta didik.
dengan waktu yang dijadwalkan.
(4) Dalam kegiatan penutup sebagaimana dimaksud pada ayat Paragraf 2
(1) huruf c, yang merupakan akhir dari pembelajaran, Guru: Komponen
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri
membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
Pasal 67
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram; (1) PSM dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pendidikan meliputi peran serta:
pembelajaran; a. perseorangan;
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk b. kelompok;
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan c. keluarga;
konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas d. organisasi profesi;
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar e. pengusaha; dan/atau
peserta didik; dan f. organisasi kemasyarakatan.
e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan (2) PSM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
berikutnya. sumber pendidikan, pelaksana pendidikan, dan pengguna
(5) Dalam kegiatan pembelajaran, Kepala Sekolah dan Pengawas hasil pendidikan.
Sekolah secara acak dan terencana mendampingi guru. (3) PSM dalam penyelenggaraan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa penyelenggaraan pendidikan
Bagian Ketiga berbasis masyarakat.
(4) PSM dalam pengendalian mutu pendidikan sebagaimana
Peran Serta Masyarakat
dimaksud pada ayat (1) mencakup partisipasi dalam
Paragraf 1 perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan
Fungsi yang dilaksanakan melalui Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah/Madrasah atau nama lain yang sejenis.
Pasal 66
BAB XI
Fungsi Peran Serta Masyaraakat (PSM) sejajar dengan fungsi PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, adalah meningkatkan
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan Pasal 68
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Tujuan penjaminan mutu pendidikan meliputi :
a. terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonformal, Pasal 71
dan/atau informal;
b. pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional (1) Penyelenggara penjaminan mutu pendidikan adalah:
dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau non formal a. penyelenggara satuan pendidikan;
pada satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan b. program pendidikan masyarakat; dan
atau program pendidikan, dan pemerintah kabupaten; dan c. pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh Dinas;
c. terpetakannya situasi mutu pendidikan formal dan non formal (2) Penyelenggara satuan atau program pendidikan mensupervisi,
yang dirinci menurut satuan atau program pendidikan; mengawasi, dan dapat memberifasilitasi, saran, arahan,
dan/atau bimbingan kepada satuan atau program pendidikan
Pasal 69 dalam penjaminan mutu pendidikan.
(3) Pemerintah kabupaten mensupervisi, mengawasi, mengevaluasi,
Penjaminan mutu pendidikan menganut paradigma : dan dapat member bantuan, fasilitasi, saran, arahan, dan/atau
a. pendidikan untuk semua yang bersifat inklusif dan tidak bimbingan kepada satuan atau program pendidikan sesuai
mendiskriminasi peserta didik atas dasar latar belakang apa pun; kewenangannya dalam penjaminan mutu pendidikan.
b. pembelajaran sepanjang hayat berpusat pada peserta didik yang
memperlakukan, memfasilitasi, dan mendorong peserta didik Pasal 72
menjadi insan pembelajar mandiri yang kreatif, inovatif, dan
berkewirausahaan; dan (1) Penjaminan mutu pendidikan informal dilaksanakan oleh
c. pendidikan berkelanjutan, yaitu pendidikan yang mampu masyarakat baik secara perseorangan, kelompok, maupun
mengembangkan peserta didik menjadi rahmat bagi sekalian kelembagaan.
alam. (2) Penjaminan mutu pendidikan oleh satuan atau program
pendidikan ditujukan untuk memenuhi tiga tingkatan acuan
Pasal 70 mutu, yaitu:
a. standar pelayanan minimal;
Penjaminan mutu pendidikan meliputi : b. standar nasional pendidikan; dan
a. penjaminan mutu pendidikan formal; c. standar mutu pendidikan di atas standar nasional
b. penjaminan mutu pendidikan non formal; dan pendidikan.
c. penjaminan mutu pendidikan informal.
Pasal 73 BAB XII
PERENCANAAN PENDIDIKAN
(1) Standar mutu pendidikan di atas standar nasional pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2) huruf c dapat Pasal 74
berupa :
a. standar mutu di atas standar nasional pendidikan yang
(1) Perencanaan Pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan
berbasis keunggulan lokal; dan
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.
b. standar mutu di atas standar nasional pendidikan yang
(2) Perencanaan Pendidikan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
mengadopsi dan/atau mengadaptasi standar internasional
(1) meliputi:
tertentu.
a. perencanaan strategis; dan
(2) Standar pelayanan minimal berlaku untuk :
b. perencanaan partisipatif.
a. satuan atau program pendidikan;
(3) Perencanaan Strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
b. penyelenggara satuan atau program pendidikan; dan
huruf a disusun setiap 5 (lima) tahun dan digunakan sebagai
c. pemerintah kabupaten.
dasar menetapkan penyediaan layanan pendidikan pada setiap
(3) Standar nasional pendidikan berlaku bagi satuan atau program
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
pendidikan;
(4) Perencanaan parsitipatif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
(4) Standar mutu di atas standar nasional pendidikan berlaku bagi
huruf b meliputi komponen pendidikan :
satuan atau program pendidikan yang telah memenuhistandar
a. manajemen sumber daya manusia;
pelayanan minimal dan standar nasional pendidikan.
b. manajemen program;
(5) Standar mutu di atas standar nasional pendidikan yang berbasis
c. sarana prasarana; dan
keunggulan lokal dapat dirintis pemenuhannya olehsatuan
d. keuangan.
pendidikan yang telah memenuhi standar pelayanan minimal
(5) Pemerintah daerah melaksanakan penyusunan perencanaan
dan sedang dalam proses memenuhi standar nasional
pendidikan sebagaimana dimaksud ayat (2) dengan
pendidikan.
memperhatikan masukan dari masyarakat.
(6) Pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan formal, nonformal
(6) Visi, misi, dan tujuan di bidang pendidikan menjadi acuan
dan informal akan diatur lebih lanjut dalam peraturan bupati.
dalam penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
bidang pendidikan yang berdasarkan analisis perkembangan
kebutuhan masyarakat yang berbasis budaya.
Pasal 75 (5) Pemerintah daerah dapat meminta masukan dari dewan
pendidikan daerah dan organisasi kemasyarakatan bidang
(1) Pemerintah daerah/Dinas menyusun rencana kerja Dinas yang pendidikan lainnya dalam penyusunan rencana pendidikan.
mengacu kepada rencana strategis bidang pendidikan pada (6) Pemerintah daerah/Dinas berkoordinasi dengan kantor
pemerintah daerah,tingkat provinsi dan nasional; kementerian agama kabupaten dalam menyusunrencanaan
(2) Rencana kerja Dinas memprioritaskan pada pemenuhan 8 pendidikan.
(delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi : (7) Ketentuan mengenai mekanisme koordinasi sebagaimana
a. standar isi; dimaksud pada ayat (6) diatur dengan Peraturan Bupati.
b. standar proses;
c. standar kompetensi lulusan; BAB XIII
d. standar pendidik dan tenaga kependidikan; DATA PENDIDIKAN
e. standar pengelolaan;
f. standar sarana dan prasarana; Pasal 76
g. standar penilaian; dan
h. standar Pendanaan.
(3) Rencana kerja Dinas : Sumber data pendidikan adalah :
a. dituangkan dalam dokumen yang menjadi panduan semua a. satuan pendidikan;
pihak dalam pengelolaan pendidikan di lingkungan b. pemerintah desa/kelurahan;
kabupaten; c. badan pusat statistik (BPS); dan
b. dijadikan dasar pengelolaan pendidikan secara efisien dan d. sistem informasi pendidikan berbasis masyarakat (SIPBM).
efektif; dan
c. dipertanggungjawabkan secara transparan. Pasal 77
(4) Pemerintah daerah dalam menyusun organisasi Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) bidang pendidikan memperhatikan Pemerintah daerah wajib memiliki sistem informasi berbasis
tugas dan fungsi yang melayani: teknologi yang meliputi pengumpulan, pengolahan, dan penyajian
a. pendidikan anak usia dini non formal dan informal; data statistik pendidikan yang baku, akurat, valid, dan mutakhir
b. pendidikan dasar; untuk masing-masing kecamatan sekurang-kurangnya mengenai :
c. pendidikan menengah; a. jumlah anak usia dini, usia sekolah dan peserta didik yang ada
d. sarana dan prasarana pendidikan; di: TK/RA, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA,
e. peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan; SMK/MAK, SMALB, Paket A, Paket B, Paket C, serta pendidikan
f. perencanaan dan penganggaran; dan yang sederajat;
g. data dan statistik pendidikan. b. jumlah penduduk menurut usia dan jenis kelamin;
c. status sosial ekonomi orang tua/wali peserta didik; a. penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
d. peserta didik yang mengulang kelas, putus sekolah, dan masyarakat;
tamatan pendidikan dasar dan menengah (SD/MI/SDLB, b. peserta didik, orang tua atau wali peserta didik; dan
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA, SMK/MAK, SMALB, dan Paket A, c. pihak lain selain yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b
Paket B, Paket C, serta pendidikan yang sederajat); yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang
e. satuan pendidikan yang telah dan belum memenuhi standar pendidikan.
nasional pendidikan; (3) Pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
f. jumlah buta aksara; ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan,
g. anggota masyarakat yang memiliki kelainan fisik, emosional, berkelanjutan, transparan dan akuntabel.
mental, intelektual, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan (4) Penggunaan anggaran pendidikan di satuan pendidikan
dan bakat istimewa, serta masyarakat yang berada di daerah dilakukan berdasarkan RKA S/M.
terpencil, terbelakang, mengalami bencana alam, bencana sosial,
dan tidak mampu dari segi ekonomi; Pasal 79
h. satuan pendidikan yang telah melaksanakan proses penjaminan
mutu;
(1) Sumber Pendanaan pendidikan diperoleh dari pemerintah,
i. kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan;
pemerintah daerah, dan masyarakat.
j. akreditasi satuan pendidikan formal dan nonformal;
(2) Pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan Pendanaan
k. bentuk, jenis, dan jenjang satuan pendidikan formal dan
pendidikan.
nonformal yang menyelenggarakan program relevansi
(3) Bantuan dari pihak ketiga yang tidak mengikat dan/atau
pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
sumber lain yang sah menurut peraturan perundang-undang.
l. pendanaan pendidikan; dan
m. kondisi sarana dan prasarana pendidikan pada satuan
pendidikan. Bagian Kesatu
Pengalokasian Dana Pendidikan
BAB XIV
PENDANAAN PENDIDIKAN Pasal 80

Pasal 78 (1) Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan anggaran pendidikan


melalui APBD minimal 20%;
(2) Anggaran pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab Pemerintah,
dialokasikan untuk :
Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Masyarakat.
(2) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. meningkatkan dan pengembangan mutu pendidik dan tenaga (2) Ketentuan lebih lanjut mekanisme pemberian beasiswa
kependidikan; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan keputusan
b. meningkatkan mutu proses pembelajaran; bupati.
c. meningkatkan mutu Sarana dan prasarana;
d. meningkat mutu sistem akses informasi pendidikan berbasis BAB XV
IT; MONITORING DAN EVALUASI
e. meningkatkan biaya operasional sekolah;
f. pengembangan bakat dan minat peserta didik;
g. peningkatan pengawasan/monitoring kependidikan; Pasal 82
h. beasiswa bagi peserta didik yang miskin dan/atau berprestasi;
dan Monitoring dan evaluasi dilakukan sebagai usaha untuk mengamati
i. bantuan bagi anak usia sekolah yang belum pernah sekolah, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan yang sedang dan telah
putus sekolah dan lulus tidak lanjut pada satuan pendidikan berjalan serta mengukur dan memberi nilai secara obyektif atas
dasar. pencapaian hasil-hasil pelaksanaan kegiatan yang telah
(3) Pemerintah daerah mengalokasikan dana darurat untuk direncanakan.
mendanai keperluan mendesak dalam penyelenggaraan
pendidikan yang diakibatkan bencana atau peristiwa tertentu. Pasal 83
(4) Pemerintah daerah dapat mengalokasikan anggaran untuk
satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan oleh Tujuan Monitoring dan Evaluasi :
masyarakat dalam bentuk bantuan sesuai peraturan perundang- a. memberikan masukan terhadap pelaksana untuk mengatasi
undangan yang berlaku. hambatan yang dihadapi;
b. sebagai salah satu dasar pembuatan kebijakan bidang pendidikan
Bagian Kedua di lingkungan pemerintah daerah;
Beasiswa Pendidikan c. menjamin bahwa kesesuaian/kepatuhan terhadap prosedur
senantiasa dijalankan sesuai dengan standar yang berlaku;
Pasal 81 d. memperbaiki pelaksanaan program/kegiatan;
e. menuntun arah kebijakan dan inisiatif di masa yang akan datang;
dan
(1) Pemerintah daerah wajib memberi beasiswa bagi peserta didik
f. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
yang berprestasidan/atau yang berasal dari orang tua tidak
mampu sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (4).
Pasal 84 (4) Mekanisme pembentukan tim khusus dan waktu pelaksanaan
serta penyusunan instrument monitoring dan evaluasi, diatur
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan berdasarkan lebih lanjut dengan keputusan kepala dinas.
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. kejelasan tujuan dan hasil yang diperoleh dari monitoring dan Pasal 86
evaluasi;
b. pelaksanaan dilakukan secara objektif; Dalam melaksanakan tugasnya tim monitoring dan evaluasi perlu
c. dilakukan oleh petugas yang memahami konsep, teori dan proses memperhatikan :
serta berpengalaman dalam melaksanakan monitoring dan a. penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan serta memberikan
evaluasi; saran untuk perbaikannya;
d. Pelaksanaan dilakukan secara terbuka; b. perubahan yang terjadi pada unit yang dimonitoring dan
e. melibatkan berbagai pihak yang dipandang perlu dan dievaluasi;
berkepentingan secara proaktif; c. kesenjangan antara rencana dan pelaksanaan;
f. pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan secara internal d. tindakan yang dibutuhkan guna perbaikan dalam
dan eksternal; pelaksanaannya;
g. mencakup seluruh objek agar dapat menggambarkan secara utuh e. dampak dari pelaksanaan kegiatan tersebut;
kondisi dan situasi sasaran monitoring dan evaluasi; f. capaian dan kendala yang dihadapi; dan
h. pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah g. alternatif solusi dari kendala yang dihadapi.
ditetapkan dan pada saat yang tepat agar tidak kehilangan
momentum yang sedang terjadi; BAB XVI
i. dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan; dan PROMOSI DAN PENGHARGAAN
j. bertumpu pada 8 standar nasional pendidikan.
Pasal 87
Pasal 85

(1) Tim monitoring dan evaluasi harus bebas dari kepentingan dan Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan
memiliki sikap jujur, egaliter, tidak memihak, dan tidak dilakukan berdasarkan latar belakang pengalaman, kemampuan,
mencari-cari kesalahan. dan prestasi dalam bidang pendidikan.
(2) Tim monitoring dan evaluasi dipilih berdasarkan kemampuan,
keterampilan dan pengalaman.
(3) Tim monitoring dan evaluasi dilengkapi dengan instrumen
monitoring dan evaluasi.
Pasal 88 BAB XVII
SANKSI ADMINSITRATIF
(1) Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga Pasal 91
kependidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 87 diberikan (1) Bupati berwenang memberikan sanksi administratif terhadap
dalam bentuk kenaikan jabatan, dan/atau bentuk promosi dan penyelenggaraan pendidikan pada semua tingkatan yang
penghargaan lain yang dilaksanakan sesuai ketentuan melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini;
Perundang-Undangan yang berlaku. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat
(2) Promosi bagi pendidik dan tenaga kependidikan bukan pegawai berupa:
negeri sipil pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh a. teguran/peringatan;
masyarakat dilaksanakan sesuai dengan anggaran dasar dan b. pencabutan izin; dan
anggaran rumah tangga penyelenggara pendidikan serta
c. pembubaran;
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
(3) Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini bagi Pegawai Negeri
Pasal 89 Sipil dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana
yang dimaksud dalam pasal 87 diberikan oleh : BAB XVIII
a. Bupati tingkat kabupaten; KETENTUAN PIDANA
b. Camat pada tingkat kecamatan;
c. Kepala desa/kelurahan pada tingkat desa/kelurahan; dan Pasal 92
d. Pemimpin satuan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Penyelenggara satuan Pendidikan yang tidak mematuhi ketentuan
Pasal 90 dalam peraturan daerah ini, dapat dikenakan sanksi pidana sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(1) Pemerintah daerah memberikan penghargaan kepada pendidik
dan/atau tenaga kependidikan berdedikasi yang bertugas
didaerah terpencil, daerah mengalami bencana alam, bencana
sosial atau daerah dalam keadaan darurat.
(2) Pendidik atau tenaga kependidikan yang gugur dalam
melaksanakan tugas memperoleh penghargaan dari pemerintah
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB XIX PENJELASAN
KETENTUAN PENUTUP ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR
Pasal 93 NOMOR 6 TAHUN 2012

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. TENTANG


Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam PENINGKATAN MUTU DAN AKSES PENDIDIKAN
Lembaran Daerah Kabupaten Polewali Mandar.

Ditetapkan di Polewali Mandar I. UMUM


pada tanggal, 10 Oktober 2012
BUPATI POLEWALI MANDAR, Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu dan akses
pendidikan di Kabupaten Polewali Mandar sehingga mencapai 8
(delapan) standar Nasional pendidikan, maka dipandang perlu
untuk menyusun regulasi yang khusus mengatur tentang upaya
percepatan pencapaiannya.
ALI BAAL MASDAR
Regulasi ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20
Diundangkan di Polewali Mandar Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-
pada tanggal, 15 Oktober 2012 Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR, pada pokoknya menginginkan pemenuhan dan perlindungan
atas anak guna menjamin masa depan pendidikan Kabupaten
Polewali Mandar menjadi lebih baik.

Disamping itu, hal ini sejalan pula dengan tujuan


ISMAIL. AM. pembangunan millenium atau millenium development goals
(MDGs) yang mengharapkan agar tidak ada lagi anak usia
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR TAHUN 2012 NOMOR 6 sekolah yang tidak terlayani oleh pendidikan alias tidak
bersekolah.
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan
II. PASAL DEMI PASAL sosial.
e. Standar sarana dan prasarana setiap satuan
pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi :
Pasal 1
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan
Cukup Jelas sumber belajar lain, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
Pasal 2 proses pembelajaran. Setiap satuan pendidikan wajib
Cukup Jelas memiliki prasarana yang meliputi bahan, ruang kelas,
ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik,
Pasal 3 ruang tata usaha, ruang perpustakaan, dan
laboratorium, serta bengkel kerja atau ruang produksi
Cukup Jelas
khusus SMK.
f. Standar Pengelolaan pendidikan terdiri dari tiga
Pasal 4 bagian yaitu standar pengelolaan oleh satuan
Standar Nasional Pendidikan terdiri dari : pendidikan, standar pengelolaan oleh pemerintah
a. Standar Kompetensi Lulusan meliputi standar daerah, dan standar pengelolaan oleh pemerintah
kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
dan menengah, standar komptensi lulusan minimal 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
mata pelajaran. Pendidikan oleh Satuan PendidikanDasar dan
b. Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan Menengah.
tingkat kompetensi minimal untuk mencapai standar g. Standar Pembiayaan Pendidikan terdiri dari :
kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tertentu. 1. Pembiayaan Pendidikan meliputi biaya invenstasi,
c. Standar Proses bahwa proses pembelajaran pada biaya operasional dan biaya personal.
tingkat satuan pendidikan diselenggarakan secara 2. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya
aktif, efektif dan menyenangkan. Setiap satuan penyediaan sarana dan prasaranadan
pendidikan melakukan perencanaan proses pengembangan sumber daya manusia.
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan 3. Biaya operasional meliputi gaji pendidik dan
pengawasan proses pembelajaran. tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan : Pendidik melekat pada gaji, bahan atau peralatan
harus memiliki kualifikasi berupa tingkat pendidikan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi
minimal yang harus dipenuhi dan kompetensi berupa pendidikan tidak langsung berupa biaya listrik,
air, jasa komunikasi, pemeliharaan sarana dan Ayat (5)
prasarana, uang lembur, transportasi, komsumsi Dinas dapat membuka sekolah Dasar Kecil, SMP
dan sebagainnya. Terbuka, Kelas Jauh, dan Sekolah Satu Atap.
4. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang
Pasal 7
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran, seperti biaya Ayat (1)
transportasi ke sekolah, biaya pembelian seragam Cukup Jelas
sekolah dan sebagainya.
h. Standar penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan Ayat (2)
menengah terdiri dari : penilaian proses dan hasil Cukup Jelas
belajar.
Ayat (3)
Pasal 5 Jenis partisipasi yang dimaksud pada ayat ini
Cukup Jelas adalah partisipasi berupa Tenaga, pemikiran,
waktu, dan dana tanpa paksaan.
Pasal 6 Pasal 8
Ayat (1) Cukup Jelas
Cukup Jelas
Ayat (2) Pasal 9
Cukup Jelas Cukup Jelas

Ayat (3) Pasal 10


Cukup Jelas Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas Pasal 11
Huruf a
Setiap kepala desa memasang jam belajar dan
memantau kegiatan belajar anak di wilayah kerja
masing-masing.
Huruf c
Huruf b Cukup Jelas
Cukup Jelas
Huruf d

Huruf c Cukup Jelas


Cukup Jelas Huruf e
Cukup Jelas
Pasal 12
Huruf f
Cukup Jelas
Cukup jelas
Pasal 13 Huruf g
Cukup Jelas Laporan penyelenggaraan pendidikan yang
dimaksud adalah laporan kenaikan kelas,
Pasal 14 laporan hasil ujian nasional, lembar individu
Cukup Jelas sekolah, profil sekolah
Pasal 15
Cukup Jelas Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 17
Huruf a Pasal 20
Cukup Jelas Cukup Jelas
Huruf b
Pasal 21
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas Pasal 33
Pasal 24 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 34
Pasal 25 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 35
Pasal 26 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 36
Pasal 27 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 37
Pasal 28 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 38
Pasal 29 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 39
Pasal 30 Cukup Jelas
Cukup Jelas Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 41 Pasal 50
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 51
Pasal 42 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 52
Pasal 43 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 53
Pasal 44 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 46 Pasal 56
Cukup Jelas Cukup Jelas

Pasal 47 Pasal 57
Cukup Jelas Cukup Jelas

Pasal 48 Pasal 58
Cukup Jelas Cukup Jelas

Pasal 49 Pasal 59
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 60 Pasal 69
Cukup Jelas Cukup Jelas

Pasal 61 Pasal 70
Cukup Jelas Cukup Jelas

Pasal 62 Pasal 71
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 72
Pasal 63 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 73
Pasal 64 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 65 Pasal 75
Cukup Jelas Cukup Jelas

Pasal 66 Pasal 76
Cukup Jelas Cukup Jelas

Pasal 67 Pasal 77
Cukup Jelas Cukup Jelas

Pasal 68 Pasal 78
Cukup Jelas Cukup Jelas
Pasal 79 Pasal 88
Cukup Jelas Cukup Jelas

Pasal 80 Pasal 89
Cukup Jelas Cukup Jelas

Pasal 81 Pasal 90
Cukup Jelas Cukup Jelas

Pasal 82 Pasal 91
Cukup Jelas Cukup Jelas

Pasal 92
Pasal 83 Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 93
Pasal 84 Cukup Jelas
Cukup Jelas
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR
Pasal 85 TAHUN 2012 NOMOR 6
Cukup Jelas

Pasal 86
Cukup Jelas

Pasal 87
Cukup Jelas

Anda mungkin juga menyukai