Bab Ii Revisiii
Bab Ii Revisiii
TINJAUAN PUSTAKA
punggung bawah, yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau
punggung, tapi rasa sakit juga dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti
pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan bawaan pada tulang
belakang.Obesitas, merokok, berat badan saat hamil, stres, kondisi fisik yang
buruk, postur yang tidak sesuai untuk kegiatan yangdilakukan, dan posisi tidur
yang buruk juga dapat menyebabkan nyeri punggung bawah (Anonim, 2014).
a. Spasme
Zat zat metabolik yang masih ada dalam otot dapat menjadi lokal
b. Nyeri
The International Association for the Study of Pain
dalam jangka waktu yang lama, di mana pada saat itu otot-otot
d. Penurunan fleksibilitas
a. Usia
c. Beban kerja.
Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama
periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Pekerjaan atau
gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan
beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen dan
sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi,
kelelahan otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya.
d. Posisi kerja
(Hamill.Jet al,2015).
al,2015).
Gambar 2.10Arah gerak vertebra
(Hamill.J et al,2015)
5. Patofisiologi
Berbagai struktur yang peka terhadap nyeri terdapat di punggung
bawah. Struktur tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar
anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot.
Semua struktur tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap
berbagai stimulus (mekanikal, termal, kimiawi). Bila reseptor
dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi dan substansi lainnya, yang
menyebabkan timbulnya persepsi nyeri, hiperalgesia maupun
alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan
perlangsungan proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk
mencegah kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah spasme otot
yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia
sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points) yang
merupakan salah satu kondisi nyeri.
Postur membungkuk yang dipertahankan dalam jangka waktu
yang lama disertai dengan kelemahan otot-otot paravertebral
memicu proses adaptasi postur yang berkontribusi terhadap
terjadinya pembebasan abnormal pada tepi anterior dari korpus
vertebra. Pembebanan ini ditransmisikan pada seluruh segmen
tulang belakang termasuk di dalamnya diskus intervertebralis.
Postur hiperekstensi juga berkontribusi terhadap kejadian nyeri
punggung bawah. Ketika posisi tulang belakang dalam keadaan
hiperekstensi, terjadi pembebanan yang sangat besar pada bagian
posterior pillar tulang belakang terutama permukaan processus
articularis pada tulang vertebra yang kontak dengan permukaan
pasangannya. Pembebanan ini menyebabkan stress contact yang
berlebihan antara kedua permukaan sendi, meningkatkan gaya friksi
pada setiap gerakan artokinematika lumbal. Nosiseptor pada facet
joint merespon terhadap pembeban ini dan menghasilkan nyeri pada
punggung bawah yang dikenal dengan istilah hyperextension
syndrome.
Pengaruh faktor mekanik berupa postur yang jelek dan aktifitas
fisik atau gerakan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
non spesifik low back pain. Setiap gerakan pada otot tersebut akan
menimbulkan nyeri sekaligus menyebabkan spasme otot. Adanya
spasme pada otot paravertebrae akan membatasi gerakan dari lumbal
terutama pada saat melakukan gerakan membungkuk (fleksi) dan
memutar (rotasi). Adanya nyeri dan spasme otot akan membuat
seseorang takut menggunakan otot punggungnya untuk melakukan
gerakan lumbal, selanjutnya akan terjadi adhesion pada kapsul,
ligament, facet joint dan kecendrungan terjadi crosslink pada serabut
otot. Kondisi ini menyebabkan terjadinya hambatan fungsional pada
lumbal. (Indah. 2015)
B. Tinjauan Tentang Alat Ukur
menunjukkan satu titik pada garis skala nyeri ( 1-10cm). satu ujung
Panjang garis mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang ditunjuk
bahasa dan dipakai untuk anak berusia 5 tahun ke atas, namun usia
lanjut atau mereka yang kurang berpendidikan mungkin bisa
2017).
b. Schober Test
Modified schober test adalah salah satu metode yang
terkenal untuk mengukur rentang gerak lumbal karena
merupakan metode yang sederhana, pengukuran yang akurat,
dapat digunakan dimana-mana dan beban yang valid dan mudah
untuk meraba ( Komal Malik, dkk 2016)
Teknik schober test :
Posisi pasien yang di anjurkan adalah posisi berdiri
dengan cervikal, thorakal, lumbal dalam posisi 0˚
tanpa adanya lateral fleksi dan rotasi. Stabilisasi regio pelvis
untuk mencegah adanya anterior tilting.
a. Metode I :
Untuk menentukan luas gerak sendi pada fleksi
thorakal lumbal adalah mengukur jarak antara procesus
spinosus C7 dan S1 dengan alat ukur pita meteran.
Pengukuran awal dibuat saat pasien dalam posisi.
Perbedaan antara pengukuran awal dan akhir
menunjukkan besarnya jarak gerak fleksi thoracal dan lumbal.
Magee menjelaskan bahwa perbedaan 10 cm pada pita
meteran adalah normal untuk pengukuran. Kemudian
dijelaskan bahwa 4 inchi merupakan suatu pengukuran rata-
rata untuk pengukuran rata-rata orang dewasa yang sehat.Zero
starting dan pengukuran selanjutnya dibuat dalam akhir ROM
saat fleksi lumbal
b. Metode II :
c. Metode III :
Ada beberapa langkah dalam metode ini yaitu:
(1) Beri tanda pertama pada titik tengah antara SIPS kanan-kiri.
(2) Beri tanda kedua diatas tanda pertama dengan jarak 10cm.
(3) Beri tanda ketiga dibawah tanda pertama dengan jarak 5cm.
(4) Kemudian pasien diminta untuk fleksi trunk semaksimal
mungkin kemudian ukur jarak dari tanda ketiga ke tanda
kedua melalui tanda pertama dengan garis lurus.
(5) setelah pengukuran selesai semua tanda dihapus dengan
alkohol. ( Komal Malik, dkk 2016)
.Disability Index (ODI) saat ini dianggap sebagai salah satu standar
a) Intensitas Nyeri
nyeri
1 = Nyeri terasa buruk, tetapi saya dapat menangani tanpa bat pereda
nyeri
saya alami
saya
tidur
c) Berjalan
ke toilet
d) Duduk
suka
1 = Saya hanya dapat duduk dikursi favorit saya sepanjang waktu
saya suka
e) Berdiri
nyeri
nyeri
f) Kehidupan Sosial
g) Berpergian
mengangkat,membersihkan rumah)
ringan
poin.
b). Jika 10 kondisi dapat diisi, maka cukup langsung menjumlah seluruh
skor.
poin total dibagi dengan jumlah kondisi yang terisi, lalu dikalikan 5.
untuk mengangkat dan duduk dengan cara yang benar agar tidak
a) Pengertian
penggunaanalattersebut (Amelia,2014).
b) Frekuensi
syaraf
diameterbesar,yangmengaktivassiserabutAbeta,danmenimbu
(Parjoto 2006).
c) Indikasi
d) Kontra indikasi
1) Sepsis
9) Penderita senile
e) Jenis Arus
Conventional TENS.
μs.
Endogenous opiate
3) Burst TENS
sinusoidal
Endogenous opiate.
2) Area dermatome
3) Segmental
2) Persiapan passien
tengkurap.
3) Pelaksanaan terapi
2. Terapi Latihan
a. Definisi William Flexion Exercise
William Flexion Exercise diperkenalkan oleh Dr. Paul
Williams. Program latihan ini banyak ditujukan pada pasien-
pasien kronik LBP dengan kondisi degenerasi corpus vertebra
sampai pada degenerasi diskus. Program latihan ini telah
berkembang dan banyak ditujukan pd laki-laki dibawah usia 50-
an & wanita dibawah usia 40-an yang mengalami lordosis
lumbal yang berlebihan, penurunan space diskus antara segmen
lumbal & gejala-gejala kronik LBP.
William Flexion Exercise adalah program latihan yang
terdiri atas 7 macam gerak yang menonjolkan pada penurunan
lordosis lumbal (terjadi fleksi lumbal). William flexion exercise
telah menjadi dasar dalam manajemen nyeri pinggang bawah
selama beberapa tahun untuk mengobati beragam problem nyeri
pinggang bawah berdasarkan temuan diagnosis. Dalam beberapa
kasus, program latihan ini digunakan ketika penyebab gangguan
berasal dari facet joint (kapsul-ligamen), otot, serta degenerasi
corpus dan diskus. Tn. William menjelaskan bahwa posisi
posterior pelvic tilting adalah penting untuk memperoleh hasil
terbaik.
b. Tujuan
Adapun tujuan dari William Flexion Exercise adalah
untuk mengurangi nyeri, memberikan stabilitas lower trunk
melalui perkembangan secara aktif pada otot abdominal, gluteus
maximus, dan hamstring, untuk menigkatkan fleksibilitas /
elastisitas pada group otot fleksor hip dan lower back
(sacrospinalis), serta untuk mengembalikan/menyempurnakan
keseimbangan kerja antara group otot postural fleksor &
ekstensor.
d. Prosedur Pelaksanaan
b) Tujuan
2007)
2017).
Secara fisiologis setelah terjadi kontraksi berkelanjutan
1) Indikasi :
2) Kontraindikasi
f) Prosedur Pelaksanaan
subjek.
kali pengulangan
e. Kerangka Pikir Penelitian
Nyeri punggung bawah (low back pain), merupakan nyeri yang
dirasakan di punggung bagian bawah. Dalam kasus ini peneliti
menggunakan TENS, William Flexion Exercise dan Stretching guna
untuk menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien. Alat ukur yang
digunakan yaitu VAS (Visual Analog Scale) untuk menentukan skala
nyeri yang dirasakan pasien dan metode schober untuk mengetahui
meningkatnya atau menurunnya fleksibilitas pasien.
Etiologi:
Trauma
Posisi kerja yang salah
Usia
IMT
Low Back Pain
Intervensi FT:
Problematik FT:
Spasme
Assesment
Spasme berkurang
Nyeri berkurang
Meningkatnya Fleksibilitas
RUJUKAN :
Indah Pramita, Alex Pangkahila, Sugijanto. 2015. Core Stability Exercise lebih
baik meningkatkan aktivitas fungsional daripada William’s Flexion
Exercise pada pasien Nyeri Punggung Bawah Miogenik. Thesis
Universitas Udayana Denpasar.
Komal Malik, et al. 2016. Normative Values of Modified- Modified test in
MeasuringLumbar Flexion and extension : A Cross – Sectional Study.
International Journal of Health Science&Research. Vol 6. Issue : 7
Akraf, Muhammad. 2012 . Schober Test. Diakses 28 Maret 2012.
http://akrafpeduli.blogspot.com/2012/03/tes-schober.html
Wewers M.E. & Lowe N.K. (1990) A critical review of visual analogue
scales in themeasurement of clinical phenomena.Research in
Nursing and Health13,227±236.
http://terapilatihan.com/2013/07/william-flexion-exercise.html.
Kisner Carolyn, dan Lynn Allen Colby. (2014). Terapi Latihan Dasar Edisi 6
Vol.2. jakarta EGC
Leo Muchamad Dachlan. 2009. Pengaruh Back Exercise pada Nyeri Punggung
Bawah. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
RUJUKAN FIX