Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

PEMBUATAN SEDIAAN STERIL THIAMIN HCL 1%

Oleh:
Nama : Annatasia Novita
NRP : 110120017
KP :E
Kelompok :1

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2022
Topik : Pembuatan sediaan steril volume kecil dengan sterilisasi akhir berupa injeksi Thiamin
HCl 1% dalam kemasan ampul (2 mL) sebanyak 5 ampul.
Tujuan :
- Mempelajari pembuatan sediaan injeksi Thiamin HCl 1%
- Melakukan sterilisasi alat dengan pemanasan basah (Autoklaf) dan pemanasan kering
(oven)
- Melakukan sterilisasi sediaan dengan pemanasan basah (steamer)
- Mempelajari perhitungan isotonisitas sediaan

I. PRAFORMULASI
1. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
 Indikasi (Martindale 38th, p. 2103)
- Digunakan untuk mengobati dan mencegah defisiensi thiamine. Defisiensi thiamine
berkembang ketika asupan makanan tidak memadai; defisiensi parah menyebabkan
perkembangan menjadi sindrom beri-beri. Beri-beri 'kering' kronis ditandai dengan
neuropati perifer, pengecilan otot, kelemahan otot, dan kelumpuhan. Beri-beri 'basah'
akut ditandai dengan gagal jantung dan edema. Sindrom Wernicke-Korsakoff
(demielinasi SSP) dapat berkembang pada kasus defisiensi thiantine yang parah
terutama pada hubungannya dengan alkoholisme kronis. (MD 38th, p. 2103)
- Digunakan untuk pengobatan berbagai neuritis, penyakit jantung, dan gangguan
saluran cerna yang disebabkan oleh defisiensi thiamin. (Farmakologi dan Terapi
Edisi 5 halaman 773)

 Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
- Terkait dengan penggunaan injeksi yang mengandung dosis tinggi vitamin B
(Martindale 38th, p. 2104)
- Reaksi yang paling sering adalah Anafilaksis, dyspnoea atau, bronkospasme dan
ruam atau kemerahan reaksi terjadi selama, atau segera setelah injeksi intravena dan
injeksi intramuskular (Martindale 38th, p. 2104)
Ibu Menyusui
- Ibu yang sangat kekurangan tiamin harus menghindari menyusui karena
metilglioksal beracun ada dalam susu. (BNF 80th, p. 1142)
- Suplementasi tidak signifikan mempengaruhi konsentrasi tiamin dalam ASI sehat,
wanita yang bergizi baik jika dibandingkan dengan mereka yang tidak diberikan
tiamin; para peneliti menduga bahwa daya serap kelenjar susu mungkin jenuh
(Martindale 38th, p. 2104)
 Efek Samping (Martindale 38th, p. 2104)
- Hipersensitivitas. Reaksi yang paling sering terjadi adalah anafilaksis, dispnea,
bronkospasme, dan ruam atau kemerahan.

2. Tinjauan Sifat Fisikokimia Bahan Obat


a. Kelarutan
- Mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol; tidak larut
dalam eter dan dalam benzen. (FI VI halaman 1709)
- USP 36: larut dalam 1:1 air dan 1:170 alkohol; tidak larut dalam eter dan benzena,
larut dalam gliserol. (Martindale 38th, p 2103)

b. Stabilitas
 Terhadap Cahaya
- Lindungi dari cahaya (Martindale 38th, p. 2103
- Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. (FI VI halaman 1710)
 Terhadap Suhu: Melebur pada suhu lebih kurang 248°C disertai peruraian (FI VI
halaman 1709)
 Terhadap pH:
- pH larutan 1% dalam air adalah antara 2,7 dan 3,4. Pada pH 4 atau kurang,
larutan Thiamin Hidroklorida kehilangan aktivitasnya dengan sangat lambat,
tetapi pada larutan netral atau basa memburuk dengan cepat, terutama jika
kontak dengan udara (Martindale 38th, p. 2103)
- pH sediaan injeksi antara 2,5 dan 4,5 (FI V halaman 1266)
 Terhadap Oksigen: Ketika terpapar udara, bentuk anhidrat akan dengan cepat
mengabsorbsi sekitar 4% air. Disimpan dalam wadah kedap. (Martindale 38th, p.
2103)

c. OTT (Inkompatibilitas)
- Dapat mengendap oleh beberapa reagen alkaloidal, seperti merkuri klorida, iodin,
asam pikrat, tannin dan reagen Mayer. (Remington 20th, p. 1817)
- Sensitif dengan zat atau substansi pengoksidasi dan pereduksi. (Remington 20 th, p.
1817)
- Sediaan mengandung thiamin HCl biasanya tidak cocok dengan sodium fenobarbital
karena dapat menyebabkan pengendapan fenobarbital dan juga penurunan sebagian
keasaman campuran, dengan akibat terjadinya kerusakan vitamin. (Remington 20th,
p. 1817)
- Dengan zat pengoksidasi dan pereduksi, merkuri klorida, iodide, karbonat, asetat,
dan ferri sulfat, asam tanat, ferri ammonium sitrat, dan iodin menghasilkan endapan
coklat. Larutan yang mengandung thiamine HCl inkompatibel dengan Na
fenobarbital. Na fenobarbital bersifat basa sehingga dapat meningkatkan pH larutan
thiamin dan mempercepat degradasi. Thiamine dapat dirusak oleh ion logam. OTT
dengan riboflavin dalam larutan benzyl penisilin dekstro injeksi dan zat tambahan
dengan kandungan metabisulfat (MD 28th, p. 1634)

d. Cara Penggunaan & Dosis


- Thiamin HCl dapat diberikan secara oral, intramuskular, maupun secara intravena.
Injeksi intravena harus diberikan secara perlahan dalam 30 menit. Untuk terapi
defisiensi Thiamin ringan yang kronis, dapat menggunakan dosis oral 10-50 mg
sehari dalam dosis tunggal atau terbagi. Pada defisiensi Thiamin parah, dapat
diberikan dosis hingga 300 mg per hari diberikan, dan dosis harian yang lebih tinggi
dapat digunakan pada sindrom Wernlcke-Korsakoff melalui rute intravena.
<1 bulan = 50-200 mg per hari sebagai dosis harian tunggal atau dalam 2-3 dosis
terbagi. 1 bulan-18 tahun = 100-300 mg per hari sebagai dosis harian tunggal atau
dalam 2-3 dosis terbagi. (Martindale 38th, p. 2103)
- Pasien dengan kondisi kritis atau mereka dengan sindrom malabsorpsi harus diobati
dengan rute IV atau IM. Dalam pengobatan beri-beri, 10 sampai 20 mg Thiamin
dapat diberikan secara intramuskular 3 kali sehari selama 2 minggu. Dosis kemudian
dikurangi tergantung pada respon pasien, dan diikuti dengan terapi oral. Pada
ensefalopati Wernicke, 100 mg IV diberikan di awal dan diikuti dengan 50 hingga
100 mg secara IM atau IV setiap hari sampai pasien makan dengan diet seimbang.
(MIMS)

II. FORMULASI
a. Permasalahan dan Penyelesaian
- Thiamin HCl tidak stabil terhadap cahaya, sehingga dikemas dalam wadah berwarna
coklat dan diberi kemasan sekunder yang terlindung dari cahaya
- Thiamin HCl tidak stabil terhadap udara, sehingga dikemas dalam wadah tertutup rapat
dan kedap udara.
- Thiamin HCl tidak stabil terhadap pemanasan pada suhu tinggi, sehingga suhu sterilisasi
115℃ selama 15 menit
- pH Thiamin dalam larutan 1% air adalah antara 2,7-3,4 (MD 38 th, p. 2103), padahal untuk
penerimaan fisiologis yang maksimum diinginkan mencapai target pH sekitar 7,4
sehingga sediaan yang dibentuk tidak isohidris dengan pH fisiologis tubuh, namun karena
sediaan merupakan SVP (volumenya kecil, yaitu dalam injeksi Thiamin HCl 1% dalam
ampul hanya 2 mL) maka perbedaan pH bisa ditoleransi.

b. Formulasi yang Akan Dibuat


Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Vol. 6, p. 345
R/ Thiamin HCl 100 mg
Chlorobutanol 5 mg
Water for Injection q.s.
Formularium Indonesia 1996, p. 120
R/ Thiamine HCl 1%
NaCl 0,65%
Aqua pro injection ad 100 ml

Scoville’s The Art of Compounding 9th, p. 219


R/ Thiamin HCL 11,0 g
Methyl Paraben 1,8 g
Propyl Paraben 0,2 g
Water pro injection to make 1000,0 Ml

Formula yang terpilih → Formularium Indonesia 1996, p. 120


R/ Thiamine HCl 1%
NaCl 0,65%
Aqua pro injection ad 100 ml → dalam formula ini dibuat untuk ad 20 mL

c. Perhitungan Bobot & Dosis


Volume sediaan = 2 mL / ampul. Volume sediaan dilebihkan 0,15 mL sehingga volume
sediaan dibuat sebanyak 2,15 mL / ampul. (FI VI p. 2073)

- Perhitungan volume sediaan untuk 5 ampul


V = (n+2) x V’
V = (5+2) x 2,15 mL
V = 15,05 mL ≈ 20 mL

1 gram
- Thiamin HCl 1% → x 20 mL = 0,2 gram = 200 mg
100 mL
- Perhitungan tonisitas
0,65 gram
 NaCl 0,65% → x 20 mL= 0,13 gram = 130 mg
100 mL
0,9 gram
 Kebutuhan NaCl supaya isotonis: x 20 mL= 0,18 g = 180 mg
100 mL
 Jumlah thiamin HCl di dalam sediaan = 0,2 gram
Ekivalensi thiamin HCl = 0,25 (1 gram thiamin HCl setara dengan 0,25 gram NaCl)
0,2 gram
Kesetaraan thiamin HCl dengan NaCL → x 0,25 gram= 0,05 gram = 50 mg
1 gram
NaCl
 NaCl yang dibutuhkan supaya isotonis : 180 mg - 130 mg - 50 mg = 0 mg (jadi
sediaan sudah isotonis dengan adanya NaCl 0,65% dalam formula)

d. Lengkapi Tabel di Bawah Ini


No Komponen Bahan Bobot/Volume Fungsi Cara Sterilisasi
1 Thiamin HCl 1% 200 mg Bahan aktif Radiasi
2 NaCl 0,65% 130 mg Pengisotonis Oven suhu 180°C selama
30 menit
3 Aqua pro injection ad 20 mL Pelarut Autoklaf suhu 121°C
selama 15 menit

e. Cara Sterilisasi Sediaan yang Dipilih


Sterilisasi akhir untuk sediaan injeksi Thiamin HCl 1% yang dipilih adalah dengan
pemanasan basah menggunakan autoklaf pada suhu 115°C selama 30 menit karena Thiamin
HCl tidak stabil di suhu tinggi (Formularium Nasional Ed II halaman 328)

Apakah sediaan tersebut sudah isotonis?


Sediaan yang dibuat sudah bersifat isotonis dengan tubuh, dilihat dari perhitungan tonisitas
dengan metode ekivalensi NaCl 0,9%. Didapatkan bahwa jumlah NaCl sebanyak 0,13 g
dalam formula sudah sesuai dengan jumlah NaCl yang dibutuhkan untuk membuat sediaan
isotonis

III. PELAKSANAAN
a. Penyiapan Alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah Cara Sterilisasi & Suhu Waktu
1 Kaca Arloji Ø 5 cm 2 Oven 180°C 30 menit
Ø 8 cm 2 Oven 180°C 30 menit
2 Beaker Glass 50 mL 2 Oven 180°C 30 menit
100 mL 2 Oven 180°C 30 menit
3 Erlenmeyer 50 mL 1 Oven 180°C 30 menit
100 mL 1 Oven 180°C 30 menit
4 Batang Pengaduk Standar 3 Oven 180°C 30 menit
Kaca
5 Pinset Standar 5 Oven 180°C 30 menit
6 Tara & Wadah Standar 1 set Oven 180°C 30 menit
7 Anak Timbangan Standar 1 set Oven 180°C 30 menit
8 Sendok Logam Standar 1 Oven 180°C 30 menit
9 Sendok Porselin Standar 1 Oven 180°C 30 menit
10 Ampul Coklat 2 mL 7 (5+2) Oven 180°C 30 menit
11 Aluminium Foil 10 x 10 cm 6 Oven 180°C 30 menit
12 Kantong Sampah 1x modul 1 Oven 180°C 30 menit
2x modul 1 Oven 180°C 30 menit
13 Corong & Kertas Diameter 2 Autoklaf 115°C 30 menit
Saring corong 5 cm
14 Pipet Tetes Panjang 4 Autoklaf 115°C 30 menit
Pendek 4 Autoklaf 115°C 30 menit
15 Gelas Ukur 5 mL 1 Autoklaf 115°C 30 menit
10 mL 2 Autoklaf 115°C 30 menit
25 mL 1 Autoklaf 115°C 30 menit
16 Tali 20 cm 7 Autoklaf 115°C 30 menit
17 APD 1 1 set Autoklaf 115°C 30 menit
18 Aqua Pro Injection 100 mL 1 Autoklaf 121°C 15 menit
19 Spuit Injeksi 10 mL 1 Radiasi -

b. Pencucian, Pengeringan dan Pembungkusan Alat


 Pencucian wadah gelas/alat gelas cara Huizinga
1. Sikat dengan larutan tepol
2. Bilas dengan air kran
3. Semprot dengan uap & tiriskan
4. Bilas dengan aquadem
5. Bilas dengan air suling yang baru dibuat (steril dan bebas pirogen)
6. Keringkan dengan posisi terbalik dalam oven

 Pencucian wadah gelas/alat gelas cara Cooper & Gunn’s


1. Alat/wadah direndam dalam larutan tepol panas, sebaiknya semalam
2. Disikat dengan sikat yang keras
3. Dibilas dengan air kran (panas/dingin) bagian luar dan dalam
4. Dibilas dengan aquadest bebas pirogen yang baru dibuat (3 kali)

 Pengeringan
1. Keringkan dalam oven dalam keadaan terbalik pada suhu 100°C, tidak boleh terlalu
lama kira-kira 15 menit (terutama gelas ukur, bahan yang terbuat dari karet &
plastik)
2. Untuk menghindari debu dapat ditutup dengan kertas yang tembus uap air
3. Wadah kecil harus benar-benar kering

 Pencucian karet
1. Rendam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari
2. Rendam dalam larutan tepol 1% dan Natrium Karbonat 0,5% selama 1 hari
3. Didihkan dalam larutan tersebut selama 15 menit, kemudian bilas dengan aquadest
4. Ulangi dengan larutan yang baru
5. Ulangi sampai larutan jernih
6. Rendam dalam aquadest (dalam beaker glass yang ditutup kertas perkamen) dan
dicuci dengan Autoklaf pada suhu 110°C selama 20 menit (1atau 2 kali) sampai air
rendaman jernih.

Tahap-tahap pencucian karet dengan Autoklaf pada suhu 110°C selama 20 menit adalah
 Waktu pemanasan : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu pengeluaran udara : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu menaik : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu suhu dipertahankan : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu menurun : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu pendinginan : pkl..............-............... (..........menit)
===========================================================
Proses pencucian karet berlangsung dari pkl...............-...............(..........menit)
7. Bilas dengan spiritus dilutus (etanol 70%) - air aa sampai jernih
8. Masukkan kantong kering rangkap dua & disterilkan dalam Autoklaf

 Pembungkusan : masing-masing alat dibungkus dalam kantong yang terbuat dari kertas
perkamen dan tuliskan nama alat & nama kelompok anda.

c.1. Sterilisasi alat-alat dengan oven pada 180°C selama 30 menit


Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut
 Waktu pemanasan : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu kesetimbangan : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu pembinasaan : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu tambahan jaminan sterilitas : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu pendinginan : pkl..............-............... (..........menit)
========================================================
Proses sterilisasi berlangsung dari pukul...............-............... (..........menit)
c.2. Sterilisasi alat-alat dengan autoklaf 115°C selama 30 menit
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut
 Waktu pemanasan : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu pengeluaran udara : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu menaik : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu kesetimbangan : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu pembinasaan : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu tambahan jaminan sterilitas : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu menurun : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu pendinginan : pkl..............-............... (..........menit)
========================================================
Proses sterilisasi berlangsung dari pukul...............-............... (..........menit)

d. Cara Kerja
1. Membersihkan meja ruang kelas C dengan alkohol 70%, mengelap secara searah
menggunakan kasa steril.
2. Menyalakan api spiritus dan menyiapkan alat-alat yang telah disterilkan.
3. Pelarutan Thiamine HCl (kelarutan 1:1 → MD 38th, p 2103)
a. Tara kaca arloji pada timbangan analitik
b. Timbang Thiamine HCl sebanyak 200 mg pada timbangan analitik di atas kaca
arloji yang sudah ditara lalu masukkan ke beaker glass 50 mL
c. Ukur pelarut aqua pro injection 5 mL dengan gelas ukur 10 mL
d. (3b) + (3c) diaduk ad larut dan homogen dalam beaker glass 50 mL
4. Pelarutan NaCl: (kelarutan 1:2,8 → MD 38th, p. 1795)
a. Tara kaca arloji pads timbangan analitik
b. Timbang NaCl sebanyak 130 mg di timbangan analitik lalu masukkan ke beaker
glass 50 mL
c. Ukur pelarut aqua pro injection 10 mL dengan gelas ukur 10 mL
d. (4b) + (4c) diaduk ad larut dalam beaker glass 50 mL
5. Mencampur (larutan 3 + larutan 4) dan mengaduk ad homogen dalam beaker glass 50
mL
6. Melakukan pengecekan pH dengan indikator universal, dengan cara mengambil sedikit
larutan campuran menggunakan pengaduk kaca, lalu mengoleskan pada indikator pH
universal (hasil cek pH = ….)
7. Setelah melalui pengecekan pH, pindahkan larutan 5 ke dalam gelas ukur 25 mL,
kemudian menambahkan aqua pro injection ad 20 mL.
8. Menyaring larutan Thiamin HCl menggunakan membran filter 0,22 µm (kertas saring
+ corong), kemudian difiltrasikan ke dalam Erlenmeyer 100 mL.
9. Memindahkan larutan yang telah disaring ke dalam beaker glass 100 mL yang baru.
10. Mengambil sebanyak 2,15 mL larutan menggunakan spuit injeksi 3 mL dari beaker
glass, kemudian memasukkan sediaan ke dalam ampul dengan cara mendorong spuit
injeksi lurus sampai ke dasar ampul agar tidak ada larutan yang menempel pada dinding
ampul, karena saat proses pemanasan dapat terbentuk bintik-bintik hitam pada dinding
ampul.
11. Mutup ampul dengan metode pull seal :
- Memanaskan leher ampul dengan api bunsen ad kemerahan.
- Menarik ujung ampul dengan pinset hingga mulut ampul tertutup rapat.
12. Ulangi tahap (no. 11) ad ampul ke-7.
13. Melakukan tes uji kebocoran sekaligus sterilisasi sediaan :
- Meletakkan ampul dalam posisi terbalik pada beaker glass 50 mL yang telah dialasi
dengan kasa steril, menutup mulut beaker glass dengan kertas perkamen 2 rangkap
dan diikat dengan tali.
- Melakukan sterilisasi dengan autoklaf 115℃ selama 30 menit.
- Setelah melalui tes uji kebocoran sekaligus sterilisasi sediaan, maka pilih 5 ampul
di antara 7 ampul yang tidak bocor.
14. Memberi etiket / label dan brosur, lalu memasukkan ke dalam wadah sekunder.

Note :
Penimbangan bahan dilakukan di ruang kelas C.
Melarutkan dan meng-ad-kan bahan dan sediaan dilakukan di ruang kelas A.

e. Sterilisasi Akhir Sediaan


Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut
 Waktu pemanasan : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu pengeluaran udara : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu menaik : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu kesetimbangan : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu pembinasaan : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu tambahan jaminan sterilitas : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu menurun : pkl..............-............... (..........menit)
 Waktu pendinginan : pkl..............-............... (..........menit)
========================================================
Proses sterilisasi berlangsung dari pukul...............-............... (..........menit)

IV. WADAH
- Wadah primer berupa ampul coklat ukuran 2 mL yang ditempel dengan etiket. Wadah
tertutup rapat dan kedap udara, serta berwarna coklat untuk melindungi sediaan dari paparan
cahaya dengan tujuan untuk menjaga stabilitas sediaan.
- Wadah sekunder adalah box ampul yang dapat menampung 5 ampul, dimana sediaan dalam
ampul dimasukkan beserta brosur obat untuk dikemas dalam wadah sekunder.
V. PEMBAHASAN & KESIMPULAN
VI. LABEL & BROSUR

Anda mungkin juga menyukai