Anda di halaman 1dari 3

Medan, 06 Januari 2021

Moralitas Kondisi Masyarakat dan Kondisi Opini Sosial


Oleh : Faisal Hadi Pinem, SH

Masyarakat dalam bahasa Inggris artinya society yang pengertiannya mencakup


interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Istilah masyarakat juga disebut
dengan sistem sosial. menurut sosiolog yang bernama Emile Durkheim, masyarakat adalah
suatu kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Maksudnya
yaitu adanya ikatan sosial dalam kelompok. Masyarakat juga berarti kelompok manusia yang
hidupnya teratur. Masyarakat termasuk sosial order atau keteraturan sosial. Sosial itu berasal
dari individu yang berarti individu tersebut saling bekerja sama. Masyarakat mempunyai
solidaritas sosial yaitu biasa disebut dengan ikatan kesamaan.

Di sisi lain, secara sosiologis, perubahan di dalam masyarakat, bahwa rasio manusia
semakin tertantang, dan tantangan pertama adalah moralitas manusia itu sendiri. Karena itu
tidak heran jika setiap orang akan menyusun klaim dan memiliki motiv tersendiri dalam
mengantisipasi perubahan dalam masyarakat modern/postmodern ini. Begitu pun lembaga-
lembaga sosial akan memiliki dan membentuk sistem regulasi tersendiri dalam
menanggulangi berbagai peran sosialnya. Mengikuti Durkheim, suatu perubahan yang terjadi
tidak bisa diterima sui generis, melainkan perlu mengolah kesadaran kolektif untuk menata
peran sosial dan membangun regulasi sosial yang lebih beradab.

Mazhab Frankfurt dan kaum Postmodernisme pun akan mengatakan bahwa untuk
bertahan di era modernisasi dewasa ini orang harus masuk ke dalam kawasan “meta-“ artinya
kawasan yang mampu melampaui segala sekat dan batas (boundaries) di dalam hidup
masyarakat. Secara filsafatik dapat kita katakan bahwa perubahan cepat di dalam masyarakat
yang ditandai oleh bangkitnya kerja akal (rasio) adalah bukti bahwa masyarakat sudah
mengalami perkembangan peradaban yang sangat tinggi karena pengaruh pendidikan.

Permasalah dewasa ini adalah usaha menemukan bagaimana seharusnya nasib


moralitas di dalam masyarakat seperti masyarakat kita dewasa ini, yang ditandai oleh
meningkatnya konsentrasi dan unifikasi, dengan meningkatnya kemungkinan komunikasi
yang menghubungkan berbagai bagian dunia dan selanjutnya penyerapan kehidupan setempat
pada umumnya, dengan bangkitnya industri yang kuat, dan perkembangan individualisme
yang menyertai pemusatan semua kekuatan sosial ini, dan sebagainya.

Aspirasi sosial yang membingungkan yang membuatnya terdengar di segala penjuru


mengungkapkan cara bagaimana masyarakat kita atau bagian-bagiannya yang berbeda,
melihat kondisi nyata dan cara bagaimana kondisi itu harus dihadapi. Mereka tidak
mempunyai nilai lain. Memang, aspirasi tersebut merupakan sumber informasi yang bernilai
sebab mereka menunjukkan bagian tertentu dari realitas sosial yang mendasarinya, tetapi
masing-masing hanyalah mengungkapkan satu aspek dan pegungkapannya tidak selalu
sepenuhnya dapat dipercaya.

Nafsu dan praduga sehari-hari tidak memungkinkan pengungkapan realitas yang


sebenarnya. Tugas ilmu pengetahuan untuk menemukan realitas tersebut untuk kemudian
mengungkapkannya. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa masyarakat haruslah
Medan, 06 Januari 2021

mendasarkan penilainnya mengenai perkembangan di kemudian hari di atas realitas,


walaupun dalam mengkaji masalah praktek moral sehari-hari perlu memahami berbagai
manifestasi sosialisme maupun pandangan-pandangan lainnya yang bertentangan, serta
pandangan keagamaan yang hidup pada saat ini.

Peranan ilmu pengetahuan tidaklah berhenti setelah menunjukkan pandangan yang


lebih jelas akan kecenderungan opini umum, sebab obyek utama penelitiannya adalah kondisi
masyarakat, bukan kondisi sosial. Adalah sukar untuk mengatakan bahwa aspirasi kesadaran
kolektif hanya halusinasi belaka. Bahkan lebih jauh lagi jika moralitas yang sama sekali tidak
berkaitan dengan opini masyarakat, maka keadaan yang demikian itu akan sia-sia, sebab
moralitas yang di pahami itu akan tetap merupakan suatu pemikiran yang mati.

Oleh karena itulah dalam praktek kehidupan bermasyarakat, peranan nalar setidak-
tidaknya selalu membantu sang zaman untuk semakin sadar akan dirinya sendiri, akan
kebutuhan dan sentimen-sentimennya. Moralitas adalah penerapan nalar secara lebih metodis
untuk mencapai tujuan dalam masyarakat sosial.

Socrates mengungkapkan, lebih jelas dari hakim yang mengadilinya, moralitas yang
cocok dengan zamannya. Tampaknya mudah untuk menunjukkan bahwa, sebagai akibat dari
transformasi masyarakat lama yang berdasarkan gen dan gangguan keyakinan keagamaan
yang ditimbulkannya, maka sebuah moralitas dan keyakinan keagamaan baru menjadi perlu
di Athena. Juga mudah untuk menunjukkan bahwa aspirasi ke arah formulasi baru ini tidak
hanya dirasakan oleh Socrates saja, tetapi telah ada arus yang kuat yang ditunjukkan oleh
sikap kaum Sophist. Dalam artian inilah Socrates dipandang sebagai tokoh yang mendahului
zamannya, yang sekaligus pula mengungkapkan semangat zaman itu.

Dalam prespektif Durkheim moralitas memiliki tiga komponen, pertama moralitas


melibatkan disiplin yang dimana disiplin dari sudut pengekangan terhadap dorongan-
dorongan hasrat seseorang. Pengekangan dianggap penting karena kepentingan individu dan
kelompok tidak sama dan bisa saja terlibat dalam konflik. Disiplin merupakan suatu
komponen yang dapat membatasi seorang individu untuk bertindak dan berkeinginan sesuai
batasan-batasan yang ada dalam fakta sosial sehingga individu tidak dapat menuntut lebih.

Komponen yang kedua adalah keterikatan terhadap kelompok sosial, keterikatan yang
dimaksudkan adalah keterikatan secara emosional dan tulus antar individu dengan kelompok
sosialnya sehingga individu rela dengan sepenuh hati mengikuti aturan atau fakta sosial
dalam kelompoknya, sehingga keterikatan adalah bagian dari diri individu tersebut, berbeda
dengan disiplin yang hakikatnya adalah memaksa dan paksaan itu berasal dari luar karena
tidak adanya keterikatan dalam diri masing-masing individu. Kemudian komponen yang ke
tiga adalah otonomi, dimana moralitas modern mesti didasarkan pada hubungan antara
individu dan masyarakat.

Dalam kaitanya dengan moral, konflik akibat rusaknya moral seorang individu
ataupun sebuah bangsa tentu akan terjadi dan merupakan sebuah masalah sosial yang harus
dihadapi, lalu apakah yang mungkin bisa mengimbangi munculnya krisis moral ? jawabannya
adalah melalui dunia pendidikan, seperti pendapat seorang filsuf sosiolog Emil Durkheim,
Medan, 06 Januari 2021

mengatakan bahwa salah satu upaya perbaikan moralitas masyarakat adalah memperjuangkan
reformasi sehingga moralitas modern bisa ditegakkan dengan menitik beratkan pada masalah
pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah transportasi yang dapat digunakan oleh individu
untuk sampai pada pengetahuan, intelektual dan juga moral sehingga seorang individu dapat
berperan positiv dalam masyarakat, dari sinilah Durkheim berpendapat bahwa pendidikan
akan menolong anak-anak mengembangkan sikap moral terhadap masyarakat. Durkheim
beranggapan bahwa pendidikan merupakan wadah yang tepat untuk perbaikan moral karena
pendidikan mampu memberikan ketiga komponen moralitas untuk mengendalikan nafsu yang
mengancam kestabilan sosial dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai