Anda di halaman 1dari 9

MAPING JURNAL

Rencana Judul Penelitian


Penelitian Analisis Keberlanjutan Teaching Factory Smart Green
House di Politeknik Negeri Jember

Metode Responden penelitian ini adalah civitas akademik


Politeknik Negeri Jember.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk keberlanjutan


Teaching Factory Smart Green House di Politeknik
Negeri Jember dan untuk mengidentifikasi faktor
pengungkit terhadap keberlanjutannya.

Sampel penelitian adalah 30 orang (7 responden ahli


yang meliputi unsur pimpinan/pemangku kebijakan dan
23 responden umum yang meliputi dosen, tenaga
kependidikan dan mahasiswa).

Tingkat keberlanjutan berdasarkan analisis terhadap lima


dimensi yaitu dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi
sosial, dimensi kelembagaan dan dimensi
infrasturktur/teknologi.

Alat analisa yang digunakan adalah analisis Multi


Dimensional Scaling (MDS) dengan metode Rapid
Assessment Techniques for Fisheries (RAPFISH).

277
278

Jurnal 1
Penelitian Analysis of urban agriculture sustainability in
Metropolitan Jakarta (case study: urban agriculture in
Duri Kosambi). Darmawan Listya Cahya (2016).

Metode Objek petani urban farming di RW 08, RW 10, dan RW


15 Kelurahan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Timur.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi


karakteristik pertanian perkotaan di Metropolitan Jakarta
dan menganalisis keberlanjutan pertanian perkotaan di
Metropolitan Jakarta.

Sampel penelitian adalah 38 orang (31 responden yang


tidak terlibat dalam kegiatan pertanian perkotaan dan 7
responden yang terlibat dalam kegiatan pertanian
perkotaan).

Tingkat keberlanjutan berdasarkan analisis terhadap lima


dimensi yaitu dimensi ekologi (dengan 11 atribut),
dimensi ekonomi (dengan 13 atribut), dimensi sosial
(dengan 10 atribut), dimensi kelembagaan (dengan 11
atribut) dan dimensi teknologi (dengan 9 atribut).

Alat nalisa yang digunakan adalah pendekatan Multi


Dimensional Scaling (MDS) yang dimodifikasi dari
metode Rapid Assessment Techniques for Fisheries
(RAPFISH) yang dikembangkan oleh Fisheries Center
Research Reports.

Persamaan dan Persamaan:


Perbedaan Penelitian Darmawan Listya Cahya (2016) dengan
penelitian ini adalah sama-sama menganalisis lima
dimensi untuk keberlanjutan sistem pertanian perkotaan
(Urban Farming) dengan analisis Multidimensional
Scalling (MDS) metode Rapfish.

Perbedaan:
Objek penelitian Abdullah, Gufran Darma Dirawan and
Nurlita Pertiwi (2016) adalah komoditas pertanian yang
umum dibudidayakan secara Urban Farming, sedangkan
dalam penelitian ini objeknya adalah khusus komoditas
buah.

Hasil dan Hasil analisis RAP UF dengan simulasi MDS diperoleh


Kesimpulan nilai indeks keberlanjutan untuk masing-masing dimensi
sebagai berikut:
1. Dimensi ekologi 43,67% (indeks berada di antara nilai
25,01-50,00%) berarti kurang berkelanjutan.
279

2. Dimensi ekonomi sebesar 42,32% (indeks berada di


antara nilai 25,01 sampai dengan 50,00%) berarti
kurang berkelanjutan.
3. Dimensi sosial sebesar 46,63% (indeks berada di
antara nilai 25,01-50,00%) berarti kurang
berkelanjutan.
4. Dimensi kelembagaan sebesar 59,78% (indeks berada
di antara nilai 50,01 sampai dengan 75,00%) berarti
cukup berkelanjutan.
5. Dimensi teknologi sebesar 52,54% (indeks berada di
antara nilai 50,01 sampai dengan 75,00%) berarti
cukup berkelanjutan.
6. Hasil analisis MDS (leverage) diperoleh 21 atribut
yang berperan sebagai faktor pengungkit (leverage
factor) untuk masing-masing dimensi secara parsial.
Adapun faktor leverage merupakan atribut ke-21 yang
perlu ditingkatkan, agar nilai indeks keberlanjutan
menjadi lebih baik.
7. Uji validitas dilakukan dengan analisis Monte Carlo.
Mencatat hasil analisis Monte Carlo dan analisis MDS
pada taraf 95% diperoleh bahwa nilai indeks
keberlanjutan perkotaan pembangunan pertanian
menunjukkan selisih nilai hasil analisis sangat kecil
(1,16%). Artinya model analisis MDS yang dihasilkan
cukup memadai untuk mengestimasi nilai indeks
keberlanjutan pertanian perkotaan.

Kesimpulan :
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa status
keberlanjutan kawasan penelitian urban farming saat ini
kurang berkelanjutan. Dimensi ekologis, ekonomi dan
sosial menunjukkan status kurang berkelanjutan
sedangkan dimensi kelembagaan dan teknologi
menunjukkan status cukup berkelanjutan.

Saran Untuk meningkatkan status keberlanjutan pembangunan


pertanian perkotaan disarankan perlu intervensi yang kuat
dari pemerintah Jakarta dan pemangku kepentingan
lainnya dalam meningkatkan kinerja atribut sensitif dan
faktor kunci dalam menentukan dimensi keberlanjutan
utama ekologi, ekonomi, dan sosial.
280

Jurnal 2
Penelitian Sustainability of ecology and economic of urban farming
development: case study in Makassar City, South
Sulawesi Province. Abdullah, Gufran Darma Dirawan
and Nurlita Pertiwi (2016)

Metode Responden penelitian adalah pemangku kepentingan dan


pakar terkait yang terdiri dari Pemerintah Kota (Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, Badan Ketahanan Pangan,
Dinas Pertanian, Badan Lingkungan Hidup Daerah),
tokoh masyarakat, tokoh politik, masyarakat pengguna,
praktisi urban farming, pecinta tanaman, pakar dan
pemerhati pertanian, LSM, organisasi profesi pertanian
dan lingkungan..

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat


keberlanjutan ekologi dan ekonomi serta menentukan
faktor-faktor penentu yang sensitif terhadap
keberlanjutan pembangunan urban farming di Kota
Makassar.

Penelitian dilakukan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan,


dengan sampel survei terdiri dari lima kecamatan dari 14
kabupaten.

Tingkat keberlanjutan berdasarkan analisis terhadap dua


dimensi yaitu dimensi ekologi (dengan 13 atribut) dan
dimensi ekonomi (dengan 10 atribut).

Metode analisis menggunakan teknik MultiDimensional


Scaling (MDS) yang disebut Rap-MaksUrfarm (Rapid
Assessment for Urban Farming Makassar). Metode MDS
diimplementasikan dalam program komputer dengan
menggunakan Microsoft Office Excel Add-Ins Rapfish.

Persamaan dan Persamaan:


Perbedaan Penelitian Abdullah, Gufran Darma Dirawan and Nurlita
Pertiwi (2016) dengan penelitian ini adalah sama-sama
menganalisis keberlanjutan sistem pertanian perkotaan
(Urban Farming) dengan analisis Multidimensional
Scalling (MDS) metode Rapfish.

Perbedaan:
Dimensi penelitian Abdullah, Gufran Darma Dirawan
and Nurlita Pertiwi (2016) adalah hanya dimensi ekologi
dan ekonomi dengan objek komoditas pertanian yang
umum dibudidayakan secara Urban Farming, sedangkan
dalam penelitian ini dimensi penelitiannya ditambah tiga
281

dimensi yaitu dimensi sosial, dimensi kelembagaan dan


dimensi teknologi dengan objek komoditas khusus buah.

Hasil dan 1. Hasil analisis MDS Rap-Maks-Urfarm menunjukkan


Kesimpulan nilai indeks keberlanjutan multi dimensi urban
farming di Kota Makassar sebesar 48,52%, dimana
nilai indeks pada rentang 25,01 hingga 50%
menunjukkan status kurang berkelanjutan
2. Analisis MDS Rap-Maks-Urfarm menunjukkan nilai
indeks keberlanjutan dimensi ekologi sebesar 42,66%,
dan nilai indeks pada rentang 25,01 - 50%
menunjukkan kurang berkelanjutan. Selanjutnya
analisis leverage atribut dimensi ekologi menunjukkan
empat atribut yang sensitif atau berpengaruh dominan
terhadap nilai indeks keberlanjutan, yaitu kondisi
irigasi, tingkat penggunaan pupuk dan pestisida,
pengolahan limbah organik, dan jenis tanaman
dominan yang dibudidayakan.
3. Hasil analisis MDS Rap-Maks-Urfarm menunjukkan
nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi sebesar
50,69%, dan nilai indeks pada rentang 50,01 - 75%
menunjukkan cukup Berkelanjutan. Selanjutnya
analisis leverage atribut dimensi ekonomi
menunjukkan tujuh atribut yang sensitif atau
berpengaruh dominan terhadap nilai indeks
keberlanjutan yaitu kontribusi pendapatan urban
farming terhadap ekonomi keluarga, ketersediaan
modal untuk urban farming, produktivitas tanaman
yang diusahakan. , pemberian insentif urban farming,
kelayakan ekonomi urban farming, tingkat kontribusi
urban farming terhadap pangan/gizi rumah tangga
kontribusi urban farming terhadap kebutuhan rumah
tangga dan harga input urban farming.

Kesimpulan :
Perkembangan urban farming di Kota Makassar berstatus
kurang berkelanjutan dengan indeks multidimensi
48,52%. Secara parsial dimensi ekonomi berstatus cukup
lestari dengan indeks 50,69%, sedangkan dimensi ekologi
berstatus kurang lestari dengan indeks 42,66%.

Saran Dari 23 atribut dimensi keberlanjutan dianalisis terdapat


11 atribut yang perlu segera dibenahi karena berpengaruh
sensitif terhadap peningkatan indeks dan status
keberlanjutan urban farming di Kota Makassar.
282

Jurnal 3
Penelitian Sustainability of garlic cultivation at Tegal Regency,
Central Java Province, Indonesia. Mar'atusholikha et al
(2019)

Metode Responden dalam penelitian ini terdiri dari kelompok


tani, pejabat pemerintah dari Bappeda, Kementerian
Pertanian, dan Kementerian Pekerjaan Umum..

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status


keberlanjutan budidaya bawang putih, dan untuk
mengetahui faktor-faktor pengungkit yang sensitif
terhadap keberlanjutan budidaya bawang putih.

Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2019


di Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Tingkat keberlanjutan berdasarkan analisis terhadap lima


dimensi yaitu dimensi ekologi (dengan 9 atribut), dimensi
ekonomi (dengan 10 atribut), dimensi sosial (dengan 8
atribut), dimensi kelembagaan dan hukum (dengan 8
atribut) dan dimensi infrasturktur/teknologi (dengan 8
atribut).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah


Multidimensional Scaling (MDS), yaitu mengevaluasi
atribut dari setiap dimensi yang telah ditentukan .

Persamaan dan Persamaan:


Perbedaan Penelitian Mar’atussolikha et al (2019) dengan penelitian
ini adalah sama-sama menganalisis lima dimensi untuk
keberlanjutan usaha bidang pertanian dengan analisis
Multidimensional Scalling (MDS) metode Rapfish.

Perbedaan:
Sistem pertanian yang dianalisis keberlanjutanya pada
penelitian Mar’atussolikha et al (2019) adalah sistem
pertanian konvensional dengan objek komoditas Bawang
Putih, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan
sistem pertanian modern (Urban Farming) dengan objek
komoditas buah.

Hasil dan 1. Hasil MDS pada dimensi lingkungan menunjukkan


Kesimpulan bahwa indeks status keberlanjutan adalah 65,21.
Artinya cukup berkelanjutan. Faktor pengungkit yang
mempengaruhi adalah penggunaan pestisida dengan
nilai 8,85, pemanfaatan limbah dengan nilai 7,60, dan
rencana tanam 6,19.
2. Hasil MDS pada dimensi ekonomi menunjukkan
283

bahwa indeks status keberlanjutan adalah 43,06.


Artinya kurang berkelanjutan. Faktor leverage yang
mempengaruhi adalah tingkat konsumsi dengan nilai
10,45, produktivitas tanaman dengan nilai 8,39, dan
efisiensi tenaga kerja dengan nilai 8,34.
3. Hasil MDS pada dimensi sosial menunjukkan indeks
status keberlanjutan sebesar 77,90 yang berarti sangat
berkelanjutan. Faktor daya ungkit yang berpengaruh
adalah pola pengelolaan lahan dengan nilai 8,86,
pemberdayaan masyarakat dengan nilai 4,76, dan
kegiatan penyuluhan pertanian dengan nilai 4,54.
4. Hasil MDS menunjukkan bahwa dimensi infrastruktur
dan teknologi memiliki nilai 57,16 yang berarti berada
pada kategori cukup berkelanjutan. Faktor leverage
yang berpengaruh adalah infrastruktur dan teknologi
dengan nilai 8,38, akses perkembangan teknologi
dengan nilai 6,65.
5. Hasil MDS menunjukkan bahwa dimensi hukum dan
kelembagaan memiliki indeks status keberlanjutan
sebesar 83,88. Artinya sangat berkelanjutan. Faktor
leverage yang berpengaruh adalah kelembagaan
pemasaran dengan nilai 5,65 dan penerapan
perusahaan konversi lahan dengan nilai 4,49.

Kesimpulan :
Hasil analisis MDS menunjukkan nilai indeks
keberlanjutan usahatani bawang putih di Kabupaten Tegal
sebesar 65,44 yang berarti cukup berkelanjutan. Faktor
pengungkit adalah penggunaan pestisida, pengolahan
limbah, rencana penanaman, tingkat konsumsi,
produktivitas, efisiensi tenaga kerja, pola pengelolaan
lahan, pemberdayaan masyarakat, penyuluhan, teknologi
penyimpanan, akses teknologi, kelembagaan pemasaran,
dan implementasi kebijakan alih fungsi lahan.

Saran Dengan intervensi kebijakan yang dilakukan secara


bertahap, nilai status keberlanjutan dapat ditingkatkan
menjadi kategori berkelanjutan.
284

Jurnal 4
Penelitian Sustainability Analysis of Ornamental Plants Farming in
Makassar. Riska Tiasmalomo, Didi Rukmana,
Mahyuddin, Ridha Anugerah Putra (2021).

Metode Responden dalam penelitian ini terdiri dari petani


tanaman hias di Makassar.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indeks


keberlanjutan masing-masing dimensi ekologi, ekonomi,
sosial, dan teknologi serta mengidentifikasi atribut
sensitif yang menentukan keberlanjutan budidaya
tanaman hias di Makassar.

Sampel penelitian ini adalah 30 orang petani yang


tersebar di beberapa kecamatan di Makassar.

Tingkat keberlanjutan berdasarkan analisis terhadap


empat dimensi yaitu dimensi ekologi (dengan 5 atribut),
dimensi ekonomi (dengan 5 atribut), dimensi sosial
(dengan 3 atribut), dan dimensi teknologi (dengan 4
atribut).

Penilaian indeks dan status keberlanjutan bisnis dapat


dinilai melalui analisis skala multidimensi (MDS).

Persamaan dan Persamaan :


Perbedaan Penelitian Riska Tiasmalomo, Didi Rukmana,
Mahyuddin, Ridha Anugerah Putra (2021) dengan
penelitian ini adalah sama-sama menganalisis
keberlanjutan usaha bidang pertanian dengan analisis
Multidimensional Scalling (MDS) metode Rapfish.

Perbedaan :
Objek penelitian Riska Tiasmalomo, Didi Rukmana,
Mahyuddin, Ridha Anugerah Putra (2021) yang dianalisis
adalah komoditas tanaman hias sedangkan dalam
penelitian ini adalah komoditas buah.

Hasil dan 1. Berdasarkan temuan keberlanjutan ekologis, budidaya


Kesimpulan tanaman hias di Makassar dikategorikan kurang
berkelanjutan, dimana atribut sensitif yang mengatur
kelestarian ekologis adalah frekuensi pengelolaan
limbah tanaman, sumber air, dan pemanfaatan limbah
tanaman.
2. Terkait dengan keberlanjutan ekonomi budidaya
tanaman hias di Makassar yang dikategorikan kurang
berkelanjutan, dua atribut yang sensitif menentukan
keberlanjutan ekonomi budidaya tanaman hias di
285

Makassar adalah skala pasar dan profitabilitas.


3. Selanjutnya, keberlanjutan sosial budidaya tanaman
hias di Makassar yang dikategorikan kurang
berkelanjutan memiliki dua atribut yang sensitif yaitu
status lahan usaha dan tanda daftar perusahaan.
4. Keberlanjutan teknologi budidaya tanaman hias di
Makassar dikategorikan kurang berkelanjutan dan
memiliki dua atribut sensitif yaitu penggunaan
teknologi modern dan frekuensi penggunaan teknologi
ramah lingkungan.

Kesimpulan :
Nilai indeks keberlanjutan budidaya tanaman hias di
Makassar pada setiap dimensi (ekologi, ekonomi, sosial,
dan teknologi) dikategorikan kurang berkelanjutan.
Analisis leverage menggambarkan sembilan atribut
sensitif yang terlibat dalam menentukan keberlanjutan
budidaya tanaman hias di Makassar, yaitu frekuensi
pengelolaan limbah tanaman, sumber air, pemanfaatan
limbah tanaman, skala pasar, profitabilitas, status lahan
usaha, tanda daftar perusahaan, penggunaan sarana
modern. teknologi, dan frekuensi penggunaan teknologi
ramah lingkungan.

Saran Diperlukan dukungan Pemerintah untuk menyediakan


kawasan usaha khusus tanaman hias di Makassar,
sehingga seluruh petani dapat dikelompokkan dalam satu
zona (kawasan) mengikuti konsep keberlanjutan ekologi,
ekonomi, sosial, dan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai