Dosen pengampu :
Dr. Rizal, S.P., M.P
Oleh :
Danny Dwi Damara (P601222956)
PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Perencanaan Sumber Daya Manusia bertanggung jawab untuk mengatur orang yang
tepat untuk pekerjaan yang tepat dari semua sumber yang tersedia. Selain itu,
Perencanaan SDM juga mengantisipasi kekosongan yang timbul karena promosi,
transfer, pensiun, pemutusan hubungan kerja, sehingga bisnis perusahaan yang
bersangkutan tidak terpengaruh dari kekosongan tersebut. Perencanaan SDM ini juga
tidak hanya memperhatikan posisi kosong yang akan diisi, tetapi juga menekankan pada
mempekerjakan orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat.
2
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Perencanaan SDM (Sumber Daya Manusia) menurut Para Ahli
Berikut dibawah ini adalah beberapa definisi dan pengertian SDM menuru
para ahli: Pengertian Perencanaan SDM menurut Andrew E. Sikula (1981:145),
Perencanaan sumber daya manusia adalah proses menentukan kebutuhan tenaga
kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya
berinteraksi dengan rencana organisasi”.
3
ini, akan memberikan ide ataupun gambaran tentang pekerjaan apa yang
harus dilakukan dalam organisasi.
Apabila tujuan organisasi adalah pertumbuhan dan perluasan yang cepat,
maka dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja di semua kegiatan fungsional
dan departemen untuk memenuhi tantangan peningkatan pangsa pasar,
keuangan, ukuran aset, pasar baru, inventaris dan riset produk baru. Strategi
pertumbuhan baru organisasi membutuhkan sejumlah besar tenaga kerja
terampil. Departemen Sumber Daya Manusia perlu melakukan rekrutmen
dan pelatihan cepat untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia organisasi
2. Melakukan Inventarisasi Sumber Daya Manusia Saat Ini
Setelah mengetahui Pekerjaan yang tersedia melalui analisis tujuan organisasi,
tahap selanjutnya adalah mengetahui informasi-informasi tentang sumber
daya manusia yang tersedia saat ini. Mulai dari jumlah tenaga kerja, kapasitas
dan kemampuan, latar belakang pendidikan, kinerja hingga potensi-potensi
mereka. Inventarisasi SDM ini tidak hanya pada
SDM yang ada pada internal organisasi saja (sumber internal) tetapi juga
harus mempertimbangkan SDM yang berasal dari sumber eksternal seperti
kandidat-kandidat yang dapat direkrut sebagai karyawan dan juga kandidat dari
agen penyedia tenaga kerja.
3. Perkiraan Permintaan dan Pasokan Sumber Daya Manusia
Setelah memiliki inventaris sumber daya manusia yang lengkap, tahap
selanjutnya adalah memperkirakan tenaga kerja yang diperlukan untuk masa yang
akan datang. Organisasi atau perusahaan akan mempertimbangkan apakah
perlu adanya penambahan tenaga kerja, apakah perlu meningkatkan
produktivitas dan kemampuan karyawan saat ini melalui pelatihan dan
pengembangan keterampilan baru dan apakah ada kandidat-kandidat yang
berpotensi untuk direkrut menjadi karyawan untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan
tersebut.
4. Memperkirakan Kesenjangan Sumber Daya Manusia
Perbandingan antara Permintaan dan Pasokan Sumber Daya Manusia ini
akan menghasilkan “kelebihan” atau “kekurangan” terhadap SDM yang
diperlukan. Apabila terjadi kekurangan SDM, maka yang harus dilakukan adalah
melakukan pengrekrutan karyawan baru atau melakukan peningkatan
produktivitas dan kinerja dengan menggunakan karyawan yang
tersedia pada saat ini. Namun apabila terjadi kelebihan SDM, maka organisasi
atau perusahaan harus melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap
karyawannya.
5. Merumuskan Rencana Tindakan Sumber Daya Manusia
Rencana tindakan SDM ini tergantung pada hasil perkiraan kesenjangan SDM
yaitu kelebihan ataupun kekurangan dalam organisasi. Apakah diperlukan
perekrutan baru, pelatihan, mutasi atau transfer antar departemen atau
bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK).
6. Pemantauan, Pengendalian dan Umpan Balik
4
Setelah menerapkan rencana tindakan SDM, inventaris atau persediaan SDM
harus diperbaharui selama periode tertentu. Rencana aksi ini harus dipantau dan
mengidentifikasikan kelemahan-kelemahannya untuk diambil tindakan
selanjutnya. Perbandingan antara Rencana SDM dengan penerapan aktual harus
dilakukan untuk memastikan tindakannya sesuai dengan ketersediaan jumlah
karyawan yang diperlukan untuk berbagai pekerjaan pada organisasi yang
bersangkutan
5
terspesialisasi yang selanjutnya dapat memperoleh output lebih tinggi. Unsur
organisasi terdiri dari:
4. Unsur – Unsur Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi desain pekerjaan adalah tersedianya
tenaga kerja yang potensial, yang mempunyai kemampuan dan kualifikasi
yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan pengharapan – pengharapan
sosial, yaitu dengan tersedianya lapangan kerja serta memperoleh kompensasi
dan jaminan hidup yang layak (Handoko, 2000).
5. Unsur – Unsur Perilaku
6. Unsur perilaku menurut Sondang (2003) perlu diperhitungkan dalam
mendesain pekerjaan. Unsur perilaku tersebut terdiri dari:
Otonomi bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Bawahan diberi
wewenang untuk mengambil keputusan atas pekerjaan yang dilakukan.
Variasi merupakan pemerkayaan pekerjaan yang bertujuan untuk
menghilangkan kejenuhan atas pekerjaan yang rutin, sehingga kesalahan –
kesalahan dapat diminimalkan.
Identitas tugas untuk memepertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan
pekerjaan, maka pekerjaan harus diidentifikasikan, sehingga kontribusinya
terlihat yang selanjutnya akan menimbulkan kepuasan.
Umpan balik diharapakan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan
mempunyai umpan balik atas pelaksanaan pekerjaan yang baik, sehingga
akan memotivasi pelaksanaan pekerjaan selanjutnya
7. Metode Job Design
Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai cara tersendiri dalam membuat
desain pekerjaan untuk seluruh anggota sesuai bagiannya masing-masing.
Dalam membuat desain pekerjaan komunikasi antara atasan dan bawahan harus
diperhatikan karena desain pekerjaan dalam suatu organisasi dan proses
komunikasi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan (Sunarto, 2005). Inti dalam
membuat desain pekerjaan adalah bagaimana membuat semua pekerjaan
yang ada disusun secara sistematis. Desain pekerjaan membantu dalam
menjelaskan pekerjaan apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakan
pekerjaan tersebut, berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan
bagaimana ketentuan yang harus dijalankan sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan (Sunarto, 2005). Dalam job design terdapat 3 metode, yaitu
job rotation, job enlargement, dan job enrichment. Suatu organisasi tidak harus
menggunakan ketiga metode job design secara bersamaan tergantung kondisi
organisasi tersebut.Berikut gambaran umum tentang job rotation, job
enlargement, dan job enrichment.
6
8. Job Rotation
Job Rotation adalah meningkatkan variasi tugas yang dimiliki seseorang dengan
cara memindahkan seorang petugas untuk melakukan tugas yang lain yang
berbeda dengan sebelumnya atau biasa disebut dengan rolling. Rolling dapat
dilakukan dalam bagian, antar bagian yang berbeda atau dalam unit yang ada dan
dalam pelaksanaan nya dilakukan secara periodik.Job rotation dilakukan secara
berulang-ulang sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.
Kelebihan job rotation
Kelebihan dari job rotation antara lain adalah mengurangi rasa jenuh dari para
pekerja dalam mengerjakan tugas–tugasnya. Job rotation membuat pegawai,
dari keahlian yang sempit menjadi lebih luas yang dapat melaukukan berbagai
hal.
Kekurangan job rotation
Dalam penerapannya, job rotation dinilai masih memiliki beberapa
kekurangan, antara lain, yaitu:
Kemampuan setiap pekerja berbeda. Seorang pekerja hanya bisa
menguasai satu jenis pekerjaan saja pada saat itu saja.
Apabila ada kekosongan pekerja pada suatu pekerjaan, pekerja lain tidak
bisa mengganti, dikarenakan pekerja lainnya hanya menguasai satu jenis
pekerjaan di waktu tersebut akibatnya proses produksi terputus di tengah
jalan.
7
2.4 Ergonomik dan Lingkungan Kerja
Ergonomi berasal dari bahasa yunani yaitu Ergon (kerja) dan Nomos
(hokum alam) maksudnya adalah ergonomic merupakan suatu cabang ilmu
yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu system kerja
sehingga orang dapat hidup dan bekerja dalam system itu dengan baik, yaitu
mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman,
dan nyaman. Ergonomic berkenaan juga dengan optimasi, efisiansi, kesehatan,
keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan di tempat
rekreasi.
1. Antropometri
Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus
mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga
meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh.
Antropometri dapat dibagi menjadi:
Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis adalah ukuran tubuh atau karakteristik tubuh
dalam keadaan bergerak, atau memperhatikan gerakan-gerakan yang
mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatan.
Contoh : putaran sudut tangan, sudut putaran pergelangan kaki.
Antropometri Statis
Antropometri statis merupakan ukuran tubuh dan karakteristik tubuh
dalam keadaan diam (statis) untuk posisi yang telah ditentukan atau standar.
Contoh : tinggi badan, lebar bahu
8
2. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang tidak kondusif untuk bekerja mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan seseorang yang sedang di laksanakan. Aspek
lingkungan kerja sangat mempengaruhi prestasi pekerjaan para pekerja.
Lingkungan kerja meliputi :
Kondisi kerja.
Waktu kerja.
Lingkungan sosial
3. Sikap kerja
Sikap kerja yang bertentangan dengan sikap alamai tubuh manusia akan
bebrdampak buruk bagi kesehatan setiap pekerja, karena akan menimbulkan
kelelahan dan cidera otot-otot. Dalam sikap yang tidak alamiah banyak terjadi
gerakan otot-otot yang tidak emestinya, hal tersebut yang mengakibatkan cidera
pada otot.
4. Interaksi manusia dengan peralatan kerja (mesin)
Interaksi manusia dengan mesin adalah keserasian manusia dengan mesin
atau peralatan kerja yang digunakan. Ketidak serasian antara pekerja dengan
mesin atau peralatan kerja yang digunakannya akan berdapak pada kesehatan
tubuh sipekerja itu sendiri.
5. Kondisi kerja
Lingkungan kerja fisik mencakup segala hal dari fasilitas parkir di luar
gedung perusahaan, lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah cahaya dan
suara yang menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga kerja.
6. Waktu kerja
Lama jam kerja per hari atau per minggu penting untuk dikaji untuk mencegah
adanya kelelahan berlebihan. Kerja dikatakan efisien apabila waktu
penyelesaian berlangsung singkat. Untuk menghitung waktu (standar time)
penyelesaian pekerjaan maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik
pengukuruan kerja. Pengukuran kerja adalah suatu metode penetapan
keseimbangan antara kegiatan manusia dikontribusikan dengan unit output
yang dihasilkan. Waktu baku diperlukan terutama untuk perencanaan kebutuhan
tertentu tenaga kerja (man power planning), estimasi biaya untuk upah
karyawan, penjadwalan produksi dan penganggaran, perencanaan sistem,
pemberian bonus (insentif) bagi karyawan yang berprestasi, indikasi keluaran
yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
7. Social
Termasuk di dalamnya bagaimana pekerja diorganisir dalam melaksanakan
tugastugasnya, interaksi sosial sesama pekerja, khususnya menghadapi teknologi
baru. Di samping itu pekerjaan yang dilaksanakan bila tidak sesuai dengan
kemampuan dan kapasitasnya akan menimbulkan stress psikologis dan
problema kesehatan. Karenanya kondisi sosial ini banyak seharusnya
dimanfaatkan oleh pimpinan tempat kerja untuk membina dan membangkitkan
motivasi kerja, seperti sistem penghargaan bagi yang berhasil dan hukuman bagi
yang salah dan lalai bekerja.
9
2.4.2 Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatam Kerja)
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah
institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara
kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. Faktor Ergonomi sangat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Faktor-faktor Risiko ergonomi
adalah unsur-unsur tempat kerja yang berhubungan dengan ketidak nyamanan yang
dialami pekerja saat bekerja, dan jika diabaikan, lama-lama bisa menambah
kerusakan pada tubuh pekerja diakibatkan kecelakaan. Secara garis besar, faktor-
faktor ergonomi yang menyebabkan risiko sakit atau cacat dapat dipaparkan
sebagai berikut:
1. Repetitive Motion
Repetitive Motion atau melakukan gerakan yang sama berulang-ulang. Resiko
yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas tersebut dilakukan,
kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya otot yang terlibat
dalam kerja tersebut
2. Awkward Postures
Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima otot
pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi reaching, twisting,
bending, kneeling, squatting, working overhead dengan tangan maupun lengan,
dan menahan benda dengan posisi yang tetap.
3. Contact stresses
Tekanan pada bagian tubuh yang diakibatkan karena sisi tepi atau ujung dari
benda yang berkontak langsung. Hal ini dapat menghambat fungsi kerja syaraf
maupun aliran darah.
4. Vibration
Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh kontak
dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power handtool dan
pengoperasian forklift mengangkat beban
5. Forceful exertions (termasuk lifting, pushing, pulling)
Force adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
seperti mengangkat benda berat.
6. Duration
Durasi menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan suatu
pekerjaan. Semakin lama durasinya dalam melakukan pekerjaan yang sama
akan semakin tinggi resiko yang diterima dan semakin lama juga waktu yang
diperlukan untuk pemulihan tenaganya.
7. Static Posture
Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat, pengerutan
supplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda halnya, dengan kondisi
yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia untuk menghilangkan hasil
buangan melalui kontraksi dan relaksasi otot.
8. Physical Environment; Temperature & Lighting
10
Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara dan alat-
alat pendingin dapat mengurangi keterampilan tangan dan merusak daya sentuh.
penggunaan otot yang berlebihan untuk memegang alat kerja dapat menurunkan
resiko ergonomik.
9. Other Condition
Kekurangan kebebasan dalam bergerak adalah dipertimbangkan sebagai
faktor resiko, ketika pekerjaan operator dengan sepenuhnya telah di perintah
oleh orang lain.
Analisis pekerjaan terdiri atas dua kata, analisis dan pekerjaan. Analisis berarti sifat
uraian, penguraian atau kupasan, sedangkan pekerjaan adalah barang yang
dilakukan (diperbuat, dikerjakan, dan sebagainya), tugas kewajiban, hasil
bekerja atau perbuatan. Sasrohadiwiryo dan B. Siswanto mengartikan, analisis
adalah merupakan aktivitas berpikir untuk menjabarkan pokok persoalan
menjadi bagian, komponen, atau unsur, serta kemungkinan keterkaitan
fungsinya. Sedangkan pekerjaan adalah sekumpulan/sekelompok tugas dan
tanggung jawab yang akan, sedang dan telah dikerjakan oleh tenaga kerja dalam
kurun waktu tertentu. Dengan demikian analisis pekerjaan dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas untuk mengkaji, mempelajari, mengumpulkan, mencatat,
dan menganalisis ruang lingkup suatu pekerjaan secara sistematis dan sistemik.
Analisis pekerjaan dalam siklus manajemen SDM memiliki kedudukan yang sangat
penting. Hal ini dikarenakan, analisis pekerjaan ini sangat menentukan
bagaimana output kinerja para karyawan di suatu perusahaan atau sekolah yang itu
sangat menentukan kualitas atau mutu produk yang dihasilkan. Dalam
aplikasinya, analisis pekerjaan memiki beberapa tujuan dalam proses manajemen
SDM. Menurut Jacson, analisis pekerjaan juga bermanfaat dalam pencapain
sejumlah tujuan khusus sebagai berikut:
11
Dipergunakan sebagai dasar pelatihan, perencanaan karir, dan pengembangan
karir.
Digunakan dalam penentuan nilai relatif suatu pekerjaan, dan oleh karena
itu bermanfaat untuk memelihara kewajaran upah baik secara exsternal maupun
internal.
Dapat berperan sebagai alat untuk memudahkan desain ulang dan
perubahan pekerjaan.
Dapat memperlancar perubahan organisasi dengan mengenali pengulangan
yang tidak perlu selama berlangsungnya merger, akuisisi, dan perampingan.
Mengarahkan supervisor dan para pemengang jabatan dalam menulis referensi
dan menyiapkan resume, baik pada waktu keluarnya karyawan maupun
pada waktu mencari karyawan baru
Berbeda dengan Jacson, menurut Triton, dalam sektor publik maupun swasta, ada 12
tujuan analisis pekerjaan yang digunakan, yaitu:
12
Jadi, dalam melakukan aktifitas pekerjaan, para karyawan tidak asal-asalan
dalam melakukan pekerjaan. Segala yang berkaitan dengan teknis pekerjaan
diatur dalam analisis pekerjaan ini. Semakin cermat analisis pekerjaan yang
dilakukan, terutama dalam awal masa perekrutan akan sangat bermanfaat dalam
meningkatkan kualitas pekerjaan karyawan yang juga otomatis akan juga
meningkatkan mutu produk suatu perusahaan. Apabila dalam sekolah, maka akan
dapat menghasikan mutu lulusan yang baik dalam aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Pekerjaan Melakukan analisis pekerjaan, ada banyak aspek yang harus di analisis.
Menurut Walker, sebagaimana dikutip oleh Kaswan, aspek-aspek yang dibahas
dalam analisis pekerjaan adalah seperti di bawah ini:
Output pekerjaan
Aktivitas/ Tugas Yang Dilakukan.
Kompetensi.
Struktur Gaji
13
Secara sederhana, analisis pekerjaan merupakan kegiatan pengumpulan data
tentang pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan dan kemudian dianalisis untuk
berbagai keperluan. Karena jenis data dan informasi begitu beragam, maka
penggunaanya dapat dipakai untuk tujuan yang sama atau berbeda. Syaratsyarat
teknis analisis pekerjaan yang diperlukan meliputi:
14
2.6.1 Standard Kerja Operasi
Standar tenaga kerja yang baik merupakan satu persyaratan pada pabrik manufaktur
di Amerika yang lebih dari separuhnya menggunakan sIstem insentif pekerja.
Berikut ini diberikan beberapa keuntungan atau manfaat penggunaan standar operasi/
produksi dalam perusahaan:
Dapat dikuranginya macam bahan baku maupun barang jadi yang harus
ada dalam persediaan.
Dengan adanya standardisasi barang-barang jadi maka pembuatannya pun
menjadi lebih mudah dalam arti tidak perlu dilakukan penghitungan atau
perubahan ukuran, sifat barang setiap mulai produksi sehingga akan menghemat
waktu, tenaga dan modal.
Dengan dihematnya waktu pembuatan maka penyerahan barang jadi ke
konsumen akan dapat tepat waktu.
Pengiriman barang tidak akan salah karena barang-barang telah dikelompokkan
terlebih dulu berdasarkan standarnya masing-masing.
Untuk menentukan metode kerja yang baik, kita harus menyusun diagram
tali (string diagram), diagram aliran proses dan diagram simo (simultaneous
motion chart).
15
1. Diagram Tali (String Diagram)
Bagan tali merupakan suatu bagan atau model yang dengan menggunakan tali
mengikuti dan mengukur jalah yang dilalui pekerja, bahan atau perlengkapan
selama berlangsungnya suatu urutan peristiwa tertentu.
Langkah- langkah dalam membuat diagram tali adalah sebagai
berikut:
Menyusun kegiatan- kegiatan yang dilakukan pekerja dalam melakukan
pekerjaan.
Menyediakan papan yang digunakan untuk membantu kita dalam
menyusun kegiatan proses produksi.
Benang atau tali digunakan untuk mengikuti jalannya proses produksi,
yaitu dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
Menganalisa yaitu dengan memindah- mindahkan tempat kerja yang satu
ke yang lain, sehingga diperoleh jarak antara satu tempat ke tempat yang
lain yang lebih efisien
2. Diagram Aliran Proses/ Flow Chart
Diagram aliran proses/ Flow Chart ini merupakan kelanjutan dari diagram
tali, sebab setelah diketahui proses produksi yang efisien ditentukan
dengan diagram tali dan dibuat diagram proses, kemudian kita
menentukan aliran proses.
Langkah- langkah dalam menyusun diagram aliran proses adalah sebagai
berikut:
Mencatat uraian kegiatan para pekerja.
Mempersiapkan formulir atau bagan aliran proses yang akan digunakan.
Memahami arti dari simbul- simbul yang digunakan dalam
menyusun bagan aliran proses.
Mengamati dan membuat aliran serta mencatat waktu dari kegiatan
pertama ke kegiatan berikutnya yang dilakukan oleh para pekerja.
Menganalisa kegiatan- kegiatan mana yang sebenarnya tidak perlu
dilakukan dan kegiatan- kegiatan mana yang harus tetap dilakukan.
3. Diagram Simo (Simultaneous Motion Chart)
Diagram simo ini mencatat tentang gerakan tangan kiri dan kanan pekerja
dalam melakukan pekerjaannya serta mencatat waktu yang diperlukan
setiap gerakan tangan baik tangan kanan maupun tangan kiri. Bagan proses
dua tangan merupakan bagan proses untuk mencatat aktifitas tangan pekerja
dalam hubungannya satu terhadap yang lain. Analisa gerak dua tangan ini
tujuannya untuk menyusun dan mendapatkan gerak yang paling
ekonomis. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk menyusun gerak yang
paling ekonomis adalah sebagai berikut:
Penggunaan anggota badan.
Tempat kerja
Penyusunan peralatan dan perlengkapan.
16
Simbul- simbul yang dipakai atau digunakan dalam bagan simo adalah
sebagai berikut:
Secara umum standar dalam perusahaan akan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
yakni:
Standar tenaga kerja modern diawali dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fredrick Taylor, Frank Gilberth, dan Lillian Gilberth di awal abad ke-20. Saat
itu, sebagaian besar pekerjaan dikerjakan secara manual yang mengakibatkan
besarnya peran pekerja dalam satu produk. Informasi yang diketahui
tentang hal- hal yang termasuk dalam satu hari kerja normal hanya sedikit
sehingga manajer memulai suatu penelitian untuk meningkatkan metode kerja
dan memahami usaha manusia.
17
2.6.3 Sumber Standard Kerja
Untuk dapat menyusun standar produksi dalam perusahaan dengan baik, maka
manajemen perusahaan selayaknya perlu untuk mengetahui dan menentukan
sumber standar produksi yang akan dipergunakan. berikut ini beberapa sumber
standar yang dikelompokkan menjadi empat sumber. pemisahan sumber
standar menjadi empat tersebut di atas didasarkan pada luas pemakaian
standar produksi yang dipergunakan, atau banyak dan sedikitnya pemakai standar.
Keempat sumber standar tersebut adalah:
Aktivitas perusahaan
Asosiasi Perusahaan dan Masyarakat
Standar Nasional
Standar Internasional
18
berdasarkan hal tersebut, maka penyusun standar produksi paling tidak harus
memiliki pengetahuan dan kemampuan sebagai berikut:
Pengetahuan teknis yakni pengetahuan tentang pelaksanaan
operasi/produksi dalam perusahaan. Misalnya, mengetahui masalah-
masalah teknis mesin dan peralatan yang digunakan oleh perusahaan,
mempunyai latar belakang pengetahuan yang kuat tentang mesin dan
peralatan yang digunakan, mengetahui dengan baik tentang urutan
pelaksanaan proses produksi, dan mengikuti perkembangan teknologi
dari mesin dan peralatan yang digunakan.
Keahlian dalam hubungan karyawan. Misalnya, dpat mengerti dan
memahami karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut, mempunyai
kemampuan dalam pengendalian karyawan, dapat memberikan
pengarahan dan penjelasan, dapat menempatkan karyawannya sesuai
dengan kemampuan mereka.
Pengalaman dalam mengelola perusahaan. Misalnya mempunyai dasar
pengetahuan yang cukup dalam hubungannya dengan tahap atau fase
pelaksanaan proses produksi, serta hubungan antar fase, mengetahui dengan
pasti tentang pelaksanaan operasi dari masingmasing bagian produksi,
mengetahui pelaksanaan tugas sehari-hari dari bagian-bagian lain,
mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bertanggung jawab, dapat
menggunakan wewenang dengan baik, serta mempunyai inisiatif kerja.
3. Pendekatan Dalam Penyusunan Standard
Ada beberapa pendekatan antara lain:
Pendekatan individual yaitu pendekatan penyusunan standar produksi yang
dilaksanakan oleh seorang ahli.
Pendekatan Bersama, merupakan pendekatan penyusunan standar produksi
yang dilaksanakan secara bersama-sama dari beberapa bagian dalam
perusahaan.
Pendekatan Gabungan, merupakan pendekatan penyusunan standar produksi
yang merupakan gabungan dari pendekatan individual dan pendekatan
bersama. Artinya secra bersama-sama bagian-bagian yang ada dalam
perusahaan menyusun standar produksi di bawah bimbingan dan pengarahan
seorang ahli
2.6.4 Teknik Penyusunan Standard
Beberapa metode untuk menerapkan standardisasi dalam perusahan antara lain:
1. Spesifikasi. yang dimaksud spesifikasi dalam standar produksi adalah
batasan-batasan atau keterangan-keterangan yang berhubungan dengan
karakteristik suatu produk, proses, bahan dan lain-lain.
2. Simplifikasi. yang dimaksud dengan simplifikasi dalam standar produksi
adalah pengurangan variasi pelaksanaan proses produksi yang terdapat dalam
perusahaan.
3. Keputusan manajemen. manajemen dapat mengeluarkan keputusan-
keputusan yang dapat digunakan sebagai standar produksi dalam perusahaan
yang bersangkutan.
19
4. Standar Tercetak merupakan standar yang dinyatakan secara tertulis.
Kegunaan Pengukuran Kerja Dalam proses penetapan standar itu, mungkin akan
diperlukan pengukuran kerja:
20
d. Memberi keterangan mengenai dasar perencanaan dan pembagian waktu
produksi, termasuk yang diperlukan oleh pabrik dan tenaga kerja dalam rangka
pelaksanaan rencana kerja serta pemanfaatan kapasitas yang tersedia.
e. Memberi keterangan sebagai dasar taksiran untuk penawaran harga
penjualan serta janji penyampaian barang.
f. Menetapkan standar penggunaan mesin serta prestasi tenaga kerja yang
selanjutnya dapat dipakai untuk maksud tersebut di atas dan sebagai penentuan
perangasang.
g. Memberi keterangan untuk pengawasan baiaya tenaga kerja dn untuk dapat
menetapkan dan mempertahankan biaya standar.
Teknik utama untuk melaksanakan pengukuran kerja antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian waktu.
a. Mengambil sampling kegiatan dan kelanjutannya yanki sampling kegiatan
bertingkat.
b. intesa dari keterangan standar.
c. Sistem waktu gerak yang ditetapkan sebelumnya.
d. Mengadakan taksiran.
e. Mengadakan taksiran analitis.
f. Mengadakan taksiran perbandingan.
2. Luas Kegiatan.
Biasanya bagian penelitian kerja diharapkan melaksanakan hal- hal berikut:
a. Penelitian metode mengenai pekerjaan dan operasi yang ada, menuju penetapan
metode yang diperbaiki.
b. Pengukuran kerja dan penetapan standar waktu.
c. Mempelajari perubahan yang diusulkan mengenai pekerjaan petugas
khususnya
d. menyiapkan rancangan tata ruang mesin dan pabrik dalam hubungan
perluasan atau reorganisasi.
e. Menyususn secara rutin keterangan pemeriksaan untuk pengawas dan
manajemen sepanjang mereka ada sangkut pautnya dengan penggunaan waktu
pekerja dan hasil yang diperoleh.
f. Merancang dan menetapkan rancangan perangsang untuk pekerja. (Hendra
Poerwanto G)
21
d. Hitung waktu dan catat waktu elemen serta tingkat kinerja.
Merupakan suatu pembagian pekerjaan manual menjadi elemen dasar kecil yang
waktunya telah ditetapkan dan dapat diterima secara luas. Caranya dengan
menjumlahkan fakor waktu bagi setiap elemen dasar dari pekerjaan. Cara ini
membutuhkan biaya yang besar. Metode yang paling umum adalah metode
pengukuran waktu (MTM = Methods Time Measurement).
Standar waktu yang telah ditetapkan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
studi waktu yaitu:
22
4. Lakukan pengamatan dan catat aktifitas pekerja.
5. Tentukan bagaimana pekerja menghabiskan waktu mereka, biasanya dalam
persentase.
Fokus pada pengambilan sampel kerja adalah untuk menentukan bagaimana para pekerja
mengalokasikan waktu mereka diantara beragam aktifitas yang dilakukannya. Hal ini
dapat dicapai dengan menetapkan persentase waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja
pada aktifitas yang ada pada sejumlah waktu tertentu. Seorang analis hanya mencatat
aktifitas yang dilakukan secara acak.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
23
3.1 Kesimpulan
Pengelolaan usaha dalam Kelomok mauun Perusahaan sangat dierlukan
melakukan inovasi program untuk meningkatkan kuaalitas SDM yang
sesuai dengan kualifikasi tuntutan pekerjaan
Pengembangan produk diperlukan untuk menjawab tantangan dan persaingan
pasar.
Perlu mengeskplorasi kajian ilmiah dan dasar dasar literatur sebagai acuan dalam
pengambilan keutusan
Keputusan dalam MPO wajib menyertakan standard kerja mutu, desain pekerjaan
3.2 Kelebihan dan Kelemahan Pengambilan sampel pekerja dan studi waktu
a. Kelebihan yaitu:
1. Lebih murah karena cukup seorang pengamat untuk mengamati beberapa
pekerja secara bersamaan.
2. Pengamat tidak perlu latihan khusus dan tidak perlu pengukur waktu yang
khusus.
3. Penelitian dapat ditunda kapan saja karena hanya ada sedikit dampaknya
4. Pengambilan sampel secara spontan pada waktu panjang maka hanya sedikit
kesempatan para pekerja untuk mempengaruhi hasil penelitian.
5. Prosedur dan gangguan hanya sedikit sehingga tidak menimbulkan keberatan
bagi pekerja.
b. Kelemahan pada metode ini yaitu:
1. Tidak membagi elemen kerja selengkap studi waktu.
2. Hasilnya bisa bias atau tidak benar.
3. Karena tidak mengganggu, pengambilan sampel kerja cenderung kurang
akurat terutama jika pekerjaan tersebut siklusnya pendek.
DAFTAR USTAKA
24
Al-Bahra bin Ladjamudin. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Andri Feryanto & Endang Shyta Triana. (2015), Pengantar Manajemen (3 in I)
untuk Mahasiswa dan Umum. Yogyakarta: Mediatera.
Abdillah, F. Adib. (2009). “Perencanaan dan Penjadwalan Aktivitas Distribusi
Hasil Perikanan dengan Menggunakan Distribution Requirement
Planning (DRP) Studi kasus UD. Retro Gemilang Internasional –
Sidoarjo” diakses dari
https://adibfahrozi.files.wordpress.com/2010/01/jurnal-drp.pdf pada
tanggal 8 Maret 2015.
Andayani, Putu. (2007). “Perencanaan Penjadwalan Distribusi Produk
Dengan Metode DRP Di PT
Kharisma Esa – Ardi Surabaya” diakses dari
http://eprints.upnjatim.ac.id/2213/1/Putu_A_.pdf pada tanggal 5 Mei 2015.
Arend, R. J., & Wisner,J.D. (2005). “Small Business And Supply Chain
Management: Is There A Fit?”. Vol 20. Journal OfBusiness Venturing.
Assauri, Sofyan. (2004). “Manajemen Produksi Dan Operasi”. Jakarta:
Lembaga Penerbit FE-UI.
Baroto, Teguh. (2002). “Perencanaan Dan Pengendalian Produksi”. Cetakan
Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bozart, Cecil, C., & Hanfield, Robert, B. (2008). “Intoduction To
Operations And Supply Chain Management”. 2nd Edition. New Jersey:
Pearson Prentice Hall.Carter, William K (2009), Akuntansi Biaya Jilid 1,
Edisi ke-14, Salemba Empat, Jakarta.
Dwi Budiarti (1999), Sistem Informasi Manajemen, Mondial, Jakarta.
Eddy Herjanto. (2010), Manajemen Operasi, ed: Revisi, Gramedia, Jakarta.
Gaspersz, Vincent. (2005). “Production Planning And Inventory Control”.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Heizer, Jay. & Render, Barry. (2005). “Manajemen Operasi”. Edisi Ketujuh.
Jakarta: Salemba Empat.
Herjanto, Eddy. (2007). “Manajemen Operasi”. Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo.
Heizer, Jay & Barry Render. (2010). Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh
Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Heizer, Jay dan Barry Render. (2015), Operation Management (Manajemen
Operasi), ed. 11, Penerjemah: Dwi Anoegrah Wati S dan Indra Almahdy,
Salemba Empat, Jakarta.
Heizer, Jay and Render Barry. (2015). Manajemen Operasi : Manajemen
Keberlangsungan dan Rantai Pasokan, edisi 11. Salemba Empat. Jakarta.
Harjanto, Eddy (2008), Manajemen Operasi, Edisi ke-3, Grasindo, Jakarta.
Hartono, Jogiyanto. (2009). Sistem Teknologi Informasi.Yogyakarta : Andi.
25
Hani Handoko, (2010), Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia,
Edisi kedua, BPFE UGM Yogyakarta.
Irawati, Susan. 2006. Manajemen Keuangan. Cetakan Kesatu. PT.Pustaka ;
Bandung.
Indrajit, (2001), Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Object. Bandung,
Informatika.
Yamit, Zulian. 2003. Manajemen Kuantitatif Untuk Bisnis ( Operation Research ).
BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Yamit, Zulian. (2003). “Manajemen Produksi Dan Operasi”. Edisi Kedua.
Yogyakarta: FE UII.
Yohanes, Yahya. (2006). “Pengantar Manajemen”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kieso, Donald. E et al. (2009), Akuntansi Intermediate, Edisi ke-12 Jilid 1,
Erlangga, Jakarta
Malayu S. P. Hasibuan. (2014), Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah,
edisi Revisi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Manahan P. Tampubolon. (2014). Manajemen Operasi & Rantai Pemasok
(Operation and Supply-Chain Management). (edisi pertama). Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Moh Nasir. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Muhardi. (2011). Manajemen Operasi. PT. Refika Aditama. Bandung.
Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin. (2012). Manajemen Produksi
Modern, edisi Kedua, buku 2. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Martin, J. Andre. (1998). “Distribution Management’s Moist Powerful
Tool”. America: Oliverwight Limited Publication.
P. Siagian. 2006. Penelitian Operasional. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Prawirosentono, Suyadi. (2001). “Manajemen Operasi: Analisi Dan Studi Kasus”.
Jakarta: Bumi Aksara.
Rangkuti, Freddy. (2004). Manajemen Persediaan Aplikasi. Raja Grafindo
Persada; Jakarta.
Rangkuti, Freddy, (2007), Manajemen Persediaan, Rajawali Pers, Jakarta.
Rangkuti, Freddy. (2007). “Manajemen Persediaan: Aplikasi Dibidang Bisnis”.
Jakarta: Raja Grifindo Pustaka.
Robert G Murdick, dkk, 2002. Sistem Informasi Untuk Manajemen Modern,
Jakarta : Erlangga.
Riyanto, Bambang. (2001). “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”. Yogyakarta:
BPFE.
Ross, D. F., (2004). “Distribution Planning And Control: Managing In The
Era Of Supply Chain
Management”. 2nd Edition. Boston: Kluwer Academic Publishers.
26
Schroeder, Roger G., Susan Meyer Goldstein, M. Johnny Rungtusanatham.
(2013), Operation Management Contemporary Concepts and Case, 6th
edition. Mc Graw-Hill, New York.
Stoner, James AF., Khaerul Umam. (2010), Manajemen. Engleewood elifs, N. J:
Prentice Hall, Inc.
Sofjan Assauri. (2008), Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: LPFEUI.
Sofjan Assauri. (2008), Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Stevenson, William J., Chuong, Sum Chee. (2014). Manajemen Operasi:
Prespektif Asia, edisi 9-bukuI. Salemba Empat. Jakarta.
Sugiyono. (2013), Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan. Teori Konsep dan Aplikasi.
Cetakan Pertama, Edisi Keempat. BPFE ; Yogyakarta.
Soemarso S. R, 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Buku 2, Edisi kelima,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Suharli, Michell, 2006. Akuntansi untuk Bisnis Jasa dan Dagang, Edisi Pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Sigit Christianus, (2010), “Pengantar Manajemen Proyek Berbasis Internet”,
PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Siagian, M. Y. (2005). “Aplikasi Supply Chain Management Dalam Dunia
Bisnis”. Jakarta: Grasindo.
Stock, J.R. & Lambert, D.M. (2001). “Strategic Logistics Management”. Boston:
Irwin McGraw-Hill.
T. Hani Handoko. (2010), Manajemen. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
T. Hani Handoko. (2010). Manajemen Produksi dan Operasi, edisi Pertama.
BPFEYogyakarta.
Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati. (2011). Operation Research.
Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Terry, George R. dan Rue, Leslie W. 2010. Dasar – Dasar Manajemen. Jakarta :
Bumi Aksara.
Terry, George, (2005), Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: PT, Bumi Aksara.
Tersine, J. R. (1994). “Principle Of Inventory And Material Management”. New
Jersey: Prentice Hall.
Werther, Wiliam B. dan Keith Davis, 1996. Manajemen Personalia dan Sumber
Daya Manusia, Erlanga, Jakarta.
Zulfikarijah, Fien. (2005). “Manajemen Operasional”. Malang: UMM Press.
27