Anda di halaman 1dari 4

Secara umum kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku

seseorang aktor misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun lembaga tertentu untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Pada dasarnya terdapat banyak penjelasan
dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai kebijakan.

Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan problem sosial


bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan kesejaheraan masyarakat. Dan dalam
kebijakan setidaknya harus memenuhi empat hal penting yakni; (1)tingkat hidup masyarakat
meningkat, (2)terjadi keadilan : By the law, social justice, dan peluang prestasi dan kreasi
individual, (3)diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam membahas masalah,
perencanaan, keputusan dan implementasi), dan (4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan.

Secara empiris kebijakan berupa undang-undang, petunjuk, dan program, dalam


sebuah Negara kebijakan dianggap sebagai rangkaian tindakan yang dikembangkan oleh
badan atau pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu, diikuti dan dilaksanakan oleh
seseorang atau sekelompok pelaku untuk memecahkan masalah tertentu.

Dengan demikian berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpukan


bahwa kebijakan adalah sebagai rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dari
dasar pada masalah yang menjadi rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan
dan cara bertindak, pernyataan citacita, prinsip, atau maksud dalam memecahkan masalah
sebagai garis pedoman untuk manajeman dalam usaha mencapai sasaran atau tujuan. Dengan
kata lain sebagai pedoman untuk bertindak bagi pengambilan keputusan

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa kebijakan merupakan petunjuk dan


batasan secara umum yang menjadi arah dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus
diikuti oleh para pelaku dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan
dalam sebuah organisasi serta mengambil keputusan atas perencanaan yang telah dibuat dan
disepakati bersama. Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan masalah atas
tindakan yang terjadi.

Indonesia merupakan sebuah negara agraris sehingga pembangunan sektor pertanian


memegang peran penting di dalam menyejahterakan masyarakat. Revitalisasi sektor pertanian
pada dasarnya adalah menempatkan kembali arti pentingnya sektor pertanian secara
proporsional dan kontekstual, baik di perdesaan maupun perkotaan. Pertanian perkotaan
didefinisikan sebagai ‘aktifitas atau kegiatan bidang pertanian yang dilakukan di dalam kota
(intra-urban) dan pinggiran kota (peri-urban) untuk memproduksi/ memelihara, mengolah dan
mendistribusikan beragam produk pangan dan non- pangan, dengan memanfaatkan atau
menggunakan kembali sumberdaya manusia, material, produk dan jasa di daerah perkotaan

Lembaga internasional memposisikan pertanian perkotaan sebagai: (a) Salah satu


sumber pasokan sistem pangan dan opsi ketahanan pangan rumah tangga perkotaan; (b) Salah
satu kegiatan produktif untuk memanfaatkan ruang terbuka dan limbah perkotaan; dan (c)
Salah satu sumber pendapatan dan kesempatan kerja penduduk perkotaan. Karena itu,
pertanian perkotaan mempunyai peluang dan prospek yang baik untuk pengembangan usaha
tani berbasis agribisnis dan berwawasan lingkungan.

Kebijakan pertanian di Indonesia setidaknya menempatkan sumber daya manusia


yang berkualitas, berkompeten, memiliki kemampuan manajerial dan organisasi sebagai
pelaku pembangunan pertanian yang penting. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2006 tentang Penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan. Undang-undang
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para petani dengan menitikberatkan pada
penyuluhan terhadap petani yang dapat meningkatkan produksi pertanian. Kedua, organisasi
petani oleh pemerintah dinilai sebagai komponen pokok dalam pembangunan pertanian
sehingga pemerintah menerbitkan UU No. 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani (P3). Pengaturan tentang organisasi petani tersebut tercantum pada
pasal 69, 70 dan 71.

Kebijakan pertanian di Indonesia dihadapkan pada trenglobal yakni pertanian


berkelanjutan, yaitu pertananian yang menyeimbangkan aspek ekonomi, lingkungan, dan
sosial dari pertanian, menciptakan sistem pertanian yang tangguh dalam jangka panjang
(Rose et al., 2019). Secara spesifik upaya pemerintah untuk mewujudkan pertanian
berkelanjutan termuat dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 Tentang
Budidaya Pertanian Berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan dalam undang-undang tersebut
dijelaskan sebagai upaya membangun ketahanan dan kedaulatan pangan untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat dan pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi
komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik dan
berkesinambungan dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Salah satu upaya untuk melindungi pertanian berkelanjutan adalah perlindungan


lahan. Pada tahun 2009 pemerintah menggulirkan Undang-Undang (UU) No. 41 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dengan diikuti peraturan
turunan lainnya, seperti; Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih
Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2012
tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; Peraturan Pemerintah
No. 25 Tahun 2012 tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan; dan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2012 tentang Pembiayaan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.namun demikian pada kenyataannya
upaya ini terganjal mekanisme pasar. Kebutuhan industri akan lahan ternyata mengendalikan
alih fungsi lahan pertanian (Nurrokhman, 2019).
Sampeliling, S., Sitorus, S. R., Nurisyah, S., & Pramudya, B. (2012). Kebijakan
pengembangan pertanian kota berkelanjutan: studi kasus di DKI Jakarta.

Ikhsani, I. I. I., Tasya, F. E., Sihidi, I. T., Roziqin, A., & Romadhan, A. A. (2020). Arah
Kebijakan Sektor Pertanian di Indonesia untuk Menghadapi Era Revolusi Industri
4.0. Jurnal Administrasi Dan Kebijakan Publik, 5(2), 134-154.

Mardia, M., Alam, M. C., Anwarudin, O., Herawati, M., Khairad, F., Ernanda, R., ... &
Amruddin, A. (2021). Ekonomi Pertanian. Yayasan Kita Menulis.

Noeng Muhadjir, Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial. Teori Pendidikan Pelaku Sosial
Kreatif. Yogyakarta : Raka Sarasin, th.2000, h. 15

Anda mungkin juga menyukai