Relasi tersukar untuk disatukan Nampaknya, terlalu pekat untuk dicairkan Sejerat masalah tak elak diabaikan Bukankah mencuri sebuah ujung, tidaklah suatu kebaikan? Lantas dengan menemukan ujung, masalah dapat dirampungkan? Nampaknya, akan tetap menjadi bahan yang gempar diperbincangkan
Perpisahan 'pun gandrung jadi topik kegemaranmu
Diam 'pun rasanya tidak cukup untuk meleraimu Kau terus saja bergelut dengan persoalan yang bukan lagi perdana untukmu
Baiknya, aku pura-pura bungkam saja
Rasanya, aku semakin ahli menebak-nebak jalan cerita tanpa tahu puncaknya Tersebab jika menyinggungnya, aku paham akan mengarah pada satu kata Tapi tetap ada perihal yang akan berani aku tanya
Apakah dengan hadirku, harimu dibenci rindu?
Apakah dengan candaku, harimu jadi haru? Apakah dengan tatapku, harimu lantas sedu? Apakah dengan tanyaku, harimu diliputi pilu?
Pertanyaanku sudah menjelma retoris bukan?
Peran tuli dan bisu akhirnya kau mainkan Tak ada jawaban terlontarkan Atau mungkin kamu enggan menyakiti lagi rasa bodoh yang sempat tersematkan Akupun sudah cukup paham akan ramalan jawaban Satu ekspresi wajahmu mengalahkan bualan kata yang mungkin terbalas jika kau utarakan
Baik, aku tidak akan membuatmu merana menemukan jalan pulang
Maka, kali ini akan aku wujudkan kisah dengan topik kesukaanmu Benar, sungguh ini kesukaanmu Lantas bagiku, Kisah ini kian deru membiru Yang sesekali melahirkan ragu Di antara ketidakpastian ujung liku Karena belum sempat aku jumpai titik temu Apakah akan berujung sempurna bagimu? Atau kau akan merasakan hal yang sama sepertiku? Tapi tunggu, Bukan, aku bukan orang seperti itu Orang yang memintamu untuk merasakan hal yang sama sepertiku
Rasa ini cukup dimiliki aku saja
Perasaan seperti dibatalkannya ending dongeng terapik
Perpisahan ini mungkin kekal berjarak jauh Tapi kali ini, dengan terlukanya hati akan harap yang berlebih Aku katakan, baik kita berpisah