Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No.

1 Mei 2022: 1-12_______________________ISSN 2087-4871

KEPATUHAN PEMASANGAN RUMPON TERHADAP PERATURAN


KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DI PELABUHANRATU

COMPLIANCE OF FADS INSTALATION WITH THE REGULATIONS FROM THE


MINISTRY OF MARITIME AFFAIRS AND FISHERIES AT PELABUHANRATU

Ricky Dameanus Sembiring Depari, Darmawan*, Thomas Nugroho


Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University
*Korespondensi: darmawan@apps.ipb.ac.id

ABSTRACT

The use of FADs can help fishermen reduce fuel consumption, speed up fishing location, shorten days of operation,
and reduce operating costs. However, negative impacts also arise such as conflicts with other fishermen and the
potential for overfishing. The Ministry of Maritime Affairs and Fisheries has issued regulations regarding the use
of FADs to prevent those negative impacts. The regulation will be successful if it is implemented and obeyed by
the fishermen who are the purpose of the regulation. However, it is currently unknown whether the fishermen in
Pelabuhanratu know, understand and comply with these regulations. Therefore, this study aims to find out the level of
compliance of Pelabuhanratu fishermen with formal rules from the government and informal rules among themselves.
The research was conducted through interviews with capital owners, captains, and crew members. It was conducted
from August to October 2017. Analysis of the results of the interviews was carried out descriptively and equipped
with Likert analysis. The results show that the capital owners know and understand the existing regulations but do not
comply with them. The captain and crew carry out their own social ethics among themselves to respect each other’s
FADs, sanctions for transgression/theft and responsibilities towards their FADs, but do not pay attention to any
formal regulations from the government.

Keyword: capital owners, FAD regulatory compliance, Pelabuhanratu fishermen

ABSTRAK

Penggunaan rumpon dapat membantu nelayan mengurangi konsumsi bahan bakar, mempercepat penentuan daerah
tangkapan, mempersingkat jumlah hari operasi keseluruhan, dan mengurangi biaya operasional. Namun dampak negatif
juga timbul seperti konflik dengan nelayan lain dan potensi terjadinya penangkapan yang berlebih. Kementerian Kelautan
dan Perikanan telah mengeluarkan peraturan terkait penggunaan rumpon untuk mencegah timbulnya dampak negatif.
Peraturan tersebut akan berhasil bila berjalan dan dipatuhi oleh nelayan yang menjadi tujuan peraturan tersebut. Namun
saat ini tidak diketahui apakah nelayan di Pelabuhanratu mengetahui, memahami, dan menaati peraturan tersebut. Oleh
sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat kepatuhan nelayan Pelabuhanratu terhadap aturan formal
dari pemerintah maupun aturan informal di kalangan mereka sendiri. Penelitian dilakukan melalui wawancara dengan
pemilik modal, nakhoda, dan anak buah kapal. Waktu penelitian adalah Agustus-Oktober 2017. Analisis terhadap hasil
wawancara dilakukan secara deskriptif dan dilengkapi dengan analisis Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemilik modal mengetahui dan memahami peraturan yang ada tetapi tidak mematuhinya. Nakhoda dan anak buah kapal
menjalankan sendiri etika sosial diantara mereka untuk saling menghormati rumpon milik orang lain, sanksi pencurian
dan tanggungjawab terhadap rumpon, namun tidak memperhatikan adanya peraturan formal dari pemerintah.

Kata kunci: kepatuhan peraturan rumpon, nelayan Pelabuhanratu, pemilik modal

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB__________________________ E-mail: jurnalfpik.ipb@gmail.com


PENDAHULUAN di perairan Indonesia. Jumlah rumpon
asing tersebut perlu ditertibkan karena
Penggunaan rumpon dapat berpotensi menghalangi ruaya ikan-ikan
membantu nelayan dalam beberapa hal target seperti tuna untuk mendekat ke arah
seperti mengurangi konsumsi bahan pantai. Akibatnya nelayan kecil menjadi
bakar, mempercepat penentuan daerah kesulitan mendapatkan ikan di perairan
tangkapan, dan mempersingkat jumlah dekat pantai. Dampak rumpon yang hilang
hari operasi penangkapan keseluruhan. atau terlantar pada habitat seperti terumbu
Secara keseluruhan penggunaan rumpon karang dan berkontribusi terhadap plastik
dapat mengurangi biaya operasional dan laut juga menjadi perhatian. Belum lagi bila
meningkatkan hasil tangkapan per trip terdapat banyak sekali rumpon dalam satu
karena keberhasilan dalam memperoleh wilayah perairan, maka dampak kumulatif
ikan (Naamin 1987; Imron dan Baskoro yang negatif dapat sangat merugikan
2006). Namun di sisi lain terungkap bahwa perikanan berkelanjutan apabila tidak
penggunaan rumpon menimbulkan pula dikelola dengan efektif. Mempertimbangkan
dampak negatif terhadap interaksi sosial banyaknya manfaat dari penggunaan
diantara para nelayan di satu daerah. rumpon tersebut, maka potensi dampak
Terutama dimana terdapat nelayan negatif yang berpotensi timbul tersebut
pengguna rumpon dan bukan pengguna harus dapat dihilangkan atau dikurangi
rumpon dalam satu daerah penangkapan agar tidak menimbulkan permasalahan
ikan yang sama. Penelitian Suhana (2008) lebih besar terhadap kondisi sosial maupun
dan Nuramin (2013) di Teluk Pelabuhanratu lingkungan.
menunjukkan bahwa penggunaan rumpon Jumlah armada perikanan rumpon
dapat menimbulkan konflik horizontal di Palabuhanratu mengalami peningkatan
antara nelayan pengguna rumpon dengan yang pesat pada periode 2005–2016, dari 9
nelayan payang ataupun gillnet. Nelayan unit menjadi 100 unit (Statistik Perikanan
payang merasa bahwa gerombolan ikan PPN Palabuhanratu 2016). Pertumbuhan
yang menjadi target tangkapan mereka jumlah armada perikanan rumpon diduga
berkumpul di rumpon sehingga menyulitkan karena semakin besarnya minat nelayan
mereka menebar payang. Sedangkan nelayan berinvestasi pada kegiatan usaha perikanan
gillnet merasa bahwa adanya rumpon akan rumpon karena salah satu jenis hasil
menghalangi pergerakan ikan ke arah gillnet tangkapan nelayan pancing tonda yang
mereka. Dugaan adanya dampak negatif lain menggunakan alat bantu rumpon adalah
adalah menurunnya kelestarian sumberdaya ikan tuna yang bernilai ekonomis tinggi.
ikan sebagaimana dinyatakan oleh Besweni Upaya mengatur penggunaan
(2009). Bahkan penelitian yang dilakukan rumpon agar tidak menimbulkan dampak
oleh Prayitno et al. (2021) menganalisis negatif telah dilakukan oleh kementerian
dugaan adanya peningkatan kompetensi kelautan dan perikanan melalui Peraturan
makanan bila rumpon dipasang di daerah Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 26/
yang kesuburan perairannya terbatas. Kpts/2014 (KKP 2014) tentang Rumpon.
Marine Stewarship Council dalam Peraturan tersebut mengatur mengenai jenis
websitenya (https://www.msc.org/what-we- rumpon, penerbitan Surat Izin Pemasangan
are-doing/our-approach/fishing-methods- Rumpon (SIPR), mengatur cara pemasangan
and-gear-types/fish-aggregating-devices- dan pembatasan rumpon, mengatur tanda
fads), menuliskan bahwa keberadaan pengenal yang harus disematkan, termasuk
rumpon dapat memikat kedatangan berbagai pula mengatur tentang pembinaan dan
macam biota laut termasuk penyu dan pengawasan dalam pemanfaatan rumpon di
hiu sehingga meningkatkan kemungkinan perairan Indonesia. Pengaturan penggunaan
tertangkap oleh pancing nelayan. Jumlah rumpon beberapa kali diperbaharui dan
tangkapan sampingan yang tinggi dapat terakhir kali dilakukan melalui Peraturan
berdampak buruk pada ekosistem. Rumpon Menteri Kelautan dan Perikanan nomor
juga dapat meningkatkan penangkapan 18/2021 (KKP 2021) tentang penempatan
tuna juvenil, sehingga membahayakan alat penangkapan ikan dan alat bantu
kelestarian beberapa stok tuna. Selain penangkapan ikan di wilayah pengelolaan
kekhawatiran tangkapan sampingan, perikanan negara republik indonesia
potensi adanya perubahan pola migrasi ikan dan laut lepas serta penataan andon
juga menjadi subyek beberapa penelitian. penangkapan ikan.
Ambari (2019) menyebutkan bahwa rumpon Tata cara dan mekanisme
juga banyak dipasang oleh nelayan asing pemasangan rumpon memang sudah diatur

2 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 1 Mei 2022: 1-12
ISSN 2087-4871

melalui peraturan menteri di atas, namun tonda di pelabuhanratu. Data dan informasi
bagaimana kenyataan implementasinya di dikumpulkan melalui wawancara dengan
lapangan merupakan satu hal yang perlu panduan pertanyaan tertulis dan observasi
untuk dikaji. Apakah peraturan tersebut langsung di lapang. Secara keseluruhan
dijalankan, diikuti dan dipatuhi ataukah penelitian dilakukan dalam kurun waktu
tidak berjalan sama sekali. Ostrom (1990), Agustus-Oktober 2017.
menyatakan bahwa perilaku manusia Pengambilan data menggunakan
dalam proses pemanfaatan sumberdaya teknik stratified random sampling dengan
perikanan membutuhkan adanya kontrol total jumlah responden dari kalangan
melalui peraturan. Bene dan Tewfik (2001) pengguna sebanyak empat puluh empat
berpendapat bahwa pemahaman mengenai orang. Ada tiga kelompok masyarakat
respon nelayan terhadap peraturan yang pemangku kepentingan terhadap rumpon,
ada sangat penting dalam pengelolaan yaitu pemilik modal, nakhoda kapal ikan
sumbedaya ikan. Tanpa adanya informasi dan anak buah kapal ikan. Pemilik modal
mengenai perilaku nelayan, maka berjumlah tujuh orang (lihat Tabel 1),
pemerintah tidak mempunyai bukti apakah yang keseluruhannya dijadikan sebagai
peraturan yang dibuat tersebut berjalan responden. Adapun dari dua puluh delapan
sesuai dengan maksud tujuannya. Oleh nakhoda, ditetapkan minimal ada satu
karena itu, penelitian mengenai kepatuhan atau dua nakhoda yang bekerja untuk
nelayan perikanan rumpon pada peraturan satu pemodal tertentu sehingga jumlah
terkait dengan penggunaan rumpon menjadi respondennya sebanyak empat belas orang.
sangat penting dilakukan terutama untuk Responden dari anak buah kapal tonda
bahan evaluasi bagi pihak pemerintah dalam (ABK) ditetapkan sebesar dua puluh persen
menyusun kebijakan di bidang perikanan (20%) dari keseluruhan ABK yang ada,
khususnya mengenai rumpon. yaitu dua puluh tiga orang yang dipilih
Berdasarkan hal tersebut di secara acak. Data dan informasi pelengkap
atas maka tujuan penelitian adalah diperoleh melalui wawancara langsung
mengidentifikasi dan menganalisis perilaku dengan Kepala Bidang Perikanan Tangkap
pemangku kepentingan dalam penggunaan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
rumpon yaitu pemilik modal usaha, Sukabumi, dan bidang statistik Pelabuhan
nakhoda, dan Anak Buah Kapal (ABK). Perikanan Nusantara Pelabuhanratu.
Penelitian pendahuluan pada bulan Agustus Analisis kepatuhan nelayan
2017 dilakukan terlebih dahulu untuk dalam penelitian ini terbagi dua yaitu
mengetahui jumlah pemilik modal pancing tingkat kepatuhan pada peraturan formal
tonda yang menggunakan rumpon, jumlah (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan)
nakhoda kapal pancing tonda, jumlah anak dan tingkat kepatuhan pada peraturan
buah kapal (ABK) pada setiap kapal pancing informal (kesepakatan antar nelayan, antar
tonda, jumlah rumpon yang dimiliki setiap nakhoda, antar pemilik modal, dan lain-
pemilik modal, jumlah kapal yang dimiliki lain). Berdasarkan studi pendahuluan
setiap pemilik modal, dan ukuran setiap terkait pranata sosial diantara pemangku
kapal. Nelayan yang memanfaatkan rumpon kepentingan pemakai rumpon, dapat
pada proses penangkapan ikan di PPN diketahui bahwa pemilik modal memiliki
Palabuhanratu terdiri atas dari 5 orang kewenangan untuk menentukan semua
pada setiap kapal, 1 orang diantaranya aspek terkait pembuatan sampai pada
adalah nakhoda (tekong) dan 4 orang pemasangan rumpon. Adapun nakhoda
lainnya adalah Anak Buah Kapal (ABK). dan anak buah kapal memiliki kewenangan
Informasi yang diperoleh dari penelitian sangat terbatas pada operasional
pendahuluan tersebut kemudian digunakan penangkapan ikan saja. Oleh sebab
untuk merancang kuesioner dengan baik, itu, tingkat kepatuhan formal terhadap
menentukan jumlah responden, dan peraturan pemerintah diujikan pada pemilik
menentukan metode pengambilan sampel modal, sedangkan kepatuhan informal
dengan tepat. Penentuan jumlah responden dilakukan terhadap nakhoda dan anak
dan pelaksanaan pengambilan sampel buah kapal.
dilakukan pada bulan Oktober 2017. Kepatuhan pemilik modal terhadap
peraturan formal dilihat dari aspek yaitu
METODE PENELITIAN aspek hukum dan aspek teknis. Aspek
hukum meliputi perizinan sedangkan
Penelitian merupakan studi kasus aspek teknik terkait dengan konstruksi,
untuk pemakaian rumpon oleh nelayan pemasangan tanda pengenal, peletakan,

Kepatuhan Pemasangan Rumpon ...............................................................................................................(DEPARI et al.) 3


dan pemasangan, rumpon di laut sesuai hukum. Penelitian ini menggunakan dua
dengan peraturan pemerintah yang berlaku. kelas interval, rumus yang digunakan untuk
Penilaian terhadap jawaban yang diberikan menentukan panjang kelas interval mengacu
pemilik modal diukur dengan bantuan pada Sugiyono (2013) yaitu sebagai berikut:
skala Likert. Skala Likert adalah satu skala
yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang terhadap
suatu fenomena sosial (Sugiyono 2013).
Sehingga untuk menentukan kepatuhan Keterangan:
pemilik modal digunakan 2 kriteria penilaian Rentang = Nilai tertinggi – nilai terendah
yang terdapat pada Tabel 2. Nilai tertinggi = Jumlah pertanyaan × Skor
Selanjutnya untuk perhitungan tertinggi
skor rata-rata kepatuhan pemilik modal =3×1=3
perikanan rumpon menggunakan rumus Nilai terendah = Jumlah pertanyaan × Skor
Sugiyono (2013) sebagai berikut: terendah
=3×0=0
Berdasarkan rumus di atas maka
panjang kelas interval yaitu:
Keterangan:
Y1 = Banyaknya jawaban responden yang
menjawab nilai skor 1 (Ya)
Y2 = Banyaknya jawaban responden yang
menjawab nilai skor 0 (Tidak) Sehingga interval untuk menentukan
kriteria penilaian kepatuhan pemilik modal
Kepatuhan dari sisi hukum perikanan rumpon di Palabuhanratu dari
sisi hukum dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil
Pada analisis ini, dicari jumlah setiap tersebut menunjukkan tingkat kepatuhan
jawaban responden untuk mengetahui pemilik modal terhadap peraturan formal
tingkat kepatuhan pemilik modal dari sisi dari aspek hukum.

Tabel 1. Data kepemilikan rumpon di Pelabuhanratu


Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
No Nama Kapal Nama Pemilik
Kapal Rumpon Nakhoda ABK
1 Jaya Mandiri Hendri 12 6 12 48
2 Aofa 01 Angga 1 2 1 4
3 Doa Ibu Andi Arsyad 3 2 3 12
4 Andina Anton Hartono 4 1 4 16
5 CBR Firman 3 1 3 12
6 Bogor Dede Ola 4 2 4 16
7 Fajar Mas Nendi 1 1 1 4
Total 28 15 28 112

Tabel 2. Kriteria pemberian nilai untuk pemilik modal


No Keterangan Skor
1 Ya 1
2 Tidak 0
Sumber: Sugiyono 2013 telah dimodifikasi

Tabel 3. Interval kriteria kepatuhan pemilik modal dari sisi hukum


Interval kriteria skala Likert Keterangan
0,0 – 1,5 Tidak Patuh
1,6 – 3,0 Patuh

4 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 1 Mei 2022: 1-12
ISSN 2087-4871

Kepatuhan dari sisi teknis nakhoda dan ABK pancing tonda terhadap
aturan informal dan nilai yang ada dalam
Penilaian terhadap kepatuhan teknis pemanfaatan rumpon mengacu kepada
menggunakan dua kelas interval sebagai Idrus (2009) sebagai berikut:
berikut:

Keterangan: Keterangan:
Rentang = Nilai tertinggi – nilai terendah Z5 = Banyaknya jawaban responden yang
Nilai tertinggi = Jumlah pertanyaan × Skor menjawab nilai skor 5 (Sangat Setuju)
tertinggi Z4 = Banyaknya jawaban responden yang
=9×1=9 menjawab nilai skor 4 (Setuju)
Nilai terendah = Jumlah pertanyaan × Skor Z3 = Banyaknya jawaban responden yang
terendah menjawab nilai skor 3 (Kurang Setuju)
=9×0=0 Z2 = Banyaknya jawaban responden yang
menjawab nilai skor 2 (Tidak Setuju)
Berdasarkan rumus di atas maka panjang Z1 = Banyaknya jawaban responden yang
kelas interval yaitu: menjawab nilai skor 1 (Sangat Tidak
Setuju)
Untuk menentukan interval tingkat
kepatuhan digunakan rumus berikut:

Sehingga interval untuk menentukan


kriteria penilaian kepatuhan pemilik modal
perikanan rumpon di Palabuhanratu dari
sisi hukum dapat dilihat pada Tabel 4. Keterangan:
Rentang = Nilai tertinggi – nilai terendah
Perilaku nakhoda dan anak buah kapal Nilai tertinggi = Jumlah pertanyaan × Skor
pada peraturan informal tertinggi
= 15 × 5 = 75
Kepatuhan nakhoda dan ABK Nilai terendah = Jumlah pertanyaan × Skor
pancing tonda terhadap aturan informal terendah
dan nilai yang ada dalam pemanfaatan = 15 × 1 = 15
rumpon dilihat dari tiga aspek. Ketiga aspek
yang diteliti tersebut mengacu kepada hasil Berdasarkan rumus di atas maka panjang
penelitian Sutinen dan Viswanathan (1999) kelas interval yaitu:
yang menyatakan bahwa kepatuhan pada
peraturan dipengaruhi oleh sanksi, tanggung
jawab moral, dan manfaat illegal yang
dilakukan nelayan dalam memanfaatkan
rumpon. Penilaian jawaban menggunakan Sehingga interval untuk menentukan
skala Likert yang dikembangkan oleh Idrus tingkat kepatuhan informal nakhoda dan
(2009) yang menggunakan lima alternatif anak buah kapal dapat dilihat pada Tabel
pilihan jawaban dari kondisi yang sangat 6. Selanjutnya setelah data diolah maka
mendukung hingga yang sangat tidak didapatkan suatu hasil yang menunjukkan
mendukung (Tabel 5). kepatuhan nakhoda dan ABK berdasarkan
Adapun rumus perhitungan yang kriteria yang terdapat pada Tabel 6.
digunakan untuk mengetahui kepatuhan

Tabel 4. Interval kriteria kepatuhan pemilik modal dari sisi hukum


Interval kriteria skala Likert Keterangan
0,0 – 4,5 Tidak sesuai aturan
4,6 – 9,0 Sesuai aturan

Kepatuhan Pemasangan Rumpon ...............................................................................................................(DEPARI et al.) 5


Tabel 5. Kriteria penskoran untuk nakhoda dan ABK
Pendapat Skor
Sangat setuju/Sangat patuh 5
Setuju/Patuh 4
Kurang setuju/Kurang patuh 3
Tidak setuju/Tidak patuh 2
Sangat tidak setuju/Sangat tidak patuh 1
Sumber: Idrus (2009)

Tabel 6. Interval kriteria kepatuhan nakhoda dan anak buah kapal


Interval kriteria skala Likert Keterangan
15 ≤ x ≤ 27 Sangat Tidak Setuju/Sangat tidak patuh
27 < x ≤ 39 Tidak Setuju/ Tidak patuh
39 < x ≤ 51 Kurang Setuju/Kurang patuh
51 < x ≤ 63 Setuju/Patuh
63 < x ≤ 75 Sangat Setuju/Sangat patuh

HASIL DAN PEMBAHASAN rata 1 pada skala Likert. Skor satu berada
pada interval 0–1,5, yang berarti Tidak
Kepatuhan pada aturan formal Patuh. Ternyata tidak ada seorangpun
diantara pemilik modal yang memiliki izin
Kepatuhan pemilik modal diukur pemasangan rumpon (SIPR). Wawancara
dari aspek hukum dan teknis. Kepatuhan lanjutan mengungkapkan bahwa mereka
hukum dilihat dari aspek perizinan, tidak pernah mendapatkan kesulitan
sedangkan kepatuhan teknis dinilai dari tiga ataupun upaya penaatan hukum dari
hal yaitu tata letak pemasangan rumpon, pejabat yang bewenang karena hal ini.
konstruksi rumpon dan tanda pengenal Sanksi yang diberlakukan apabila melanggar
yang digunakan pada rumpon. Adapun aturan yaitu pembongkaran rumpon
hasil yang diperoleh yakni: yang dipasang, namun ternyata tidak ada
penerapan sanksi yang tegas dari pihak
Aspek perizinan yang berwenang. Kurangnya sumberdaya
manusia, anggaran, dan fasilitas kapal
Peraturan yang dikeluarkan oleh untuk kegiatan pengawasan membuat
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP) fungsi pengawasan tidak berjalan maksimal.
nomor 26/Kpts/2014 (KKP 2014) tentang Dampak finansial ketidak patuhan terkait
Rumpon, yang kemudian diperbaharui perizinan tidak menjadi lingkup penelitian.
dengan Peraturan Menteri KP nomor Namun diduga kerugian finansial adalah
18/2021 (KKP 2021) tentang penempatan tidak dibayarkannya Pendapatan Negara
alat penangkapan ikan dan alat bantu Bukan Pajak (PNBP) kepada Kementerian
penangkapan ikan di wilayah pengelolaan Kelautan dan Perikanan (KKP).
perikanan negara republik indonesia
dan laut lepas serta penataan andon Aspek teknis pemasangan rumpon
penangkapan ikan, mengharuskan adanya
permintaan izin pemasangan rumpon Peraturan Menteri KKP terbaru
yang antara lain mencamtumkan waktu nomor 18/2021 (KKP 2021 pasal 16 butir
pemasangan, jumlah, dan kordinat posisi a, mewajibkan jarak antara rumpon tidak
rumpon tersebut. Hasil wawancara dengan kurang dari sepuluh (10) mil laut, tidak
pemilik modal menunjukkan bahwa mereka mengganggu alur pelayaran, ditempatkan
mengetahui adanya peraturan tersebut sesuai dengan daerah penangkapan ikan,
dari sosialisasi yang dilakukan pihak DKP tidak ditempatkan di kawasan konservasi
Kabupaten Sukabumi. Namun pada saat perairan, tidak ditempatkan pada alur
yang sama, analisis terhadap kuantifikasi migrasi biota laut. Penelitian berhasil
jawaban mereka terhadap pertanyaan mengungkap adanya lima belas rumpon
terkait kepatuhan menunjukkan nilai rata- yang telah dipasang oleh tujuh pemilik

6 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 1 Mei 2022: 1-12
ISSN 2087-4871

modal. Namun hanya lima pemilik modal Mereka menggunakan bahan alami berupa
yang memberikan posisi dari delapan daun kelapa untuk atraktor rumponnya,
rumpon yang telah dipasang. Lokasi karena daun kelapa jika dipasang
rumpon-rumpon tersebut dapat dilihat pada selama 10-12 hari akan mendatangkan
Tabel 7. mikroorganisme yang merupakan sumber
Perhitungan jarak antar koordinat makanan bagi ikan. Menurut Subani (1972)
rumpon-rumpon tersebut menunjukkan dalam Yusfiandayani (2004) menyatakan
bahwa hanya rumpon K1 dan K2 serta bahwa kegiatan penangkapan disekitar
rumpon K7 dan K8 yang berjarak kurang rumpon dilakukan setelah 10 hari rumpon
dari sepuluh mil antara satu dengan lainnya tersebut dipasang. Selain itu daun kelapa
(4,1-4,2 mil laut). Adapun jarak relatif dengan juga banyak tersedia di Palabuhanratu
rumpon-rumpon lainnya lebih besar dari dengan harga yang relatif murah.
sepuluh mil laut. Koordinat lokasi rumpon Jawaban kuesioner berdasarkan
dan juga kedalaman penempatannya ketiga aspek memperoleh skor rata-rata
menunjukkan keberadaan rumpon yang sebesar 4,3. Nilai ini berada pada interval
tidak dalam alur pelayaran kapal. Tidak 0–4,5 yang berarti pemilik modal tidak
ada informasi mengenai alur migrasi biota mengikuti aturan dalam pemasangan
laut ataupun kawasan konservasi di sekitar rumponnya.
rumpon tersebut.
Kepatuhan pada aturan informal
Aspek teknis tanda pengenal rumpon
Pengamatan dan wawancara yang
Sesuai dengan peraturan menteri KP dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada
nomor 18/2021 pasal 19 butir 4 dan butir 5, aturan informal, kesepakatan bersama
maka rumpon yang dipasang wajib dilengkapi ataupun praktik pengelolaan spesifik
dengan tanda pengenal (nama pemilik, diantara pemangku kepentingan dalam
nomor surat izin pemasangan rumpon perikanan rumpon di pelabuhanratu.
(SIPR), dan koordinat) titik pusat dan radar Peneliti menggunakan kuesioner yang
reflector. Hasil wawancara menunjukkan disusun berdasarkan adaptasi dari
bahwa walaupun semua pemilik modal penelitian Sutinen dan Viswanathan
mengetahui ketentuan tersebut, namun (1999) yang menyatakan bahwa kepatuhan
tanda pengenal yang dipasang hanya berupa pada peraturan dipengaruhi oleh aspek
bendera dan tiangnya terbuat dari bambu penegakan hukum berupa sanksi, tanggung
agar mengurangi biaya pembuatan rumpon, jawab moral, dan manfaat ilegal dari aspek
dan tanpa adanya radar reflector. motivasi. Adapun hasil yang diperoleh yakni:

Aspek teknis konstruksi rumpon Sanksi

Para pemilik modal mengetahui Variabel sanksi yang diamati adalah


ketentuan mengenai konstruksi rumpon letak pemasangan rumpon, pemanfaatan
yang ditentukan oleh Kementerian Kelautan tanpa hak, pemindahan, dan perusakan
dan Perikanan dalam Permen KP no 18/2021 rumpon. Hasil penelitian dapat dilihat pada
(KKP 2021 pasal 13 sampai dengan pasal 19. Tabel 8.

Tabel 7. Koordinat lokasi rumpon


Lokasi
Nomor Kedalaman (m)
Lintang (Selatan) Bujur (Timur)
K1 8º20’00’’ 105º30’00’’ 3.600
K2 8º48’00’’ 106º04’00’’ 4.300
K3 8º23’00’’ 105º33’00’’ 3.600
K4 8º19’00’’ 106º45’00’’ 2.600
K5 8º23’00’’ 106º43’00’’ 3.600
K6 8º28’00’’ 105º43’74’’ 4.000
K7 9º19’00’’ 106º45’00’’ 6.000
K8 8º02’00’’ 106º05’00’’ 1.800

Kepatuhan Pemasangan Rumpon ...............................................................................................................(DEPARI et al.) 7


Tabel 8. Persepsi sanksi informal dalam pemanfaatan rumpon
Kepatuhan Nakhoda dan ABK (%)
Sanksi
SS S KS TS STS
Lokasi pemasangan rumpon secara tidak beraturan 0 0 0 83,8 16,2
Di sanksi jika menangkap ikan di rumpon milik
21,6 78,4 0 0 0
orang lain
Di sanksi jika memindahkan lokasi rumpon milik
16,2 83,8 0 0 0
orang lain
Di sanksi jika merusak rumpon milik orang lain 10,8 89,2 0 0 0
Memasang rumpon dengan efek pagar 0 0 0 91,9 8,1
Keterangan: SS = Sangat setuju, S = Setuju, KS = Kurang setuju, TS = Tidak setuju,
STS = Sangat tidak setuju

Nakhoda dan ABK 83,8% tidak setuju di Palabuhanratu, belum pernah terjadi
dan 16,2% sangat tidak setuju apabila perusakan rumpon oleh nelayan di laut,
lokasi pemasangan rumpon dilakukan biasanya rumpon yang rusak diakibatkan
sembarangan, karena dapat mengakibatkan oleh arus dan gelombang yang besar.
persaingan wilayah penangkapan ikan Nakhoda dan ABK 91,9% tidak setuju dan
antara nelayan yang menggunakan rumpon 8,1% sangat tidak setuju apabila nelayan
dengan nelayan yang tidak menggunakan memasang rumpon dengan efek pagar,
rumpon. Keberadaan rumpon di suatu karena menghalangi ruaya ikan menuju
perairan mampu memicu terbentuknya ke pantai yang dapat menyebabkan hasil
daerah penangkapan ikan (DPI) yang tangkapan nelayan yang tidak menggunakan
potensial di perairan tersebut. Rumpon rumpon dalam melakukan operasi
mampu menarik berkumpulnya biomassa penangkapan ikan di perairan sekitar pantai
ikan dalam jumlah besar di sekitarnya, menurun, sehingga menimbulkan konflik
sehingga nelayan yang tidak menggunakan dengan nelayan tersebut.
rumpon hasil tangkapannya akan berkurang
karena ikan akan berkumpul disekitar Tanggung jawab moral
rumpon (Prayitno et al. 2016). Nakhoda
dan ABK pada usaha perikanan rumpon Indikator dari variabel tanggung
21,6% sangat setuju dan 78,4% setuju jawab yang diamati pada penelitian ini terkait
apabila nelayan yang melakukan operasi keterlibatan nelayan dalam pengawasan
penangkapan ikan di rumpon milik orang dan penyelesaian masalah bila terjadi
lain diberi sanksi. Sanksi yang diberikan konflik. Adapun hasil penelitian persepsi
untuk nelayan yang tertangkap melakukan nakhoda dan ABK pancing tonda mengenai
operasi penangkapan ikan di rumpon orang tanggung jawab moral antara nelayan dalam
lain yaitu semua hasil tangkapan nelayan memanfaatkan rumpon dapat dilihat pada
akan diambil oleh pemilik rumpon tersebut. Tabel 9.
Permasalahan ini biasanya tidak sampai Nakhoda dan ABK 83,8 % tidak
dibawa ke jalur hukum karena antar setuju dan 16,2 % sangat tidak setuju
sesama nelayan perikanan rumpon memiliki melakukan proses pengawasan pada
hubungan persaudaraan. rumpon secara berkala, karena akan
Nakhoda dan ABK 16,2% sangat menambah biaya operasioanl antara lain
setuju dan 83,8% setuju apabila nelayan untuk mempekerjakan orang melakukan
memindahkan lokasi rumpon orang lain hal tersebut. Proses pengawasan hanya
diberi sanksi. Namun pada pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan operasi
tidak ada nelayan yang memindahkan penangkapan. Nakhoda dan ABK 40,5%
lokasi pemasangan rumpon, karena jenis sangat setuju dan 59,5% setuju apabila
rumpon yang dipasang oleh nelayan di nelayan harus bertanggungjawab
Palabuhanratu termasuk ke dalam kategori mengawasi rumpon juragannya masing-
rumpon menetap. masing, agar tidak ada nelayan lain
Nakhoda dan ABK 10,8% sangat melakukan operasi penangkapan ikan
setuju dan 89,2% setuju apabila nelayan di rumpon tersebut. Hal ini dilakukan
merusak rumpon orang lain diberi sanksi. karena merupakan tempat nakhoda dan
Sejak mulai berkembang perikanan rumpon ABK tersebut bekerja untuk mendapatkan

8 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 1 Mei 2022: 1-12
ISSN 2087-4871

penghasilan sehingga rumponnya harus peraturan atau melanggar peraturan (King


dijaga dengan baik. Nakhoda dan ABK dan Sutinen 2010). Adapun hasil penelitian
5,4% kurang setuju, 91,9% tidak setuju, persepsi nakhoda dan ABK pancing tonda
dan 2,7% sangat tidak setuju apabila harus mengenai manfaat ilegal yang dilakukan
ikut bertanggung jawab mengawasi rumpon nelayan dalam memanfaatkan rumpon
juragan lain karena menambah beban dapat dilihat pada Tabel 10.
pekerjaan dan tidak memperoleh manfaat Nakhoda dan ABK 37,8% tidak setuju
dari pekerjaan tersebut. Nakhoda dan dan 62,2% sangat tidak setuju apabila
ABK 5,4% sangat setuju dan 94,6% setuju nelayan melakukan operasi penangkapan
bila mereka menyebabkan konflik dengan ikan di rumpon orang lain tanpa izin
nelayan lain, mereka bersedia bertanggung pemilik rumpon. Kasus yang pernah
jawab menyelesaikan konflik tersebut. terjadi dimana satu kapal melakukan
Nakhoda dan ABK 5,4% sangat setuju dan penangkapan ikan di rumpon orang lain
94,6% setuju apabila ada tokoh masyarakat tanpa izin pemilik rumpon, penyelesaiannya
yang berpengaruh yang berperan dalam adalah pemilik rumpon mengambil seluruh
penyelesaian konflik. Namun pada hasil tangkapan yang diperoleh kapal yang
kenyataannya di Palabuhanratu belum ada melakukan pelanggaran tersebut. Nakhoda
tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk dan ABK 62,2% tidak setuju dan 37,8%
proses penyelesaian konflik. sangat tidak setuju apabila nakhoda dan
ABK saling memberitahukan koordinat
Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan lokasi pemasangan rumpon milik mereka
melanggar hukum kepada nelayan lain. Lokasi rumpon
adalah rahasia karena apabila diketahui
Becker (1968) menyatakan bahwa oleh nelayan lain maka berpotensi untuk
seseorang berpotensi melakukan kejahatan dieksploitasi. Nakhoda dan ABK 5,4%
apabila keuntungan yang diperoleh lebih sangat setuju dan 10,8% setuju apabila
besar daripada sanksi yang diterima. pemilik modal memasang lebih dari tiga
Keuntungan atau manfaat ilegal dalam unit. Mereka berpendapat bahwa semakin
perikanan dapat diukur sebagai jumlah banyak rumpon maka peluang keberhasilan
pendapatan tambahan yang diperoleh dari menangkap ikan menjadi lebih besar
pelanggaran peraturan dengan hasil yang dan penghasilan juga membesar. Namun
sangat besar (King dan Sutinen 2010). sebagian besar nakhoda dan ABK tidak
Selain membandingkan keuntungan setuju (8,1% kurang setuju, 64,9% tidak
ilegal yang diperoleh dan sanksi yang setuju dan 10,8% sangat tidak setuju)
akan diterima, kebanyakan individu juga apabila pemilik modal memasang lebih dari
mempertimbangkan konsekuensi moral tiga unit karena dapat menimbulkan konflik,
dan sosial dari tindakan mereka ketika menurunkan kelestarian sumberdaya ikan
memutuskan apakah akan mematuhi dan menyebabkan overfishing.

Tabel 9. Tanggung jawab moral nelayan dalam memanfaatkan rumpon


Kepatuhan Nakhoda dan ABK (%)
Tanggung Jawab Moral
SS S KS TS STS
Melakukan pengawasan rumpon secara berkala 0 0 0 83,8 16,2
Mengawasi rumpon milik juragan masing-masing 40,5 59,5 0 0 0
Mengawasi rumpon milik juragan lain 0 0 5,4 91,9 2,7
Nakhoda dan ABK bertanggungjawab untuk me-
5,4 94,6 0 0 0
nyelesaikan konflik akibat pemanfaatan rumpon
Keberadaan tokoh masyarakat yang berpengaruh
5,4 94,6 0 0 0
pada proses penyelesaian konflik yang terjadi
Keterangan: SS = Sangat setuju, S = Setuju, KS = Kurang setuju, TS = Tidak setuju,
STS = Sangat tidak setuju

Kepatuhan Pemasangan Rumpon ...............................................................................................................(DEPARI et al.) 9


Tabel 10. Manfaat bersifat illegal dalam pemanfaatan rumpon
Kepatuhan Nakhoda dan ABK (%)
Manfaat dari kegiatan ilegal
SS S KS TS STS
Melakukan operasi penangkapan ikan di rumpon
0 0 0 37,8 62,2
orang lain tanpa izin pemilik rumpon
Saling memberitahukan koordinat pemasangan
0 0 0 62,2 37,8
rumpon
Memasang rumpon lebih dari 3 unit 5,4 10,8 8,1 64,9 10,8
Mengoperasikan dengan cara menggiring ikan ke
0 0 0 78,4 21,6
rumpon yang lain
Memberikan izin menangkap ikan di rumpon ju-
0 0 0 83,8 16,2
ragannya tanpa sepengetahuan juragan tersebut
Keterangan: SS = Sangat setuju, S = Setuju, KS = Kurang setuju, TS = Tidak setuju,
STS = Sangat tidak setuju

Nakhoda dan ABK 78,4% tidak setuju KESIMPULAN DAN SARAN


dan 21,6% sangat tidak setuju apabila
nelayan mengoperasikan rumpon dengan Kesimpulan
cara menggiring ikan dari rumpon yang satu
ke rumpon yang lainnya, dengan tujuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menyatukan gerombolan ikan. Kondisi pemilik modal rumpon sudah mengetahui
ini mengganggu ruaya ikan ke perairan peraturan pemerintah namun memilih
pantai sehingga dapat menyebabkan untuk tidak mematuhi peraturan formal
konflik dengan nelayan yang tidak memiliki sebagaimana dikeluarkan oleh Kementerian
rumpon di perairan pantai karena ikan- Kelautan dan Perikanan baik dari segi
ikan akan terakumulasi dirumpon dan hukum maupun teknis pemasangan rumpon
hasil tangkapan nelayan di sekitar perairan di laut. Ketidakpatuhan tersebut terindikasi
pantai berkurang. Nakhoda dan ABK disebabkan oleh lemahnya penegakan
83,8% tidak setuju dan 16,2% sangat tidak hukum dan kurangnya kesadaran pemilik
setuju apabila nelayan memberikan izin modal akan pentingnya memiliki izin pada
menangkap ikan di rumpon juragannya pemasangan rumpon. Kerugian pemerintah
tanpa sepengetahuan juragan tersebut, dari ketidakpatuhan pemilik modal rumpon
karena jika juragannya mengetahui hal yang utama adalah tidak adanya pemasukan
tersebut maka nakhoda dan ABK tersebut Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
akan dipecat. Pemanfaatan rumpon karena tidak ada yang membayar perizinan
seharusnya hanya dilakukan di rumpon (Surat Izin Pemasangan Rumpon – SIPR).
masing-masing tanpa harus melakukan Adapun penelitian terhadap nakhoda
penangkapan ikan di rumpon orang lain dan anak buah kapal (ABK) menunjukkan
agar tidak menimbulkan terjadinya konflik bahwa mereka hanya menjalankan perintah
antar nelayan yang memanfaatkan rumpon. pemilik modal. Di sisi lain para nakhoda
Perhitungan hasil jawaban kuesioner dan ABK cenderungmematuhi kesepakatan
berdasarkan ketiga aspek diatas bahwa tidak tertulis diantara mereka sendiri terkait
diperoleh nilai rata-rata skor 51,09 berada dengan tanggungjawab moral dan adanya
pada interval 51< X ≤63, artinya nakhoda sanksi bila kedapatan melanggarnya.
dan ABK pancing tonda melaksanakan/
mematuhi aturan informal dan nilai- Saran
nilai yang dibangun secara bersama pada
proses pemanfaatan rumpon. Hal ini sesuai Peraturan perundang-undangan
dengan pendapat Jagers et al. (2012) yang yang mengatur pemakaian dan pemasangan
menyatakan bahwa alasan terwujudnya rumpon tidak perlu diubah atau diganti.
kepatuhan adalah moral dan solidaritas Sebaiknya kapasitas dan kapabilitas
kelompok. penegakan hukumnya yang perlu selalu

10 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 1 Mei 2022: 1-12
ISSN 2087-4871

ditingkatkan. Adanya konsistensi penegakan Kelautan dan Perikanan Nomor 18/


hukum di laut dan besarnya sanksi yang Kpts/2021 tentang Penempatan
harus ditanggung dapat meningkatkan Alat Penangkapan Ikan dan Alat
kepatuhan nelayan. Bila petugas yang Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah
berwenang dari Kelautan Perikanan Pengelolaan Perikanan Negara
tingkat propinsi melakukan patroli rutin Republik Indonesia dan Laut Lepas
dan melakukan penindakan terhadap serta Penataan Andon Penangkapan
pelanggaran-pelanggaran pemasangan Ikan. Jakarta.
rumpon sesuai peraturan menteri KP King DM, Sutinen JG. 2010. Rational
nomor 18/2021, maka pemilik modal akan Noncompliance and the Liquidation
terdorong untuk mematuhi regulasi yang of Northeast Ground Fish Resources.
ada. Marine Policy. 34(1): 7-21.
Marine Stewardship Council. Fish
Aggregating Devices (FADs). https://
DAFTAR PUSTAKA www.msc.org/what-we-are-doing/
our-approach/fishing-methods-and-
Ambari M. 2019. Rumpon Milik Nelayan gear-types/fish-aggregating-devices-
Asing Masih Banyak di Perairan fads. [13 Juli 2022].
Indonesia. Mongabay: Situs Berita Naamin N. 1987. Perikanan Laut di
Lingkungan. https://www.mongabay. Indonesia: Prospek dan Problema
co.id/2019/04/25/rumpon-milik- Pengembangan Sumberdaya,
nelayan-asing-masih-banyak-di- Perikanan Laut. Seminar Laut
perairan-indonesia. [13 Juli 2022]. Nasional II, Jakarta: 26 hal.
Becker GS. 1968. Crime and Punishment: Nuramin M. 2013. Pengelolaan Konflik
An Economic Approach. Journal of Perikanan Tangkap di Pelabuhanratu
Political Economy. 76(2): 169–217. [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah
Bene C, Tewfik A. 2001. Fishing Effort Pascasarjana, Institut Pertanian
Allocation and Fishermen’s Decision Bogor.
Making Process in a Multi-Species Ostrom E. 1990. Governing the Commons.
Small Scale Fishery: Analysis of the The Evolution of Institutions for
Conch and Lobster Fishery in Turks Collective Action. Cambridge:
and Caicos Islands. Human Ecology. Cambridge University Press.
29(2): 157-186. Prayitno MRE, Simbolon D, Yusfiandayani
Besweni. 2009. Kebijakan Pengelolaan R, Wiryawan B. 2016. Produktivitas
Rumpon yang Berkelanjutan di Alat Tangkap yang Dioperasikan di
Barat Daya Perairan Pelabuhanratu Sekitar Rumpon Laut Dalam. Marine
[Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Fisheries. 8(1): 101-112.
Pascasarjana, Institut Pertanian Prayitno MRE, Hakim MR, Rahman A.
Bogor. 2021. Dampak Rumpon terhadap
Idrus M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Kebiasaan Makan dan Hubungannya
Sosial. Yogyakarta (ID): PT. Gelora dengan Keberlanjutan Sumberdaya
Akasara Pratama. Ikan. Marine and Fisheries Science
Imron M, Baskoro MS. 2006. Rekayasa Technology Journal MARLIN. 2(1):
Teknik dan Quality Control API dan 141-150.
Rumpon untuk Laut. Dalam Rangka Statistik Perikanan PPN Palabuhanratu.
Akselerasi Pembangunan Perikanan 2016. Pelabuhan Perikanan
Tangkap di Pantai Selatan Jawa Nusantara Pelabuhanratu.
Barat. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Barat. Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Jagers SC, Berlin D, Jentoft S. 2012. Why Kualitatif, dan R&D. Bandung (ID):
Comply? Attitudes towards Harvest Alfabeta.
Regulations among Swedish Fishers. Suhana. 2008. Analisis Ekonomi
Marine Policy. 36(5): 969–976. Kelembagaan dalam Pengelolaan
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sumberdaya Ikan Teluk
2014. Peraturan Menteri Kelautan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
dan Perikanan Nomor 26/Kpts/2014 [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah
tentang Rumpon. Jakarta. Pascasarjana, Institut Pertanian
[KKP] Kementerian Kelautan dan Bogor.
Perikanan. 2021. Peraturan Menteri Sutinen JG, Viswanathan KK. 1999. A

Kepatuhan Pemasangan Rumpon ...............................................................................................................(DEPARI et al.) 11


Socio-Economic Theory of Regulatory
Compliance. International Journal of
Social Economics. 26: 174-193.
Yusfiandayani R. 2004. Studi Tentang
Mekanisme Berkumpulnya Ikan
Pelagis Kecil di Sekitar Rumpon
dan Pengembangannya di Perairan
Pasaruan, Propinsi Banten [Disertasi].
Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.

12 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 1 Mei 2022: 1-12

Anda mungkin juga menyukai