40691-Article Text-187892-3-10-20221005
40691-Article Text-187892-3-10-20221005
ABSTRACT
The use of FADs can help fishermen reduce fuel consumption, speed up fishing location, shorten days of operation,
and reduce operating costs. However, negative impacts also arise such as conflicts with other fishermen and the
potential for overfishing. The Ministry of Maritime Affairs and Fisheries has issued regulations regarding the use
of FADs to prevent those negative impacts. The regulation will be successful if it is implemented and obeyed by
the fishermen who are the purpose of the regulation. However, it is currently unknown whether the fishermen in
Pelabuhanratu know, understand and comply with these regulations. Therefore, this study aims to find out the level of
compliance of Pelabuhanratu fishermen with formal rules from the government and informal rules among themselves.
The research was conducted through interviews with capital owners, captains, and crew members. It was conducted
from August to October 2017. Analysis of the results of the interviews was carried out descriptively and equipped
with Likert analysis. The results show that the capital owners know and understand the existing regulations but do not
comply with them. The captain and crew carry out their own social ethics among themselves to respect each other’s
FADs, sanctions for transgression/theft and responsibilities towards their FADs, but do not pay attention to any
formal regulations from the government.
ABSTRAK
Penggunaan rumpon dapat membantu nelayan mengurangi konsumsi bahan bakar, mempercepat penentuan daerah
tangkapan, mempersingkat jumlah hari operasi keseluruhan, dan mengurangi biaya operasional. Namun dampak negatif
juga timbul seperti konflik dengan nelayan lain dan potensi terjadinya penangkapan yang berlebih. Kementerian Kelautan
dan Perikanan telah mengeluarkan peraturan terkait penggunaan rumpon untuk mencegah timbulnya dampak negatif.
Peraturan tersebut akan berhasil bila berjalan dan dipatuhi oleh nelayan yang menjadi tujuan peraturan tersebut. Namun
saat ini tidak diketahui apakah nelayan di Pelabuhanratu mengetahui, memahami, dan menaati peraturan tersebut. Oleh
sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat kepatuhan nelayan Pelabuhanratu terhadap aturan formal
dari pemerintah maupun aturan informal di kalangan mereka sendiri. Penelitian dilakukan melalui wawancara dengan
pemilik modal, nakhoda, dan anak buah kapal. Waktu penelitian adalah Agustus-Oktober 2017. Analisis terhadap hasil
wawancara dilakukan secara deskriptif dan dilengkapi dengan analisis Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemilik modal mengetahui dan memahami peraturan yang ada tetapi tidak mematuhinya. Nakhoda dan anak buah kapal
menjalankan sendiri etika sosial diantara mereka untuk saling menghormati rumpon milik orang lain, sanksi pencurian
dan tanggungjawab terhadap rumpon, namun tidak memperhatikan adanya peraturan formal dari pemerintah.
2 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 1 Mei 2022: 1-12
ISSN 2087-4871
melalui peraturan menteri di atas, namun tonda di pelabuhanratu. Data dan informasi
bagaimana kenyataan implementasinya di dikumpulkan melalui wawancara dengan
lapangan merupakan satu hal yang perlu panduan pertanyaan tertulis dan observasi
untuk dikaji. Apakah peraturan tersebut langsung di lapang. Secara keseluruhan
dijalankan, diikuti dan dipatuhi ataukah penelitian dilakukan dalam kurun waktu
tidak berjalan sama sekali. Ostrom (1990), Agustus-Oktober 2017.
menyatakan bahwa perilaku manusia Pengambilan data menggunakan
dalam proses pemanfaatan sumberdaya teknik stratified random sampling dengan
perikanan membutuhkan adanya kontrol total jumlah responden dari kalangan
melalui peraturan. Bene dan Tewfik (2001) pengguna sebanyak empat puluh empat
berpendapat bahwa pemahaman mengenai orang. Ada tiga kelompok masyarakat
respon nelayan terhadap peraturan yang pemangku kepentingan terhadap rumpon,
ada sangat penting dalam pengelolaan yaitu pemilik modal, nakhoda kapal ikan
sumbedaya ikan. Tanpa adanya informasi dan anak buah kapal ikan. Pemilik modal
mengenai perilaku nelayan, maka berjumlah tujuh orang (lihat Tabel 1),
pemerintah tidak mempunyai bukti apakah yang keseluruhannya dijadikan sebagai
peraturan yang dibuat tersebut berjalan responden. Adapun dari dua puluh delapan
sesuai dengan maksud tujuannya. Oleh nakhoda, ditetapkan minimal ada satu
karena itu, penelitian mengenai kepatuhan atau dua nakhoda yang bekerja untuk
nelayan perikanan rumpon pada peraturan satu pemodal tertentu sehingga jumlah
terkait dengan penggunaan rumpon menjadi respondennya sebanyak empat belas orang.
sangat penting dilakukan terutama untuk Responden dari anak buah kapal tonda
bahan evaluasi bagi pihak pemerintah dalam (ABK) ditetapkan sebesar dua puluh persen
menyusun kebijakan di bidang perikanan (20%) dari keseluruhan ABK yang ada,
khususnya mengenai rumpon. yaitu dua puluh tiga orang yang dipilih
Berdasarkan hal tersebut di secara acak. Data dan informasi pelengkap
atas maka tujuan penelitian adalah diperoleh melalui wawancara langsung
mengidentifikasi dan menganalisis perilaku dengan Kepala Bidang Perikanan Tangkap
pemangku kepentingan dalam penggunaan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
rumpon yaitu pemilik modal usaha, Sukabumi, dan bidang statistik Pelabuhan
nakhoda, dan Anak Buah Kapal (ABK). Perikanan Nusantara Pelabuhanratu.
Penelitian pendahuluan pada bulan Agustus Analisis kepatuhan nelayan
2017 dilakukan terlebih dahulu untuk dalam penelitian ini terbagi dua yaitu
mengetahui jumlah pemilik modal pancing tingkat kepatuhan pada peraturan formal
tonda yang menggunakan rumpon, jumlah (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan)
nakhoda kapal pancing tonda, jumlah anak dan tingkat kepatuhan pada peraturan
buah kapal (ABK) pada setiap kapal pancing informal (kesepakatan antar nelayan, antar
tonda, jumlah rumpon yang dimiliki setiap nakhoda, antar pemilik modal, dan lain-
pemilik modal, jumlah kapal yang dimiliki lain). Berdasarkan studi pendahuluan
setiap pemilik modal, dan ukuran setiap terkait pranata sosial diantara pemangku
kapal. Nelayan yang memanfaatkan rumpon kepentingan pemakai rumpon, dapat
pada proses penangkapan ikan di PPN diketahui bahwa pemilik modal memiliki
Palabuhanratu terdiri atas dari 5 orang kewenangan untuk menentukan semua
pada setiap kapal, 1 orang diantaranya aspek terkait pembuatan sampai pada
adalah nakhoda (tekong) dan 4 orang pemasangan rumpon. Adapun nakhoda
lainnya adalah Anak Buah Kapal (ABK). dan anak buah kapal memiliki kewenangan
Informasi yang diperoleh dari penelitian sangat terbatas pada operasional
pendahuluan tersebut kemudian digunakan penangkapan ikan saja. Oleh sebab
untuk merancang kuesioner dengan baik, itu, tingkat kepatuhan formal terhadap
menentukan jumlah responden, dan peraturan pemerintah diujikan pada pemilik
menentukan metode pengambilan sampel modal, sedangkan kepatuhan informal
dengan tepat. Penentuan jumlah responden dilakukan terhadap nakhoda dan anak
dan pelaksanaan pengambilan sampel buah kapal.
dilakukan pada bulan Oktober 2017. Kepatuhan pemilik modal terhadap
peraturan formal dilihat dari aspek yaitu
METODE PENELITIAN aspek hukum dan aspek teknis. Aspek
hukum meliputi perizinan sedangkan
Penelitian merupakan studi kasus aspek teknik terkait dengan konstruksi,
untuk pemakaian rumpon oleh nelayan pemasangan tanda pengenal, peletakan,
4 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 1 Mei 2022: 1-12
ISSN 2087-4871
Kepatuhan dari sisi teknis nakhoda dan ABK pancing tonda terhadap
aturan informal dan nilai yang ada dalam
Penilaian terhadap kepatuhan teknis pemanfaatan rumpon mengacu kepada
menggunakan dua kelas interval sebagai Idrus (2009) sebagai berikut:
berikut:
Keterangan: Keterangan:
Rentang = Nilai tertinggi – nilai terendah Z5 = Banyaknya jawaban responden yang
Nilai tertinggi = Jumlah pertanyaan × Skor menjawab nilai skor 5 (Sangat Setuju)
tertinggi Z4 = Banyaknya jawaban responden yang
=9×1=9 menjawab nilai skor 4 (Setuju)
Nilai terendah = Jumlah pertanyaan × Skor Z3 = Banyaknya jawaban responden yang
terendah menjawab nilai skor 3 (Kurang Setuju)
=9×0=0 Z2 = Banyaknya jawaban responden yang
menjawab nilai skor 2 (Tidak Setuju)
Berdasarkan rumus di atas maka panjang Z1 = Banyaknya jawaban responden yang
kelas interval yaitu: menjawab nilai skor 1 (Sangat Tidak
Setuju)
Untuk menentukan interval tingkat
kepatuhan digunakan rumus berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN rata 1 pada skala Likert. Skor satu berada
pada interval 0–1,5, yang berarti Tidak
Kepatuhan pada aturan formal Patuh. Ternyata tidak ada seorangpun
diantara pemilik modal yang memiliki izin
Kepatuhan pemilik modal diukur pemasangan rumpon (SIPR). Wawancara
dari aspek hukum dan teknis. Kepatuhan lanjutan mengungkapkan bahwa mereka
hukum dilihat dari aspek perizinan, tidak pernah mendapatkan kesulitan
sedangkan kepatuhan teknis dinilai dari tiga ataupun upaya penaatan hukum dari
hal yaitu tata letak pemasangan rumpon, pejabat yang bewenang karena hal ini.
konstruksi rumpon dan tanda pengenal Sanksi yang diberlakukan apabila melanggar
yang digunakan pada rumpon. Adapun aturan yaitu pembongkaran rumpon
hasil yang diperoleh yakni: yang dipasang, namun ternyata tidak ada
penerapan sanksi yang tegas dari pihak
Aspek perizinan yang berwenang. Kurangnya sumberdaya
manusia, anggaran, dan fasilitas kapal
Peraturan yang dikeluarkan oleh untuk kegiatan pengawasan membuat
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP) fungsi pengawasan tidak berjalan maksimal.
nomor 26/Kpts/2014 (KKP 2014) tentang Dampak finansial ketidak patuhan terkait
Rumpon, yang kemudian diperbaharui perizinan tidak menjadi lingkup penelitian.
dengan Peraturan Menteri KP nomor Namun diduga kerugian finansial adalah
18/2021 (KKP 2021) tentang penempatan tidak dibayarkannya Pendapatan Negara
alat penangkapan ikan dan alat bantu Bukan Pajak (PNBP) kepada Kementerian
penangkapan ikan di wilayah pengelolaan Kelautan dan Perikanan (KKP).
perikanan negara republik indonesia
dan laut lepas serta penataan andon Aspek teknis pemasangan rumpon
penangkapan ikan, mengharuskan adanya
permintaan izin pemasangan rumpon Peraturan Menteri KKP terbaru
yang antara lain mencamtumkan waktu nomor 18/2021 (KKP 2021 pasal 16 butir
pemasangan, jumlah, dan kordinat posisi a, mewajibkan jarak antara rumpon tidak
rumpon tersebut. Hasil wawancara dengan kurang dari sepuluh (10) mil laut, tidak
pemilik modal menunjukkan bahwa mereka mengganggu alur pelayaran, ditempatkan
mengetahui adanya peraturan tersebut sesuai dengan daerah penangkapan ikan,
dari sosialisasi yang dilakukan pihak DKP tidak ditempatkan di kawasan konservasi
Kabupaten Sukabumi. Namun pada saat perairan, tidak ditempatkan pada alur
yang sama, analisis terhadap kuantifikasi migrasi biota laut. Penelitian berhasil
jawaban mereka terhadap pertanyaan mengungkap adanya lima belas rumpon
terkait kepatuhan menunjukkan nilai rata- yang telah dipasang oleh tujuh pemilik
6 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 1 Mei 2022: 1-12
ISSN 2087-4871
modal. Namun hanya lima pemilik modal Mereka menggunakan bahan alami berupa
yang memberikan posisi dari delapan daun kelapa untuk atraktor rumponnya,
rumpon yang telah dipasang. Lokasi karena daun kelapa jika dipasang
rumpon-rumpon tersebut dapat dilihat pada selama 10-12 hari akan mendatangkan
Tabel 7. mikroorganisme yang merupakan sumber
Perhitungan jarak antar koordinat makanan bagi ikan. Menurut Subani (1972)
rumpon-rumpon tersebut menunjukkan dalam Yusfiandayani (2004) menyatakan
bahwa hanya rumpon K1 dan K2 serta bahwa kegiatan penangkapan disekitar
rumpon K7 dan K8 yang berjarak kurang rumpon dilakukan setelah 10 hari rumpon
dari sepuluh mil antara satu dengan lainnya tersebut dipasang. Selain itu daun kelapa
(4,1-4,2 mil laut). Adapun jarak relatif dengan juga banyak tersedia di Palabuhanratu
rumpon-rumpon lainnya lebih besar dari dengan harga yang relatif murah.
sepuluh mil laut. Koordinat lokasi rumpon Jawaban kuesioner berdasarkan
dan juga kedalaman penempatannya ketiga aspek memperoleh skor rata-rata
menunjukkan keberadaan rumpon yang sebesar 4,3. Nilai ini berada pada interval
tidak dalam alur pelayaran kapal. Tidak 0–4,5 yang berarti pemilik modal tidak
ada informasi mengenai alur migrasi biota mengikuti aturan dalam pemasangan
laut ataupun kawasan konservasi di sekitar rumponnya.
rumpon tersebut.
Kepatuhan pada aturan informal
Aspek teknis tanda pengenal rumpon
Pengamatan dan wawancara yang
Sesuai dengan peraturan menteri KP dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada
nomor 18/2021 pasal 19 butir 4 dan butir 5, aturan informal, kesepakatan bersama
maka rumpon yang dipasang wajib dilengkapi ataupun praktik pengelolaan spesifik
dengan tanda pengenal (nama pemilik, diantara pemangku kepentingan dalam
nomor surat izin pemasangan rumpon perikanan rumpon di pelabuhanratu.
(SIPR), dan koordinat) titik pusat dan radar Peneliti menggunakan kuesioner yang
reflector. Hasil wawancara menunjukkan disusun berdasarkan adaptasi dari
bahwa walaupun semua pemilik modal penelitian Sutinen dan Viswanathan
mengetahui ketentuan tersebut, namun (1999) yang menyatakan bahwa kepatuhan
tanda pengenal yang dipasang hanya berupa pada peraturan dipengaruhi oleh aspek
bendera dan tiangnya terbuat dari bambu penegakan hukum berupa sanksi, tanggung
agar mengurangi biaya pembuatan rumpon, jawab moral, dan manfaat ilegal dari aspek
dan tanpa adanya radar reflector. motivasi. Adapun hasil yang diperoleh yakni:
Nakhoda dan ABK 83,8% tidak setuju di Palabuhanratu, belum pernah terjadi
dan 16,2% sangat tidak setuju apabila perusakan rumpon oleh nelayan di laut,
lokasi pemasangan rumpon dilakukan biasanya rumpon yang rusak diakibatkan
sembarangan, karena dapat mengakibatkan oleh arus dan gelombang yang besar.
persaingan wilayah penangkapan ikan Nakhoda dan ABK 91,9% tidak setuju dan
antara nelayan yang menggunakan rumpon 8,1% sangat tidak setuju apabila nelayan
dengan nelayan yang tidak menggunakan memasang rumpon dengan efek pagar,
rumpon. Keberadaan rumpon di suatu karena menghalangi ruaya ikan menuju
perairan mampu memicu terbentuknya ke pantai yang dapat menyebabkan hasil
daerah penangkapan ikan (DPI) yang tangkapan nelayan yang tidak menggunakan
potensial di perairan tersebut. Rumpon rumpon dalam melakukan operasi
mampu menarik berkumpulnya biomassa penangkapan ikan di perairan sekitar pantai
ikan dalam jumlah besar di sekitarnya, menurun, sehingga menimbulkan konflik
sehingga nelayan yang tidak menggunakan dengan nelayan tersebut.
rumpon hasil tangkapannya akan berkurang
karena ikan akan berkumpul disekitar Tanggung jawab moral
rumpon (Prayitno et al. 2016). Nakhoda
dan ABK pada usaha perikanan rumpon Indikator dari variabel tanggung
21,6% sangat setuju dan 78,4% setuju jawab yang diamati pada penelitian ini terkait
apabila nelayan yang melakukan operasi keterlibatan nelayan dalam pengawasan
penangkapan ikan di rumpon milik orang dan penyelesaian masalah bila terjadi
lain diberi sanksi. Sanksi yang diberikan konflik. Adapun hasil penelitian persepsi
untuk nelayan yang tertangkap melakukan nakhoda dan ABK pancing tonda mengenai
operasi penangkapan ikan di rumpon orang tanggung jawab moral antara nelayan dalam
lain yaitu semua hasil tangkapan nelayan memanfaatkan rumpon dapat dilihat pada
akan diambil oleh pemilik rumpon tersebut. Tabel 9.
Permasalahan ini biasanya tidak sampai Nakhoda dan ABK 83,8 % tidak
dibawa ke jalur hukum karena antar setuju dan 16,2 % sangat tidak setuju
sesama nelayan perikanan rumpon memiliki melakukan proses pengawasan pada
hubungan persaudaraan. rumpon secara berkala, karena akan
Nakhoda dan ABK 16,2% sangat menambah biaya operasioanl antara lain
setuju dan 83,8% setuju apabila nelayan untuk mempekerjakan orang melakukan
memindahkan lokasi rumpon orang lain hal tersebut. Proses pengawasan hanya
diberi sanksi. Namun pada pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan operasi
tidak ada nelayan yang memindahkan penangkapan. Nakhoda dan ABK 40,5%
lokasi pemasangan rumpon, karena jenis sangat setuju dan 59,5% setuju apabila
rumpon yang dipasang oleh nelayan di nelayan harus bertanggungjawab
Palabuhanratu termasuk ke dalam kategori mengawasi rumpon juragannya masing-
rumpon menetap. masing, agar tidak ada nelayan lain
Nakhoda dan ABK 10,8% sangat melakukan operasi penangkapan ikan
setuju dan 89,2% setuju apabila nelayan di rumpon tersebut. Hal ini dilakukan
merusak rumpon orang lain diberi sanksi. karena merupakan tempat nakhoda dan
Sejak mulai berkembang perikanan rumpon ABK tersebut bekerja untuk mendapatkan
8 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 1 Mei 2022: 1-12
ISSN 2087-4871
10 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 1 Mei 2022: 1-12
ISSN 2087-4871
12 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 1 Mei 2022: 1-12