Anda di halaman 1dari 60
PEDOMAN AKSES DAN KESINAMBUNGAN PASIEN RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA. JI, Raya Kosambi-Telagasari Km 3 Klari - Karawang (41371) Telepon (0267) 8617972 / 437507 © CenterFamily Health @) RS CITRA SARI HUSADA (9 JhRaya. Kosambi-Telagasasi Km 3 Klari - Karawang (41371) in ura Telepon (0267) 8617972 / 437507 Kus Exuil ss_citrasisihusada@yahoo.co.id Website : www.rscitrasarihusada.com PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA ‘Menimbang Mengingat NOMOR: 104/PER-DIR/RSCSH/V11/2022 TENTANG PEDOMAN AKSES DAN KESINAMBUNGAN PASIEN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA KARAWANG 10. bahwa untuk mendukung terwujudnya pelayanan Kesehatan bagi pasien di Rumah Sakit Citra Sari Husada yang optimal yang berorientasi terhadap keselamatan pasien di Rumah Sakit Citra Sari Husada; bahwa berdasarkan poin a perlu menetapkan Peraturan Dircktur tentang Pedoman Akses dan Kesinambungan Pasien di Rumah Sakit Citra Sari Husada; Undang-undang No, 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; ‘Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; Undang-undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004, tentang. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit; Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit; Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit; Peryataan Keputusan Rapat PT. Novialiano Husada (Akte Notaris Hindum Muchsin, SH No. 09 Tanggal 22 Oktober 202: Surat Keputusan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan 1 |. Surat Keputusan Direktur PT. Novialiano Husada No : ‘Terpadu Kab. Karawang No. 503 4867 / 8 / SIORS /X / DPMPTSP / 2021 Tentang Jjin Operasional Rumah Sakit Citra Sari Husade Atas ‘Nama PT. Novialiano Husada 13/KEP- DIR/PTNH/X1/2021 Tentang Penetapan Direktur RS Citra Sari ‘Husada, @© RSCITRA SARIAUSADA Go JiRaya. KosambiTelagasaei Km 3 Kaa - Karawang (41371) co Y Telepon (0267) 8617972 / 437507 2am 5_citrasarhusada@yahoo.co.d Website: www.ssitasaits (Intan Barokal Group ) MEMUTUSKAN Menetapkan: © PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA TENTANG PEDOMAN AKSES DAN KESINAMBUNGAN PASIEN. BABI PENDAHULUAN Pasal 1 Rumah sakit seyogianya mempertimbangkan bahwa asuhan di rumah sakit merupakan bagian ari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional pemberi asuhan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuan adalah menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang sudah tersedia di rumah sakit, mengoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya Scbagai hasilnya adalah meningkatkan mutu asuhan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Perlu informasi penting untuk membuat keputusan yang benar tentang: 1, Kebutuhan pasien yang dapat dilayani oleh rumah sakit; 2. Pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien; 3. Rujukan ke pelayanan lain baik di dalam maupun keluar rumah sakit; 4, Pemulangan pasien yang tepat dan aman ke rumah; BABU ‘Skrining Pasien di Rumah Sakit Pasal 2 1. Skrining dilakukan pada kontak pertama pasien dengan RS untuk menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh RS, dan memastikan kebutuhan pasien akan pelayanan darurat atau regularfelektif, Skrining dilaksanakan di unit perawatan, ambulans, atau saat pasien tiba di Rumah Sakit; Skrining dilaksanakan melalui kriteria Triage, visual atau pengamatan (petugas pendaftaran), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang; . Kebutuhan darurat, mendesek, atau segera, diidentifikasi dengan proses Triage berbaris bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi; Keputusan untuk melakukan tindakan, merawat atau meryjuk dibuat setelah ada evaluasi hasil skrining; Sebelum ditransfer atau dirujuk pasien harus dalam keadaan stabil dan dilengkapi dengan dokumen pencatatan, 7. Pada proses admisi pasien rawat inap dilakukan skrining kebutuhan pasien untuk menetapkan pelayanan preventif, paliatif, Kuratif, dan rehabilitatif yang diprioritaskan berdasar atas kondisi pasien; er “ a Pasal 3 Skrining adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk mengindentifiaksi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas denganmenggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan, Test skrining yang dapat dilakukan dengan: 1, Pengkajian (anamnesa) berupa riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, psikososial, ekonomi, spiritual, pengkajian risiko jatuh, dan nyeri . Pemeriksan fisik |. Pemeriksaan laboratorium Klinik |. Pemeriksaan diagnostik AwE Skrining bertujuan untuk mengurangi motbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus yang ditemukan, Upaya keschatan adalah setiap Kegistan/serangkaian yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat keschatan masyarakat dalam bentuk pencegshan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kkesehatan (rehabilitatif) secara khusus penanganan paliatif oleh pemerintah dan masyarakat. Penyelenggaran Kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, professional dan bermutu, Penyelenggarsan upaya kesehatan harus sesuai dengan nilai dan moral sosial budaya, moral dan etika profesi. Proses skrining pada pasien di RS Citra Sari Husada Karawang akan menentukan jenis Pelayanan prioritas bagi kebutuhan pasien untuk pelayanan preventif, kuratif, rehabilitative dan paliatif. A, Jenis pelayanan di RS Citra Sari Husada Karawang meliputit 1. Preveatif. 1), Definisi: Preventif adalah suatu tindakan yang diambil untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang tidak diinginkan di masa depan. Tindakan preventif biayanya lebih murah dibandingkan mengurangi dampak peristiwa buruk yang terjadi, Prinsipnya adalah meminimilasasi sebuah keburukan, Upaya preventif merupakan sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, Preventif secara etimologi berasal dari bahasa latin “pravenire” yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak tetjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevent’ diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan utuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat. 2), Tujuan: Pelayanan preventif yang dilakukan di RS Citra Sari Husada Karawang adalah terdiri dari pegobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara ‘menghindari akibat yang timbul dari perkembangan penyakit tersebut 3), Lingkup Kegiatan Perawatan preventif, Jenis kegiatan perawatan preventif di RS Citra Sari Husada Karawang meliputi 1. Penyakit dalam. Perawatan pasien diabetes mellitus dengan kadar glukosa darah yang tinggi (400 mg/dl) diharapkan untuk mencegah komplikasi yang terjadi 5 seperti ketoasidosis, acute kidney injury, penyakit cardiovaskuler seperti acute coronary syndrome, ischemic dilated cardiomyopathy, cerebrovascular disease 2. Penyakit jantung dan pembuluh darah : Tekanan darah tinggi yang sangat tinggi seperti hipertensi urgency (TD > 180 / 120 mmHg) mempunyai dampak yang sangat berbahaya bila tidak diturunkan. Tatalaksana hipertensi urgency ditujuka untuk pencegahan penyakit hipertensi emergency dimana sudah ada kerusakan target organ, acute coronary syndrome, acute kidney injury, cerebro vascular disease, dll 3. Obstetri dan Gynecologi : Abortus imminens merupak kondisi yang ‘mengkhawatirkan apabila tidak ditangani dengan baik schingga janin dapat ‘menjadi abortus. Dengan perawatan dan tatalaksana yang baik, maka abortus Kcomplit dan inkomplit pada abortus imminens dapat dicegah. 2. Kuratif. 1). Definisi Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, Pengendalian penyakit yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan agar kkualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. 2). Tujuan Pelayanan kesehatan kuratif merupakan pengobatan yang dilakukan dengan tepat dan segera untuk menangani berbagai masalah yang terjadi. Pengobatan segera dilakukan. sebagai penghalang agar gejala tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah. ‘Tujuan utama dari usaha ini adalah : 1. Yang setepat-tepataya dan secepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera. 2. Pengobatan Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya menular. 3. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu penyakit. ‘Sebagian besar perawatan pasien di RS Citra Sari Husada Karawang memiliki tujuan kuratif, untuk setepat-tepatnya dan secepatnya mengurangi gejala dan menyembubkan penyakit yang diderita oleh pasien Pengobatan atau farmakoterapi merupakan suatu proses ilmiah dilaksanakan olch dokter berdasarkan temuan-temman yang diperoich selama anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dalam proses farmakoterapi terkandung keputusan ilmiah yang, dilandasi oleh pengetahuan tentang obat dan keterampilan terkini untuk melakukan 6 intervensi pengobatan yong memberi manfaat maksimal dan resiko minimal bagi pasien. Berarti dapat dipertanggungjawabkan dan cost effektif yang adalah prinsip pengobatan rasional, Berbagai upaya yang dilakukan: a. Dukungan penyembuhan, perawatan contohnya dukungan psikis penderita TB Paru b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan puskesmas dan rumah sakit Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas Perawatan payudara Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir Pemberian obat dan tata laksana medis sesuai dengan disiplin kedokteran yang difuangkan dalam panduan praktek klinik mane 3. Rehabilitatif 1), Definisi Rehabilitasi adalah penggunaan berbagai upaya untuk mengurangi dampak disabititas serta Ketunaan dan memampukan kelompok dengan kebutuhen khusus untuk mencapai integrasi sosial yang optimal. Rehabilitasi orang dengan disabilitas merupakan proses yang bertujuan memampukan mereka mencapai dan memelihara tingkat fungsional fisik, sensoris, intelektual, psikoiogis dan sosial. Definisi ini sangat luas Karena mencakup rehabilitasi Klinis dan partisipasi sosial yang memerlukan perpaduan antara lingkungan sosial dan kelompok disabilitas, schingga menghilangkan hambatan sosial dan vokasional dalam berpartisipasi Pelayanan kesehatan rehabilitative adaiah kegiatan dan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan penderita ke dalam masyarakan sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya 2). Tujuan Pelayanan rehabilitative yang dilakukan di rumah sakit berujuan untuk pemuliban dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention) Pelayanan Kesehatan rehabilitative merupakan kegiatan dan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakan sehingga dapat berfungai lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya Pelayanan rehabilitative yang dilakukan di rumah sakit beryjuan untuk pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention) Rehabilitasi merupakan penggunaan berbagai upaya untuk mngurangi dampak isabilitas serta Ketunaan dan memampukan kelompok dengan kebutuhan khusus untuk mencapai integrasisosial yang optimal. Rehabilitasi orang dengan disabilitas merupakan proses yang bertujuan memampukan mereka mencapai dan memelhara tingkat fungsional fisik, sensoris, intelektual, psikologis dan sosial. Definisi ini sangat luas Karena mencakup rehabiitasi Klinis dan partisipasi sosial yang memerlukan perpaduan antara lingkungan sosial dan kelompok disabilitas, sehngga menghilangkan hambatan sosial dan vokasional dalam berpartisipasi. Rehabilitasi terdiri dari 1, Rehabilitasi Medis: Layanan midis yang bertujuan mengembangkan kemampuan fungsional dan psikologis seorang individu dan mekanisme Kompensasinya sehingga ia dapat mencapai kemandirian dan menjalani hidup secara aktif. 2, Rehabilitasi Sosial: Usaha penyantunan rehabilitasi cacat kembali ke ‘masyerakat sebagai manusia yang produktif dan berguna, 3. Rehabilitasi Vokasional: Usaha pemulihan penderita cacat untuk dapat bekerja dan berguna secara produktif dan remuneratif. 4. Rehabilitasi Pendidikan: Proses pendahuluan ke arah resosialisasi dengan memberikan bantuan kepermasalahan rupa, sehingga mencapai perkembangan potensi seoptimal mungkin. Layanan Rehabilitasi Medik (batasan PB PERDOSRI): adalah layanan keschatan yang diselenggaraken di sarana keschatan dan meliputi upaya pelayanan Promotif, preventif, kuratif dan rehsbilitatif, yang mencakup kegiatan layanan Kesehatan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan medis, psikososial, edukasional dan vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin, Pelayanan Rehabilitasi medik dilaksanakan oleh tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang memiliki kualifikasi dalam rehabilitasi medik, antara Tain dokter umum terlatib, dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, ortotis-prostetis, perawat , pekerja sosial medik, psikolog dan rohaniawan, Layauan Fisioterapi (batasan Ikatan Fisioterapis Indonesia): adalah bentuk layanan kesebatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secera manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Batasan dan ruang lingkup + Layanan Terapi Wicara (batasan Ikatan Ahli Terapi Wicara Indonesia): adalah bentuk layanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dar/kelompok untuk memulihkan mengupayakan Kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, elektroterapeutis) dan mekanis). © Layanan Terapi Okupasi (batasan ikatan Okupasi terapi Indonesia): adalah bentuk layanan kesehatan yang dityjukan kepada individu dan/ketompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan/mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktivitas sehari-hari, produktivitas dan waktu Iuang melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi. « Layanan Ortotis-Prostetis (batasan Ikatan Ortotik-Prostetik Indonesia): adalah salah satu bentuk layanan keteknisan medik yang ditujukan kepada individu untuk merancang, membuat dan memasang alat bantu guna pemeliharaan dan ‘pemulihan fungsi atau pengganti anggota gerak. Penegakkan Diagnosis. Evaluasi dan pemeriksaan fisik yang dibantu pemeriksaan penunjang menghasilkan diagnosis KFR dalam bentuk identifikasi adanya hendaya, disabilitas atau kecacatan dan kemampuan aktivitas serta partisipasi fungsi dan keterbatasan fungsi merupakan hal penting dalam perawatan akut, subakut dan kronis yang panjang pasien dengan kondisi disablitas dan/penyakit kronik lainnya. Pada tahun 2001, WHO menerbitkan Internasional Classification of functioning, disability and ‘Health (ICF) untuk menyatakan kondisi fungsi dan disabilitas secara menyeluruh yang meluputi taksonomi fungsi manusia, aktivitas dan partisipasi serta faktor- faktor kontekstual (Tabel IV-1). Prinsip Dasar: Menetapkan Tujuan Optimal, Layanan rehabilitasi medik adalah suatu proses yang bertujuan mengoptimalkan Kemampuan individu untuk mempertahankan dan mencapai tingkat fungsi fisik, ‘mental, emosional, sosial, dan spiritual untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Dalam hal ini, pasien dan dokter memiliki tujuan yang sama, Tujuan tersebut harus diupayakan bersama schingga layanan medis tidak berhenti sebatas gejala penyakit bekurang atau hilang. Ukuran terbaik atas nilai suatu layanan kedokteran adalab hasil yang dapat diukur ‘melalui peningkatan perbaikan fungsi dan kualitas hidup seorang pasien. Hasit Fehabilitasi harus diukur dari parameter kinerja, Pasien (patient performance) sepanjang sisa hidupnya, Anderson telah membuat ukuran fungsional tentang laran rehabilitasi yang dimodifikasi dan Williamson dengan cara mengkaji kinetja pasien di sisa hidupnya seperti tertera dalam tabel. Layanan rehabilitasi yang kompherensif ini harus dapat berorientasi pada hasil akhir. Layanan dilakukan dengan mengembangkan suatu metode komprehensif melaiui bimbingan edukasi latihan untuk mendapatkan hasil akhir yang optimal. Walaupun telah tercapai perbaikan selama rawat inap di rumah sakit, aspek-aspek Jain dalam kehidupan pasien di rumah dan dimasyarakat setelah pulang perlu iperhatikan dan potensi pasion digali iebih jauh apekah dapat_mencapai kemandirian dan kualitas yang lebih tinggi. Tujuan layanan yang komprehensif ini harus mencakup pencapaian fungsional ‘secara optimal bagi setiap individu, baik di rumah maupun di masyarakat, selama ‘hidupnya. Menunjukkan Skala Hasil Akhir Fungsional rehabilitasi berdasarkan kinerja fungsi individu. Dari sejak seseorang lahir, laju peningkatan fongsi sangat pesat pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga mencapai puncaknya pada usia dewasa muda Jika kesehatan tubuh dapat dipertahankan dan dijaga, fungsi ini dapat bertahan mendeksti maksimal hingga lanjut usia, dan meninggalnya scorang individu menjadi titik akhir fungsi. Berbagai contoh jenis intervensi dalam KFR adalah * Pengobatan medikamentosa yang bertujuan untuk memulihkan struktur 25%) El inj | Gagal jantung kongesif e ¢| Kondisi/Komplikasi lain f 2 3. | Status Fangsional Skor | 4. | Kriteria Iain yang perlu | Skor 1, Menggunakan status performa| spesifik | | dipertimbangkan untuk —tiap ECOG (Ester Cooperative | di bawah kondisi Oncology Group). ini Derajat Skala 0 Aktif penuh, dapat | Skor 0 melakuka tampa hambslan Tidak akan menjalani pengobatan kuratif seperti sebelum ada Ee Kondisi penyakit berat |... seperti pekerjaan ringan seperti pekerjaan kantor yang ringan penyakit dan memilih untuk tidak melanjutkan terapi | Terdapat hambatan dalam | Skor 0 ¢} Nyeri tidak teratasi dari aktivitas berat tetapi mampu 24 jam berjalan dan dapat d|Memiliki _Keluhan yang melakukan pekerjaan ringan tidak terkontrol (contoh : mual dan muntah) 2[Dapat —berjalan, dapat | Skor T ©] Memilia kondisi mengurus diri sendiri tetapi psikososial dan spiritual tidak dapat melakukan yang perlu perhatian semua aktivitas pada lebih #/ Sering berkunjung ke dari 50% jam bangun unit “gawat darurat di rumah: sakit (lebih satu kali/bulan untuk diagnosis yang sama) 3] Dapat menguris din sendin’ | Skor2 | Lebih dari sary kali untuk | secara terbatas, lebih banyak diagnosis yang sama menghabiskan waktunya di dalam 30 hati tempat tidur atau di kursi b| Memiliki tama perawatan roda, lebih dari 50% jam tanpa kemajuan yang bangun bermakna 4) Tidak dapat mengurus diri | Skor3 ifLama rawat yang sendiri, sebagian —_besar panjang di ICU tanpa waktu difempat —tidur, kemajua kondisi berat/cacat Petunjuk Skoring : Skor total 0-2 tidak perlu intervensi paliatif. ‘Skor total -3 Qbservasi, Skor total > Perlu konsultasi paliatif. Pasal 4 Rumah Sakit memiliki kriteria masuk dan keluar unit pelayanan intensif atau pelayanan khusus “ICU, NICU” antara lain: 1. Kriteria berdasar fisiologi yang tepat, dikembangkan oleh staf yang tepat, dan dipahami oleh staf rumah sakit. 2. Bukti bukti yang = memenuhi kriteria yang tepat untuk masuk dan keluar dari pelayanan intensif atau pelayanan khusus tercantum dalam rekam medis. Rumah Sakit Citra Sari Husada mendisain tata cara transfer dan melaksanakan proses untuk memberikan pelayanan asuhan pasien yang berkelanjutan didalam Rumah Sakit dan koordinasi antar para tenaga medis Pasal 5 Penundaan Pelayanan. 1. RS Citra Sari Husada memperhatikan kebutuhan Klinis pasien pada waktu menunggu dan ‘memberitahu pasien jika terjadi penundaan untuk pelaksanaan tindakan/pengobatan, pemeriksaan penunjang atau rujukan; 19 2. RS Citra Sari Husada memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan beserta alasannya dan memberiken alternatif yang tersedia; 3. Penundaan atau keterlambatan pelayanan dicatat dalam rekam medis pasien, misalnya di form edukasi yang terdapat bukti tanda tangan pasien; BABI REGISTRASI DAN ADMISI DI RUMAH SAKIT Pasal 6 Rumah Sakit Citra Sari Husada memiliki proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran Pasien rawat jaian dan instalasi gawat darurat: 1. Pendaftaran layanan rawat jalan dilakukan di konter pendaftaran rawat jalan untuk pasien ‘umum, asuransi, perusahaan atau BPIS, 2. Pendaftaran layanan rawat jalan IGD dilakukan di konter pendaftaran IGD 3. Pendaftaran layanan rawat inap dilakukan di konter pendaftaran rawat inap, akan dilakukan pengambilan keputusan = a. Pasien bisa rawat jalan; b, Pasien dipindehkan atau dirujuk karena fasilitas yang dibutuhkan tidak tersedia; ©. Pasien akan dilakukan perawatan lebih lanjut (masuk rawat inap biasa atau masuk intensive care berdasarkan kriteria keluar masuk yang berlaku); 4. Pasien yang membutubkan stabilisasi keadaan umum akan dilakukan observasi di IGD, untuk pasien yang dilakukan observasi di IGD maksimal 6 jam dan setelah itu harus diputuskan pasien itu dirujuk, rawat, atau pulang, ©. Bila tempat tidur tidak tersedia di mang rawat inap, pasien dapat transit di IGD dalam waktu 1x24 jam atau dirujuk ke fasilitas kesahatan iain, f Pencatatan asesmen awal medis diisi dalam waktu 1x24 jam; Pasal 7 Rumah Sakit Citta Sari Husada memberikan penjelasan yang cukup kepada pasien dan ‘keluarganya pada saat admisi untuk membuat keputusan berkenaan dengan pelayanan yang ddianjurkan, termasuk namun tidak terbatas pada 1. Pelayanan yang ditawarkan. 2. Hasil pelayanan yang diharapkan. 3. Perkiraan biaya kepada pasien dan keluarganya. 20 4. Penjelasan cukup bagi pasien dan keluarganya untuk membuat keputusan yang benar. 5. Ketersediaan tempat tidur. 6. Perencanean alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi medis, dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien. 7. _Alur pasien didaerah pasien menerima asuban, tindakan dan pelayanan. 8. _Bfisiensi pelayanan penunjang asuhan dan tindakan ke pasien Pasal 8 Rumah Sakit Citra Sari Husada berusaha mengurangi kendala fisik, bahasa dan budaya serta penghalang lainnya dalam memberikan pelayanan dengan cara: 1. Pimpinan dan staf rumah sakit mengidentifikasi hambatan yang ada dipopulasi pasiennya; 2. Ada prosedur untuk mengatasi atau membatasi hambaten pada waktu pasien mencari pelayanan. 3. Ada prosedur untuk mengurangi dampak dari hambatan dalam memberikan pelayanan. BABIV KONTINUITAS PELAYANAN Pasal 9 1. Manajemen Pelayanan Pasien (MPP); 8, Suatu proses kolaboratif mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan Kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif, melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia schingga memberi hasil (outcome) yang bermutu dengan biaya-efektif. b, Suatu model klinis untuk manajemen strategi mutu dan biaya pelayanan, dibuat untuk memfasilitasi hasil pasien yang diharapkan dalam lama perawatan yang Jayak/patut dan dengan manajemen sumber daya yang sesuai 2. Manajer Pelayanan Pasien (MPP) adalah profesional di rumah sakit yang melaksanakan manajemen pelayanan pasien, 3. _Asesmen utiitas : kegiatan mengevaluasi utilisasi/pemanfaatan sumber daya; 24 Pasal 10 roses pelaksenaan Case Manager melibatkan seluruh PPA dan pasien sehingga terjadi hhubungan yang sinergis sehingga meningkatkan pelayanan Rumah Sakit. Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien (MPP) adalah sebagai berikut Penetapan dan Pengangkatan MPP oleh Direktur; Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien; ‘Mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien; . Mengoptimalkan proses reimbursemen; dan dengan fungsi sebagai berikut; . Melakukan Asesmen manajemen pelayanan pasien, berdasarkan pasien yang meliputi : a. Risiko tinggi. b, Biaya tinggi. ©. Potensi komplain tinggi. a e £ wR wee |. Kasus dengan penyakit kronis. Kasus komplek/rumit. Kermungkinan sistem pembiayaan yang komptek. 6. Perencanaan manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaborasi dengan DPJP seria para anggota Tim Klinis lainnya, yang mencerminkan Kelayakan/kepatutan dan efektivitas-biaya/ kendali mutu dan biaya dari pelayanan pengobatan medis dan Kdinis. 7. Melakukan fasilitasi yang mencakup interaksi antara MPP dan DPJP serta para an tim Kdinis lainnya, berbagai unit pelayanan, pelayanan administrasi, perwakilan pembayar, Fasilitasi untuk koordinasi, komunikasi dan kolaborasi antara pasien dan pemangku kepentingan, serta menjaga kontinuitas pelayanan. 8. Memfasilitasi untuk kemungkinan pembebasan dari hambatan yang tidak mempengaruhi kinerje/basil. 9. Memfasilitasi dan memberikan edukasi dan advokasi agar pasien memperoleh pelayanan yang optimal sesuai dengan sistem pembiayaan dan kemampuan finansial. Pagal 11 DPJP (Dokter Penanggung Jawab Polayanan) : adalah seorang dokter, sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap (paket) Kepada satu pasien dengan satu patologi/penyakit, dari awal sampai dengan akhir perawatan di Rumah Sakit, baik pada pelayanan Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Tnap. Asuhan medis Jengkap artinya melakukan asesmen medis sampai dengan implementasi rencana serta tindak tanjutnya sesuai kebutuhan pasien 22 Pasal 12 DPJP Utama adalah bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis tersebut dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh seorang DPJP Utama. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang bersangkutan ("Ketua Tim"), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif - terpadu - efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi efektifdengan membangun sinergisme dan mencegah duplikasi. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan uraian/data tentang hasil laboratorium atau radiologi, tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak memberikan asuhan medis yang lengkap. Pasal 13 Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola Pelayanan Berfokus pada Pasien (Patient Centered Care), dan DPJP merupakan Ketua (Team Leader) dari tim yang terdiri dari para professional pemberi asuhan pasien/staf klinis dengan kompetensi dan Kewenangan yang memadai, yang terdiri dari dokter, perawat, abli gizi, apoteker, fisioterapis dsb. Rumah sakit bekerja sama dengan para praktisi kesehatan dan badan di luar rumah sakit untuk memastikan bahwarujukan ditakukan pada waktu yang tepat 1. Rencana pemulangan pasien mempertimbangken pelayanan penunjang dan kelanjutan pelayanan medik. 2. Identifikasi organisasi dan individu penyedia layanan Kesehatan di tingkungan tempat tinggal pasien yang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada di rumah sakit serta populasi pasien, 3. DPIP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasion harus menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan, 4, Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik atau sesuai kebutuhan pasien. 5. Apabila memungkinkan rujukan keluar rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik dan badan dari mana pasien herasal, 6. Apabila memungkinkan rujuken dibuat untuk pelayanan penunjang, 23 BABV TRANSFER INTERNAL DI DALAM RUMAH SAKIT Pasal 14 Rumah Sakit Citra Sari Husada telah menetapkan kriteria dan tata cara transfer di dalam rumah sakit: 1. Transfer dilaksanakan sesuai dengan panduan, kriteria dan prosedur yang telah itetapkan, 2. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum dpindahkan. BAB VI PEMULANGAN (DISCHARGE), RUJUKAN DAN TINDAK LANJUT Pasal 15 ‘Rumah Sakit Citra Sari Husada dapat merujuk pasien ke praktisi kesehatan lain ke rumah sakit lain, memulangkan pasien ke rumah atau ke tempat keluarga dengan memperhatikan: 1. Kriteria status kesehatan pasien dan kebutuhan akan kelanjutan pelayanan, Kebutuhan pelayanan berkelanjutan dapat berarti: a, Rujukan ke dokter spesialis, b. Terapis rehabilitasi atau ©. Kebutuhan pelayanan preventif yang dilaksanakan di rumah oleh keluarga, 2. Ketentuan atau kriteria bagi pasien yang siap untuk — dipulangkan (Discharge Planning) diatur oleh Rumah Sakit. 3. Perencanaan untuk meryjuk dan memulangkan pasien dapat diproses lebih awal dan apabila perlu mengikut sertakan keluarga, 4, Pasien dirgjuk dan dipulangkan berdasarkan atas _kebutuhannya —sesuai arahar/dikonsulkan ke DPIP. 5. Rumah Sakit Citra Sari Husada mengatur proses pasien yang diperbolehkan meninggaikan rumah sakit, sementara dalam proses rencana pengobatan dengan izin yang disetujui untuk waktu tertentu Pasal 16 Rekam medis pasien berisi salinan resume pelayanan medis pasien pulang : 1. Resume asuhan pasien dibuat oleh Dokter Pengangung Jawab Pasien (DPJP) sebelum ‘pasien pulang dan dapat berisi instruksi tentang tindak lanjut; 24 2, Resume dibuatkan salinananya untuk : a. Disimpan dalam rekam medis; b. Diberikan untuk penjamin pasien; ©. Diberikan kepada pasien. 4. Untuk tenaga keschatan. Pasal 17 Resume pelayanan pasien pulang lengkap terdii dari paling sedikit : Alasan masuk rumah sakit, diagnosis, dan peayakit penyertanya Penemuan kelainan fisik dan pemeriksaan penunjang lain yang penting, Prosedur diagnosis dan pengobatan yang telah dilakukan. Pemberian medikamentosa dan pemberian obat waktu pulang, Status/kondisi pasien waktu pulang. Instruksi follow-up / tindak Tanjut. ‘Tanda tangan DPIP dan pasien / keluarga, Naya enn Pasal 18 Rekam medis pasion rawat jalan yang mendapat pelayanan lanjutan berisi resume semua Giagnosis yang penting, alergi terhadap obat, medika mentosa yang sedang diberikan dan segala sesuatu yang berkenaan dengan prosedur pemberdahan dan perawatan / hospitalisasi i rumah sakit. 1. Rumah Sakit Citra Sari Husada mengidentifikasi dan menentukan pelayanan lanjutan ‘mana dalam resume yang pertama dilaksanakan. 2. Identifikasi bagaimana resume pelayanan dijaga kelangsungannya dan siapa yang menjaga. 3. Resume pasien rawat jalan yg mendapat pelayanan berkelanjutan berisi Diagnosis yang penting. Alergi terhadap obat. Medikamentosa yang sekarang, Prosedur bedah yang lalu, Riwayat perawatan yang lalu, 4 Yang dimaksud dengan resume saat ini adalah resume pasien selama 3 bulan terakhit atau sejak pasien menjalani pengobatan untuk sakit saat ini. 5. Rekam medis dicek secara rutin setiap pasien kontrol apakah berisi daftar resume secara lengkap sesuai kebijakan, eae oe Pasal 19 Pasien dan keluarga diberikan pengertian tentang instruksi tindak lanjut dengan tepat : 1. Pasien yang tidak langsung dirujuk ke rumah sakit lain harus mendapatkan instruksi yang jelas, dengan cara sederhana dan mudah dimengertitentang dimana dan ‘bagaimana menerima pelayanan lanjutan. Instruksi mencakup : Nama dan Jokasi untuk pelayanan lanjutan, b. Kapan kembali ke rumah sakit untuk kontrol; . Kapan pelayanan yang mendesak harus didapatkan; 2. Keluarga diberikan instruksi untuk pelayanan bila diperlukan berkenaan dengan kondisi pasien. Pasal 20 Rumah sakit mempunyai proses untuk penstalaksanaan dan tindak lanjut bagi pasien yang pulang karena menolak naschat medis : 1. Pasien rawat inap atau pasien rawat jalan yang memilih pulang karena menolak nasehat ‘medis harus dijelaskan tentang a. Risiko berkenaan dengan pengobatan yang tidak adekuat yang dapat berakibat ‘cacat permanen atau kematian. b. Konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan keputusan yang diambil beserta tersedianya altematif pelayanan dan pengobatan. ©. Hak pasien dan keluarga untuk menolak nasibat medis dan tidak melanjutkan pelayanan serta pengobatan. 4, Ruma sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk menolak tindakan ‘medis berupa resusitasi atau memberhentikan bantuan hidup dasar. 2, Apabila diketabui ada Keluarganya yang dokter, kepadanya diberitahu tentang keputusan yang diambil pasien atau keluarga penanggung jawab. 3. Proses dilaksanakan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku, Pasal 21 RS Citra Sari Husada menetapkan regulasi pasien melarikan diri sesuai UU yg berlaku, membuat taporan ke Dinas Keschatan/ kementerian kesehatan jika pasien memiliki kasus infeksi dan member informasi pada pihak berwajib tentang pasien yg mungkin mencelakakan dirinya atau orang lain, 26 Pasal 22 Pasien dirujuk ke Rumah Sakit lain berdasarkan atas Kondisi dan kebutuhan pelayanan Janjutan, 1. Rujukan pasien ke Rumah Sakit lain berdasarkan alas kondisi dan kebutuhan polayanan berkelanjutan, 2. Proses rjukan mencakup pengalihan tanggung jawab ke rumah sakit yang menerima, 3. Dokter ruangan dan atau perawat bertanggung jawab selama proses rujukan serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi. 4, Proses rujukan menjelaskan situasi dimana ryjukan tidak mungkin dilaksanakan. 5. Pasien dinajuk ke fasilitas keschatan yang memiliki layanan sesuai dengan kondisi pasien, 6. Proses rujukan menggunakan alat transportasi milik rumah sakit kecuali atas permintaan sendiri menggunakan transportasi lain, 7. Proses rujukan/perpindahan didokumentasikan di datam rekam medis. Pasal 23 ‘Rumah Sakit Citra Sari Husada menentukan bahwa kemungkinan pasien diijinkan keluar rumah sakit selama periode waktu tertentu untuk keperluan penting A. Kriteria Pasien yang diperbolehkan keluar rumah sakit periode waktu tertentu. 1. Keluar rumah sakit pada waktu tertentu selama 8 jam. 2. Keperluan untuk kepentingan negara, misal pengadilan. 3. Keperluan keluarga misal ada keluarga yang meninggal. 4. Kategori : Grade 0 Diizinkan untuk keluar rumah sakit periode waktu tertentu dengandidampingi oleh perawat, Grade 1 Diizinkan untuk keluar rumah sakit periode waktu tertentu dengandidampingi oleh perawat dan dokter. Grade2 Tidak diizinkan untuk keluar rumah sakit periode waktu tertentu. Grade 3 Tidak diizinkan untuk keluar rumah sakit periode waktu tertentu. B. Pengelolaan pasien keluar rumah sakit pada periode waktu tertentu, Yang melakukan pengelolaan ketuar rumah sakit periode waktu tertentu adalah petugas yang ditetapkan keputusan direktur untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan keluar rumah sakit periode waktu tertentu. Daftar Petugas Pengelolaan keluar rumah sakit periode waktu tertentu a Pagi PJ Shift Pagi. Siang, : PJ Shift Siang. Malam + PJ Shift Malam. ‘Tahap untuk melakukan pengelolaan keluar rumah sakit periode waktu tertentu: 1. Penjelasan keluar rumah sakit periode waktu tertentu kepada pasien dan keluarga metiputi a) Diagnosis dan terapi atau tindakan yang diperlukan. b) Alasan dan tujuan dilakuican keluar rumah sakit periode waktu tertentu. ©) Resiko yang timbul apabila keluar rumah sakit periode waktu tertentutidak dilakukan, 4) Penggunaan Transportasi keluar rumah sakit periode waktu tertentu, ¢) Resiko atau penyulit yang dapat timbul dalam perjalanan. 2. Konfirmasi kepada pasien dan keluarga untuk mendapatkan persetujuankeluar rumah sakit periode waktu tertentu. . Konfirmasi Administrasi. . Menilai derajat pasien untuk petugas pendamping. Menyiapkan alat keschatan, obat-obatan emergensi sesuai dengan derajatpasien dan kelengkapan dokumen, . Menghubungi petugas pendamping sesuai dengan derajat pesien. 7. Menghubungi ambulance, ae xo . Penanganan Selama keluar rumah sakit periode waktu tertentu Berlangsung, a. Posisi pasien harus stabil selama di dalam perjalanan, b. Semua peralatan harus aman disimpan di posisi dalam mobil ambulan. ¢ Pasien harus dipantau terus-menerus sepanjang keluar rumah sakit periode ‘waktu tertentu dan dicatat pada formulir monitoring pasien di ambulan, 4. Monitor, ventilator, pompa infus dan tabung oksigen harus terlihat dan mudah dijangkau. e. Jia kebutuhan klinis timbul di mana pasien memerlukan intervensi, maka mobil ambulance harus berhenti di tempat yang aman, Karena petugas melakukan tindakan, Tabel 1. Pasien dengan airway, breathing, circulation (ABCVhemodinamic stabil yang dapatterpenuhi kebutuhannya dengan rawat inap biasa. Pasien dengan airway, breathing, circulation (ABCy-hemodinamic stabil, namun berpotensi menjadi tidak stabil misalnya pada pasien yang baru menjalani perawatan di ICU yang sudah memungkinkan untuk perawatan diruangan rawat inap biasa, Pasien dengan airway, breathing, circulation (ABC) yang tidak stabil dan membutuhkan observasi lebih ketat dan intervensi lebil mendalam termasuk penanganan kegagalan termasuk satu sistem] organ atau pasien yang habis menjalani operasi besar. Derajat 0 Pasien dengan airway, breathing, circulation (ABC) yang tidak stabil yang membutuhkan bantuan pernapasan dan atau dengan kegagalan sistem organ lainnya, Tabel 2. PETUGAS KETERAMPILAN PERALATAN UTAMA Perawat : BLS Biankar, Kursi Roda. Derajat 1 Perawat atau Dokter BLS /PPGD. ‘Oksigen, Blankar, Tian Dokter infuse, Pompa infuse, Pul Oksimetri, Derajat2 | Perawat & | Perawat & Dokter : Oksigen, suction, Tiang Dokter yang | ¢ BLS, PPGD. infuse, Pompa infuse, berkompetensi | » Harus mengikuti, pelatihan untuk | Baterai, Pulse Oksimetri penanganan transfer pasien dengan sakit | serta monitor EKG, tensi pasien kritis berat/kritis. meter dan Defibrillator, Le BVM. Derajat3 | Perawat _& [ Perawat: ‘Oksigen, suction, Tiang dokter yang | * Minimal 6 bulan pengalaman | infuse, Pompa infuse , berkompetensi | bekerja Di ICU atau telah | Baterai, Pulse Oksimetri penanganan mengikuti: serta monitor EKG, tensi pasien kritis | * Keterampilan BLS, © PPGD, | meter dan Defibrillator, BICLS. BYM danlong spine board + Keterampitan enangani | 42968" Head immobilizer. permasalahan jalan napas dan pernapasan. * Telah mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis. Dokter: 29 * Keterampilan ATLS & ACLS. ¢ Telah mengikuti pelatihan u transfer pasien dengan sakit berat kritis, * Keterampilan menan; permasalahan jalan napas pernapasan. BAB VIL RUJUKAN PASIEN Pasal 24 Rumah Sakit Citra Sari Husada menentukan bahwa Rumah Sakit penerima rujukan dapat ‘memenuhi kebutuhan pasien akan kontinuitas pelayanan : 1, Rumah sakit yang merujuk menentukan bahwa rumah sakit penerima dapat menyediakan kebutuhan pasien yang akan dirujuk. 2. Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima terutama apabila pasien sering di rujuk ke rumah sakit penerima. Pasal 25 Rumah sakit penerima diberi resume tertulis mengenai kondisi klinis pasien dan tindakan- tindakan yang telah dilakukan di Rumah Sakit: 1. Informasi kondisi Klinis pasien atau resume Klinis pasien dikirim ke rumah sakit bersama pasien, 2, Resume klinis mencakup status pasien, 3. Resume klinis termasuk prosedur dan tindakan - tindakan Jain yang telah dilakukan. 4, Resume kinis termasuk kebutuhan pasien akan pelayanan lebih lanjut Pasal 26 Selama proses rujukan, pasien secara langsung selalu dimonitor oleh staf’ yang kompeten sesuai kondisi pasien: 1. Selama proses rujukan, secara langsung semua pasien selalu dimonitor, 2. Kompetensi staf yang melakukan monitor sesuai dengan kondisi pasien Pasal 27 Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien, dan dicatat : 1. Nama rumah sakit tyjuan dan nama staf yang menyetujui penerimaan _pesien. Hal - hal tain yang diperlukan sesuai dengan kebijakan rumah sakit yang merujuk. ..Alasan nyjukan. . Konaisi khusus sehubungan dengan proses rujukan. 5. Segala perubahan dari kondisi pasien selama proses rujukan. YR eR Pasal 28 Pasien rawat jalan yang memiliki asuhan yang komplek diperlukan Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMJ) meliputi : 1. Keiteria diagnosis yang kompleks, 2. Kriteria asuhan yang kompleks. 3. Kriteria yang memerlukan Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMJ). 4, Cara penyimpanan PRMJ agar mudah ditelusur (easy to retrieve) dan direview. 5. Informasi penting dalam PRMJ ditempatkan pada urutan teratas dalam data rekam medis pasien saat pasien berkunjung ke unit rawat jalan. BAB VIL TRANSPORTASI Pasal 29 Kegiatan proses rujukan, dan pemulangan pasien rawat inap atau rawat jalan, harus termasuk perencanaan untuk kebutuhan jenis transportasi pasien. 1. Terdapat penilaian terhadap kebutuhan transportasi apabila pasien dirujuk ke pusat pelayanan yang Jain, ditransfer ke penyediaan pelayanan yang lain atau siap pulang dari rawat inap atau kunjungan rawat jalan 2. ‘Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan status _pasien. 3. Kendaraan transportasi milik rumah sakit memenuhi hukum dan peraturan yang, berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan kendaraan, 4, Pelayanan transportasi dengan kontrak disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dalam hal kvalitas dan keamnanan transportasi. a 5. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak — maupun milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai, _perbekalan dan medika mentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang dibawa. 6. Ada proses untuk Memonitor kualitas dan keamanan transportasi yang disediakan atau dikelola rumah sakit, termasuk proses menanggapi_keluhan, Kedua Dengan dikeluarkannya keputusan ini, maka semua keputusan dan ketentuan yang bertentangan dengan isi serta makna yang tersurat maupun tersirat dalam keputusan ini dinyatakan tidak berlaku Ketiga : Keputusan ini berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkannya dan akan ditinjau Kembali dengan diadakannya perubahan, perbaikan seria penyempumaan sebagaimana mestinya, apabila dikemudian hari terdapat kesalahan atau kekeliruan, Dikeluarkan di: Karawang Pada Tanggal £22 Juli 2022 RS Citra o Laimpitan = Pedoman Akses Dan Kesinambungan Pasien, 32 Lampiran Peraturan Direktur Tanggal —: 22 Juli 2022 Nomor __: 104/PER-DIR/RSCSH/V1V/2022 BABI PENDAHULUVAN Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Tanggung jawab masalah Kesehatan bukan hanya semata — mata oleh pemerintah tapi juga menjadi tanggung jawab dari seluruh sekitar termasuk masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi Tingkungan sosial masyarakat yang kondusif bagi terciptanya status kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan, partisipasi aktiflintas sektoral dan seluruh potensi masyarakat termasuk swasta sangatlah diharapkan, Menciptakan kondisi Kesehatan masyarkat telah terbingkai dalam pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Undang - Undang Kesehatan no: 23 tahun 1992, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Selah satu tujuan dari pembangunan Kesehatan Indonesia adalah upaya untuk memperbaiki kwalitas pelayanan Kesehatan, Pelayanan yang berkwalitas ini harus dapat dilaksanakan diseluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta. Dengan pelayanan bermutu ini diharapkan masyarakat akan memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan Rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Rumah Sakit telah menyediakan dan menawarkan beberapa bentuk pelayanan medis, seperti Instalasi Gawat Darurat yang bisa disebut sebagai “Evalase” dari suatu Rumah Sakit, yaitu bertujuan untuk memberikan pelayanan kasus Gawat Darurat untuk mengurangi angka kecacatan dan kematian. ‘Untuk mencapai hal tersebut diperlukan Pedoman Akses dan Kontinuitas Pelayanan, yang isusun dari berbagai buku stander yang berlaku, yang disesuaikan dengan kondisi RS Citra Sari Husada, sehingga dapat memberikan gambaran pelayanan dan sisi mekanisme pelayanan, sarana pendukung, SDM, logistik dan fasilitasnya. Pedoman AKP ini juga merupakan acuan bagi pelaku pelayanan dalam melaksanakan kegiatan sehari— hari 33 BABI RUANG LINGKUP Ruang lingkup: Pelayanan di Rumah Sakit mempunyai ruang lingkup seperti: r é Pelayanan gawat darurat. . Polayanan ravat jalan, . Pelayanan rawat inap. . Proses admisi rawat inap dan rawat jalan. 3. Proses rujukan, Manager Pelayanan Pasien. Dokter Penanggung jawab Pelayanan (DPJP). Polayanan Ambulance Tujuan: 2 2 3. 4 Perawatan pasien berkesinambungan. ‘Kebutuban pasien sesuai dengan pelayanan. Pelayanan terkoordinasi dengan baik. Pasien pulang terencana dan di follow up dengan baik. Fokus area: 1 2. Saat pasien masuk RS, Kelanjutan perawatan. . Pemulangan pasein rujukan dan follow up. . Perpindahan pasien. 3. Transportasi pasien, A, Triage. BABII SKRINING PASIEN DI RUMAH SAKIT Triage adalah seleksi pasion sesuai tingkat kegawat daruratan schingga pasien terseleksi dalam mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat kegawat daruratannya. ‘Triage di RS Citra Sari Husada menggunakan sistem Australian Triage Scale (ATS). Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat diseleksi berdasarkan kondisi kegawat daruratannya sebagai berikut: ATS TANGGAPAN | DESKRIPSIKATEGORI KLINIS KATEGORI KATEGORIT | « Segera Jp Membahayakan e Henti—— jantung * Simultan/serentak Jo Kondisi mengancam hidup | (respirator antara penilaian | yang ‘membutuhkan | distress) | dan pengobatan | implemantasi segera + Resprasi < 10x/mnt | Tekanan darah <80mmhHg, (dewasa) * GcCs9, Kejang berulang. KATEGORI TT] « Penilaian dan f» Mengancam jiwa, fe Resiko | pengobatan pernapasan waktu bersamaan (stridor berat/droolin severe respiratory distress) Gangguan sirkulasi (perpusi Jelek, Nadi< | S0x/mnt atau > 150 nt untuk dewasa, hipotensi, kehilangan 35 ‘darah berai) Nyeri dada Nyeri hebat BSL <3 mmf Drowsy (GCS < 13) ‘Acate hemiparese Panas degan tanda- ‘anda gelisah ‘Tespapar cairan asam ‘Mayor multi trauma ‘Trauma berat terlokalisasi (frakiur besar/ampuiasi) High risk history (rasa sakit hebat) Kejiwaan (agrresif, mengancam diri sendir/aranglain) KATEGORIE] + Penilaian dan p Berpotensi mengacam J+ Hipertensi berat perawatan kehidupan |* Kehilangan darah dalam waktu 30 Perkembangan ——_kondisi| _cukup berat smenit Pasien dari mengancam |e Kejang kehidupan atau fe Macam-macam panas menycbabkan morbilitas ‘Membahayakan fp Jike —penilaian dan | Kondisi (reaksi Pengobatan tidak dilakukan| steroid, pasion dalam waktu 30 menit dari| onkologiim pasien datang simunosupres) Atan Sesak napas, Situasi urgensi t Muntah, Apabila pengobatan tidak |, Dehidrasi. Gilakukan dalam waktu 304 Cigera kepala dengan menit dan —_berpotensi LOC singkat. merugiken. p Nyeri dada bukan Atats jantung, Gambaran hasil pemeriksaan |, Giserq ekstremitas dari rasa dak nyaman yang! siang. berat atau tertekan dalam | sora taserasi beat waktu 30 menit [ Ekstremitas bawah, (sensasi _hilang,tidak teraba madi) a” ” Neonatus stabil (restko —_pelecehan anak, dicurigat cidera bukan kecelakaan) Perilaku ¥ Sangat Tertekan, resi. menyakiti — diri sendiri, ~ Akcut psikiatrik. » Krisis situasional, menibah ch sendiri ¥ Gelisab. » Berpotensi agresif. 38 JKATEGORT IV * Penilaian dan & Perpotensi serius pengobatan Pp Kondisi pasien mungkin dalam waktu 60 menit memburuk atau hasil dapat memburuk, jika penilaian dan pengobatan tidak dimulaia dalam waktu 1 jem sejak tiba di IGD fe Gejala dapat berkefanjutan J+ Ada potensi menjadi, jike waktu kritis pengoabatan tidak di mulai dalam waktu 1 jam } Kasus yang kompleks atau kegawatan ¥ Dilakukan dengan kerja tim dan Konsultasi untuk penaganan pasien atau ¥ Gambaran basil pemeriksaan dari rasa tidak nyaman atau tertekan dalam waktu i jam [> Perdarahan sedang J+ Aspirasi benda asing tanpa ada gangevan Pernapasan |* Trauma thorax tanpa sakit tulang dada atau ‘gangguan pernapasan. e Kesulitan —menelan tampa gangguan ‘pernapasan, l» Cidera kepala ringan tanpa gangguan kebilangan kesadaran, Je Rasa sakit sedang dengan —_beberapa resiko, J+ Muntab/diare tampa dehidiasi Js Peradangan pada mata/ada —benda asing aman pengtihatan normal Je Trauma = ringan ‘Ekstremitas. Y Terkilir, Y Laserasi tanpa kesulitan. Y Vital sign dalam batas normal, ¥ Rasa sokit ringan sedang. je Sakit perut tidak le Pecilaku, ¥ masalah Kesehatan normal. ¥ dibawah Pengamatan ‘mengancam diti sendiri/orang lain. KATEGORIV © Penilsian dan Pengobatan dalam waktu 120 menit Fidak mendosak Kondisi pasien yang teratasi atau gejala tidak cukup atau hasil akhir dari pengobatan tidak signifikan jika penilaian dan pengobatan terbambat dari pasien datang. ates Masalsh administrasi klinis Y Surat keschatan ¥ Hanya pemberian resep ¥ Hasil pemeriksaan (resume Sakit minimal tanpa resiko_ Riwayat —resiko rendah dan sedang tampa gejala. Gejal_ringan dan stabil dari penyakit yang ada. Ggejala yeti dari —_kondisi dengan resiko rendah, Luka kecil, abrasi —kecil, laserasi keci Kontrol untuk bersib Juke, Imunisasi, Pasien Dengan sgejala kronis, Secara lit secara—_sosial pasien dalam keadaan baik. 41 Initial Assesment (Penilaian Awal) Pasien yang masuk melalui 1GD (Instalasi Gawat Darurat) maupun poliklinik memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat dam tepat. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu dipertukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan initial assessment (Penilaian awal). Skrining awal dilskukan dengan cara melakukan asesmen pasion dengan metode JAR (Informasi, Analisis dan Rencana) oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA), yaitu dokter atau perawat, Untuk di triage IGD petugas melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan Ieiteria AVPU: A: Alert V: Respon to verbal P: Respon to pain U: Unrespon Penilaian awal ini intinya adalah: 4a. Primary Survey yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicari keadaan yang mengancam nyewa dan apabila menemmukan harus dilakukan resusitasi. Penanganan ABCDE yang dimaksnd adalah; A: Airway dengan control cervical B: Reathing dan ventiasi C: Circulation dengan control perdaraban D: Disability, status nourologis dan nilai GCS E: Exposure buka baju penderita tapi cegah hipotermi Langkah selanjutnya harus dipertimbangkan pemakaian kateter urin (folly catheter), Kateter lambung (NGT), pemasangan pasien monitor dan pemeriksaan laboratorium atau ronigen, 4. Secondary survey yaitu pemerikssan teliti yang dilakukan dari njung rambut sampai ujung kaki, dari depan sampai belakang dan setiap lubang dimasukan jeri (ixb finger in every orifice). i. Anamnesis melalui pasion, keluarga atau petugas pra hospital yang raeliputi : A: Alergi M : Medikasi/ obat-obatan P_: Past ifiness / peayakit sebelumnya yang menyertai L_: Last meal /terakhir makan jam berapa bukan makan apa a 5 : Event/hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera fi, Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Periksa dengan teliti apakeh ada perubahan bentuk, tumor, luka dan sakit (BTLS), Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll (memiringkan penderita dengan ‘tetap menjaga kesegarisan tubuh), Cek tanda-tanda vital Evaluasi Visual atau Pengamatan, @. Pasien yang secara pengamatan visual dalam keadaan gawat dan memerlukan ertolongan segera langsung diarahkan ke IGD. ». Pasien yang secara pengamatan visual tidak memeriukan pertolongan segera Akan di arahkan ke Instalasi Rawat Jalan, ¢. Sika Rumah Sakit belum mempunyai pelayanan spesialistik tertentu maka pasien disarankan untuk di ryjuk. Pemeriksaan fisit, Pemeriksaan fisik head to toe meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi, termasuk juga pemeriksaan psikologik. Laboratorium atau pemeriksaan imaging (penunjang), Pemeriksaan radiologi dan laboratorium memberikan data diagnostik penting yang ‘menuntun penilaian awal. Pastikan hemodinamik cuiup stabil saat membawa pasion ke tuang radiologi. Pemeriksaan laboratoriun untuk pasien GD dengan ‘mempertimbangkan kondisi pasien, maka petugas Iaboratorium yang akan ke IGD untuk pengambilan sample, Kemudian jika memerlukan penanganan lebih lanjut akan

Anda mungkin juga menyukai