Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN

SKRINING PASIEN

RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA


Jl.Raya. Kosambi-Telagasari Km 3 Klari - Karawang (41371)
Telepon (0267) 437507 Fax (0267) 438681.
Jl.Raya. Kosambi-Telagasari Km 3 Klari - Karawang (41371)
Telepon (0267) 437507 Fax (0267) 438681
Email
Family Health Center :rs_citrasarihusada@yahoo.co.id Website : www.citrasarihusada.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA


NOMOR : 110/PER-DIR/RSCSH/VII/2022

TENTANG

PANDUAN SKRINING PASIEN

DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA KARAWANG

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Citra Sari Husada, maka diperlukan Panduan Skrining pasien;

b. bahwa agar pelaksanaan pasien di Rumah Sakit Citra Sari


Husada, dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan
Direktur Rumah Sakit Citra Sari Husada, sebagai landasan bagi
penyelenggaraan skrining pasien di Rumah Sakit Citra Sari
Husada;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


butir a dan b, perlu ditetapkan dengan Surat Peraturan Direktur
Rumah Sakit Citra Sari Husada.

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014


tentang Tenaga Kesehatan;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tenaga Kesehatan;

5. Keputusan Direktur PT. Novialiano Husada Nomor:003/SK-


DIR/NH/VIII/2015 tentang Pengangkatan Pejabat Direktur
Rumah Sakit Citra Sari Husada;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008


tentang Rekam Medis.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI


HUSADA TENTANG PANDUAN SKRINING PASIEN.

Pasal 1

Peraturan Direktur Rumah Sakit Citra Sari Husada tentang Skrining Pasien adalah sebagai
Panduan Skrining Pasien.
Pasal 2

Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan skrining pasien di Rumah Sakit


Citra Sari Husada dilaksanakan oleh Kepala Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Citra
Sari Husada.

Pasal 3

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Karawang
Pada Tanggal : 22 Juli 2022
Rumah Sakit Citra Sari Husada,

dr. Tresna Karmila, Sp. PK


Direktur
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA
TENTANG PANDUAN SKRINING PASIEN
NOMOR : 110/PER-DIR/RSCSH/VII/2022
TANGGAL : 22 JULI 2022

BAB I
DEFINISI

Skrining (penapisan) adalah proses memeriksa pasien untuk mengidentifikasi


kebutuhan pelayanan kesehatan pasien yang dapat dilayani di rumah sakit sesuai dengan misi
dan sumber daya rumah sakit.
Skrining dilakukan dengan cara melakukan asesmen pasien dengan metode IAR (Informasi,
Analisis dan Rencana) oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA), yaitu dokter atau perawat.
Skrining dapat dilakukan didalam dan diluar rumah sakit. Skrining didalam rumah
sakit dilakukan di IGD dan di rawat jalan. Skrining diluar rumah sakit dilakukan di tempat
pasien berada.
Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
Hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien sebagai pasien
rawat inap atau pasien rawat jalan atau merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan
menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan yang dibutuhkan
pasien rawat inap dan rawat jalan yang tepat.
Dari hasil skrining terlebih dahulu ditentukan apakah pasien membutuhkan
a) Pelayanan gawat darurat.
b) Pelayanan preventif, paliatif, kuratif ataupun rehabilitatif.
c) Pelayanan khusus yang tidak tersedia di Rumah Sakit Citra Sari Husada.
Tujuan skrining adalah untuk mengurangi morbiditas dari penyakit dengan pengobatan dini.
Tes skrining dapat dilakukan berupa :
a. Pengkajian anamnesa,(riwayat penyakit, Pemeriksaan fisik, psikososial, pengkajian
resiko jatuh dan nyeri)
b. Pemeriksaan laboratorium klinik,
c. Diagnostik Imajing.

I. Kebijakan Umum
Pada proses admisi pasien rawat inap, dilakukan skrinning kebutuhan pasien untuk
menetapkan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitative yang di prioritaskan
berdasarkan kondisi pasien.
II. Kebijakan Khusus
A. Pelayanan Instalasai Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium dan
Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam.
B. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
C. Seluruh staff RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman / panduan dan
standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, etika RS
dan etiket RS yang berlaku.
D. Rumah Sakit memberikan asuhan yang seragam bagi semua pasien dalam formulir
pencatatan terpadu.
E. Rencana asuhan di integrasikan dan kordinasi diantara berbagai unit kerja dan
pelayanan oleh seorang case manager.
F. Seluruh staff RS dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan
ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit termasuk dalam penggunaan
alat pelindung diri.

Skrining bertujuan untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus yang ditemukan. Upaya kesehatan adalah setiap
kegiatan/serangkaian yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
(preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) secara khusus penanganan paliatif oleh pemerintah dan masyarakat.

Penyelenggaran kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, terjangkau,


berjenjang, professional dan bermutu. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dengan
nilai dan moral sosial budaya, moral dan etika profesi.

Proses skrining pada pasien di RS Citra Sari Husada Karawang akan menentukan jenis
pelayanan prioritas bagi kebutuhan pasien untuk pelayanan preventif, kuratif, rehabilitative
dan paliatif.

A. Jenis pelayanan di RS Citra Sari Husada Karawang meliputi:


1. Preventif.
1). Definisi:
Preventif adalah suatu tindakan yang diambil untuk mengurangi atau
menghilangkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang tidak diinginkan di
masa depan. Tindakan preventif biayanya lebih murah dibandingkan mengurangi
dampak peristiwa buruk yang terjadi. Prinsipnya adalah meminimilasasi sebuah
keburukan.
Upaya preventif merupakan sebuah usaha yang dilakukan individu dalam
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Preventif secara etimologi
berasal dari bahasa latin “pravenire” yang artinya datang sebelum atau antisipasi
atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas,
preventif diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan utuk mencegah
terjadinya gangguan, kerusakan atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
2). Tujuan:
Pelayanan preventif yang dilakukan di RS Citra Sari Husada Karawang adalah
terdiri dari pegobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan
cara menghindari akibat yang timbul dari perkembangan penyakit tersebut

3). Lingkup Kegiatan Perawatan preventif.


Jenis kegiatan perawatan preventif di RS Citra Sari Husada Karawang meliputi :
1. Penyakit dalam. Perawatan pasien diabetes mellitus dengan kadar glukosa
darah yang tinggi (>400 mg/dl) diharapkan untuk mencegah komplikasi yang
terjadi seperti ketoasidosis, acute kidney injury, penyakit cardiovaskuler
seperti acute coronary syndrome, ischemic dilated cardiomyopathy,
cerebrovascular disease
2. Penyakit jantung dan pembuluh darah : Tekanan darah tinggi yang sangat
tinggi seperti hipertensi urgency (TD > 180 / 120 mmHg) mempunyai dampak
yang sangat berbahaya bila tidak diturunkan. Tatalaksana hipertensi urgency
ditujuka untuk pencegahan penyakit hipertensi emergency dimana sudah ada
kerusakan target organ, acute coronary syndrome, acute kidney injury,
cerebro vascular disease, dll
3. Obstetri dan Gynecologi : Abortus imminens merupak kondisi yang
mengkhawatirkan apabila tidak ditangani dengan baik sehingga janin dapat
menjadi abortus. Dengan perawatan dan tatalaksana yang baik, maka abortus
komplit dan inkomplit pada abortus imminens dapat dicegah.

2. Kuratif.
1). Definisi
Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk menyembuhkan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, pengendalian penyakit yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
2). Tujuan
Pelayanan kesehatan kuratif merupakan pengobatan yang dilakukan dengan tepat
dan segera untuk menangani berbagai masalah yang terjadi. Pengobatan segera
dilakukan sebagai penghalang agar gejala tidak menimbulkan komplikasi yang
lebih parah.
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
1. Yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga
tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
2. Pengobatan Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
3. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu penyakit.
Sebagian besar perawatan pasien di RS Citra Sari Husada Karawang memiliki
tujuan kuratif, untuk setepat-tepatnya dan secepatnya mengurangi gejala dan
menyembuhkan penyakit yang diderita oleh pasien

Pengobatan atau farmakoterapi merupakan suatu proses ilmiah dilaksanakan oleh


dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Dalam proses farmakoterapi terkandung keputusan ilmiah yang
dilandasi oleh pengetahuan tentang obat dan keterampilan terkini untuk melakukan
intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko minimal bagi
pasien. Berarti dapat dipertanggungjawabkan dan cost effektif yang adalah prinsip
pengobatan rasional.
Berbagai upaya yang dilakukan:
a. Dukungan penyembuhan, perawatan contohnya dukungan psikis penderita TB
Paru
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan puskesmas dan rumah
sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir
f. Pemberian obat dan tata laksana medis sesuai dengan disiplin kedokteran yang
dituangkan dalam panduan praktek klinik

3. Rehabilitatif
1). Definisi
Rehabilitasi adalah penggunaan berbagai upaya untuk mengurangi dampak
disabilitas serta ketunaan dan memampukan kelompok dengan kebutuhan khusus
untuk mencapai integrasi sosial yang optimal. Rehabilitasi orang dengan
disabilitas merupakan proses yang bertujuan memampukan mereka mencapai dan
memelihara tingkat fungsional fisik, sensoris, intelektual, psikologis dan sosial.
Definisi ini sangat luas karena mencakup rehabilitasi klinis dan partisipasi sosial
yang memerlukan perpaduan antara lingkungan sosial dan kelompok disabilitas,
sehingga menghilangkan hambatan sosial dan vokasional dalam berpartisipasi
Pelayanan kesehatan rehabilitative adalah kegiatan dan atau serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan penderita ke dalam masyarakan sehingga dapat berfungsi
lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat,
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya

2). Tujuan

Pelayanan rehabilitative yang dilakukan di rumah sakit berujuan untuk pemulihan


dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention)

Pelayanan kesehatan rehabilitative merupakan kegiatan dan atau serangkaian


kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakan sehingga
dapat berfungai lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya

Pelayanan rehabilitative yang dilakukan di rumah sakit berujuan untuk pemulihan


dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention)

Rehabilitasi merupakan penggunaan berbagai upaya untuk mngurangi dampak


disabilitas serta ketunaan dan memampukan kelompok dengan kebutuhan
khusus untuk mencapai integrasi sosial yang optimal. Rehabilitasi orang dengan
disabilitas merupakan proses yang bertujuan memampukan mereka mencapai
dan memelhara tingkat fungsional fisik, sensoris, intelektual, psikologis dan
sosial. Definisi ini sangat luas karena mencakup rehabiitasi klinis dan partisipasi
sosial yang memerlukan perpaduan antara lingkungan sosial dan kelompok
disabilitas, sehngga menghilangkan hambatan sosial dan vokasional dalam
berpartisipasi.

Rehabilitasi terdiri dari :


1. Rehabilitasi Medis: Layanan medis yang bertujuan mengembangkan
kemampuan fungsional dan psikologis seorang individu dan mekanisme
kompensasinya sehingga ia dapat mencapai kemandirian dan menjalani
hidup secara aktif.
2. Rehabilitasi Sosial: Usaha penyantunan rehabilitasi cacat kembali ke
masyarakat sebagai manusia yang produktif dan berguna.
3. Rehabilitasi Vokasional: Usaha pemulihan penderita cacat untuk dapat
bekerja dan berguna secara produktif dan remuneratif.
4. Rehabilitasi Pendidikan: Proses pendahuluan ke arah resosialisasi dengan
memberikan bantuan kepermasalahan rupa, sehingga mencapai
perkembangan potensi seoptimal mungkin.
Layanan Rehabilitasi Medik (batasan PB PERDOSRI): adalah layanan
kesehatan yang diselenggarakan di sarana kesehatan dan meliputi upaya
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, yang mencakup kegiatan
layanan kesehatan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan medis,
psikososial, edukasional dan vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional
seoptimal mungkin. Pelayanan Rehabilitasi medik dilaksanakan oleh tenaga
medis dan tenaga kesehatan yang memiliki kualifikasi dalam rehabilitasi medik,
antara lain dokter umum terlatih, dokter spesialis kedokteran fisik dan
rehabilitasi, fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, ortotis-prostetis, perawat
, pekerja sosial medik, psikolog dan rohaniawan.

Layanan Fisioterapi (batasan Ikatan Fisioterapis Indonesia): adalah bentuk


layanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan
fungsi dan komunikasi.

Batasan dan ruang lingkup


 Layanan Terapi Wicara (batasan Ikatan Ahli Terapi Wicara Indonesia):
adalah bentuk layanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
dan/kelompok untuk memulihkan mengupayakan kompensasi/adaptasi
fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan pelatihan remediasi, stimulasi
dan fasilitasi (fisik, elektroterapeutis) dan mekanis).
 Layanan Terapi Okupasi (batasan ikatan Okupasi terapi Indonesia): adalah
bentuk layanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/kelompok
untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan/mengupayakan
kompensasi/adaptasi untuk aktivitas sehari-hari, produktivitas dan waktu
luang melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi.
 Layanan Ortotis-Prostetis (batasan Ikatan Ortotik-Prostetik Indonesia):
adalah salah satu bentuk layanan keteknisan medik yang ditujukan kepada
individu untuk merancang, membuat dan memasang alat bantu guna
pemeliharaan dan pemulihan fungsi atau pengganti anggota gerak.

Penegakkan Diagnosis.
Evaluasi dan pemeriksaan fisik yang dibantu pemeriksaan penunjang
menghasilkan diagnosis KFR dalam bentuk identifikasi adanya hendaya,
disabilitas atau kecacatan dan kemampuan aktivitas serta partisipasi fungsi dan
keterbatasan fungsi merupakan hal penting dalam perawatan akut, subakut dan
kronis yang panjang pasien dengan kondisi disablitas dan/penyakit kronik
lainnya. Pada tahun 2001, WHO menerbitkan Internasional Classification of
functioning, disability and Health (ICF) untuk menyatakan kondisi fungsi dan
disabilitas secara menyeluruh yang meluputi taksonomi fungsi manusia, aktivitas
dan partisipasi serta faktor-faktor kontekstual.

Prinsip Dasar: Menetapkan Tujuan Optimal.

Layanan rehabilitasi medik adalah suatu proses yang bertujuan mengoptimalkan


kemampuan individu untuk mempertahankan dan mencapai tingkat fungsi fisik,
mental, emosional, sosial, dan spiritual untuk mendapatkan kualitas hidup yang
lebih baik. Dalam hal ini, pasien dan dokter memiliki tujuan yang sama. Tujuan
tersebut harus diupayakan bersama sehingga layanan medis tidak berhenti
sebatas gejala penyakit bekurang atau hilang.

Ukuran terbaik atas nilai suatu layanan kedokteran adalah hasil yang dapat
diukur melalui peningkatan perbaikan fungsi dan kualitas hidup seorang pasien.
Hasil rehabilitasi harus diukur dari parameter kinerja. Pasien (patient
performance) sepanjang sisa hidupnya. Anderson telah membuat ukuran
fungsional tentang laran rehabilitasi yang dimodifikasi dan Williamson dengan
cara mengkaji kinerja pasien di sisa hidupnya seperti tertera dalam tabel.

Layanan rehabilitasi yang kompherensif ini harus dapat berorientasi pada hasil
akhir. Layanan dilakukan dengan mengembangkan suatu metode komprehensif
melalui bimbingan edukasi latihan untuk mendapatkan hasil akhir yang optimal.
Walaupun telah tercapai perbaikan selama rawat inap di rumah sakit, aspek-
aspek lain dalam kehidupan pasien di rumah dan dimasyarakat setelah pulang
perlu diperhatikan dan potensi pasien digali lebih jauh apakah dapat mencapai
kemandirian dan kualitas yang lebih tinggi.

Tujuan layanan yang komprehensif ini harus mencakup pencapaian fungsional


secara optimal bagi setiap individu, baik di rumah maupun di masyarakat, selama
hidupnya. Menunjukkan Skala Hasil Akhir Fungsional rehabilitasi berdasarkan
kinerja fungsi individu. Dari sejak seseorang lahir, laju peningkatan fungsi sangat
pesat pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga mencapai puncaknya pada
usia dewasa muda. Jika kesehatan tubuh dapat dipertahankan dan dijaga, fungsi
ini dapat bertahan mendekati maksimal hingga lanjut usia, dan meninggalnya
seorang individu menjadi titik akhir fungsi.
Berbagai contoh jenis intervensi dalam KFR adalah
 Pengobatan medikamentosa yang bertujuan untuk memulihkan struktur
dan/fungsi tubuh, misalnya: injeksi intraartikular atau peritendon, dry
needing, spray and strech, taping, laser energi rendah, dan lain-lain;
● Penggunaan modalitas fisik:
o Kinesioterapi dan terapi latihan
o Elektroterapi
o Terapi panas dan dingin
o Fototerapi (misalnya terpi ultraviolet)
o Hidroterapi dan balneoterapi
o Terapi manual/massage
o Terapi drainase limfatik manual
o Dan lain-lain
 Program Rehabilitasi:
o Pemberian ortosis (misal splint)
o Latihan keterampilan aktivitas hidup sehari-hari
o Penyesuain lingkungan kerja dan rumah
o Penyuluhan strategi untuk mengatasi hendaya kognitif’
o Terapi wicara dan bahasa dalam ruang lingkup program KFR yang
kompleks;
o Penatalaksanan disfagia;
o Intervensi neuropsikologis;
o Intervensi psikologis, termasuk penyuluhan pasien dan keluarganya
o Terapi nutrisional:
o Pemakaian alat bantu, teknologi alat bantu, prostetik, ortotik, bantuan
teknis;
o Edukasi pasien, keluarga, profesional
o Asuhan keperawatan rehabilitasi

4. Paliatif.
1). Definisi

Perawatan Paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup


pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kwalitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikais dini dan
Penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik,
psikososial dan spiritual.
2). Tujuan
Ini merupakan perawatan medis yang dapat mebantu meminimalisir penderitaan
serta meningkatkan kwalitas hidup pasien yang mengalami penyakit kritis yang
mengancam keberlangsungan hidupnya. Perawatan paliatif memiliki focus pada
peredaman rasa sakit, gejala, serta stress akibat penyakit kritis seperti kanker
stadium lanjut.
Perawatan paliatif dapat dilakukan segere setelah jelas bahwa terapi bersifat
paliatif sampai pasien meninggal. Perawatan ini mencakup perwatan holistic bagi
pasien dan keluarganya, serta pemberian informasi terkini sehingga mereka dapat
memutuskan perawatannya. Perawataan pasien paliatif merupakan kombinasi dan
dukungan rumah sakit agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya
seperti rasa nyeri, mual, muntah, rasa berduka, rasa kehilangan, dll.
3). Lingkup kegiatan perawatan paliatif
Jenis kegiatan perawatan paliatif di RS Citra Sari Husada Karawang meliputi :
a. Penatalaksann nyeri
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan social
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama selama masa dukacita (bereavement)
Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan
baik pada dewasa dan anak seperti kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru
obstruktif kronis, cyctic fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung/hearth failure,
penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan
perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh
kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada
stadium lanjut dimana prioritas pelayaan tidak hanya pada penyembuhan tetapi
juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan
keluarganya.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan
aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien
pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemehuhan/pengobatan gejala
fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, social dan
spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai
perawatan paliatif.

Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi


terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif
menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan
yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan
dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai
akhir hayatnya.

Perawatan Paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup


pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002)

Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan
pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan
hidup, harapan dan niatnya.
Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan
Harvey Schipper (1999), adalah:
a. Gejala fisik
b. Kemampuan fungsional (aktivitas)
c. Kesejahteraan keluarga
d. Spiritual
e. Fungsi sosial
f. Kepuasaan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan)
g. Orientasi masa depan
h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri
i. Fungsi dalam bekerja
Paliatif home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di
rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas bimbingan/ pengawasan
tenaga paliatif.

Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang tidak
dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di
rumah sakit. Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat
memberikan pelayanan untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan
keadaan seperti di rumah pasien sendiri.

Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan kesehatan


secara medis bagi masyarakat

Kompeten adalah keadaan kesehatan mental pasien sedemikian rupa sehingga


mampu menerima dan memahami informasi yang diperlukan dan mampu
membuat keputusan secara rasional berdasarkan informasi tersebut.

Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi:

 Penatalaksanaan nyeri
 Penatalaksanaan keluhan fisik lain
 Asuhan keperawatan
 Dukungan psikologis
 Dukungan sosial
 Dukungan kultural dan spiritual
 Dukungan persiapan dan selama masa depan (bereavement)

Perawatan paliatif dilakukan dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan dan
kunjungan/rawat rumah.

Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah:

a. Rumah Sakit: Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang


memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus
b. Puskesmas: Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan
c. Rumah singgah/ panti (hospis): untuk pasien yang tidak memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau peraltan khusus, tetapi belum dapat
dirawat di rumah karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan
d. Rumah pasien: Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan perawatan yang tidak
mungkin dilakukan oleh keluarganya
Organisasi perawatan paliatif, menurut tempat pelayanan/sarana kesehatannya
adalah:

a. Kelompok perawatan paliatif dibentuk di tingkat puskesmas


b. Unit perawatan paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas B
non pendidikan
c. Instalasi perawatan paliatif dibentuk di Rumah Sakit kelas B Pendidikan dan
Kelas A
d. Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinator dan melibatkan
semua unsur terkait
Untuk menentukan kebutuhan pasien yang berfokus kepada pelayanan paliatif
terlebih dahulu dilakukan penapisan pasien paliatif care.

Pada waktu skrining dan pasien diputuskan diterima untuk di rawat inap, proses
assessment membantu staff mengetahui prioritas kebutuhan pasien untuk pelayanan preventif,
kuratif, rehabilitatif, paliatif dan dapat menentukan pelayanan yang sesuai dengan prioritas
kebutuhan pasien terutama dalam keadaan keterbatasan fasilitas.

Berikut ini beberapa kasus dengan prioritas pelayanan:

DATA KASUS YANG DIRAWAT DI RS. DENGAN PRIORITAS KEBUTUHAN RS.


CITRA SARI HUSADA KARAWANG.

KETERANGAN:

PR: Preventif. RH: Rehabilitatif.

KR: Kuratif. PL: Paliatif.

No. DIAGNOSA KSM PR KR RH PL

1 Hyperpireksia ec. ISPA Anak V

2 Dyspepsia dengan vertigo PD V V

3 CHF dengan anemia gravis Jantung V V

4 Pneumonia susp. TB Paru Paru V

5 Dyspnoe ec. CHF Jantung V V

6 DHF PD V

7 LBP Saraf V V V

8 Hypotensi anemia susp. Sepsis HCU V V


9 Hemoptisis ec. TB Paru Paru V

10 Anemia gravis + gastritis + intake sulit PD V

11 Cephalgia + CKD + Anemia PD V V

12 Hypertensi Urgensi Jantung V

13 Diare akut + dehidrasi Anak V

14 HIV intake sulit dengan candidiasis PD V V


oral

15 Hypokalemi pada DM PD V V

16 Penurunan kesadaran pada hypertensi ICU V V


emergency ec. SHA

17 Geriatri dengan intake sulit PD V V

18 Kejang pada epilepsy Anak V

19 Sindroma nefrotik Anak V

20 Kejang dengan penurunan kesadaran ICU V

21 Non Stemi dengan DM Jantung V V

22 Appendicitis Bedah V

23 Vertigo Saraf V V

24 Hematemesis Melena PD V V V

25 CVD iskemik Saraf V V V

26 ADHF, LVH, CAD, AF Jantung V V

27 Observasi vomitus ec. Hiperbilirubin Anak V

28 Dyspnoe pada PPOK Paru V V

29 CVD Stroke perdarahan Saraf V

30 DSS PD/Anak V

31 Hernia inguinalis trangulata Bedah V

32 Gastritis akut PD V

33 Meningoenchepalitis Anak V

34 Fraktur femur tertutup Ortho V

35 Chest pain ec. UAP Jantung V V

36 ALO dan CKD Jantung V V

37 On HD, GVH, Hypotensi anemia PD V V


38 UAP, CHF, post PCI Jantung

39 Angina Pectoris, CHF, CAD, HHD, Jantung/PD V V


DM

40 CAD, Pasca non stemi, HHD, DM tipe Jantung/PD V V


2

41 Acute MCI, post thrombolitik Jantung V V

42 3vd dengan klasifikasi berat pada DM Jantung V V


tipe 2

43 Colic abdomen ec. Colelilthiasis PD V

44 Penuruna kesadaran ec. Hypogliekmia PD V V

45 Penurunan kesadaran pada PD V V


enchephlopatykum

46 CVD Iskemik berulang Saraf V V

47 Total AV block jantung V V

48 Observasi dyspnoea pada PPOK Paru / V V


hyperglikemia DM Jantung / PD

49 CA paru metastase otak dengan Paru V V


hiperpireksia

50 Haemoragic Berulang Saraf

51 Ketosis DM PD V V

DM dengan gastropatic diabetic PD V V

DM dengan neurophaty PD V V V

DM dengan ulcus diabeticum PD V V

Gastroenteritis PD V

Sirosis Hepatis PD V V V

DM dengan nephropathy PD V V V

52 Effusi Pleura Dextra, DM Tipe 2, Paru/PD V V V


CKD

53 Pneumonia Anak V

54 G2P1A0 Hamil 40 minggu dengan Kebidanan V


KPD

55 P3P2A0 hamil 36-37 minggu dengan Kebidanan V


partus tak maju dengan oedema portio
56 G1P0A0 hamil 9 minggu dengan Kebidanan V
abortus imminens

57 G2P1A0 hamil 35 minggu dengan Kebidanan V V


KPD

58 Methorargia Kebidanan V V

59 G3P2A0 hamil 33-35 minggu inpartu Kebidanan V


PK II dengan letak lintang

60 G1 hamil 26 minggu, hemorrhagic Kebidanan V V


Ante Partus ec. PPT

61 G1P0A0 hamil 37 minggu dengan Kebidanan V


inpartu PK I laten dengan pre
eklampsia

62 G4P3A0 hamil 36-37 minggu dengan Kebidanan V


KPD, Suspek PPT

63 G1P0A0 hamil 36 minggu dengan Kebidanan V


KPD dengan inpartu PK I aktif

64 G1P0A0 hamil 21 minggu dengan Kebidanan V


kontraksi

65 G1P0A0 hamil 20 minggu dengan Kebidanan V


abortus incipiens

66 Kista Terpelintir Kebidanan V

67 G2P1Ao hamil 29 minggu dengan Kebidanan V


PEB

68 Cidera kepala sedang-berat Saraf V

69 Cidera kepala berat dengan komplikasi Saraf V V

70 Cidera kepala ringan Saraf V

71 Status epileptikus Saraf V V V

72 Sindroma Gullenbare Saraf V V V

73 Mystenia Gravis Saraf V V V

74 Cerebral Palsy Anak V V

75 Asma Bronchiale Anak V

76 HIV dengan komplikasi Anak V

77 Hemoptisis pada BE Paru V V

78 Asma Bronchiale Paru V V


BAB II
RUANG LINGKUP

Skrining pasien dilakukan pada area :


1. Diluar rumah sakit.
Skrining dilakukan di tempat pasien oleh petugas RS Citra Sari Husada.
2. Didalam rumah sakit.
a) IGD.
Skrining di IGD dengan cara triase untuk memilah pasien berdasarkan
kegawadaruratannya.
b) Poliklinik / rawat jalan.

BAB III
TATA LAKSANA

Skrining Rumah Sakit Citra Sari Husada :


1. Diluar Rumah Sakit.
Dilakukan oleh petugas Rumah Sakit Citra Sari Husada di tempat pasien. Tim Penjemput
yang mendapat panggilan emergency mendatangi pasien di tempatnya, dokter melakukan
skrining atau asesmen dengan metode IAR (Informasi, Analisa, dan Rencana) guna
menetukan kebutuhan pasien. Berdasarkan hasil skrining/asesmen Tim Penjemput maka
akan ditentukan apakah kebutuhan pasien sesuai dengan pelayanan yang tersedia di Rumah
Sakit Citra Sari Husada. Jika dari hasil skrining ternyata pasien membutuhkan pelayanan
yang lebih lengkap dan tidak tersedia di Rumah Sakit Citra Sari Husada, maka pasien akan
dirujuk ke rumah sakit lain dengan fasilitas yang lebih lengkap dan pelayanan yang
dibutuhkan pasien tersedia. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tersedia di Rumah
Sakit Citra Sari Husada maka pasien akan di bawa ke Rumah Sakit Citra Sari Husada.

2. Didalam Rumah Sakit


a) Skrining di IGD.
Skrining di IGD dilakukan dengan cara triase.
Triase adalah proses memilah pasien berdasarkan tingkat kegawatannya untuk
menentukan prioritas penanganan lebih lanjut. Tujuan triase adalah untuk
mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa dan untuk menetapkan derajat kegawatan
yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
b) Poliklinik / Rawat jalan.
Profesional Pemberi Asuhan (PPA), yaitu dokter dan perawat melakukan asesmen pada
pasien dengan metode IAR. Dokter dan Perawat melakukan anmnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk selanjutnya menetapkan diagnosis
atau masalah untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayananan kesehatan yang
dibutuhkan pasien. Berdasarkan hasil skrining atau asesmen maka dokter memutuskan
apakah pasien dirawat sebagai pasien rawat jalan, pasien rawat inap di Rumah Sakit
Citra Sari Husada atau dirujuk ke rumah sakit lain.
c) Transfer pasien internal.
Keputusan untuk memindahkan pasien dari suatu instalasi rawat inap ke instalasi rawat
inap yang lain dilakukan oleh DPJP. Keputusan untuk mentransfer pasien
mempertimbangkan kondisi pasien, kesiapan yang menerima dan kesiapan tenaga
medis di tempat pasien akan di transfer.
d) Pemulangan, rujukan dan tindak lanjut.
Memulangkan pasien ke rumah atau ke tempat keluarga harus berdasarkan kondisi
kesehatan pasien dan kebutuhan akan kelanjutan pelayanan. DPJP yang bertanggung
jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan kesiapan pasien untuk
dipulangkan dan berdasarkan kebijakan. Kriteria dapat juga digunakan untuk
menentukan pasien siap dipulangkan. Kebutuhan pelayanan berkelanjutan dapat berarti
rujukan ke dokter spesialis, terapi rehabilitasi atau kebutuhan pelayanan preventif yang
dilaksanakan di rumah oleh keluarga.
e) Transportasi.
Jenis kendaraan untuk transportasi berbagai macam, ambulance atau kendaraan lain
dari sumber yang diatur oleh keluarga atau teman. Jenis kendaraan yang diperlukan
bergantung pada kondisi dan status pasien.

BAB IV
DOKUMENTASI

Hasil skrining pasien dicatat dalam rekam medis pasien, yaitu ::


1. IGD, skrining pasien dicatat di form Triase.
2. Poliklinik, skrining pasien di rawat jalan dicatat di formulir asesmen pasien rawat
jalan.

Anda mungkin juga menyukai