Unsur intrinsik
Tema: novel ini bertemakan seseorang yang ditangkap oleh jepang namun melarikan diri
dan membuat banyak orang resah. Buktinya ada di halaman 8 buku ini yaitu pada kalimat
“alangkah senangku kalua wwaktu itu dia terkena jaring rakyat, tidak bisa meloloskan diri.”
Alur: alur maju
Latar tempat: Blitar, Jawa Timur, buktinya banyak sekali disebutkan blitar dan sekitarnya
yang masih banyak sawah pada masa penjajahan.
Latar waktu: sore hari ke malam hari, buktinya menyatakan kalua langit sudah memerah.
Latar suasana: menegangkan, takut, gelisah, marah, buktinya masyarakat malas bertemu
Hardo karena takut kalua-kalau Nippon datang ke rumahnya.
Tokoh :
o Hardo: mudah gelisah, miskin
o Kasim (ayah Hardo): menyayangi dan mendukung Hardo walaupun Hardo sudah
dibenci banyak orang.
o Karmin: komandan Jepang yang punya banyak kekayaan.
o Lurah kaliwangan: tidak suka kepada Hardo karena Hardo miskin
Pesan: menghadapi penderitaan dengan rela hati.
2. Kebahasaan
Penggunaan majas:
o personifikasi: api rokoknya turun dari depan bibir ke tanah
o Personifikasi: Angin meniup keras dan tajam.
o Simile: Dan seperti orang goyang pendirian ia berjalan menuju ke dusun lagi.
o Personifikasi: Suaranya terbang dibawa angin dari selatan.
o Personifikasi: Lampu listrik berlompat-lompatan lagi di sela-sela rumpun-rumpun
bambu itu.
o Simile: lampu listrik berlompat-lompatan lagi di sela-sela rumpun-rumpun bambu
itu persis seperti kunang-kunang yang sedang bekerjap-kerjapan.
o Metafora: Maklum den, bapak tak terang mata lagi.
Penggunaan citraan:
o pendengaran: Terdengar dengung gung dari kampung hanya sekali.
o Pengelihatan: awan diatas telah hilang dari cakrawala.
o Gerak: Kemudian ia membalikkan badan, berjalan menghampiri anaknya.