Anda di halaman 1dari 5

YAKOBUS 3:1-12

I) Jangan banyak yang menjadi ‘guru’.


Ada 2 penafsiran tentang apa yang dimaksud dengan ‘guru’ di sini:
1) ‘Guru’ berarti pengajar Firman Tuhan.
2) ‘Guru’ di sini mempunyai arti yang lain dari pada yang lain, yaitu ‘orang yang
menghakimi / mengkritik’ (Calvin).
Memang ada orang yang bisa memberikan kritikan / teguran dengan motivasi yang
benar, cara yang benar dan pada saat yang benar. Yang ini tentu tidak apa-apa,
bahkan merupakan sesuatu yang baik.
Tetapi kebanyakan orang melakukannya dengan salah:
· Ada orang yang melakukannya pada saat yang salah.
· Ada orang yang melakukannya dengan cara yang salah.
· Ada yang melakukannya dengan motivasi yang salah.
Karena jarang ada orang yang bisa menegur dengan benar, maka di sini dikatakan
‘janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru (= penegur / pengkritik)’
(ay 1).
Dari 2 penafsiran di atas, saya lebih setuju dengan penafsiran yang kedua, yang
mengatakan bahwa ‘guru’ di sini adalah seorang pengkritik / penegur.
Alasan saya:
a) Memang seorang pengajar Firman akan dihakimi lebih berat, tetapi itu
disebabkan karena ia lebih banyak mengerti firman Tuhan (bdk. Luk 12:47-48).
Tetapi di sini dikatakan bahwa ‘guru’ itu akan dihakimi lebih berat, karena ia sendiri
‘bersalah dalam banyak hal’ (ay 2). Jadi kelihatannya tidak terlalu cocok kalau ‘guru’
di sini diartikan pengajar Firman Tuhan.
b) Kalau ‘guru’ diartikan orang yang mengkritik, maka Yak 3:1-2 ini akan sejalan /
searah dengan Ro 2:1-3 dan Mat 7:1-5, yang menunjukkan bahwa orang yang
menghakimi juga akan dihakimi.
Kalau saudara adalah orang yang suka menghakimi, maka ingatlah akan 2 hal ini:
a) Nanti Allah akan menjadi Hakim, dan Ia pasti akan menjadi Hakim yang adil. Kalau
kita saat ini sering menghakimi dengan keras, nanti kita akan dihakimi dengan keras.
b) Kita sendiri bersalah dalam banyak hal (ay 2a).
Sebagai contoh kesalahan-kesalahan itu, lalu Yakobus membahas dosa karena lidah
(ay 2b-12).

II) Dosa karena lidah / bahayanya lidah.


1) Lidah itu kecil, tetapi pengaruhnya sangat besar (ay 3-5a).
Yakobus menggambarkan lidah itu seperti kekang pada mulut kuda (ay 3), dan
seperti kemudi kapal (ay 4), yang sekalipun kecil, tetapi dapat mengendalikan kuda /
kapal itu.
Kalau dalam ay 5a Yakobus berkata bahwa ‘lidah, walaupun suatu anggota kecil dari
tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar’, maka jangan
mengartikan bahwa ia menunjuk pada tindakan membual. Ini tidak cocok dengan
kontexnya! Jadi artinya harus sesuai dengan kontex (ay 3-5a), yaitu bahwa lidah,
sekalipun kecil, tetapi pengaruhnya besar (yang ditekankan di sini adalah pengaruh
negatif!).
2) Lidah itu seperti api (ay 5b-6).
Lidah memang mempunyai beberapa persamaan dengan api:
a) Api itu panas, dan lidah juga demikian.
Tidak pernahkah saudara merasakan panas pada telinga / hati saudara karena
kata-kata yang tidak menyenangkan dari seseorang?
b) Api itu berbahaya dan bersifat merusak / menghancurkan, dan demikian juga
dengan lidah.
Gossip / fitnah bisa menghancurkan:
· persahabatan.
· kerukunan dalam keluarga.
· persekutuan / kasih antar saudara seiman.
· kehidupan orang kristen, hamba Tuhan, bahkan gereja!
c) Api menyebar dengan cepat, dan demikian juga dengan lidah. Saudara mungkin
tidak bisa membayangkan betapa cepatnya gossip / fitnah itu menyebar!
Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan dari ay 5b-6:
* ‘lidah merupakan suatu dunia kejahatan’ (ay 6a).
Lidah adalah sesuatu yang kecil, sebaliknya ‘dunia’ adalah sesuatu yang besar.
Kalau lidah disebut sebagai dunia kejahatan, itu menunjukkan bahwa lidah yang
begitu kecil bisa melakukan kejahatan yang sangat banyak. Memang ada banyak
dosa yang disebabkan oleh lidah, seperti: dusta, fitnah, gossip, caci maki, kata-
kata kotor / cabul, sumpah palsu, menyebut nama Allah dengan sia-sia,
membual, menjilat, dsb.
* ‘menodai seluruh tubuh’ (ay 6b).
Artinya: membuat orangnya berdosa. Jadi kalau kita melakukan dosa dengan
lidah, bukan hanya lidah kita saja yang berdosa, tetapi seluruh diri kita.
* ‘menyalakan roda kehidupan’ (ay 6c).
Terjemahan yang lebih tepat adalah ‘membakar jalan kehidupan’, yang berarti
‘merusak seluruh hidup kita’.
* ‘dinyalakan oleh api neraka’ (ay 6d).
Artinya: ditimbulkan oleh setan. Jadi dengan menggunakan lidah secara salah,
pada hakekatnya kita sedang melayani setan!
3) Lidah itu tidak bisa dijinakkan (ay 7-8).
Yakobus mengatakan bahwa semua binatang bisa dijinakkan dan telah dijinakkan
oleh manusia, tetapi tidak ada orang yang bisa menjinakkan lidahnya sendiri! Ia
bahkan menambahkan bahwa lidah itu adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai,
dan penuh dengan racun yang mematikan!
4) Penggunaan lidah yang tidak konsisten (ay 9-12).
Sama seperti sebuah pohon tidak mungkin mengeluarkan 2 jenis buah, dan sebuah
mata air tidak mungkin mengeluarkan air tawar dan air asin, maka Yakobus berkata
bahwa lidah harus digunakan secara konsisten. Kita tidak boleh sebentar
menggunakan lidah kita untuk Tuhan, dan sebentar untuk setan!

III) Apa yang harus kita lakukan?


Setelah kita tahu bahaya dari lidah / banyaknya dosa yang bisa dilakukan dengan lidah,
maka apa yang harus kita lakukan? Perlu kita ingat bahwa:
· Ay 2 mengatakan bahwa orang yang tidak bersalah dalam perkataannya adalah
orang yang sempurna, sedangkan dalam dunia ini tidak ada orang yang sempurna.
Karena itu jelas bahwa tidak akan ada orang yang bisa tak bersalah dalam
perkataannya.
· Ay 8 mengatakan bahwa tak ada orang yang bisa menjinakkan lidah, karena lidah
itu buas dan tak terkuasai.

YAKOBUS 3:13-18

I) Hikmat dari dunia, nafsu manusia, setan2 (ay 15).


1) Mula-mula hikmat ini bekerja dalam hati.
Hal ini seharusnya bisa terlihat dari ay 14, tetapi ay 14 dalam Kitab Suci Indonesia
ada kekurangannya. Karena itu perhatikan terjemahan dari NIV di bawah ini.
Ay 14 (NIV): “But if you harbor bitter envy and selfish ambition in your hearts” (=
Tetapi jika kamu mempunyai iri hati yang pahit dan ambisi yang egois di dalam
hatimu).
Apa yang ditimbulkan oleh hikmat ini dalam hati manusia?
a) Iri hati (ay 14).
Iri hati ini mewujudkan diri dalam ketidak-senangan melihat orang lain diberkati.
Dalam 1Kor 13:4 dikatakan bahwa ‘kasih itu ... tidak cemburu’. (Catatan: Kata
Yunani yang diterjemahkan ‘cemburu’ itu sama dengan yang diterjemahkan ‘iri
hati’ dalam ay 14 ini).
b) ‘Mementingkan diri sendiri’ (ay 14).
Ini adalah sikap masa bodoh terhadap orang lain, yang penting diri sendiri enak
dan benar.
2) Apa yang mula-mula ada dalam hati itu akan memanifestasikan diri ke luar dan
menimbulkan kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (ay 16).

II) Hikmat dari atas (ay 17).


Ada beberapa ciri dari orang yang mempunyai hikmat dari atas:
1) Murni (ay 17).
Murni berarti tidak ada campuran / kotoran. Campuran / kotoran itu bisa merupakan
motivasi yang salah, atau ketidakbenaran.
Dalam ay 17 itu dikatakan ‘pertama-tama murni’, dan ini menunjukkan bahwa tanpa
kemurnian, hal-hal yang lain di bawah ini tidak akan terjadi.
2) Pendamai (ay 17).
Ini menunjuk pada orang yang:
· tak senang mencari gara-gara / permusuhan.
· tak senang membalas kejahatan dengan kejahatan.
· tak senang mengadu domba, tetapi sebaliknya senang mendamaikan.

3) Peramah (ay 17).


Kata Yunani yang diterjemahkan ‘peramah’ ini adalah EPIEIKES, yang menurut
William Barclay merupakan kata Yunani yang paling tidak bisa diterjemahkan dari
seluruh Perjanjian Baru.
RSV/KJV/NASB: gentle (= lemah lembut, ramah).
NIV: considerate (= penuh pertimbangan, baik budi).
Seorang penafsir mengatakan: “EPIEIKES conveys the idea of tempering justice with
mercy” (= EPIEIKES menyampaikan gagasan melunakkan / melembutkan keadilan
dengan belas kasihan).

4) Penurut (ay 17).


NIV: submissive (= bersifat tunduk).
Ini menunjuk pada ketundukan kepada Tuhan, kepada kebenaran / Firman Tuhan,
dan kepada orang yang Tuhan tempatkan di atas kita, seperti orang tua, suami,
pemerintah, guru dsb (Catatan: tentu saja dengan syarat bahwa mereka tidak
menyuruh kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan,
ataupun melarang kita melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan - bdk. Kis
5:29).
Ini juga menunjuk kepada orang yang tidak keras kepala, yang mau mengubah
pendiriannya karena nasehat orang lain (Catatan: tetapi jangan diartikan sebagai yes-
man!).
5) Penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik (ay 17).
Belas kasihan tidak boleh hanya dinyatakan dalam perasaan saja, tetapi harus
dinyatakan dengan tindakan praktis, yaitu menolong orang yang dikasihani itu.
6) Tidak memihak (ay 17).
Ini berarti bahwa orang itu selalu bersikap adil, baik terhadap bawahan / pegawai,
anak dsb.

7) Tidak munafik (ay 17).


Artinya: tidak bermuka dua, tidak suka ber’sandiwara’.

8) Rendah hati (ay 13b).


Ay 13b: ‘Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh
hikmat yang lahir dari kelemahlembutan’. Ini salah terjemahan. Perhatikan
terjemahan NIV di bawah ini.
Ay 13b (NIV): ‘Let him show it by his good life, by deeds done in the humility that
comes from wisdom’ (= baiklah ia menyatakannya oleh hidupnya yang baik, oleh
perbuatan yang dilakukan dalam kerendahan hati yang datang dari hikmat).
Jadi dari terjemahan NIV ini terlihat bahwa kerendahan hati datang dari hikmat, atau
dengan kata lain, hikmat ini menimbulkan kerendahan hati.

III) Cara mendapatkan hikmat dari atas.


1) Belajar Firman Tuhan.
Ay 13a: ‘Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi?’. Ini lagi-lagi salah
terjemahan. Perhatikan terjemahan NIV di bawah ini.
Ay 13a (NIV): ‘Who is wise and understanding among you?’ (= siapa yang bijak dan
berpengertian di antara kamu?).
Yang dimaksud dengan pengertian di sini jelas adalah pengertian Firman Tuhan.
Memang orang yang mempunyai banyak pengetahuan Firman Tuhan belum tentu
bijak, tetapi orang tidak bisa bijak kalau tidak mempunyai pengetahuan Firman
Tuhan.
Bandingkan dengan Maz 119:98-100.

2) Minta hikmat dari Tuhan (bdk. Yak 1:5).


Tuhan berjanji bahwa kalau saudara kekurangan hikmat, dan saudara memintanya
kepada Tuhan dengan iman, ia pasti akan memberikannya kepada saudara.
Pernahkah saudara berdoa untuk meminta hikmat?
3) Menjaga hati kita masing-masing (Amsal 4:23).
Kalau saudara sudah mempunyai hikmat dari atas, jangan mengira bahwa setan tidak
akan terus menerus berusaha untuk memasukkan hikmatnya (iri hati, egoisme) ke
dalam hati saudara. Karena itu kita harus selalu menjaga kebersihan hati kita.

Anda mungkin juga menyukai