Anda di halaman 1dari 20

YAKOBUS 5:1-6

Bagian ini jelas sekali menyerang orang-orang kaya. Tetapi perlu diingat bahwa Kitab Suci
tidak menyerang semua orang kaya. Dalam Luk 16:19-31 memang dikatakan bahwa Lazarus
yang miskinlah yang masuk ke surga, sedangkan orang kayanya masuk ke neraka (itupun
karena Lazarusnya beriman dan orang kayanya tidak). Tetapi juga dikatakan dalam bagian
itu bahwa di surga juga ada Abraham yang juga adalah orang kaya.

I) Dosa-dosa orang-orang kaya itu.


1) Mengumpulkan harta pada hari-hari terakhir (ay 3).
a) Yang dimaksud dengan ‘mengumpulkan harta / uang’ di sini tidak sama dengan
bekerja mencari nafkah! Kitab Suci mengharuskan kita bekerja untuk mencari
nafkah (2Tes 3:10 bdk. Kej 3:17-19), dan karenanya ini bukanlah dosa. Bahkan
kalau kita bekerja untuk mengumpulkan uang untuk tujuan tertentu (yang bisa
dipertanggungjawabkan), seperti ingin membeli rumah dsb, itu tentu tidak bisa
disalahkan! Yang dikecam oleh Yakobus di sini adalah orang yang mengumpulkan
harta / uang, demi harta itu sendiri. Jadi harta adalah tujuan akhir dari orang itu.
Ini adalah cinta uang / harta dan ini adalah dosa (bdk. 1Tim 6:10 Mat 6:19-
21 Amsal 23:4).
b) Yang dimaksud dengan harta belum tentu berbentuk uang.
Dalam ay 2-3 ada kata ‘busuk’ yang jelas menunjuk pada makanan (gandum,
jagung); juga disebut tentang ‘pakaian’ karena pada saat itu harta memang
sering ada dalam bentuk pakaian; dan juga disebutkan tentang emas dan perak.
Karena itu kalau saudara tidak menimbun uang, tetapi menimbun mobil, rumah /
tanah, permata / perhiasan, dsb, maka itu termasuk menimbun harta juga!
c) Orang-orang kaya itu mengumpulkan uang pada hari-hari terakhir.
Ay 3: ‘hari-hari yang sedang berakhir’. Ini salah terjemahan. Bandingkan dengan
terjemahan NIV dan NASB di bawah ini.
NIV/NASB: in the last days (= pada hari-hari terakhir).
Sebetulnya hari-hari terakhir adalah saat dimana manusia harus lebih mendekat
kepada Tuhan, bersiap sedia menghadapi kedatangan Kristus yang keduakalinya,
menyucikan dirinya, melayani Tuhan, belajar Firman Tuhan, berdoa dsb
(Ibr 10:24-25). Tetapi orang-orang kaya ini justru menimbun harta untuk dirinya
sendiri!

2) Menahan upah buruh (ay 4).


Dalam Ul 24:14-15 terdapat:
· larangan memeras buruh / pekerja.
· perintah untuk membayar upah buruh tepat pada waktunya, karena sebagai
orang miskin ia mengharapkan dan membutuhkan uang itu.
Tetapi orang-orang kaya ini tidak mempedulikan hukum Tuhan, dan mereka
menahan upah buruh. Jadi, dalam usaha mereka untuk menjadi lebih kaya, mereka
tidak segan-segan menindas dan merugikan orang lain / buruh mereka. Mereka
berusaha mendapatkan harta dengan cara yang tidak adil dan tidak halal.
Sebetulnya, berdasarkan Yak 4:17, orang kaya yang tidak menolong orang miskin /
menderita, sudah dianggap berdosa. Apalagi mereka ini bukan hanya tidak
menolong, tetapi bahkan menindas!
3) Hidup berfoya-foya (ay 5).
Kitab Suci memang tidak menyuruh kita untuk hidup sebagai pertapa. Kitab Suci
tidak melarang kita untuk berpesta / bersenang-senang. Tetapi orang kaya di sini,
melakukannya secara kelewat batas. Mereka berpesta pora dan memuaskan hati
mereka setiap hari.
Kata-kata ‘hari penyembelihan’ menunjuk pada hari raya orang Yahudi
(semacam Thanksgiving Day di Amerika), dimana mereka menyembelih binatang,
sebagian dagingnya untuk korban dan sebagian lagi untuk dimakan dalam pesta.
Orang-orang kaya ini hidup seakan-akan setiap hari adalah hari penyembelihan. Bdk.
Luk 21:34.

4) Menghukum dan membunuh orang benar (ay 6).


Ada 2 faktor yang memberatkan kesalahan mereka:
· Yang dihukum dan dibunuh adalah ‘orang benar’.
Tentang siapa yang dimaksud dengan ‘orang benar’ di sini, ada yang mengatakan
Yesus, Yohanes Pembaptis, Stefanus, atau orang kristen.
· Yang dibunuh tidak melawan.

II) Akibat dosa.


Ay 4 diterjemahkan secara kurang benar oleh Kitab Suci Indonesia. Bandingkan dengan
terjemahan NIV di bawah ini.
NIV: “Look! The wages you failed to pay the workmen who mowed your fields
are crying out against you. The cries of the harvesters have reached the ears of the Lord
Almighty” (= Lihat! Upah yang tidak engkau bayarkan kepada pekerja-pekerja yang
memotong ladangmu berteriak menentang engkau. Teriakan dari para penuai telah
mencapai telinga Tuhan yang mahakuasa).
Jadi dalam terjemahan NIV ini terlihat bahwa ada 2 teriakan (hal ini tidak terlihat dalam
Kitab Suci Indonesia):
a) Teriakan dari upah yang tidak dibayar.
Ini jelas bukan teriakan sungguh-sungguh, tetapi suatu kiasan yang artinya adalah
bahwa Allah melihat ketidak-adilan itu. Bandingkan dengan teriakan darah Habil
dalam Kej 4:10.
Ini menunjukkan bahwa sekalipun orang yang ditindas itu tidak berteriak kepada
Allah, tetapi Allah tetap melihat penindasan itu.
b) Teriakan dari buruh yang tertindas.
Ini teriakan yang sungguh-sungguh, karena para buruh yang tertindas itu berteriak
kepada Allah dalam doa, dan Allah mendengar doa mereka.
Dua hal ini menyebabkan Allah bertindak terhadap orang-orang kaya itu. Apa tindakan
Allah?
1) Memberi kesengsaraan kepada orang-orang kaya itu (ay 1).
Jangan mengira bahwa orang kaya tidak bisa sengsara! Mereka bisa mengalami
ketidak-damaian, kegelisahan, kekuatiran, kekosongan dalam hati, kesumpekan,
stress karena pekerjaan, penyakit dan macam-macam problem yang lain.
2) Menghancurkan kekayaan mereka (ay 2-3).
Kalau setan bisa menghancurkan harta dan anak-anak Ayub dalam 1 hari, maka Allah
pasti lebih berkuasa untuk menghancurkan harta dari orang-orang kaya itu.
Kata-kata ‘busuk’, ‘ngengat’, dan ‘karat’ menunjukkan bahwa Allah bisa
menghancurkan kekayaan mereka dengan bermacam-macam cara. Dan kalau
dikatakan bahwa emas dan perak mereka berkarat, ini tidak berarti bahwa Kitab Suci
betul-betul mempercayai bahwa emas dan perak bisa berkarat. Artinya adalah
bahwa bagaimanapun hebatnya pengamanan mereka terhadap harta mereka, Allah
bisa menghancurkannya!

III) Bagi orang miskin yang tertindas.


Sebetulnya bagian ini tidak ditujukan kepada orang-orang kaya, tetapi kepada orang-
orang miskin yang tertindas. Calvin mengatakan bahwa bagian ini bukanlah suatu seruan
untuk bertobat bagi orang-orang kaya itu. Calvin menafsirkan bahwa kata-kata
‘menangis dan merataplah’ dalam ay 1, artinya bukan ‘bertobatlah’, tetapi ‘celakalah’.
Alasan Calvin: dalam ay 1 dikatakan ‘atas sengsara yang akan menimpa kamu’, bukan
‘supaya seng-sara tidak menimpa kamu’.
Kalau demikian, apa artinya bagian ini untuk orang miskin yang tertindas?
1) Janganlah menginginkan nasib orang kaya.
Ada banyak orang kristen miskin yang iri hati melihat nasib orang kafir yang kaya.
Kalau saudara adalah orang yang seperti ini, bacalah dan renungkanlah Maz 73!
Ada banyak orang miskin, yang menderita karena kemiskinannya, dan berangan-
angan untuk menjadi kaya, karena mereka mengira bahwa kalau mereka menjadi
kaya maka pasti semua penderitaan mereka akan beres.

2) Pada saat ditindas, ada 2 hal yang perlu saudara ingat:


a) Bukanlah hal yang aneh kalau orang yang hidup benar itu mengalami penindasan
(bdk. ay 6).
Seseorang bahkan mengatakan:
“I would suspect him not to be Abel that hath not Cain” (= aku akan
mencurigainya bukan sebagai Habil kalau ia tidak mempunyai Kain).
b) Percayalah bahwa Allah melihat ketidakadilan itu (bdk. ay 4a) dan bahwa Allah
yang adil itu pasti akan bertindak pada waktuNya.
3) Berdoalah dan percayalah bahwa Allah mendengar doa saudara (bdk. ay 4b).
Dalam ay 4 Allah disebut dengan istilah ‘Tuhan semesta alam’, yang dalam bahasa
Yunani adalah KURIOU SABAOTH (Ibrani: YAHWEH TSEBAOTH), dan dalam bahasa
Inggris adalah The Lord of hosts / army. Ini menunjukkan Allah sebagai penguasa
seluruh alam semesta dan sebagai panglima balatentara surga (malaikat).
Kepada Allah yang seperti itulah kita berdoa, bukan kepada Allah yang tidak bisa
berbuat apa-apa!
YAKOBUS 5:7-11

I) Sikap yang benar dalam menghadapi penderitaan.


1) Sabar (ay 7,8,10).
a) Sabar berarti tidak membalas dendam / tidak marah.
Ingat bahwa penderitaan mereka disebabkan oleh penindasan orang-orang kaya
(Yak 5:4,6). Jadi, bisa saja mereka menjadi marah dan ingin membalas dendam.
Tetapi Yakobus mengatakan mereka harus sabar.
b) Sabar dalam penderitaan, juga berarti bahwa kita tidak bersungut-sungut dalam
menghadapi penderitaan.
c) Sabar juga berarti tidak iri hati melihat nasib orang lain yang tidak mengalami
penderitaan seperti kita.
d) Sabar juga berarti bahwa kita tunduk / berserah sepenuhnya pada kehendak
Allah, dan tidak memberontak / marah kepada Allah, pada waktu kita mengalami
penderitaan.

2) Meneguhkan hati (ay 8).


NASB: strengthen your hearts (= kuatkanlah hatimu).
NIV: stand firm (= berdirilah teguh).
RSV: establish your hearts (= teguhkanlah hatimu).
KJV: stablish your hearts (= teguhkanlah hatimu).
Dalam Kel 17:12, kata-kata ‘tidak bergerak’ (yang menunjuk pada tangan Musa yang
ditopang oleh Harun dan Hur), diterjemahkan ke bahasa Yunani (LXX / Septuaginta)
menggunakan kata Yunani yang sama dengan yang diterjemahkan ‘meneguhkan’
dalam Yak 5:8 ini.

3) Jangan bersungut-sungut satu terhadap yang lain (ay 9).


Ay 9: janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan.
NIV: Do not grumble against each other (= janganlah bersungut-sungut satu kepada
yang lain / menentang satu sama lain).
NASB: Do not complain brethren, against one another (= janganlah mengeluh satu
kepada yang lain / menentang satu sama lain).
Ini bisa berarti bahwa kita tidak boleh:
a) Saling menyalahkan.
Kalau satu keluarga mengalami penderitaan, maka seringkali mereka saling
menyalahkan satu sama lain, sehingga justru memperberat penderitaan, dan
memperkecil kekuatan mereka dalam menghadapi penderitaan.
b) Bersungut-sungut kepada orang kristen yang lain dan mengatakan bahwa Allah
tidak adil / kasih.
Ingat bahwa kita memang boleh untuk sharing tentang penderitaan yang kita
alami, tetapi tidak boleh dengan nada menyalahkan Allah / mengecam Allah!
c) Bersungut-sungut tentang orang kristen yang lain.
d) Bersungut-sungut kepada Tuhan dan meminta Tuhan membalaskan dendamnya.
Kita boleh saja menceritakan kepada Tuhan tentang segala penderitaan kita dan
bahkan tentang orang-orang yang membuat kita menderita, tetapi jangan
dengan hati yang menginginkan balas dendam!
e) Bersungut-sungut karena orang kristen yang lain lebih baik nasibnya.
Bersungut-sungut bukanlah dosa yang bisa diabaikan / diremehkan. Tuhan tidak
senang melihat kita bersungut-sungut, karena bersungut-sungut menunjukkan:
· tidak / kurang percaya.
· tidak puas / iri hati.
Perhatikan juga ay 9 yang berkata: ‘supaya kamu jangan dihukum’ (Bdk. Bil
11:1 Bil 14:1-4 Bil 21:4-9).
Kalau saudara suka bersungut-sungut, ingatlah bahwa dahulu Tuhan menghukum
bangsa Israel karena dosa ini, dan semua ini terjadi sebagai contoh bagi kita (bdk.
1Kor 10:6,10).

4) Bertekun (ay 11).


Banyak orang seperti ‘tanah berbatu’ (Mat 13:5,6,20,21). Pada waktu mengalami
penderitaan, mereka murtad.
Yakobus menyuruh bertekun, artinya tidak putus asa, tetapi sebaliknya terus ikut
Tuhan sekalipun mengalami penderitaan.

II) Dorongan untuk melakukan sikap yang benar di atas.


1) Illustrasi petani (ay 7).
Ay 7 - ‘hujan musim gugur dan hujan musim semi’. Ini salah terjemahan. Seharusnya
adalah ‘hujan awal dan hujan akhir’ (bdk. Ul 11:4 Yoel 2:23 Hos 6:3). Hujan awal
datang pada saat menabur, sedangkan hujan akhir datang pada saat mau panen.
Yakobus menggunakan illustrasi petani ini untuk menekankan kesabaran. Petani
sabar untuk menunggu panen. Kita mengharapkan sesuatu yang jauh lebih besar dari
panen, yaitu upah di surga. Jadi, seharusnya kita harus lebih sabar lagi dibandingkan
dengan para petani itu.
2) Kedatangan Tuhan (ay 7).
a) Kedatangan Tuhan adalah akhir dari segala sesuatu yang rasanya tidak adil, atau
akhir dari segala penderitaan / penindasan. Dengan mengingat hal ini, orang
yang menderita bisa terhibur dan dikuatkan.
b) Kedatangan Tuhan sudah dekat (ay 8 bdk. 2Pet 3:3-4,8-10).
c) Dalam ay 9b, Yakobus mengatakan lagi tentang kedatangan Tuhan ini dengan
kata-kata yang berbeda.
Orang-orang itu dihakimi oleh orang kaya (Yak 5:6), sehingga pernyataan bahwa
Tuhan akan datang sebagai Hakim, adalah suatu penghiburan bagi mereka. Ingat
bahwa kata-kata ‘Hakim telah berdiri di ambang pintu’ (ay 9b) ini, tidak ditujukan
kepada orang kristen yang bersungut-sungut, seakan-akan Hakim itu akan
menghukum mereka. Sebaliknya, kata-kata ini ditujukan untuk menghibur
mereka yang tertindas / dihakimi.
3) Nabi-nabi (ay 10).
Ini adalah orang-orang percaya, bahkan orang-orang yang melayani Tuhan, tetapi
mereka menderita. Jadi, kalau kita mengikut Tuhan, lalu kita mengalami
penderitaan, itu adalah sesuatu yang lumrah. Perhatikan kata-kata ‘janganlah kamu
heran’ dan ‘seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa’ dalam 1Pet 4:12, dan juga
‘pencobaan-pencobaan biasa’ dalam 1Kor 10:13.
Yakobus tidak ingin kita sama seperti nabi hanya dalam hal menderita, tetapi juga
dalam hal kesabaran (ay 10). Semua nabi adalah orang biasa (Yak 5:17), tetapi
mereka bisa sabar, mengapa kita tidak?

4) Ayub (ay 11).


a) Dari sini bisa disimpulkan bahwa cerita Ayub ini jelas merupakan cerita yang
bersifat historis / betul-betul terjadi.
Kita harus berhati-hati terhadap pendeta-pendeta dari golongan Liberal yang
sering menganggap cerita-cerita dalam Kitab Suci sekedar sebagai dongeng
atau illustrasi!
b) Kesalehan Ayub bisa terlihat dalam Ayub 1:8 dan Ayub 2:3.
c) Penderitaan Ayub bisa terlihat dalam Ayub 1:13-19 dan Ayub 2:7-9 dan juga dari
penghakiman teman-temannya.
d) Ketekunan Ayub bisa terlihat dari Ayub 1:20-21 dan Ayub 2:10.
Memang Ayub tidak sempurna (bdk. Ayub 3:1-dst), tetapi bagaimanapun ia
pantas dijadikan teladan.
e) Akhirnya, cerita ini ‘happy-end’ (Ayub 42:10-17). Mengapa? Karena Tuhan itu
maha penyayang dan penuh belas kasihan (ay 11). Karena itu, kalau kita
mengalami penderitaan, maka kita harus mengarahkan pandangan kita ‘pada
akhirnya’. (bdk. Ro 8:18 2Kor 4:16-18).

Penutup / kesimpulan:
Dalam penderitaan kita harus:
1) Sabar.
2) Meneguhkan hati.
3) Tidak bersungut-sungut.
4) Bertekun.
Supaya bisa melakukan hal-hal itu, kita harus mengingat:
1) Petani yang sabar menunggu panen.
2) Kedatangan Tuhan yang sudah dekat.
3) Kesabaran nabi-nabi.
4) Ketekunan Ayub.
YAKOBUS 5:12-13

I) Kebiasaan yang buruk - bersumpah (ay 12).


1) Sekalipun sepintas lalu Mat 5:33-37 melarang sumpah secara mutlak, tetapi saya
berpendapat bahwa sebetulnya sumpah tidak dilarang secara mutlak.
Alasan saya:
a) Paulus sering bersumpah (Ro 1:9 Ro 9:1 2Kor 1:23 Gal 1:20 Fil 1:8). Betul-betul
tidak terbayangkan bahwa Paulus bisa berulang kali bersumpah kalau sumpah
memang dilarang secara mutlak.
b) Perjanjian Lama mengijinkan, bahkan mengharuskan sumpah, dalam hal-hal
tertentu (Ul 6:13 Kel 22:10,11).
c) Kel 20:7 hanya melarang menyebut nama Tuhan ‘secara sembarangan / dengan
sia-sia’. Jadi, ada sumpah menggunakan nama Tuhan, yang diijinkan.
Semua ini menunjukkan bahwa sumpah tidak dilarang secara mutlak. Dalam
pengadilan, atau dalam hal-hal yang penting lainnya, kita boleh bersumpah. Yang
dilarang adalah bersumpah secara sembarangan, untuk hal-hal yang tidak penting.

2) Kebiasaan bersumpah secara sembarangan harus dibuang.


· Kel 20:7 - ‘Tuhan akan memandang bersalah’.
· Sumpah demi langit / bumi / surga dsb (yang menghindari penggunaan
nama Allah) yang dilakukan secara sembarangan, juga adalah dosa (Yak
5:12 Mat 5:34-37 Mat 23:16-22).
Ini terlihat dari:
* Yak 5:12 - ‘supaya kamu jangan dihukum’.
* Mat 5:37 - ‘lebih dari itu berasal dari si jahat’.
· Yak 5:12 - ‘Tetapi yang terutama’.
Ini tidak berarti bahwa dosa ini adalah dosa yang paling hebat, tetapi ini
menunjukkan seriusnya dosa ini.
b) Berusahalah membuang dosa itu, sekalipun sudah menjadi kebiasaan (Yak 5:12).
c) Berbicaralah jujur senantiasa.
d) Jangan perduli kalau saudara tidak dipercaya, sekalipun saudara mengatakan
kebenaran. Tidak perlu menyakinkan orang itu dengan jalan bersumpah. Kalau
orang itu tidak mau percaya, biarkanlah ia tidak percaya!

II) Kebiasaan yang baik - ingat kepada Tuhan (ay 13).


Dalam ay 13, kita melihat 2 hal yang dialami setiap orang: menderita dan bergembira.
Kita sering menghadapi kedua hal itu dengan sikap yang salah:
· Pada waktu menderita kita bergantung pada diri sendiri / orang lain, menjadi
marah, putus asa, bersungut-sungut, dsb.
· Pada waktu bergembira, kita bersenang-senang, sehingga lupa kepada Tuhan.
Memang, baik dalam penderitaan maupun kegembiraan ataupun keadaan yang lain
apapun juga, kita yang masih mempunyai kecondongan kepada dosa ini, tetap sering
menghadapinya dengan meninggalkan Tuhan.
Sikap salah ini bisa menjadi kebiasaan dan ini harus diubah! Dalam ay 13 ini Yakobus
memberikan sikap yang benar, yang harus menjadi kebiasaan kita:
1) Pada waktu menderita, berdoalah (datang / ingat pada Tuhan).
Musa dan bangsa Israel mengalami penderitaan yang sama, tetapi mereka
menghadapinya dengan cara yang berbeda. Bangsa Israel menghadapinya dengan
bersungut-sungut, tetapi Musa menghadapinya dengan berseru-seru kepada Tuhan
(Kel 15:22-25 Kel 17:1-4).
Yang mana yang menjadi sikap saudara dalam menghadapi kesukaran?
2) Pada waktu bergembira, menyanyilah (datang / ingat kepada Tuhan).
Kata-kata ‘baiklah ia menyanyi’ dalam bahasa Yunaninya adalah PSALLETO
[bandingkan dengan kata Psalm (= mazmur) dalam bahasa Inggris], yang sebetulnya
berarti ‘let him sing a psalm’ (= baiklah ia menyanyikan mazmur). Jadi, menyanyi di
sini adalah menyanyikan lagu rohani, bukan seadanya lagu. Ini juga merupakan suatu
tindakan datang / ingat kepada Tuhan.
Perhatikan bahwa ay 13 ini tidak boleh diartikan bahwa:
a) Dalam penderitaan kita hanya boleh berdoa, tidak boleh menyanyi. Bandingkan
dengan Kis 16:25 dimana Paulus dan Silas bukan hanya berdoa tetapi juga menyanyi
memuji Tuhan dalam penderitaan mereka.
b) Dalam kegembiraan kita hanya boleh menyanyi, tidak boleh berdoa.
Bandingkan dengan 1Sam 2:1-10 yang menunjukkan doa Hana dalam
kegembiraannya karena telah mendapatkan anak dari Tuhan.
Juga kata-kata ‘tetaplah berdoa’ [KJV: pray without ceasing (= berdoalah tanpa henti-
hentinya)] dalam 1Tes 5:17 jelas menunjukkan bahwa kita boleh berdoa pada waktu
mengalami kegembiraan.
Yak 5:13 ini berarti bahwa dalam segala keadaan, baik dalam penderitaan maupun
kegembiraan, kita harus selalu ingat / datang pada Tuhan.

YAKOBUS 5:14-16a

I) Penyakit yang diderita.


Ay 14 mengatakan bahwa jemaat yang sakit harus memanggil penatua. Perlu diketahui
bahwa yang dimaksud sakit di sini, bukanlah seadanya penyakit yang remeh-remeh,
tetapi penyakit yang cukup berat.
Bahwa yang dimaksud dengan sakit di sini adalah penyakit yang cukup berat, terlihat
dari:
a) Orang sakit itu disuruh memanggil penatua, bukan datang kepada penatua (ay 14).
Kalau orang itu sakit yang ringan-ringan, pasti orang itu yang disuruh datang ke
penatua.
b) Kata-kata ‘mendoakan dia’ (ay 14), diterjemahkan oleh NIV / NASB / KJV / RSV
sebagai ‘pray over him’ (= berdoa di atasnya), bukan ‘pray for him’ (= berdoa untuk
dia).
Dari istilah ini, kelihatannya orang sakit itu berbaring dan penatua berdiri / duduk
didekatnya sehingga posisi penatua itu lebih tinggi dari posisi si sakit. Ini lagi-lagi
menunjukkan bahwa si sakit itu penyakitnya cukup berat sehingga harus berbaring.
c) Kata-kata ‘Tuhan akan membangunkan dia’ (ay 15), menunjukkan bahwa tadinya
sakitnya cukup berat, sehingga ia harus berbaring.
d) Kata ‘sakit’ dalam ay 14, bahasa Yunaninya adalah ASTHENEI dan kata itu juga
digunakan dalam Yoh 5:5 untuk menggambarkan orang yang lumpuh selama 38
tahun.
Kalau untuk seadanya penyakit yang remeh-remeh, seperti pilek, sakit perut, pusing dsb,
jemaat memanggil penatua, maka itu akan betul-betul ‘membunuh’ penatua! Jemaat
harus belajar untuk tidak merepotkan penatua / pendeta secara tidak perlu. Dengan
demikian mereka bisa melakukan tugas yang memang perlu!

II) Apa yang harus dilakukan oleh si sakit?


1) Ia harus memanggil penatua jemaat / gereja (ay 14).
a) Perhatikan bahwa ia bukannya disuruh memanggil orang yang mempunyai
karunia kesembuhan, atau pergi ke kebaktian kesembuhan, dsb, tetapi disuruh
memanggil penatua. Bandingkan perintah ini dengan kecenderungan jaman ini
dimana orang sakit selalu mencari orang yang mempunyai karunia
kesembuhan, atau mencari kebaktian kesembuhan.
b) Penatua / tua-tua (Inggris: elder).
Ini adalah orang-orang yang dipilih dari antara jemaat untuk menjadi pimpinan
gereja (Majelis gereja / jemaat).
Berdasarkan 1Tim 5:17 maka dibedakan adanya ruling elders (= tua-tua yang
hanya memimpin gereja dalam hal organisasi saja), dan teaching elders (= tua-tua
yang memimpin gereja dalam hal organisasi, tetapi juga mengajarkan Firman
Tuhan).
Sekalipun Pendeta / penginjil termasuk dalam teaching elders, tetapi
bagaimanapun perlu diperhatikan bahwa Yakobus mengatakan harus memanggil
penatua. Jadi ini bukan semata-mata tugas pendeta / penginjil, tetapi tugas
semua penatua.
Untuk tua-tua perlu diperhatikan supaya mereka mau melaksanakan tugas ini,
sedangkan untuk jemaat yang sakit, perlu diperhatikan untuk tidak tersinggung
kalau yang datang adalah tua-tua, bukan pendeta / penginjil! Pikirkan bahwa
kalau semua tugas dibebankan kepada pendeta / penginjil, maka ia tidak akan
punya waktu untuk belajar Firman Tuhan, mempersiapkan khotbah dsb, sehingga
akhirnya seluruh gereja dirugikan!
c) Si sakit yang harus memanggil penatua.
Jadi, penatua (majelis / pendeta) tidak bisa diharapkan harus tahu dengan
sendirinya bahwa jemaatnya sakit. Jemaat yang sakit itu yang harus
memberitahu / memanggil mereka. Jangan merasa sungkan karena merepotkan
dsb, karena ini memang tugas penatua!
Setelah penatua datang, apa yang harus dilakukan oleh penatua?
a) Mendoakan di sakit (ay 14).
Si sakit memang bisa saja berdoa sendiri, tetapi Tuhan lebih mau mendengarkan
doa orang yang benar / saleh. Ini terlihat dari ay 16b - “Doa orang yang benar,
bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”.
Catatan: kata-kata ‘bila dengan yakin didoakan’ sebetulnya salah terjemahan.
NIV: ‘The prayer of a righteous man is powerful and effective’ (= Doa orang yang
benar, berkuasa dan efektif).
Bandingkan ini dengan Yoh 9:31.
Dan untuk mendukung kata-katanya dalam ay 6b ini Yakobus lalu memberikan
contoh Elia dalam berdoa (ay 17-18).
Penatua seharusnya adalah orang yang benar / saleh (bdk. 1Tim 3:1-dst Tit 1:5-
dst), maka penatua ditugaskan untuk mendoakan si sakit.
b) Mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan (ay 14).
Ini adalah kebiasaan Yahudi pada saat itu dan dilakukan oleh murid Yesus pada
saat itu dalam Mark 6:13.
Ada beberapa pandangan tentang arti ‘pengolesan minyak’ di sini:
· Roma Katolik:
Ini dijadikan dasar dari sakramen perminyakan, yang diberikan oleh pastor
kepada orang yang mau mati dan tujuannya adalah untuk mempersiapkan
orang menghadapi kematian.
Pandangan ini jelas tidak cocok dengan text ini karena Yakobus
memerintahkan hal itu dengan tujuan supaya orang itu sembuh, bukan untuk
mempersiapkan orang itu menghadapi kematian.
· Calvin:
Ini adalah sakramen sementara. Minyak menunjuk pada karunia kesembuhan
dan karena karunia kesembuhan dianggap sudah lenyap, maka Calvin
berpendapat bahwa sakramen sementara itu juga harus dibuang.
Kelemahan pandangan ini:
* Tidak ada dasar untuk menganggap ini sebagai sakramen, karena tidak
diperintahkan langsung oleh Kristus.
* Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah CHRIO, yang berarti
‘mengoles dengan minyak / meminyaki’. Kata ini digunakan kalau hal
pemberian minyak itu dilakukan bukan dalam upacara agama. Kalau
dalam upacara agama, digunakan kata Yunani ALEIPHO (to anoint /
mengurapi). Jadi, pemberian minyak ini tidak mungkin dianggap sebagai
sakramen.
· Minyak adalah obat (bdk. Yes 1:6 dan Luk 10:34).

2) Mengakui dosa.
Ini terlihat secara implicit dari ay 15b, karena tanpa pengakuan dosa tidak mungkin
ada pengampunan dosa.
Bagian ini ditambahkan karena ada penyakit yang disebabkan oleh dosa
(Maz 107:17-18 1Kor 11:29-30). Awas! Tidak semua penyakit disebabkan karena
dosa. Contoh: Ayub, Yoh 9:1-3.
Penatua berfungsi membantu si sakit untuk memeriksa dirinya, apakah ada dosa
atau tidak. Penatua tidak boleh menghakimi / menuduh si sakit bahwa ia berdosa! Ia
hanya membantunya untuk mengadakan introspeksi. Kalau memang ada dosa yang
menjadi penyebab penyakitnya, penyakitnya tidak akan sembuh sebelum dosanya
dibereskan.
Ini semua mempersoalkan dosa yang dilakukan kepada Allah. Tetapi itu belum
cukup! Ada ay 16 yang memerintahkan untuk saling mengaku dosa dan saling
mendoakan.
Roma Katolik menggunakan ayat ini sebagai dasar dari sakramen pengakuan /
pengampunan dosa. Tetapi ini lagi-lagi tidak mungkin, karena:
· Text ini untuk orang sakit, sedangkan Roma Katolik menerapkan untuk
seadanya orang.
· Text ini tidak menyebut ‘pastor’ tetapi ‘penatua’, sedangkan dalam Roma
Katolik pengakuan dosa dilakukan kepada pastor.
· Adanya kata ‘saling mengaku dosa’ dan ‘saling mendoakan’ dalam ay 16 itu.
Kalau ayat ini tetap mau dipakai sebagai dasar dari sakramen pengakuan dosa
itu, maka pastor seharusnya juga mengaku dosa kepada jemaat.
Tasker (Tyndale): “Martin Luther said in connection with such an interpretation:
A strange confessor! His name is ‘One another’.” (= Martin Luther berkata
sehubungan dengan penafsiran seperti itu: Seorang pengaku dosa / pastor
yang menerima pengakuan dosa yang aneh! Namanya ialah ‘satu sama lain’).
Catatan: Ini jelas merupakan kata-kata sinis dari Martin Luther, yang menjadikan
penafsiran Roma Katolik itu sebagai lelucon. Kata ‘confessor’ bisa diartikan
sebagai ‘si pengaku dosa’ atau ‘pastor yang menerima pengakuan dosa’. Dalam
terjemahan NASB Yak 5:16 berbunyi: “Therefore, confess your sins to one
another, and pray for one another, ...” (= Karena itu mengaku dosalah satu sama
lain, dan berdoalah satu sama lain, ...). Dilihat dari terjemahan ini mungkin sekali
yang dimaksud dengan ‘confessor’ oleh Martin Luther adalah pastor yang
menerima pengakuan dosa.
Ay 16 ini menunjuk pada dosa yang dilakukan kepada sesama manusia. Untuk dosa-
dosa seperti: memfitnah, dan semua dosa dimana kita menyakiti / merugikan
sesama manusia, kita harus mengaku kepada Tuhan dan juga kepada orang
bersangkutan.

Kesimpulan:
Pada waktu kita sakit, kita harus:
1) Memanggil penatua, yang akan mendoakan dan bahkan memberi obat kalau perlu.
2) Mengakui dosa kepada Tuhan dan sesama manusia kepada siapa kita sudah berbuat
salah.

YAKOBUS 5:16b-18

Catatan: Yak 5:16b-18 ini mempunyai latar belakang dalam 1Raja-raja 18:41-46, dan karena
itu dalam memberikan exposisi Yak 5:16b-18 ini saya juga membahas 1Raja-raja 18:41-46
yang melatarbelakanginya.

I) Elia adalah manusia biasa sama seperti kita (ay 17).


Kata-kata ‘Elia adalah manusia biasa sama seperti kita’ dalam ay 17 ini, kurang tepat
terjemahannya.
NIV: ‘Elijah was a man just like us’ (= Elia adalah seorang manusia sama seperti kita). Ini
sama dengan Kitab Suci Indonesia.
NASB: ‘Elijah was a man with a nature like ours’ (= Elia adalah seorang manusia dengan
sifat dasar seperti kita).
KJV: ‘Elijah was a man subject to like passions as we are’ (= Elia adalah seorang manusia
yang tunduk pada perasaan-perasaan yang sama seperti kita).
Kata Yunani yang digunakan adalah HOMOIOPATHES, dan dalam Interlinear Greek -
English diterjemahkan ‘of like feeling’ (= dengan perasaan yang sama / serupa).
Tetapi Tasker (Tyndale) mengatakan:
“The distinctive Greek word used here means literally ‘suffering the same things’,
homoiopathes, i.e. inheriting the same nature, subject to the same emotions, and
liable to the same weaknesses. ‘Passions’ perhaps narrows the meaning too much; and
the rendering of the R.S.V., following R.V. margin, ‘of like nature with ourselves’ is
preferable” (= Kata Yunani khusus yang digunakan di sini secara hurufiah berarti
‘mengalami hal-hal yang sama’, HOMOIOPATHES, yaitu mewarisi sifat dasar yang
sama, tunduk kepada perasaan / emosi yang sama, dan bisa terkena kelemahan yang
sama. ‘Perasaan’ mungkin terlalu menyempitkan artinya; dan terjemahan dari R.S.V.,
mengikuti catatan tepi dari A.V., ‘dari sifat dasar yang mirip dengan diri kita sendiri’
lebih baik).
A. T. Robertson mengatakan bahwa kata ini terdiri dari 2 kata Yunani yaitu HOMOIOS
dan PASCHO. Artinya adalah ‘suffering the like with another’ (= mengalami yang sama /
serupa dengan yang lain).
Kata Yunani HOMOIOPATHES hanya digunakan 2 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam
Yak 5:17 dan Kis 14:15. Dalam Kis 14 itu, Paulus dan Barnabas melakukan mujijat
sehingga lalu diperlakukan sebagai dewa, dan orang banyak mau memberikan
persembahan korban untuk mereka, maka mereka berseru dalam Kis 14:15 (KJV): “Sirs,
why do ye these things? We also are men of like passions with you” (= Tuan-tuan,
mengapa kamu melakukan hal-hal ini? Kami juga adalah manusia dengan perasaan yang
sama / serupa dengan kamu).
Thomas Manton mengomentari kata HOMOIOPATHES dalam Kis 14:15 ini dengan
mengatakan:
“It is put there for whatever differenceth man from the divine nature” (= Itu diletakkan
di sana untuk apapun yang membedakan manusia dengan Allah).
Jadi, pada waktu HOMOIOPATHES ini digunakan terhadap Elia, menunjukkan bahwa Elia
bukanlah makhluk ilahi atau setengah Allah, bahkan bukan seorang superman rohani!
Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, ia juga adalah manusia berdosa seperti kita,
ia juga mempunyai kecondongan kepada dosa seperti kita, ia juga mempunyai perasaan-
perasaan yang sama seperti kita, dan juga mengalami hal-hal yang sama dengan kita.
Karena itu dalam 1Raja-raja 19:3 dikatakan bahwa Elia juga merasa takut (Catatan:
takutnya Elia di sini diperdebatkan), dan dalam 1Raja-raja 19:4 Elia merasa putus ada /
frustrasi / depresi sehingga minta mati.
Pada waktu ia berdoa / mau berdoa, mungkin sekali Elia juga dipengaruhi oleh keraguan,
ketidakpercayaan, kemalasan, dsb, tetapi ia berhasil mengatasi semua itu dan berdoa
dengan sungguh-sungguh sehingga menghasil-kan jawaban doa yang luar biasa.
Saya yakin ini tidak hanya berlaku untuk Elia saja, tetapi juga untuk semua orang-orang
saleh / kudus dalam Kitab Suci, seperti Abraham, Ayub, Daud, Paulus, Petrus dsb. Bagian
ini penting, karena kalau kepada kita ditunjukkan teladan dari orang-orang kudus itu,
misalnya Ayub, maka kita cenderung berpikir bahwa ia adalah seorang ‘superman
rohani’, dan kita tidak seperti dia, sehingga tentu saja tidak bisa menirunya /
meneladaninya!
Thomas Manton: “God’s eminent children are men of like passions with us ... they are
all troubled with a naughty heart, a busy devil, and a corrupt world. We are all tainted
in our originals, and infected with Adam’s leprosy ... Many times there are notorious
blemishes in the lives of the saints; they are of the same nature with others, and have
not wholly divested and put off the interests and concernments of the flesh and blood.
... Constancy and continuance in sin would deny them saints, and an uninterrupted
continuance in holiness would deny them men. Well, then, God’s children, that travail
under the burden of infirmities, may take comfort; such conflicts are not inconsistent
with faith and piety ... When we partake of the divine nature we do not put off the
human; we ought to walk with care, but yet with comfort” (= Anak-anak Allah yang
terkenal adalah manusia dengan perasaan yang sama seperti kita ... mereka semua
diganggu oleh hati yang nakal, setan yang sibuk, dan dunia yang rusak. Kita semua
ternoda dari semula, dan tertular oleh penyakit kustanya Adam ... Seringkali ada cacat
yang terkenal buruk dalam hidup orang-orang kudus; mereka mempunyai sifat dasar
yang sama dengan orang yang lain, dan belum sepenuhnya bebas dan menanggalkan
kesenangan dan perhatian dari daging dan darah. ... Jika mereka terus ada dalam dosa
maka mereka bukan orang kudus, dan jika mereka terus menerus ada dalam kesucian
maka mereka bukan manusia. Jadi, anak-anak Allah, yang menderita di bawah beban
kelemahan, boleh merasa terhibur; konflik seperti itu bukannya tidak konsisten
dengan iman dan kesalehan ... Pada waktu kita mengambil bagian dari sifat ilahi kita
tidak melepaskan sifat manusia; kita harus hidup dengan hati-hati, tetapi juga dengan
senang).
Thomas Manton juga menganggap bahwa ay 17 ini menentang adanya orang suci
seperti dalam Roma Katolik, yang menganggap mereka sebagai setengah allah, karena
Kitab Suci mengatakan bahwa mereka sama seperti kita.

II) Doa Elia berkuasa dan efektif.


Ay 16b versi Kitab Suci Indonesia berbunyi: ‘Doa orang yang benar, bila dengan yakin
didoakan, sangat besar kuasanya’. Tetapi kata-kata ‘bila dengan yakin didoakan’
sebetulnya salah terjemahan.
TB2-LAI: ‘Doa orang yang benar, sangat besar kuasanya dan ada hasilnya’.
NIV: ‘The prayer of a righteous man is powerful and effective’ (= Doa orang yang benar,
berkuasa dan efektif).
‘Berkuasa’ dan ‘efektif’ memang berhubungan, karena doa tidak mungkin bisa berkuasa
kalau tidak efektif. Tetapi 2 kata itu tetap berbeda artinya. ‘Berkuasa’ menunjukkan
bahwa doanya bisa melakukan hal-hal yang besar, sedangkan ‘efektif’ menunjukkan
bahwa doanya dikabulkan oleh Allah.
Sebagai contoh dari doa orang benar yang berkuasa dan efektif ini, ay 17-18 lalu
menceritakan tentang Elia dan doanya. Memang doa Elia berkuasa dan efektif. Dengan
doanya ia:
· menghentikan hujan selama 3 1/2 tahun (ay 17b)
· menurunkan hujan (ay 18 1Raja-raja 18:42-45).
· menurunkan api dari langit (1Raja-raja 18:36-38).
· menghidupkan kembali anak janda di Sarfat (1Raja-raja 17:17-24).
· dsb.
Bukan hanya Elia yang melakukan hal-hal besar melalui kuasa doa. Kuasa doa yang luar
biasa juga terlihat dalam:
¨ kasus Musa yang berdoa untuk Israel yang sedang berperang (Kel 17:8-13).
¨ kasus matahari yang berhenti atas doa Yosua (Yos 10:12).
¨ kasus matahari yang mundur atas permintaan Hizkia (2Raja-raja 20:9-11).
Barnes’ Notes: “prayer moves the arm that moves the world” (= doa menggerakkan
lengan yang menggerakkan dunia).
Karena itu apapun problem saudara, dan berapapun besar dan hebatnya problem
saudara, berdoalah! Tidak ada yang mustahil bagi Allah.
Tetapi dalam hal ini perlu diberi satu catatan, yaitu: ini tidak berarti bahwa doa bisa
mengubah kehendak / rencana Tuhan (1Yoh 5:14 Yer 7:16 Yer
15:1 Yer 14:11 Yeh 14:14,16,18,20). Juga lihat waktu Abraham berdoa untuk Sodom
dan Gomora (Kej 18:16-33). Karena itu pada waktu berdoa kita tetap harus meniru
teladan Yesus yang tunduk pada kehendak Bapa (Mat 6:10 Mat 26:39,42).

III) Bagaimana supaya doa bisa berkuasa dan efektif.


Pulpit Commentary: “God is more ready to give than we to pray” (= Allah lebih
bersedia dalam memberi dari pada kita dalam berdoa).
Tetapi dalam kenyataannya, doa kita sering tidak dijawab, sehingga kita menjadi malas
berdoa. Karena itu mari sekarang kita mempelajari bagaimana doa bisa berkuasa dan
efektif.
1) Yang berdoa haruslah orang benar (ay 16b).
a) Siapa yang dimaksud dengan ‘orang benar’?
Pertama-tama ia haruslah orang yang percaya kepada Kristus.

Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai
sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus”.

2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa
karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.

Jadi, jangan bermimpi mau membenarkan diri sendiri melalui usaha sendiri,
tanpa Kristus.
Tetapi setelah kita dibenarkan oleh iman kepada Kristus, kita juga harus menjaga
kesucian. Memang kita tidak mungkin bisa suci, tetapi kita tidak boleh hidup
dalam dosa, karena ini akan kembali menghalangi doa kita. Kitab Suci memang
menekankan bahwa dosa menghalangi doa (Bdk. 2Raja 3:1-
14 Maz 66:18 Maz 145:18-19 Amsal 15:8,29 Amsal 28:9 Yes 1:15 Yes 59:1-
2 Yoh 9:31).
2) Doanya dinaikkan dengan sungguh-sungguh (ay 17 - ‘Ia telah bersungguh-sungguh
berdoa’).
Lit: ‘he prayed in prayer’ (= ia berdoa dalam doa). Ini adalah suatu ungkapan Ibrani
yang artinya ‘ia berdoa dengan sungguh-sungguh’. Ini sama seperti dalam Luk 22:15
yang terjemahan hurufiahnya mestinya adalah ‘I desired with desire’ (= Aku
menginginkan dengan keinginan) tetapi artinya adalah ‘Aku sangat menginginkan /
merindukan’.
Kesungguhan Elia dalam berdoa terlihat dalam 1Raja-raja 18:42, dimana sekalipun
Ahab makan dan minum, Elia berlutut dalam doa.
Penerapan:
Kalau saudara berdoa, apakah saudara sungguh-sungguh atau asal doa? Atau berdoa
dengan pemikiran ‘dikabulkan baik, tidak dikabulkan ya sudah’?
3) Doanya dinaikkan dengan kerendahan hati (1Raja-raja 18:42).
Padahal Tuhan sebetulnya sudah menjanjikan hujan dalam 1Raja-raja 18:1, dan Israel
sudah bertobat, tetapi toh pada waktu Elia meminta hujan itu, ia tidak menuntut
supaya Tuhan memberi hujan, tetapi sebaliknya ia berdoa dengan berlutut.
Luk 18:9-14 (perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di
Bait Allah) menunjukkan secara menyolok perbedaan dari orang yang berdoa dengan
sombong dan orang yang berdoa dengan rendah hati!

4) Doanya dinaikkan dengan iman pada janji Tuhan.


1Raja-raja 18:43-44 menunjukkan iman Elia (bdk. Yak 1:6-7 Mat 21:21-22 Mark
9:23). Tetapi berbeda dengan ‘iman’ jaman ini, yang seringkali tidak didasarkan atas
apapun, iman Elia di sini didasarkan atas janji Tuhan dalam 1Raja-raja 18:1. Doa yang
seperti ini tidak mungkin tidak dikabulkan!
Penerapan:
Dalam krisis moneter saat ini selalulah ingat janji Tuhan dalam Mat 6:25-34,
khususnya ay 33nya, dan berdoalah berdasarkan janji itu! Tetapi pada saat yang
sama jangan lupa / lalai untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, karena itu
adalah syaratnya!
5) Doanya dinaikkan dengan tekun (1Raja-raja 18:42-44).
1Raja-raja 18:42-44 jelas menunjukkan ketekunan. Bayangkan, 6 x dia menyuruh
bujangnya melihat tanda-tanda akan adanya hujan, dan tidak ada apa-apa! Kalau kita
yang jadi dia, mungkin kita sudah lama berhenti berdoa. Tetapi Elia terus berdoa
dengan tekun (bdk. Luk 18:1-8 Ef 6:18).

6) Doanya bukan doa yang egois, tetapi sebaliknya berdasarkan kasih.


a) Elia adalah orang yang penuh dengan kasih, dan ini ia tunjukkan dengan
mengasihi Ahab.
1Raja-raja 18:41: Ahab di suruh makan dan minum, mungkin karena sepanjang
hari dalam pertandingan mendatangkan api itu, ia tidak sempat makan ataupun
minum. Ini menunjukkan bahwa Elia mengasihi Ahab.
1Raja-raja 18:44: Elia menyuruh Ahab cepat-cepat pulang supaya tidak terhalang
hujan. Ini lagi-lagi menunjukkan kasih Elia kepada Ahab.
b) Tidak hujan selama 3 1/2 tahun dimintanya sebagai hukuman untuk Israel, tetapi
ini tetap karena kasih kepada Israel, yaitu supaya Israel bertobat.
Tentang doa minta hukuman untuk orang jahat, Thomas Manton berkata:
“It is sometimes lawful to imprecate the vengeance of God upon the wicked.
Elias prayed that it might not rain, out of a zeal of God’s glory, and detestation
of their idolatry. I confess here we must be cautious; imprecations in scripture
were often uttered with a prophetic spirit, and by special impulse and
intimation from God. Elijah’s act must not be imitated without Elijah’s spirit
and warrant” (= Kadang-kadang diijinkan untuk meminta pembalasan Allah
bagi orang jahat. Elia berdoa supaya tidak hujan, karena semangatnya untuk
kemuliaan Allah, dan kebencian / kejijikan terhadap penyembahan berhala
mereka. Saya mengakui bahwa di sini kita harus berhati-hati; meminta sesuatu
yang jelek / hukuman dalam Kitab Suci sering diucapkan dengan suatu roh
nubuat, dan oleh suatu dorongan dan isyarat / pemberitahuan dari Allah.
Tindakan Elia tidak boleh ditiru tanpa roh / semangat dan pemberian otoritas /
kuasa Elia).
Manton menambahkan lagi:
“There is a great deal of difference between public and private cases. In all
private cases it is the glory of our religion to bless them that curse us, ... but in
public cases, wherein divine or human right is interverted (?) and disturbed, we
may desire God to relieve oppressed innocence, to ‘wound the hairy scalp of
evil-doers,’ &c” [= Ada perbedaan besar antara kasus umum dan pribadi. Dalam
semua kasus pribadi, merupakan kemuliaan agama kita untuk memberkati
mereka yang mengutuk kita, ... tetapi dalam kasus umum, dimana hak ilahi dan
manusia di ... (?) dan diganggu, kita boleh menginginkan supaya Allah
membebaskan orang tak berdosa yang ditindas, untuk ‘melukai kulit kepala
yang berambut dari pembuat-pembuat kejahatan’ dst].
Catatan: Kutipan di bagian akhir ini diambil dari Psalm 68:21 (Maz 68:22).
Jadi, dalam kasus pribadi memang tidak boleh ada doa minta hukuman Tuhan.
Dalam hal ini kita harus mentaati / meneladani ayat-ayat seperti Mat 5:38-
48 Luk 23:34 Kis 7:60. Dalam Luk 9:51-56, waktu orang Samaria melarang Yesus
dan rombonganNya melewati daerah mereka, Yakobus dan Yohanes bertanya
kepada Yesus apakah Ia mau mereka meminta api turun dari langit untuk
membinasakan orang-orang Samaria itu (mungkin mereka mau meniru Elia
dalam 2Raja-raja 1:9-12), tetapi Yesus justru memarahi mereka.
Tetapi dalam kasus umum, seperti dalam perusakan gereja dan penganiayaan
orang kristen, atau bahkan dalam aksi penjarahan dan pemerkosaan, maka
dimungkinkan adanya doa untuk meminta hukuman Tuhan.
c) Elia lalu minta berkat (hujan) untuk mereka.
· Setelah ada pertobatan dari dosa, barulah Elia memberikan janji hujan dan
berdoa untuk hujan. Pada saat ini Indonesia belum bertobat dari perusakan /
pembakaran gereja (bdk. Komentar Amien Rais, di koran Surya 23 April 1998 -
pembakaran / perusakan gereja bukan karena SARA, tetapi karena frustrasi
sosial ekonomi, lalu mengamuk mencari kambing hitam).
Karena itu, kita tidak seharusnya berdoa supaya bencana-bencana yang
menimpa Indonesia diangkat. Mungkin kita perlu berdoa supaya bencananya
makin hebat, misalnya supaya Amerika melakukan embargo ekonomi, supaya
Indonesia bertobat!
· Ini menunjukkan bahwa Elia mengasihi Israel. Kalau tidak, sekalipun mereka
bertobat, ia tidak akan minta berkat untuk mereka.
d) Jadi, baik pada waktu minta tidak ada hujan dan embun, maupun pada waktu
minta hujan, Elia berdoa dengan motivasi yang tidak bersifat egois.
Ia berdoa demi Tuhan dan bangsa Israel, dan bahkan pada waktu berdoa supaya
tidak ada hujan, ia sendiri menderita karena kekeringan / kelaparan yang terjadi!
Pulpit Commentary: “Our prayers for rain or fine weather are often selfish.
Elijah only desired the drought, only supplicated for rain, as a means of
influencing Israel and advancing God’s work. It is partly the selfishness of our
prayers which has led men to question the efficacy of all prayer. If men want to
have their own way with the elements, or to make God’s power further their
private ends, is it strange if He declines to hear them?” (= Doa kita untuk hujan
atau cuaca baik seringkali bersifat egois. Elia hanya menginginkan kekeringan,
dan hanya memohon hujan, sebagai suatu cara untuk mempengaruhi Israel dan
memajukan pekerjaan Allah. Keegoisan dalam doa merupakan sebagian dari
hal yang menyebabkan manusia mempertanyakan keefektifan semua doa. Jika
manusia ingin mendapatkan jalan mereka sendiri dengan elemen-elemen itu,
atau membuat kuasa Allah memajukan tujuan pribadi mereka, anehkah jika Ia
menolak untuk mendengarkan mereka?).
Saya kira kata-kata ini benar. Kalau kita kepanasan, kita minta hujan, tetapi kalau
mau pergi ke gereja kita minta cuaca baik. Jadi kita sering minta hujan atau tidak
hujan dengan motivasi yang egois! Juga dalam meminta hal-hal yang lain, kita
sering meminta dengan sikap egois. Karena itu tidak heran Tuhan tidak
mengabulkan doa kita (bdk. Yak 4:3). Karena itu introspeksilah akan keegoisan
dalam diri saudara, mintalah ampun atas hal-hal itu, mintalah pengudusan dalam
hal itu, supaya saudara bisa berdoa dengan kasih, bukan dengan sikap egois!

YAKOBUS 5:19-20

I) Menyimpang dari kebenaran.


Menyimpang dari kebenaran bisa terjadi dalam 2 hal:
1) Sesat dari kepercayaan / iman.
Dalam 2Tes 2:10, dikatakan bahwa kebenaran harus diterima dan dikasihi. Ini
menyangkut semua doktrin-doktrin dalam kekristenan. Kalau seseorang menerima
doktrin-doktrin itu, tetapi kemudian ia membuangnya, maka ia disebut ‘menyimpang
dari kebenaran’ (bdk. 2Tim 2:17-18).
2) Sesat dalam kehidupan (berbuat dosa).
Dalam Gal 5:7 dikatakan bahwa kebenaran harus ditaati. Ini menyangkut semua
hukum-hukum Tuhan. Kalau seseorang tidak mau mentaatinya, maka ia
‘menyimpang dari kebenaran’.
Dalam ay 20 ada kata-kata ‘orang berdosa’ dan ‘banyak dosa’. Ini menunjukkan
bahwa orang itu menyimpang dari kebenaran dengan jalan berbuat dosa.
Jadi, bisa saja saudara tidak sesat dalam kepercayaan, bahkan bisa saja saudara
mempunyai kepercayaan yang sangat baik dan pengertian yang benar tentang
banyak doktrin-doktrin penting dalam kekristenan, tetapi saudara tetap adalah
orang yang menyimpang dari kebenaran, karena saudara tidak hidup sesuai dengan
Firman Tuhan! Bdk. Wah 2:2-6!
Disamping itu ‘menyimpang dari kebenaran’ bisa dilakukan dengan:
a) Sengaja.
· Ada banyak orang yang sengaja ‘menyimpang dari kebenaran’ dalam hal
kepercayaan / pengajaran.
Misalnya: nabi-nabi palsu dari golongan liberal yang tetap mengatakan ada (atau
mungkin ada) jalan keselamatan di luar Kristus, sekalipun mereka tahu ayat-ayat
seperti Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12.
· Ada banyak orang yang sengaja ‘menyimpang dari kebenaran’ dalam hal
kehidupan.
Misalnya: orang yang sengaja membolos kebaktian, atau menikah dengan orang
yang tidak seiman sekalipun ia tahu bahwa hal itu tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan.
b) Tidak sengaja.
· Ada orang yang secara tak sengaja tersesat dalam hal kepercayaan. Mungkin
karena sejak semula sudah ada di lingkungan yang sesat, dan terbujuk oleh
kelihaian setan dan nabi-nabi palsunya dalam memberikan ajaran sesat.
· Ada orang yang secara tak sengaja tersesat dalam hal kehidupan. Mungkin
karena kurang pengertian Firman Tuhan, sehingga akhirnya melakukan dosa
tertentu, atau mungkin ia melakukan tindakan yang kurang bijaksana, yang
akhirnya membawanya ke dalam dosa.
Sekalipun Tuhan membedakan dosa sengaja dan dosa tidak sengaja, dan sekalipun
dosa yang tidak disengaja hukumannya lebih ringan (bdk. Luk 12:47-48 Kel 21:12-
14), tetapi orang yang tersesat dengan tidak sengaja ini tetap bersalah dan akan
dihukum!

II) Orang yang menyimpang dari kebenaran.


1) Orang yang menyimpang dari kebenaran ini tidak mesti sakit, menderita, dsb.
Memang orang yang menyimpang dari kebenaran bisa saja diberi penyakit /
penderitaan sebagai hukuman / hajaran Tuhan atas dosa-dosanya, tetapi hal ini tidak
selalu terjadi! Bisa saja seseorang menyimpang dari kebenaran dan ia tetap sehat,
kaya, hidup enak dsb. Karena itu, fakta bahwa hidup saudara enak belum / tidak
membuktikan bahwa saudara tidak menyimpang dari kebenaran. Mengapa hal ini
perlu ditekankan? Karena ada orang yang terang-terangan hidup dalam dosa
(misalnya bercerai lalu kawin lagi), tetapi menganggap hidupnya benar karena
‘semua baik-baik saja’.
2) Orang yang menyimpang dari kebenaran ini bisa adalah orang kristen, dan bisa juga
adalah orang kristen KTP.
Adanya kata ‘maut’ dalam ay 20 tidak membuktikan bahwa orang yang menyimpang
dari kebenaran itu adalah orang kristen KTP. Yakobus melihat dari sudut pandang
manusia, dan karena dari sudut pandang manusia tidak diketahui apakah orang yang
menyimpang itu kristen sejati atau tidak, maka ia menggunakan istilah ‘maut’.
Memang orang kristen yang sejati tidak mungkin sesat dalam hal kepercayaan yang
bersifat dasari, misalnya bahwa Yesus adalah Allah, Yesus adalah Juruselamat, dsb
(dengan kata lain, kalau seseorang sesat secara dasari, ia pasti adalah orang kristen
KTP. Bdk. 1Yoh 2:18-19 2Yoh 9).
Tetapi orang kristen yang sejati bisa sesat dalam kepercayaan-kepercayaan yang
tidak terlalu dasari (bdk. Mat 24:24b). Misalnya, bisa saja ia tidak mempercayai
bagian-bagian tertentu dari Kitab Suci sebagai Firman Allah. Bandingkan dengan
Martin Luther yang menganggap surat Yakobus ini sebagai ‘surat jerami yang tidak
mempunyai nilai injili’.
Apalagi kalau kita berbicara tentang kesesatan dalam tindakan. Ini pasti bisa terjadi
pada setiap orang kristen yang sejati.

III) Sikap Allah terhadap orang yang sesat / menyimpang.


Allah mengasihi / mencari orang yang sesat (Luk 15 Yak 5:19-20). Seringkali pada waktu
seseorang sesat, khususnya pada waktu melakukan dosa-dosa yang hebat, maka ia
menganggap bahwa Allah tidak memperdulikan dirinya lagi. Ini adalah dusta iblis kepada
orang itu. Allah tetap mengasihi / mencari orang yang sesat.
Dalam mencari orang yang sesat, Allah biasanya menggunakan manusia. Perhatikan kata
‘seorang’ dalam ay 19. Memang orang itu sendiri tentu tidak bisa mempertobatkan
orang yang sesat itu. Ia hanya bisa berhasil kalau Allah memakai dia sebagai alatNya
(bdk. 1Kor 3:5-7).

IV) Sikap kita pada waktu melihat orang sesat.


1) Kita harus menyadari bahwa mencari orang yang sesat adalah tugas setiap orang
kristen.
Ini bukan hanya tugas pendeta, majelis, dsb. Dalam ay 19, Yakobus menggunakan
kata ‘seorang’. Ia tidak menggunakan istilah ‘penatua’ seperti dalam ay 14!
Jadi ini juga adalah tugas saudara sekalipun saudara adalah seorang jemaat biasa.
2) Kita harus menyadari kesatuan orang-orang percaya / Kristen.
Kata ‘saudara-saudaraku’ dalam ay 19, menunjukkan kesatuan dan kasih di antara
orang-orang Kristen.
Dalam Kel 23:4 dan Ul 22:4 dikatakan bahwa kita harus menolong binatang milik
saudara kita yang tersesat / jatuh. Kalau binatangnya saja harus diperhatikan, apalagi
orangnya!
3) Kita harus lebih menekankan jiwa daripada tubuh.
Kata ‘jiwa’ dalam ay 20, memang berarti seluruh orang yang sesat itu, tapi
bagaimanapun jelas ada penekanan pada jiwanya. Sesat memang adalah persoalan
jiwa / roh. Kita mungkin selalu memperhatikan orang yang menderita secara
jasmani, seperti sakit, miskin, dsb. Tetapi, bagaimana perhatian kita kepada orang
yang menderita secara jiwa / roh?
4) Kita harus menangani kesesatan sedini mungkin.
Kata-kata ‘banyak dosa’ dalam ay 20 menunjukkan bahwa kesesatan akan makin
lama makin hebat. Dosa yang satu menarik orang yang sesat itu pada dosa yang lain,
sehingga terjadi ‘banyak dosa’. Karena itu kita tidak boleh menunggu! Tangani orang
itu secepatnya.
5) Jangan kecil hati kalau melihat orang yang sudah sangat bejat.
Kata-kata ‘banyak dosa’ dalam ay 20 bisa menguatkan kita pada waktu kita
menghadapi orang yang sudah sangat bejat. Bukan hanya orang yang melakukan
sedikit dosa, yang bisa kembali kepada Tuhan dan mendapatkan pengampunan.
Orang yang melakukan banyak dosa juga bisa kembali kepada Tuhan dan
mendapatkan pengampunan (bdk. Yes 1:18).

V) Akibat tindakan kita.


Kalau saudara mulai sekarang mau mencari orang yang menyimpang dari kebenaran,
maka perlu saudara sadari akan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi:
1) Saudara bisa ditolak.
Kalau ini terjadi, dan akhirnya orang yang sesat itu terus menuju maut, maka itu
bukan salah saudara, karena setidaknya saudara sudah melakukan kewajiban
saudara (bdk. Yeh 3:18-20).
2) Saudara bisa dibenci.
Gal 4:16 - “Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi
musuhmu?”.
Ini perlu diperhatikan oleh orang yang menegur orang yang tersesat, karena ini bisa
menjadi pengalamannya pada waktu ia menegur orang yang sesat. Tetapi ayat ini
juga perlu diperhatikan oleh orang yang ditegur dari kesesatannya, supaya jangan ia
memberikan reaksi secara sama dengan orang-orang itu!
3) Saudara bisa diterima.
Orang yang sesat itu bertobat! Kalau ini terjadi, lalu bagaimana? Perhatikan ay 20.
a) Orang itu selamat dari maut / neraka.
b) Banyak dosa ditutupi.
Dosa siapa yang ditutupi itu?
· Gereja Roma Katolik, menganggap dosa itu sebagai dosa dari orang yang
mempertobatkan.
· William Barclay juga berpendapat seperti itu. Ia menulis sebagai berikut:
“This man has not only saved his brother’s soul, he has covered a multitude
of his own sins. In other words, to save another soul is the surest way to
save one’s own” (= Orang ini tidak hanya menyelamatkan jiwa saudaranya,
ia telah menutupi banyak dosanya sendiri. Dengan kata lain,
menyelamatkan jiwa orang lain adalah jalan yang paling pasti untuk
menyelamatkan jiwa sendiri).
Bagaimana Barclay bisa mengatakan bahwa menyelamatkan jiwa orang lain
adalah jalan yang paling pasti untuk menyelamatkan jiwanya sendiri, padahal
Tuhan Yesus maupun Kitab Suci jelas menyatakan Tuhan Yesus sebagai satu-
satunya jalan keselamatan (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12), adalah sesuatu
yang tidak bisa dimengerti!
· Origen (185-254 M), mempunyai pandangan bahwa ada 6 cara yang bisa
menyebabkan dosa kita diampuni / ditutupi:
* Baptisan.
* Mati syahid.
* Memberi sedekah.
* Mengampuni orang lain.
* Mengasihi.
* Mempertobatkan orang yang sesat.
Ajaran ini betul-betul menjadikan kristen sama seperti agama-agama lain
yang menekankan keselamatan karena perbuatan baik!
· A.T. Robertson mengatakan bahwa sekalipun ditinjau dari sudut bahasa
Yunani, dosa itu bisa ditujukan kepada orang yang mempertobatkan, tetapi
ditinjau dari ajaran seluruh Perjanjian Baru, kata-kata ‘banyak dosa’ harus
ditujukan untuk orang yang sesat. Jadi, pada waktu ia bertobat maka dosa-
dosanya diampuni.
Pandangan A.T. Robertson inilah yang harus diterima, sedangkan ke 3
pandangan di atas harus ditolak karena tidak alkitabiah dan tidak injili. Kita
mendapat pengampunan dosa hanya berdasarkan iman kepada Yesus Kristus,
bukan karena perbuatan kita. Kalau memang kita bisa diampuni karena
mempertobatkan orang yang sesat, maka bisa saja kita selamat / masuk
surga tanpa Kristus, dan ini jelas tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci (bdk.
Gal 2:16,21 Ef 2:8-9).

Anda mungkin juga menyukai