Bagian ini jelas sekali menyerang orang-orang kaya. Tetapi perlu diingat bahwa Kitab Suci
tidak menyerang semua orang kaya. Dalam Luk 16:19-31 memang dikatakan bahwa Lazarus
yang miskinlah yang masuk ke surga, sedangkan orang kayanya masuk ke neraka (itupun
karena Lazarusnya beriman dan orang kayanya tidak). Tetapi juga dikatakan dalam bagian
itu bahwa di surga juga ada Abraham yang juga adalah orang kaya.
Penutup / kesimpulan:
Dalam penderitaan kita harus:
1) Sabar.
2) Meneguhkan hati.
3) Tidak bersungut-sungut.
4) Bertekun.
Supaya bisa melakukan hal-hal itu, kita harus mengingat:
1) Petani yang sabar menunggu panen.
2) Kedatangan Tuhan yang sudah dekat.
3) Kesabaran nabi-nabi.
4) Ketekunan Ayub.
YAKOBUS 5:12-13
YAKOBUS 5:14-16a
2) Mengakui dosa.
Ini terlihat secara implicit dari ay 15b, karena tanpa pengakuan dosa tidak mungkin
ada pengampunan dosa.
Bagian ini ditambahkan karena ada penyakit yang disebabkan oleh dosa
(Maz 107:17-18 1Kor 11:29-30). Awas! Tidak semua penyakit disebabkan karena
dosa. Contoh: Ayub, Yoh 9:1-3.
Penatua berfungsi membantu si sakit untuk memeriksa dirinya, apakah ada dosa
atau tidak. Penatua tidak boleh menghakimi / menuduh si sakit bahwa ia berdosa! Ia
hanya membantunya untuk mengadakan introspeksi. Kalau memang ada dosa yang
menjadi penyebab penyakitnya, penyakitnya tidak akan sembuh sebelum dosanya
dibereskan.
Ini semua mempersoalkan dosa yang dilakukan kepada Allah. Tetapi itu belum
cukup! Ada ay 16 yang memerintahkan untuk saling mengaku dosa dan saling
mendoakan.
Roma Katolik menggunakan ayat ini sebagai dasar dari sakramen pengakuan /
pengampunan dosa. Tetapi ini lagi-lagi tidak mungkin, karena:
· Text ini untuk orang sakit, sedangkan Roma Katolik menerapkan untuk
seadanya orang.
· Text ini tidak menyebut ‘pastor’ tetapi ‘penatua’, sedangkan dalam Roma
Katolik pengakuan dosa dilakukan kepada pastor.
· Adanya kata ‘saling mengaku dosa’ dan ‘saling mendoakan’ dalam ay 16 itu.
Kalau ayat ini tetap mau dipakai sebagai dasar dari sakramen pengakuan dosa
itu, maka pastor seharusnya juga mengaku dosa kepada jemaat.
Tasker (Tyndale): “Martin Luther said in connection with such an interpretation:
A strange confessor! His name is ‘One another’.” (= Martin Luther berkata
sehubungan dengan penafsiran seperti itu: Seorang pengaku dosa / pastor
yang menerima pengakuan dosa yang aneh! Namanya ialah ‘satu sama lain’).
Catatan: Ini jelas merupakan kata-kata sinis dari Martin Luther, yang menjadikan
penafsiran Roma Katolik itu sebagai lelucon. Kata ‘confessor’ bisa diartikan
sebagai ‘si pengaku dosa’ atau ‘pastor yang menerima pengakuan dosa’. Dalam
terjemahan NASB Yak 5:16 berbunyi: “Therefore, confess your sins to one
another, and pray for one another, ...” (= Karena itu mengaku dosalah satu sama
lain, dan berdoalah satu sama lain, ...). Dilihat dari terjemahan ini mungkin sekali
yang dimaksud dengan ‘confessor’ oleh Martin Luther adalah pastor yang
menerima pengakuan dosa.
Ay 16 ini menunjuk pada dosa yang dilakukan kepada sesama manusia. Untuk dosa-
dosa seperti: memfitnah, dan semua dosa dimana kita menyakiti / merugikan
sesama manusia, kita harus mengaku kepada Tuhan dan juga kepada orang
bersangkutan.
Kesimpulan:
Pada waktu kita sakit, kita harus:
1) Memanggil penatua, yang akan mendoakan dan bahkan memberi obat kalau perlu.
2) Mengakui dosa kepada Tuhan dan sesama manusia kepada siapa kita sudah berbuat
salah.
YAKOBUS 5:16b-18
Catatan: Yak 5:16b-18 ini mempunyai latar belakang dalam 1Raja-raja 18:41-46, dan karena
itu dalam memberikan exposisi Yak 5:16b-18 ini saya juga membahas 1Raja-raja 18:41-46
yang melatarbelakanginya.
Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai
sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus”.
2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa
karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Jadi, jangan bermimpi mau membenarkan diri sendiri melalui usaha sendiri,
tanpa Kristus.
Tetapi setelah kita dibenarkan oleh iman kepada Kristus, kita juga harus menjaga
kesucian. Memang kita tidak mungkin bisa suci, tetapi kita tidak boleh hidup
dalam dosa, karena ini akan kembali menghalangi doa kita. Kitab Suci memang
menekankan bahwa dosa menghalangi doa (Bdk. 2Raja 3:1-
14 Maz 66:18 Maz 145:18-19 Amsal 15:8,29 Amsal 28:9 Yes 1:15 Yes 59:1-
2 Yoh 9:31).
2) Doanya dinaikkan dengan sungguh-sungguh (ay 17 - ‘Ia telah bersungguh-sungguh
berdoa’).
Lit: ‘he prayed in prayer’ (= ia berdoa dalam doa). Ini adalah suatu ungkapan Ibrani
yang artinya ‘ia berdoa dengan sungguh-sungguh’. Ini sama seperti dalam Luk 22:15
yang terjemahan hurufiahnya mestinya adalah ‘I desired with desire’ (= Aku
menginginkan dengan keinginan) tetapi artinya adalah ‘Aku sangat menginginkan /
merindukan’.
Kesungguhan Elia dalam berdoa terlihat dalam 1Raja-raja 18:42, dimana sekalipun
Ahab makan dan minum, Elia berlutut dalam doa.
Penerapan:
Kalau saudara berdoa, apakah saudara sungguh-sungguh atau asal doa? Atau berdoa
dengan pemikiran ‘dikabulkan baik, tidak dikabulkan ya sudah’?
3) Doanya dinaikkan dengan kerendahan hati (1Raja-raja 18:42).
Padahal Tuhan sebetulnya sudah menjanjikan hujan dalam 1Raja-raja 18:1, dan Israel
sudah bertobat, tetapi toh pada waktu Elia meminta hujan itu, ia tidak menuntut
supaya Tuhan memberi hujan, tetapi sebaliknya ia berdoa dengan berlutut.
Luk 18:9-14 (perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di
Bait Allah) menunjukkan secara menyolok perbedaan dari orang yang berdoa dengan
sombong dan orang yang berdoa dengan rendah hati!
YAKOBUS 5:19-20