Tujuan:
1. Jemaat memahami bahwa wujud ketaatan pada perintah Tuhan adalah mendengar peringatanNya
2. Jemaat menjadi orang yang setia dan taat mendengar peringatan Tuhan
Pemahaman Teks
Mazmur 52:1-11 memperlihatkan bagaimana Daud berfokus pada
kebaikan Tuhan dan bukan pada keburukan manusia. Kendatipun hidupnya
dalam keadaan genting karena tindakan Doeg yang berpotensi
menghancurkan masa depan kehidupannya (bnd. 1 Sam.22:9-10). Itu
sebabnya dia mengatakan: Aku hendak bersyukur kepada-Mu selama-
lamanya, sebab Engkaulah yang bertindak; karena nama-Mu baik, aku
hendak memasyhurkanNya di depan orang-orang yang Kaukasihi! (ay.11)
Amos 8:1-14 memuat penglihatan keempat: Bakul berisi buah-buahan
musim kemarau. Penglihatan ini mau menunjukkan bahwa penghukuman
akan segera dialami oleh umat Israel dalam berbgai aspek kehidupan. Dan
pada gilirannya Israel tidak akan menglami kesukaan melainkan
perkabungan. Ayat 4-6, berisi kelakuan orang-orang yang senang mengisap
sesamanya dengan berbuat curang dengan neraca palsu/menjual terigu
rongsokan. Ayat 7-8 berisi penegasan bahwa Tuhan akan menghukum
semua itu dengan perkabungan (kematian anak tunggal), kelaparan-
kelaparan akan Firman Tuhan.
Kolose 1:15-29 berisi penegasan Paulus tentang siapa Yesus. Ia tidak
dapat dibandingkan dengan siapapun dan apapun di dunia. Paulus
meyakinkan jemaat karena ada yang ingin menggeser dan membelokkan
keyakinan dan pengharapan jemaat.
Lukas 10:38-42 menampilkan dua bersaudara (Marta dan Maria) yang
menampilkan perbedaan sikap ketika berjumpa dengan Yesus. Marta sibuk
sekali melayani, sedangkan Maria duduk mendengar perkataan-Nya.
Melayani Tuhan dan sesama memang penting, tetapi jauh lebih penting
mendengar apa yang dikatakan Tuhan.
Korelasi bacaan ialah hukuman bagi yang berkanjang dalam dosa
akan segera terjadi. Karena itu manusia semestinya mengarahkan hati pada
kebaikan Tuhan. Yesus tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Makanya
Maria lebih memilih mendengarkan perkataan-Nya.
Bertambah Teguh Dalam Iman Dan Pelayanan Bagi Semua
- 181 -
1. Situasi Politik.
Masa pemerintahan Raja Yerobeam II merupakan masa
kemakmuran bagi Israel, demikian pula dengan apa yang dialami Yehuda
pada masa pemerintahan Raja Uzia. Israel dan Yehuda dapat menaklukkan
negara-negara tetangga dan memperluas daerah perbatasan mereka
melampaui batas yang ada pada zaman Salomo (bnd. 2 Raja 14:25;
2Taw.26:6-8). Kekuasaan besar Mesir dan Asyur pada saat itu lebih tertarik
dengan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar mereka, sehingga
daerah Palestina bebas dari dominasi luar.
Dengan kondisi teritorial yang semakin luas serta kebebasan dari
dominasi asing membuat Israel dan Yehuda hanyut dalam perdagangan
internasional serta pajak-pajak yang dihasilkan dari perdagangan tersebut.
Bukti-bukti arkeologi menunjukkan kemakmuran Samaria pada periode
tersebut. Dengan kata lain, pada masa itu Israel dan Yehuda berada pada
puncak kemakmuran secara politik dan ekonomi.
Iklim semacam itu mendorong kemunculan optimisme publik yang
berlebihan tentang prospek bangsa itu pada masa mendatang. Mereka
meyakini bahwa bangsa Israel masih akan terus berkembang dalam segala
aspek. Tidak heran ketika Amos dan Hosea memberikan evaluasi yang
berbeda dengan optimisme tersebut, mereka langsung menolak berita
tersebut. Karena ternyata mereka fokus pada potensi dirinya dan
melupakan Tuhan sebagai penguasa dan pemilik semua yang telah
dicapainya itu.
3. Situasi Keagamaan.
Masalah utama pada zaman Amos adalah penyembahan berhala
(2:8; 5:5, 26; 7:9-13; 8:14). Walaupun mereka tetap menjalankan ibadah
kepada TUHAN (4:4-5; 5:21-26), maupun memelihara Sabat (8:5), tetapi
hidup mereka secara keseluruhan bertentangan dengan keagamaan
mereka. Mereka tidak memperhatikan keadilan (2:7-8). Kemabukan menjadi
sesuatu yang umum, bahkan di kalangan para wanita (4:1; bnd.2:8). Semua
ini membuat TUHAN muak dengan semua ibadah mereka (5:23-25).
Dalam konteks politik, ekonomi dan sosial serta keagamaan yang
tidak berjalan sesuai dengan firman Tuhan, Nabi Amos mendapat
penglihatan yang keempat sebagaimana yang tercatat dalam teks bacaan di
atas. Dalam penglihtan ini Amos diamanatkan untuk mengingatkan umat
Israel supaya mereka bertobat, bila tidak ingin ada ratapan penderitaan dan
akhirnya TUHAN seakan-akan berdiam diri dan tidak memperdulikan mereka
sama sekali.
Melalui perikop ini ada 3 peringatan penting yang diamanatkan
kepada Amos untuk disampaikan kepada umat Israel dan kita sebagai umat
Tuhan yang harus ditobati agar tidak tidak terjadi penghukuman, yakni:
b. Seruan untuk berlaku adil dan jujur sebagai wujud ibadah ritual yang
sesungguhnya. (ayat 5)
Dalam ayat 5 di tekankan bahwa “dan berpikir: "Bilakah bulan
baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat
berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa,
membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu. Efa adalah
ukuran takaran/isi barang bukan cair, sebesar kurang lebih 36 liter.
Untuk barang cair digunakan bat yang besarnya sama dengan efa.
Syikal adalah ukuran timbangan sebesar 11,4 gram. Biasanya dipakai
untuk ukuran jumlah uang. Itu berarti bahwa mengecilkan efa,
membesarkan syikal dan neraca palsu adalah bentuk lain dari mencuri,
yang berarti menyengsarakan orang lain, merampas hak orang lain dan
menyusahkan ciptaan TUHAN. Yesus menekankan hal ini sebagai bagian
praktek hidup yang menentang ajaran untuk mengasihi sesama
(Mat.18:18-19; bandingkan Rom.13:9). Kemunafikan seperti pada masa
Nabi Amos merasuk sampai ke dalam ibadah mereka, yang dilaksanakan
hanya sebagai rutinitas dan ingin segera dilewati untuk kembali lagi
melakukan hal mencuri di atas.
Kita bisa belajar bahwa ibadah sejati tidak dapat dibatasi pada
aktivitas keagamaan di gereja atau ibadah rutin lain saja. Ibadah sejati
mencakup keseluruhan hidup umat Allah (bandingkan Rom 12:1). Ibadah
sejati memperhatikan orang lemah dan yang membutuhkan (bnd. Yak.
1:27). Ibadah dalam arti yang komprehensif seperti inilah yang lebih
dicari TUHAN. Tanpa semuanya ini, ibadah kita justru akan menjadi
beban bagi TUHAN (Amos 5:21-23) dan kita sendiri akan berada dalam
hukuman ilahi (bnd. 1 Kor. 11:22,30). Sikap Martha dan Maria dalam
perjumpaan mereka dengan Yesus (Luk.10:38-40) meanarik jadi
perbandingan. Marta sibuk dengan soal jamuan makan, tetapi ia tidak
mengalami perjumpaan dengan Yesus. Bagi Yesus semua yang
dilakukan dihadapannya adalah wujud tanggung jawab iman. Karena
itu ibadah sejati adalah berlaku adil dan mengasihi sesama manusia.
Realitas membuktikan bahwa sebagian umat Tuhan melakukan ibadah
ritual dengan sangat khusyuk dan taat dengan sejumlah rentetan ritual
ibadah, namun tidak berlaku adil. Mereka menari-nari di atas
penderitaan sesamanya. Karena itu perlu diwaspadai sebagai umat
Tuhan, jangan sampai kita sibuk secara rohani namun sesungguhnya
Bertambah Teguh Dalam Iman Dan Pelayanan Bagi Semua
- 184 -
kerohanian kita sedang dalam keadaan sakit kronis. Ibadah ritual tanpa
perluan kasih tidak ada artinya di hadapan Tuhan.
Pembimbing Teks.
Dalam perikop ini disebutkan bahwa “Marta sibuk sekali melayani”.
Bentuk pelayanannya sedemikian rupa, sehingga tidak bisa melihat hal
penting yang dilakukan Maria, yaitu “duduk dekat kaki Tuhan dan terus
mendengarkan perkataan-Nya”. Ia tidak mengerti tindakan Maria.
Sementara itu, ia melayani sambil menggerutu dan mengasihani diri sendiri.
Padahal apa yang dilakukan Maria adalah bagian utama dari tindakan
melayani. Hati yang menyembah dan rindu mendengar suara Tuhan ibarat
mata air dari sebuah tindakan pelayanan. Tanpa itu, melayani hanya akan
menjadi sederet “kesibukan” dan kegelisahan yang serba “menyusahkan diri
dengan banyak perkara” (ay.41). Pada kenyataannya Marta sibuk melayani,
tidak untuk diri sendiri atau orang lain, tetapi melayani Yesus, tamu istimewa
mereka. Sedang Maria hanya menemani Yesus untuk bicara. Sepintas
tampak, bahwa Maria memang harusnya membantu Marta. Tetapi di sini
Yesus sedang berbicara sesuatu yang lebih hakiki ketimbang sebuah etika
penerimaan tamu. Kehadiran-Nya di dunia memang berbudaya tetapi tidak
berarti Ia terbelenggu oleh budaya. Budaya adalah alat untuk mencapai misi-
Nya, (ay.40-42). Mengedepankan budaya dengan kehilangan inti berita sama
artinya membuang air mandi bayi dengan bayinya sekaligus. Di titik inilah
kita diperhadapkan kepada dua keadaan: Marta yang sibuk untuk Tuhan
atau Maria yang sibuk dengan Tuhan? Keduanya berbeda. Sibuk untuk Tuhan
berarti melakukan sesuatu untuk Tuhan tetapi belum tentu berada dan
punya waktu bersama Tuhan! Sedangkan sibuk dengan Tuhan berarti ada
sebuah waktu dan kesempatan bagi kita untuk bersama dengan Dia.
Pertanyaan diskusi
1. Jika membandingkan sikap Maria dan Marta, menurut saudara sikap
siapakah yang paling dominan dalam kehidupan kita? Mengapa?
Ke dipasitimbangi tu napogau’na Marta sola Maria untammui Puang Yesu,
umbanna tu mandu payan lan katuoanta? Matumbai to ?
2. Bagaimana pendapat saudara atas pelayanan Martha dan Maria?
Bandingkan dengan Pelayanan yang dilakukan dalam Jemaat. Apakah
kita sibuk untuk Tuhan atau sibuk dengan Tuhan? Umba susi
pa’nannunganta diona tu napogau’na Martha sola Maria? Pasitiroi temai
pa’kamayan di pana’ta’ lan kombongan, ia raka mandu dipengkali-kali tu
apa lalulako Puang ba’tu ia raka tu umpengkali-kali tontong umpentirekei’
Puang.
Bertambah Teguh Dalam Iman Dan Pelayanan Bagi Semua