Anda di halaman 1dari 5

AMOS 2 : 6 – 16

(Beberapa Catatan Lepas)

1. Pengantar
Kronologi berikut ini bermanfaat untuk diketahui:
930 s.M. : Kerajaan Israel, yang tadinya utuh dibawah pemerintahan raja
Daud dan Salomo, terpecah dua. Di [Palestina] utara, yang
berbatasan dengan Lebanon, dan menghimpun 10 suku bangsa
Israel, dipertahankan nama Kerajaan Israel. Di [Palestina]
selatan, di mana kota Yerusalem berada, dipilih nama Kerajaan
Yehuda dan yang terdiri dari satu suku, yakni suku Yehuda. Daud
dan Salomo berasal dari suku ini. Kelak mereka dikenal sebagai
orang-orang Yahudi.
c. 875 – 797 s.M. : Masa pelayanan nabi Elia dan Elisa di Israel (utara).
c. 760 – 750 s.M. : Masa pelayanan nabi Amos di Israel (utara).
c. 760 – 750 s.M. : Kitab Amos ditulis.
722 s.M. : Kota Samaria jatuh. Kerajaan Israel (utara) ditaklukkan oleh
kerajaan Asyur
586 s.M. : Yerusalem diduduki dan dihancurkan. Kerajaan Yehuda
ditaklukkan oleh kerajaan Babilonia.
(Sumber: Quest Study Bible [Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2003], p. 1307)

2. Uraian dan Pendalaman - Eksposisi


Perikop bacaan kita merupakan bagian dari penggalan pertama dari nubuatan
tertulis dalam kitab Amos (1:1-3:8). Penggalan ini biasa dijuluki: “Singa telah
mengaum” (3:8). Perikop bacaan kita berisi nubuat tentang bangsa-bangsa.
Informasi: “[our pericope] consists of eight indictments of six surrounding nations plus
Judah and Israel, along with the punishments Yahweh threatened. Each begins
with the formula, ‘For three transgressions of . . ., and for four, I will not revoke
the punishment’ (1:3, 6, 9, etc.). This is the ‘x, x + 1 pattern,’ found elsewhere in
the Old Testament and other ancient Near Eastern literature; here it probably
indicates that nations had sinned ‘enough and more than enough’ to warrant
God’s judgement. . . . Israel was cited because of specifically forbidden sins of
human behavior involving their neighbors and therefore their relationship to
Yahweh (vv. 6-12)” [William S. La Sor, et al., Old Testament Survey (Grand Rapids,
Mich.: W.B. Eerdmans, 1990), p. 323].

Ayat 7: Bagaimana mungkin “anak dan ayah pergi menjamah seorang perempuan
muda [yang sama]” (Inggris: “use the same girl” [NIV])?
2

Di kuil-kuil pemujaan Baal biasanya terdapat perempuan-perempuan “pelacur


kuil”. Jadi bisa saja terjadi bahwa anak dan ayah “memakai” perempuan yang
sama. Tentu tanpa sepengetahuan mereka masing-masing. Pelacuran sendiri
sudah merupakan dosa, dan ditambah dengan tindakan “memakai” perempuan
yang sama oleh ayah dan anak, yang merupakan sejenis “incest” (bnd. Im
20:11), maka dosanya sungguh-sungguh amat tidak senonoh dan memalukan.

Informasi: “In the English versions, “Baal” designates a Canaanite deity. . . . Usually
the OT title refers to the most powerful god of the Canaanites, who was
thought to control rains and fertility. There is strong sexual and sensual
note found in the worship of such nature gods, often including prostitution
as a part of the religious ritual (Jdg 2:17; Jer 7:9; Am 2:7). [These] pagan
practices with their appeal to sensual appetites corrupted the faith and the
life of God’s OT people” (New International Encyclopedia of Bible Words
[Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1991], p. 97).

Ayat 9: Apa makna ungkapan “memunahkan buahnya dari atas dan akarnya dari
bawah”?
Memunahkan buah/panen saja pun, itu sudah cukup merusak dan menimbulkan
kerugian besar. Lebih-lebih lagi kalau sampai memunahkan akar. Betul-betul
punah secara total! Jadinya ungkapan dan metafor pertanian di atas menunjuk
kepada suatu tindakan pengrusakan total. “Ancient armies would sometimes
ruin their victim’s fields by covering them with salt so they would not grow
crops for years to come” (Ibid.).

Ayat 12: Mengapa “‘memaksa’ orang nazir minum anggur”? (Inggris “you made the
Nazarites drink wine” [NIV]).
Di Israel seorang Nazir adalah yang mengasingkan diri dari orang lain dengan
mengkhususkan diri bagiYahweh dengan suatu nazar khusus. Salah satu
pantangan untuk seorang Nazir ialah “anggur dan minuman yang memabuk-
kan, cuka anggur dan buah anggur, guna menjaga integritas dan kekudusan
orang Nazir itu, agar dia jangan kerasukan roh lain daripada roh Yahweh
(bnd. Ams 20:1)” [Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II. Terj. (Jakarta:
YKBK/OMF, 1995), hlm. 143].
Jadinya kalau ‘memaksa’ seorang Nazir minum anggur, yang berarti
‘memaksa’ melanggar nazar-nya, itu berarti suatu pelanggaran hak azasi.
Lebih dari itu, ‘pemaksaan’ tsb. merupakan suatu tindakan pengrusakan
sesuatu yang suci dan luhur.

3. Aplikasi: Reformasi Sosial


Kita mewarisi suatu pandangan bahwa reformasi sosial muncul sebagai hasil/akibat
dari pembaharuan spiritual (baca: “hidup baru”). Pandangan ini mengikuti suatu
kaidah: “grace leads to justice”. Seseorang yang sungguh-sungguh diselamatkan di
dalam Kristus akan mengalami suatu perubahan mendasar secara rohani (“inner
change”). Oleh dan karena perubahan ini, maka orang-orang yang telah diselamatkan
tadi dengan sendirinya juga merubah cara-cara mereka hidup dan bagaimana
memperlakukan orang-orang lain.
3

Nabi Amos memperkenalkan suatu pendekatan lain: “justice might lead to grace”
(What Does the Bible Say About. . .? [Nashville, Tenn.: Thomas Nelson, 2001], p.
376). Maksudnya, apabila orang-orang memperbaharui masyarakatnya menjadi suatu
masyarakat yang lebih adil dan saling mengasihi, maka Allah mungkin akan juga
merubah rencanaNya untuk menghukum masyarakat itu (Am 5:15).
Dalam Am 5:15 tadi terdapat tiga paradigma untuk mengupayakan perubahan:
[1] “Bencilah yang jahat”.
[2] “Cintailah yang baik”.
[3] “Tegakkanlah keadilan di pintu gerbang” (Inggris: “maintain justice in the courts”
[NIV]). “To establish ‘justice in the [courts]’ meant to set laws, do business, and
conduct other public transactions in ways that honored God and served people”
(Ibid.).
Seperti yang tersirat dalam bacaan kita, khususnya ayat 6, orang-orang Israel justru
melakukan hal-hal yang berlawanan dengan paradigma di atas. Bisa dipahami kalau
Allah juga tidak merubah rencana penghukumanNya.

4. Ilustrasi
Dua orang buruh harian bangunan beristirahat untuk makan siang. Masing-masing
membuka rantang plastik makanannya. Sesudah membuka rantang plastiknya, salah
seorang dari mereka berkata: “Telur rebus lagi! Ini hari kelima, lauk saya adalah telur
rebus. Saya mulai muak dengan telur rebus!
Rekannya berkata: “Kenapa Anda tidak meminta isteri Anda untuk menyediakan
lauk yang lain?”
Ia menjawab: “Saya belum punya isteri. Saya sendirilah yang merebus telur itu
selama ini.” (disadur dari Kent Crockett, The 911 Handbook. Biblical Solutions to
Everyday Problems [Peabody, Mass.: Hendrickson, 1998], p. 203).

Pencerahan: Sama dengan orang-orang Israel dalam bacaan kita, banyak dari kita yang membuat
“telur rebus” sendiri dalam hidup ini. Karena a.l. sudah mapan dan ke-enak-an, kita
tidak punya niat lagi atau terlalu malas untuk melakukan perubahan.

- - - o0o - - -

= NR =
4

AMOS 3 : 1 – 8
(Beberapa Catatan Lepas)

1. Perikop bacaan kita merupakan bagian awal dari penggalan kitab Amos yang
menyuguhkan “nubuat teguran” (psl. 3 – 6). Amos me-maklumat-kan penampilan-
nya sebagai nabi. Dia “dipaksa” oleh Allah untuk bernubuat (3:7-8). Dalam perikop
bacaan kita sendiri (3:1-8), Amos menyatakan diri sebagai nabi, penyambung lidah
Allah.
Umumnya diduga Amos mulai berkhotbah di Samaria kr pada thn 760 sM. Lebih 40 thn sebelumnya Asyur
telah menghancurkan Siria, tetangga Samaria di sebelah utara. Hal ini memungkinkan [raja Israel Utara]
Yerobeam II memperluas tapal batasnya (2 Raj 14:25), dan membangun perdagangan yg menguntungkan,
yg menciptakan suatu golongan pedagang yg kuat di Samaria. Sayang kemakmuran yg membanjiri Samaria
tidak dibagi rata di kalangan penduduk. . . ., dan sama sekali mengabaikan golongan petani yg hingga
waktu itu merupakan tulang punggung perekonomian Samaria. Gejala-gejala yg pasti menandai suatu
masyarkat yg bobrok moralnya mulai menampakkan diri di Samaria (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid 1.
Terj. [Jakarta:YKBK/ OMF, 1992], hlm. 44).

2. Mengapa Allah menghukum umat pilihanNya (ayat 2)?


Bangsa Israel tidak sadar sama sekali tentang hukuman TUHAN yang akan menimpa mereka.
Sebagai bangsa pilihan TUHAN, mereka merasa diri aman dan tetap dibawah perlindungan
TUHAN. Tetapi Amos mengatakan : “Celakalah atas orang-orang yang merasa aman . . . yang
merasa tenteram di gunung Samaria (6:1). Amos menegaskan bahwa pemilihan bangsa Israel
tidak merupakan jaminan mutlak terhadap hukuman TUHAN. Pemilihan itu bukan saja
membawa keuntungan dan dapat dinikmati saja. Tetapi pemilihan itu berarti bahwa bangsa
Israel harus hidup sebagai bangsa pilihan TUHAN dan mempraktekkan hukum TUHAN. Tetapi
bangsa Israel telah memutuskan perjanjian Allah dan menginjak-injak hukum TUHAN. Oleh
karena itu Amos menyampaikan hukuman TUHAN kepada Israel (A.Th. Kramer, Singa Telah
Mengaum [Jakarta:BPK-GM, 1996], hlm. 24f.).

3. Apa arti dan makna pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam ayat 3 – 8?


Through the use of rhetorical questions [all implying a cause-effect relationship], Amos was
saying, “Wake up, Israel. The signs of imminent disaster are all around you.” Sadly, Israel
slept through this wake-up call (Quest Study Bible [Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2003), p.
1310).

4. “Adakah terjadi malapetaka di suatu kota, dan TUHAN tidak melakukannya?” (ayat 6;
Inggris: “When disaster comes to a city, has not the Lord caused it?” [NIV].
Untuk di-diskusikan: Apakah malapetaka itu memang dilakukan oleh Tuhan (bnd.
Yes 45:7)?
While the OT rejects the notion that God is responsible for moral evil, it strongly affirms that
the Lord is involved in supervising the consequences that result after evil is chosen. . . . But
whether consequences that come from doing evil are direct or indirect, the OT is confident
that God, who defines the good and the evil, acts righteously. He is right to bring on us those
evils that come as a result of our violation of his moral order [bnd. 4:11] (New International
Encyclopedia of Bible Words [Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1991], p. 253).
The Israelites had wanted to adopt the lifestyle and customs of their neighbors, so God
punished them by granting their wish. Their idolatry, immorality and exploitation of the poor
had polluted their faith in God. So God judged them by allowing them to become totally
5

immersed in their paganism (Quest Study Bible, p. 1318).


5. Pengalaman Religius Nabi
Kalau nabi menyampaikan warta penghukuman dan ancaman, mengapa hal itu dilakukan?
Allah macam apakah yang dialami oleh nabi dalam kehidupannya setiap hari di tengah
masyarakatnya? Dan di sinilah kita langsung memasuki wilayah pengalaman religius nabi.
Ketika nabi memasuki wilayah kerajaan Utara dan melihat-lihat kehidupan di Samaria,
ia tentu tidak melakukannya sebagai seorang turis. Ia mengamati kehidupan itu sebagai
seorang yang terpanggil, sebagai seorang nabi. . . .
. . . Amos melihat dengan mata lain, yakni mata Allah. Ia . . . melihat . . . penderitaan yang
terselubung dalam kemewahan, ketidak adilan yang tersembunyi dalam kelompok atas yang
berkuasa, karena Samaria tenggelam dalam terror dan penuh pemerasan, lih. 3:9-10. . . . Allah
tidak bisa membiarkan hal seperti itu terjadi.
Maka kita sampai kepada tahap kedua dalam pengalaman religius Amos akan Allah. Allah
ternyata memihak mereka yang tersisih, mereka yang dikalahkan, mereka yang menderita dan
miskin. . . . Seruan Amos tegas dan keras dalam Am 6:4-6.
…………………………………………………………………………………………………….
Mungkin lebih tepat dikatakan bawa Amos memgalami Allah secara mendalam dalam
pengalaman penderitaan dan kemiskinan, kehinaan dan putus harapan kaum miskin. Amos
tidak merenungkan Allah lewat gagasan dan wawasan yang indah-indah, melainkan mengenal-
nya dalam pengalaman konkret: Allah yang membela kaum menderita dan miskin. Itulah
sebabnya ia juga mengutuk kekejaman mereka yang memperlakukan orang lain secara tidak
adil, kendati mereka itu bukan orang Yahudi, lih. Am 1-2. Baginya lebih penting kedudukan
dan harga diri manusia sebagai manusia, karena setiap orang adalah citra dan gambar Allah;
maka ketidakadilan terutama adalah tindakan melawan harga diri manusia itu, dan dengan
demikian juga menghina Allah sang Pencipta (kutipan dari St. Darmawijaya Pr., Jiwa & Semangat
Perjanjian Lama 2: Warisan Para Nabi [Yogyakarta: Kanisius, 1992], hlm. 25 ff.).

- - - o0o - - -

= NR =

Anda mungkin juga menyukai