Anda di halaman 1dari 10

Sekolah Tinggi Teologi SAAT

(Seminari Alkitab Asia Tenggara)

Beban Amos dalam Menanggapi Praktik Peradilan Dalam Religiositas Israel


(Amos 5:21-27)

Tugas Ini Diserahkan kepada


Ferry Y Mamahit, D. Th.
Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Kuliah
Perjanjian Lama 3

Oleh
Puji Purwaningsih
20211050326

Malang, Jawa Timur


Mei, 2023
Pendahuluan
Amos adalah salah satu kitab menarik. Pertama, dari sisi kehidupan sang nabi, ia tidak
menyebut dirinya sebagai nabi, oleh penulis kitab Amos, Amos disebut sebagai peternak domba
dan pemungut buah ara dari Tekoa. Lalu pada saat ia berkonfrontasi dengan Amazia, imam di
Bethel, ia tidak mengakui bahwa dia adalah seorang nabi dan ia tidak masuk dalam kelompok
atau golongan nabi atau dalam terjemahan lain anak seorang nabi (υιος προφητου εγω).. Kedua,
Amos melihat bahwa Allah sepertinya secara paksa mengambil Amos dari pekerjaannya itu
(Am. 7:15). Ketiga, ia membawa pesan dan berita yang tidak mudah sebuah berita penghukuman
dan kabar menakutkan tentang hari Tuhan. Ketiga alasan tersebut juga sebenarnya menjadi
alasan bagi Amos untuk menolak panggilan kenabianya dan menganggapnya sebagai beban.
Salah satu masalah yang sedang disoroti Allah melalui Amos, sang penggembala domba
adalah praktik religiositas Israel yang cacat yang mereka lihat “baik” karena kemakmuran yang
mereka rasakan selama pemerintahan Uzia (2Taw. 26:1-23; 2Raj. 14:23:15:7).1 Apa yang salah
dengan praktek religiositas Israel? Mengapa Allah memakai Amos, seorang peternak domba dari
Tekoa dalam misi-Nya sementara ia merasa hal tersebut sebagai beban? Esei singkat ini
mencoba menemukan jawabannya setelah mengadakan studi literatur dan eksegetikal.
ISI
Amos dan Pekerjaannya
Amos, arti nama dalam bahasa Ibrani adalah beban. Ia bekerja ‘sycomores’ ‘pengerat
buah ara’ κνιζων σθκαμινα atau ‫ נזלמ שפממ‬dan peternak domba.2 Banyak ahli berasumsi bahwa
dia adalah pengelola profesional dari ternak yang digembalakan dan sekaligus bekerja sebagai
pemetik buah ara. Ternaknya akan digembalakan di sekitar pohon ara sepanjang waktu panen
buah tersebut di Tekoa.3
Para ahli memperkirakan Tekoa adalah wilayah atau daerah khusus di mana para
keluarga peternak tinggal dan bekerja bersama-sama. Daerah ini terletak di sekitar Uruk.
Terletak 16 km dari Bait Allah di Yerusalem. Calvin menyebutnya sebagai sebuah daerah kota
kecil tanpa kemewahan.4 Apakah domba dari Tekoa ada hubungannya dengan praktik
1
Frank M. Boyd, Kitab Nabi-Nabi Kecil (Malang: Gandum Mas, 1982), 40–41.
2
Richard C. Steiner, Stockmen from Tekoa, Sycomores from Sheba: A Study of Amos’ Occupations, 1st ed., The
Catholic Biblical quarterly 36 (Washington, D.C: Catholic Biblical Association of America, 2003), 8–10.
3
Ibid., 70.
4
John Calvin, Commentary On The Prophet Amos, trans. John Owen (Albany: Ages, 1998), 5.
pengorbanan di Bait Allah? Menurut Talmud dan beberapa literatur rabinik domba untuk
persembahan korban di bawa dari Hebron. Dan karena letak Tekoa berada di tengah-tengah
antara Hebron dan Yerusalem maka besar kemungkinan “para gembala dari Tekoa” adalah
pemasok rutin dari domba untuk Bait Suci.5
Lokasi kebun ara Amos diperkirakan para ahli berada disekitar lembah Shepala, atau
dekat laut Mati dan lembah Yerikho, jauh dari pusat daerah Tekoa. 6 Amos juga disebut sebagai
seorang naqidu. Menurut Van Driel naqidu adalah seorang yang kadang-kadang memiliki minat
yang luas dalam menggembala ternak dan dalam pertanian yang subur. Mereka bisa
mendapatkan sumber makanan bagi ternak dari pohon ara dan sumber air bagi buah ara. 7 Dan
juga di Mesopotamia nagidu dibayar oleh oleh sebuah kuil untuk mengelola ternak dan domba
sebagai sebuah bisnis. Oleh karena itu mungkin mereka secara reguler menyediakan kebutuhan
binatang-binatang korban untuk Bait Allah di Yerusalem. Mereka melakukan bisnis ini dari
generasi ke generasi di Tekoa terlihat dari penyebutan “The adam’s of Tekoa” di Nehemia 3:5.8
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Allah memakai latar belakang pekerjaannya sebagai
pemasok domba untuk korban Israel terkait erat dengan kegiatan ibadah Israel. Ibadah yang mau
Allah kecam melalui Amos. Mengapa Amos menganggap panggilan ini sebagai sebuah beban?
Suara Bagi Keadilan Dari Beban Sang Nabi
Amos menyampaikan pesan yang menakutkan tentang hari Tuhan. Dengan pembacaan
Amos kita mengetahui bahwa sang nabi hanya memiliki sedikit harapan bagi mereka yang
menerima pesannya. Sebaliknya dalam serangkaian bentuk dan gembaran imajinatif ia
menyampaikan pesannya kepada Israel utara. Meskipun ia berasal dari kerajaan selatan, Yehuda
(Am. 1:1) dan kemungkinan ia belum menjadi nabi secara resmi (Am. 7:14) tetapi ia memiliki
dorongan yang kuat untuk berbicara di Utara (Amos 1-5). Pesan utama pekerjaannya ada di
daerah Betel (Am. 3:14; 4:4; 5:5; 7:10, 13) dan Samaria (Am. 3:9, 12; 4:1; 6:I ; 8:14). 9 Hal-hal
itulah yang menyebabkan panggilannya terasa sebagai sebuah beban melawan raja Israel.
Amos berkata “diambil” dari pekerjaannya sebagai peternak domba dan mengalami
transformasi dan mengenakan jubah nabi (Am. 7:15). Menurut Calvin, Amos memperkenalkan
diri sebagai gembala dimaksudkan untuk menyindir kesombongan raja-raja dan Israel yang tidak
5
Steiner, Stockmen from Tekoa, Sycomores from Sheba, 97.
6
Ibid., 104–105.
7
Ibid., 107–108.
8
Ibid., 122.
9
Michael E.W. Thompson, “Amos - A Prophet of Hope?,” The Expository Times 104, no. 3 (December 1992): 72–73.
mendengarkan para nabi sehingga Tuhan mengutus gembala. Keadaan sang pembawa warta dari
golongan rendah dimaksudkan untuk menekan kecongkakan mereka karena kesuburan tanah dan
kekayaan mereka.10 Dunia yang korup dalam dirinya akan mati dan lahir kembali.
Amos dikatakan aktif pada masa damai pemerintahan makmur raja Uzia, raja Yehuda
pada tahun 783-742 SM dan Yerobeam bin Yoas memerintah pada tahun 786-746 SM di Israel
(2Raj. 14:23-15:7; 2Taw. 26:1-23).11 Pemerintahan kedua raja ini bisa dibilang sejajar. Mereka
membentuk bala tentara, membangun perbentengan, membangun insfrastruktur jalan
12
perdagangan, dan membangun koalisi politik yang berkuasa (lihat II Taw. 26). Pendeknya,
sebagian besar orang hidup dalam kekayaan dan kemakmuran tetapi juga hidup dalam pemuasan
jasmani. Akan tetapi, mereka masih melakukan berbagai praktik penyembahan berhala di Betel,
dan Gilgal, sebagai tempat ziarah bagi Israel dan menyembah patung anak lembu emas yang
dibangun Yerobeam I (1Raj. 12:25-33). Ia diutus ke Betel karena Betel menjadi pusat
reiligiositas bagi Samaria (Am. 7:10-17).13 Samaria sendiri melakukan penyembahan kepada
Baal, yang memberikan kepada kesubuan di Samaria sejak jaman hakim-hakim kemudian raja-
raja (Hak. 2:6-23; 1Raj. 17-19:18). Di sanalah Allah mengutusnya dari Tekoa untuk memberikan
satu peringatan akan hukuman kepada Israel.
Nama Tekoa sendiri memiliki tanda tidak menyenangkan, namanya berasal dari akar
kata bahasa Ibrani yang berarti menusuk, menikam sebuah senjata atau memukul tanduk. Kita
bisa membayangkan seorang nabi pergi ke utara menyuarakan nubuatan keras, “menusuk”
melawan raja yang korup.14 Menurut ahli antorpologi sosial menyatakan hal yang mendorong
etika kenabian adalah revolusi legalitarian, yang terjadi di Israel selama periode pramonarkhi.
Revolusi melawan penguasa egaliter ini mengambil bentuk gerakan retribalisasi
terhadap politik sederhana yang berbasis di desa. Keadilan sosial dibangun melalui pertemuan
pemimpin suku-suku di gerbang kota. Kepemilikan tanah bersifat patrimonial, keluarga dan suku
menguasai tanah yang diberikan kepada mereka oleh Yahweh. Dan diwariskan ke keturunan
mereka dan tidak boleh beralih kepemilikan. 15 Akan tetapi, seiring dengan perubahan sistem
pengadilan suku-suku lokal berkurang digantikan dengan sistem pengadilan kerajaan.
10
Calvin, Commentary On The Prophet Amos, 5.
11
King, Amos, Hosea, Micah, 21.
12
Boyd, Kitab Nabi-Nabi Kecil, 43.
13
James Richard Linville, Amos and the Cosmic Imagination, Society for old testament study monographs
(Aldershot, Hampshire, England ; Burlington, VT: Ashgate, 2008), 3.
14
Ibid., 6.
15
Polley, Amos and the Davidic Empire, 128.
Para penguasa secara bertahap memperoleh kepemilikan atas tanah melalui kebijakan
penyewaan dan penyitaan lahan pertanian. Para petani kehilangan hak atas tanah, raja menjadi
pemilik utama tanah bukan Yahweh. Kepemilikan tanah beralih dari sistem patrimonial ke
prebendal, di mana raja memberikan tanah kepada para pejabat sebagai imbalan atas jasa-jasa
mereka. Selain itu, sistem pemerintahan monarkhi Israel juga sering bersifat represif, sedangkan
idealnya adalah raja yang adil. Akan tetapi, nubuatan-nubutan Mesianik tidak mengindikasikan
bahwa mereka kehilangan harapan tersebut. Misalnya dalam nubuatan Yesaya dan Mikha,
memandang bahwa dinasti Daud sebagai penjamin keadilan sosial yang sesungguhnya melalui
kelahiran seorang Raja Mesias (lihat Yes. 1:21-26; 3:2-3, 14; 9:2-7; 11:1-9; Mi. 3:1-2, 9-12; 5:2-
4).16 Penggenapannya bukan pada raja-raja Israel tetapi kepada Raja Mesias ini.
Pesan keadilan sosial dari Amos, menurut para antropolog sosial, adalah seruan untuk
kembali kepada sistem patrimonial ketika ada keadilan di pintu gerbang. Karena pintu gerbang
menjadi pusat kegiatan ekonomi dan sosial. Agar para petani memperoleh penghidupan yang
17
layak di tanah mereka dan harga-harga yang adil dibebankan di pasar. Amos dipakai untuk
memperingatkan adanya praktik-praktik yang salah dalam kegiatan ekonomi dan sosial Israel.
Peringatan dalam nubuatan Amos dipengaruhi oleh tradisi perjanjian Musa, yang
didasarkan kepada tanggung jawab Israel. Israel sebagai umat pilihan memiliki hubungan khusus
dengan Allah. Oleh karena itu Allah menuntut pertangungan jawab kepada umat-Nya. Seperti
yang Tuhan nyatakan dalam Amos 3:2. Ikatan itu dibangun atas dasar kovenan Allah dengan
umat-Nya melalui Musa dan digratifikasi berdasarkan hukum Taurat.
Israel sedang berada dalam kondisi berdamai dengan Yehuda berada dalam puncak
perekonomian. Kemakmuran terlihat di mana-mana, dalam kegiatan perdagangan, komersial dan
aktifitas pembangunan. Akan tetapi, bertentangan dengan perjanjian Musa, kondisi keamanan
dan kemakmuran ini justru telah menimbulkan masalah ketimpangan sosial. Dalam masyarakat
Israel terdapat pemisahan kelas, kaya dan miskin. 18 Kebanyakan orang yang kaya dan berkuasa
mengeksploitasi yang lemah dan menekan yang miskin dengan pemindahtanganan tanah, kerja
paksa dan pajak yang berat. Karena kondisi inilah maka Amos muncul, dipanggil Allah, untuk
memprotes dengan sengit ketimpangan sosial tersebut. Dia memberikan peringatan dengan tegas

16
Ibid., 129.
17
Linville, Amos and the Cosmic Imagination, 7.
18
Polley, Amos and the Davidic Empire, 112.
bahwa hari Tuhan tidak akan datang menjadi hari pembenaran (seperti yang dipikirkan secara
tradisional) tetapi sebagai malapetaka yang tidak bisa dihindari (Am. 5:18).
Praktek Ketidakadilan Di antara Umat Allah
Dua contoh konkret praktik ketidakadilan sosial yang disorot Allah adalah dalam hal
berat dan timbangan. Pemalsuan berat dan timbangan merupakan tindakan yang mencolok dalam
peradilan pada abad 8 SM dan para nabi abad itu (Amos, Hosea dan Mika) mengutuknya.
Indikasi terhadap adanya kecurangan itu Amos lakukan dengan mengajukan pertanyaan penting
dalam Amos 5:18 dan Amos 2:6-8. Teguran yang sama juga dialamatkan Hosea dan Mikha
kepada Israel dalam Hosea 12:7 dan Mikha 6:11.19
Ketimpangan sosial ini melanggar hukum Taurat.20 Mereka terikat kepada perjanjian
kesetiaan dengan Allah di Sinai dan Horeb (Kel. 19; 20:15, 17; Im. 25:35-54; Ul. 5:1-22; 16:18-
20; 25:1-4; 13-16). Jabaran hukum terutama yang mereka langgar adalah dalam Ulangan 25:13-
15 tentang timbangan yang benar. Konsekuensi pelanggaran hukum Taurat terdapat dalam
Ulangan 30. Persoalan ketimpangan sosial ini bisa memicu berbagai kutuk. Kutuk paling berat
dari pelanggaran hukum ini adalah mereka akan dibuang dari tanah milik mereka (Ul. 29:27-30).
Konsep mitrologi, timbangan Israel berasal dari sistem mitrologi Babilonia terdiri dari
balok yang digantung dari tali yang dipegang di tangan atau di pasang pada penyangga tegak.
Dan pada kedua ujung dipasang panci dan anak timbangan biasanya terbuat dari batu keras.
Satuan standart yang berlaku adala syikal dan efa. Berasal dari kata Mesir yang berarti
keranjang, yakni wadah untuk menakar biji-bijian, satu homer sama dengan tiga setengah
gantang dan satu homer sama dengan sepuluh efa. 21
Meskipun para pedagang tidak melanggar hukum sabat tetapi mereka tidak miliki
perilaku yang tepat dalam menghormati kekudusan Allah. Pertama, para pedagang menipu
pelanggan dengan mengurangi ukuran efa. Kedua, pada saat menimbang sekam dicampurkan
gandum sehingga memberikan untung kepada pedagang. Ketiga, balok timbangan dapat
dibengkokkan sedikit untuk menipu pelanggan. Hal-hal tersebut menimbulkan perbudakan
ekonomi bagi kaum miskin dan mereka akan dihakimi. Wollf berpendapat bahwa Amos
menubuatkan penghakiman yang lengkap dalam Amos 8:4-7.22

19
King, Amos, Hosea, Micah, 22.
20
Ibid., 23.
21
Ibid., 24.
22
Polley, Amos and the Davidic Empire, 137.
Persoalan kedua berkaitan dengan pakaian gadai yang diberikan oleh kreditur. Tuduhan
ini disampaikan Allah dalam Amos 2:8. Dikatakan mereka tidur disamping mezbah dengan alas
pakaian gadai itu. Orang Israel bisa mendapatkan pinjaman dengan menyerahkan pakaiannya.
Pakian memakai kata beged (Am. 2:8) dan simlah terdapat dalam Keluaran 22:27. Keduanya
merujuk kepada mantel yang dipakai pada malam hari dengan panjang di atas tunik. Bukti ini
juga didukung oleh data arkeologis penemuan sebuah surat Ibrani ditulis di atas tembikar tertulis
14 baris pada tahun 1960. Dari Mesad Hashavyahu yang tersimpan di Museum Israel. Tembikar
ini diperkirakan berasal dari tahun 625 SM pada pemerintahan Yosia. Berisi keluhan seorang
penuai karena pakaiannya telah disita dan meminta gubernur militer turun tangan agar pakaian
23
tersebut dikembalikan. Kemungkinan karena orang tersebut belum melunasi hutangnya. Tuhan
memberikan aturan bagaimana sistem gadai ini harus dijalankan. Mereka sang kreditur harus
mengembalikan pakaian gadai itu sebelum matahari terbenam (Kel. 22:26-27).
Teguran Amos Kepada Religiositas Israel
Perkara religiositas Israel mendapatkan perhatian khusus dari Amos. Mereka dikatakan
melakukan ibadah palsu. Sebuah tampilan kesalehan lahiriah yang tidak memotivasi mereka
melakukan hal baik. Oleh karena itu ibadah korban mereka dibenci oleh Allah. 24 Namun tidak
ada indikasi bahwa Amos akan menghilangkan sistem korban di Israel karena sistem korban
memiliki makna spiritual yang dalam bagi Israel. Sebagai tanda relasi kedekatan mereka dengan
Allah. 25 Menurut Watts Amos juga muncul secara teratur dalam upacara korban.26
Oleh karena itu teguran Amos mensasar dua tempat penting yang menjadi simbol
religiositas Israel Utara, yakni Betel dan Gilgal. Betel terletak 10 mil di utara Yerusalem. Pusat
pemujaan Kuno yang dikaitkan dengan Yakub. Dalam jaman Amos, Bethel menjadi tempat
perlindungan utama di Israel. Hosea menyebut Bethel (rumah Allah) dengan sebuah sindiran
Bet-aven (rumah yang tidak berharga) sebuah nama cemooh yang diciptakan oleh Amos pada
Amos 5:5. Merujuk kepada Bethel sebagai Bet-aven yang menjadi sia-sia tidak berharga karena
akan mengalami pembuangan.

23
King, Amos, Hosea, Micah, 24–25.
24
Kenneth Seeskin, Thinking about the Prophets: A Philosopher Reads the Bible (The Jewish Publication Society,
2020), 4, accessed April 17, 2023, http://www.jstor.org/stable/10.2307/j.ctv138wq6x.
25
Ibid., 5.
26
John D. W. Watts, Vision and Prophecy in Amos, Expanded anniversary ed. (Macon, Ga: Mercer University Press,
1997), 49.
Ketika Amos berhadapan dengan Amazia, imam di Bethel, pesan Amos dinilai bersifat
subversif atau upaya pemberontakan terhadap negara. Oleh karena itu ia diminta untuk segera
meninggalkan kerajaan Utara (Amos 7:10-11). Alasan dari pembuangan itu adalah pesan Amos.
Pesan penghukuman raja dan hukuman Allah melalui bangsa asing.
Sementara, gilgal, merujuk kepada khirbet (ruin) mefjir, satu mil dari Yerikho. Tempat
perkemahan pertama bangsa Israel setelah mereka menyeberangi sungai Yordan. Di sanalah
mereka mendirikan mezbah dua belas batu peringatan (Yos. 4:19-20). Di tempat ini pula mereka
rupanya mengadakan praktik penyembahan berhala yang mereka lakukan dalam ziarah (Hos.
4:15; 10:5). Hosea menuduh Israel atas praktek penyembahan berhala dan Amos mengancam
mereka terhadap praktik itu dalam Amos dan mengundang mereka dengan sinis ke tempat itu
(Am. 3:14; 4:4).27 Kecaman tersebut untuk mengevaluasi praktik religiositas di kedua tempat
tersebut.
Respons yang Allah harapkan bagi Israel berdasarkan Taurat adalah pertobatan (Ul.
30:1-10). Jika mereka bertobat mereka akan mengalami pemulihan. Israel diperhadapkan kepada
dua pilihan, kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Yang merupakan konsekuensi dari
pilihan Israel. Oleh karena itu, Amos memperingatkan Israel kepada kovenan mereka dengan
Allah (Am. 3:1-8). Jika mereka menolak untuk bertobat maka yang akan mereka hadapi adalah
penghakiman terakhir dari Allah, sebuah hukuman.28 Salah satunya adalah pembuangan.
Amos diberikan kesempatan untuk menguji orang-orang dalam terang perjanjian-Nya.
Akan tetapi, Ia juga diijinkan untuk melihat kelanjutan Allah dalam perjajian-Nya dengan Daud
29
dan jaminan bahwa Israel tetap akan terpelihara milik Allah. Hukuman yang Allah nyatakan
melalui berbagai penglihatan yang Amos terima. Mulai dari belalang, api, tali sipat dan bakul
dengan buah-buahan. Amos meresponi kedua penglihatan pertama dengan syafaat bagi Israel
sehingga memperoleh pengampunan. Sedangkan penglihatan kelima, YHWH bediri di dekat
mezbah. Alasan penghakiman hakim YHWH dikarenakan ketidaktaatan dan pemberontakan
Israel. Sebuah simbol yang berfungsi untuk menunjukkan sumber masalah Israel di pengadilan
dan upacara korban yang disponsori oleh istana. Pada titik ini pesan Amos sudah lengkap

27
King, Amos, Hosea, Micah, 40–41.
28
Seeskin, Thinking about the Prophets, 5.
29
Watts, Vision and Prophecy in Amos, 57.
menyatakan tidak adanya perubahan yang memengaruhi nasib hukuman Israel. 30 Sehingga pada
akhirnya mereka mengalami pembuangan ke Asyur tahun 722-721 SM (2Raj. 17:1-6).
Suara Keadilan Amos Bagi Orang Miskin dan Marginal
Dalam 2:6b-7a, Amos membela kasus orang miskin (ebyon) dan orang yang tidak
mampu (dallim). Mereka adalah orang-orang yang hina, lemah, dan tidak berdaya, yang tidak
memiliki tanah warisan. Mereka adalah para petani penggarap yang tidak lagi memiliki tanah
mereka sendiri. Kedua bait ini mengindikasikan bahwa orang miskin dan orang yang
membutuhkan sedang dieksploitasi secara ilegal. Dalam 2:6b, istilah paralel untuk orang miskin
adalah saddig, orang-orang yang tidak bersalah di hadapan hukum. Mereka dijual ke dalam
perbudakan utang untuk "uang" perak. Mungkin mereka dijual untuk melunasi utang (2Raj. 4:1).
Mereka kehilangan tanah karena tindakan ilegal dari antara bangsa Israel sendiri. Orang
miskin dalam 2:7a disejajarkan dengan orang tertindas (anawim). Ketidakadilan yang dimaksud
mengacu pada ketidakadilan yang dilakukan oleh para tua-tua suku ketika mengadili kasus-kasus
di pintu gerbang kota. Kedua ayat ini, jika dipahami secara utuh menyimpulkan bahwa orang
miskin dan orang yang tidak mampu adalah pihak yang tidak bersalah dalam proses hukum yang
digunakan untuk mengeksploitasi mereka.31
Kesimpulan
Panggilan Tuhan seringkali dapat dirasakan sebagai sebuah beban bagi hamba-Nya.
Terutama mereka yang merasa seperti “dipaksa” dan dipanggil dari orang awam untuk
memperingatkan umat-Nya akan dosa dan penghakiman. Sebuah pesan yang tidak lazim ingin
didengar oleh umat-Nya dan bisa menjadi beban tersendiri. Akan tetapi, Allah mengasihi umat-
Nya karena terikat kepada kovenan-Nya. Berdasarkan kovenan itu Allah memakai para hamba
untuk mengingatkan mereka jika terjadi pelanggaran.
Pelanggaran tersebut mencakup relasi umat dengan Allah dan sesamanya. Salah satu
indikasi pelanggaran tersebut adalah terjadinya ketimpangan keadilan sosial di antara umat-Nya.
Semua itu bermuara karena religiositas mereka tidak memberikan pengaruh kepada sikap hidup.
Mereka melakukan penyembahan kepada Baal sehingga kemakmuran mereka adalah semu
karena menodai mezbah. Suara keadilan dapat disampaikan Allah melalui seorang awam, seperti
Amos. Suara yang harus digemakan sekalipun menjadi beban dan melawan kemapanan semu.

30
Ibid., 56.
31
Polley, Amos and the Davidic Empire, 132.
Kepustakaan
Boyd, Frank M. Kitab Nabi-Nabi Kecil. Malang: Gandum Mas, 1982.

Calvin, John. Commentary On The Prophet Amos. Translated by John Owen. Albany: Ages,
1998.

King, Philip J. Amos, Hosea, Micah: An Archaeological Commentary. 1st ed. Philadelphia:
Westminster Press, 1988.

Linville, James Richard. Amos and the Cosmic Imagination. Society for old testament study
monographs. Aldershot, Hampshire, England ; Burlington, VT: Ashgate, 2008.

Polley, Max E. Amos and the Davidic Empire: A Socio-Historical Approach. New York: Oxford
University Press, 1989.

Seeskin, Kenneth. Thinking about the Prophets: A Philosopher Reads the Bible. The Jewish
Publication Society, 2020. Accessed April 17, 2023.
http://www.jstor.org/stable/10.2307/j.ctv138wq6x.

Steiner, Richard C. Stockmen from Tekoa, Sycomores from Sheba: A Study of Amos’
Occupations. 1st ed. The Catholic Biblical quarterly 36. Washington, D.C: Catholic
Biblical Association of America, 2003.

Thompson, Michael E.W. “Amos - A Prophet of Hope?” The Expository Times 104, no. 3
(December 1992): 71–76.

Watts, John D. W. Vision and Prophecy in Amos. Expanded anniversary ed. Macon, Ga: Mercer
University Press, 1997.

Anda mungkin juga menyukai