Abraham adalah tokoh yang paling terkemuka dan terkenal di
dalam sejarah. Baik dalam agama Yahudi maupun Islam, Abraham dianggap sebagai seorang patriarkh. Kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi, para patriakh hidup di tengah-tengah kebudayaan Timur Dekat. Abraham pindah dari lembah Efrat- Tigris ke Palestina, dan Yakub beserta anak-anaknya menetap di Mesir menjelang akhir zaman para patriarkh. Daerah antara sungai Nil dan sungai Efrat-Tigris terkenal sebagai daerah yang subur. Di Mesopotamia bermacam-macam kitab undang- undang yang mengatur perniagaan dan hubungan kemasyarakatan telah ditulis. Para pedagang yang mengendarai unta dan keledai sering melintasi Palestina yang terletak di antara dua pusat kebudayaan yang terkenal di dunia purbakala. Kisah zaman para patriakh tertulis dalam Kejadian 12-50, yang garis besarnya adalah sebagai berikut:
1. Abraham Kejadian 12:1-25:18
2. Ishak dan Yakub Kejadian 25:19-36:43 3. Yusuf Kejadian 37:1-50:26
Abraham dilahirkan di tengah-tengah masyarakat dan keluarga
penyembah berhala (Yosua 24:2-3). Menjawab panggilan Allah, Abraham meninggalkan Haran dan pergi ke Palestina, kira-kira 640 km jauhnya. Perpindahan Abraham dapat diikuti dalam kisah kitab Kejadian.
Kitab Kejadian menceritakan tentang kekayaan Abraham yang
luar bisa. Keterangan dalam fasal 12:5, yang berbunyi “dan segala harta benda yang didapati mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran,” hanya memberi kesan tentang jumlah kekayaannya. Tetapi kenyataan bahwa ia dapat mengarahkan 318 pelayan yang terlatih untuk membebaskan Lot, menunjukkan bahwa ia memiliki kekayaan yang amat banyak (14:14). Abraham adalah seorang yang hidup menurut kebiasaan zamannya. Hukum yang lazim dalam kebudayaan Mesopotamia, yaitu negeri Abraham dahulu, juga menjelaskan apa sebabnya ia hendak membuat Eliezer, hambanya yang tertua menjadi ahli warisnya (15:1-3). Hukum Nuzu menyatakan bahwa jika sepasang suami-isteri tidak dikaruniai anak, mereka dapat mengangkat seorang hambanya menjadi anak yang sah. Sebagai balasan atas pemeliharaan dan perawatan yang setia serta penguburan yang layak, mereka memberi jaminan bahwa hamba itu akan mewarisi seluruh kekayaan mereka. Ketika Abraham sedang memikirkan kemungkinan ini, Allah memperbarui perjanjianNya (15:4,5).
Penyelidikan teliti oleh Wellhausen, pada zaman para
Patriarkh, agama orang-orang Ibrani sudah bercorak monolatri (penyembahan kepada satu Allah), dan pada zaman Musa monoteisme (kepercayaan kepada satu Allah) ditegakkan. Tetapi pada zaman kemudian bangsa Israel mulai dipengaruhi oleh politeisme yang akhirnya merajalela pada zaman kerajaan. Setelah masa pembuangan ke Babel monoteisme ditegakkan sekali lagi dan menjadi corak utama agama Yudaisme sampai sekarang.
Sistem Ibadah
Israel dikelilingi oleh bangsa-bangsa tetangga yang tidak
mengenal Allah. Itu sebabnya Allah berkali-kali harus mengingatkan bangsa Israel untuk tidak mengikuti kebiasaan peribadahan bangsa-bangsa tersebebut. Namun demikian telah berulang kali terjadi bangsa Israel tidak taat dan selalu jatuh pada dosa yang sangat dibenci Allah yaitu menyembah kepada ilah yang lain. Tidak jarang Tuhan menghukum mereka,bahkan dengan menyerahkan mereka untuk dikalahkan dan dijajah oleh bangsa-bangsa lain.
Israel Dibawah Kendali Kekaisaran Persia
Israel berada di bawah kendali Kekaisaran Persia dari sekitar
tahun 532-332 SM. Bangsa Persia mengizinkan orang Yahudi untuk menjalankan ritual agama mereka. Mereka bahkan diizinkan untuk membangun kembali bait Allah dan beribadah di sana (2 Tawarikh 36: 22-23; Ezra 1: 1-4). Periode ini meliputi 100 tahun terakhir dari periode Perjanjian Lama dan sekitar 100 tahun pertama dari periode intertestamental.